Share

Bab 13

Penulis: Jus Pir
Zola melihat ke samping dengan mata menerawang. Pria di sebelahnya berkata dengan suara lembut, “Jangan berpikiran macam-macam. Aku akan buat mereka semua suka sama kamu. Kamu jaga kesehatan. Serahkan sisanya padaku, oke?”

Sesaat kemudian, Boris menutup telepon. Zola langsung berkata dengan tenang, “Kamu suruh Tyara jangan khawatir. Aku nggak akan tahan-tahan kamu terus. Aku akan cari cara untuk bujuk Kakek supaya dia setuju. Kalian buru-buru, aku lebih buru-buru.”

Bagaimanapun juga, ada anak di dalam perut Zola. Seiring berjalannya waktu, perutnya akan membesar, Boris pasti akan mengetahui soal itu.

Boris mengerutkan kening dan menoleh untuk melihat perempuan di sebelahnya, lalu berkata, “Tyara cuma tanya sebentar, kamu nggak usah marah begitu. Aku tetap berpegang pada janjiku. Nggak peduli kita cerai atau nggak, kalau ada masalah kamu bisa datang padaku kapan saja.”

“Aku nggak marah. Untuk apa aku marah?”

“Kamu benar-benar mau cepat-cepat cerai?”

“Bukannya kamu juga mau cepat-cepat?” tanya Zola tanpa melihat wajah Boris, tapi melihat ke luar jendela.

Boris menatap wajah Zola dari samping, “Kalau kamu begitu buru-buru, kenapa dari dulu kamu nggak pernah bahas soal cerai?”

Mata Zola spontan membeliak. Dia mengerutkan bibir dan pura-pura cuek, “Nggak ada alasan dalam hal seperti ini.”

Jika Zola bisa mengetahui alasannya, dia pasti akan mencari alasan mengapa dia bisa jatuh cinta pada Boris terlebih dahulu.

Boris tidak bertanya lagi. Dia mengangkat tangannya dan melirik jam tangannya sebentar, lalu berkata, “Temani aku ke rumah sakit dulu. Nanti aku suruh sopir antar kamu pulang.”

“Nggak usah, aku bisa turun di sini,” jawab Zola segera.

“Aku nggak ada maksud lain. Hanya saja dari sini lebih dekat ke rumah sakit, lalu searah lagi. Kalau kamu nggak mau, aku antar kamu pulang dulu.”

“Nggak usah repot-repot. Tyara sedang tunggu kamu. Aku bisa naik taksi pulang sendiri. Kamu cepat ke rumah sakit saja temani dia.”

Mungkin di dunia ini tidak ada orang seperti Zola yang mendorong suaminya ke sisi perempuan lain, bukan? Namun, apa lagi yang bisa Zola lakukan? Meskipun dia tidak melakukan hal ini, Boris tetap akan pergi ke sana.

Boris tidak memaksa, dia hanya berkata dengan dingin, “Terserah kamu.”

Pada akhirnya, Zola naik taksi pulang ke Bansan Mansion sendirian. Baru jam delapan malam, masih termasuk awal. Sesampainya di rumah, dia menyalakan laptopnya dan mulai menyelidiki akun yang melaporkan sketsa desain perusahaannya dengan tuduhan plagiarisme.

Setelah menyelidiki cukup lama, akhirnya dia mengunci target yang merupakan sebuah perusahaan yang sudah berdiri selama dua puluh tahun. Perusahaan itu boleh dibilang memiliki sedikit reputasi di industri konstruksi. Namun, perusahaan itu tidak memiliki pencapaian besar.

Zola mengirimkan hasil penyelidikannya ke Mahendra dan mendiskusikannya bersama. Mereka membuat perbandingan antara sketsa plagiat dan sketsa mereka yang dicurigai hasil plagiat. Dilihat sekilas kedua sketsa itu memang sangat mirip. Namun, jika mereka yang ahli dalam bidang ini akan menemukan kalau kedua sketsa itu tidak ada hubungan sama sekali.

Mungkin saja ini memang tujuan si pelapor. Karena tidak semua masyarakat memahami bidang ini. oleh karena itu, mereka tidak tahu kalau hal tersebut tidak dapat membuktikan plagiarisme.

Hanya dengan menemukan bukti langsung, mereka baru dapat mengklarifikasi kalau mereka tidak bersalah. Belum diketahui berapa lama proses ini akan berlangsung, tapi batas waktu kerja sama sudah dekat.

Zola dan Mahendra sibuk selama hampir dua setengah jam. Mahendra berkata pada Zola, “Jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja. Selama kita benar, kita nggak perlu takut apa pun.”

Zola menggumam pelan sebagai jawaban. Dia tidak memberitahukan kegelisahan di dalam hatinya. Dalam dunia arsitektur dan desain, begitu seseorang dicap melakukan plagiarisme, benar atau salah sudah tidak penting lagi. Karena label plagiat sudah terpasang.

Mahendra berkata lagi, “Aku coba hubungi orang-orang di perusahaan ini untuk cari tahu. Kamu jangan terlalu tertekan. Apa pun yang terjadi, kita hadapi bersama.”

“Oke, terima kasih.”

“Nggak perlu sungkan-sungkan sama aku.”

Zola tertawa pelan dan tidak mengucapkan terima kasih lagi. Dia hanya berkata, “Selain itu, kita juga harus selidiki orang-orang di perusahaan kita sendiri.”

“Kamu curiga ada mata-mata?” Mahendra tampak sedikit terkejut.
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nada Azzah
Jgn2 Hendra sendiri mata2 nya ...
goodnovel comment avatar
Zhunia Angel
si boris ini benar2 anjing ya... ngga punya prasaan.. untuk zola cari cowok lain buat si boris menyesal telah melepaskan mu dan menyakitimu.. dan jgn prnah maafkan dia, si boris
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 14

    “Bukan nggak mungkin, sebaiknya kita tetap berhati-hati,” kata Zola.“Oke, aku akan selidiki.”Mahendra seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ragu-ragu. Namun, Zola juga tidak terlalu memikirkannya. Dia mengira Mahendra kelelahan. Dia pun meminta Mahendra untuk istirahat lebih awal dan mengakhiri percakapan mereka.Setelah mematikan laptop, Zola mengambil ponselnya dan melihat jam. Sudah pukul sepuluh lewat. Sepertinya Boris tidak pulang malam ini. Tiba-tiba Zola teringat akan peringatan yang Boris berikan padanya. Pria itu berkata kalau dia berharap Zola tetap menjaga jarak dengan lawan jenis sebelum mereka resmi bercerai. Lantas, bagaimana dengan Boris? Bukankah semua orang harus mendapat perlakuan yang sama?Zola mengerutkan bibirnya dan langsung menghubungi nomor Boris. Pria itu segera menjawab, tapi yang terdengar justru suara lembut seorang perempuan, “Zola? Ini aku Tyara. Kamu cari Boris ada urusan apa?”Raut wajah Zola seketika membeku. Boris benar-benar mencintai Tyara. Dia ba

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 15

    Boris memilih diam tidak menjawab pertanyaan Tyara. Raut wajahnya juga datar tanpa ekspresi. Melihatnya seperti itu, rasa percaya diri Tyara pun berkurang. Dia sungguh tidak ingin bertengkar dengan Boris di saat seperti ini. Bagaimanapun juga, perceraian Boris dan Zola masih belum diproses. Akan tetapi, Tyara ingin bersikukuh. Dia ingin menguji apakah pria ini sudah berubah.Zola tidak ingin melepaskan tangannya, “Boris, temani aku. Aku hanya ingin habiskan lebih banyak waktu bersamamu. Kali ini saja, oke?”Boris tampak acuh tak acuh, ada sedikit rasa kesal di matanya, “Tyara, kamu yakin ingin aku temani kamu di saat seperti ini? Kalau terjadi sesuatu di luar dugaan kemungkinan besar kita akan masuk berita dan jadi bahan pembicaraan orang. Aku pria nggak masalah, tapi kamu nggak sama. Sekarang kakek dan orang tuaku masih memiliki prasangka kurang baik padamu. Kamu nggak mau mereka mengubah pandangan mereka terhadapmu?”Tyara terdiam, pada akhirnya dia pun mengalah. Meski tidak rela, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 16

    Tedy mempaparkan fakta. Kemudian, dia menambahkan, “Sekalipun kakekmu sayang sama dia, dia hanyalah orang luar. Mungkin saja nanti kakekmu sendiri yang suruh dia menikah dengan Mahendra.”Semakin Tedy membicarakannya, semakin kuat pula kesan gambarannya. Ekspresi Boris tiba-tiba menjadi dingin. Sepasang matanya yang hitam pekat seperti tertutup oleh lapisan es tebal. Dia tidak melanjutkan topik pembicaraan ini lagi. dia mengulurkan tangan untuk mengambil gelas di depannya dan menghabiskan isi gelasnya sekaligus dalam satu teguk.***Zola berguling-guling tidak bisa tidur. Dia merasa seperti ada semut yang menggigit hatinya. Tidak sakit, tapi membuat orang tidak tahan. Dia memutuskan untuk pergi ke rumah kakek Boris besok pagi. Dia akan menjelaskan kepada sang kakek dan mengakhiri pernikahan yang menyiksa ini secepat mungkin.Zola menutup matanya, hendak memaksa dirinya untuk tidur. Namun, ponselnya tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris. Mengapa pria itu meneleponnya malam-malam begin

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 17

    Keduanya saling menatap tanpa berkata apa-apa. Pada akhirnya, Boris turun dari mobil sendiri. Kemudian, keduanya masuk ke dalam rumah dan kembali ke kamar tidur. Boris memasang raut wajah tidak senang, suasana menjadi sedikit lebih kikuk.Pintu dan jendela kamar ditutup. Bau rokok bercampur alkohol di tubuh sangat menyengat. Zola merasa tidak nyaman dengan bau itu. Dia pun bertanya dengan suara pelan, “Kamu mau mandi lagi?”“Maksud kamu apa, Zola? Kamu merasa aku sudah mandi di luar?”“Bukankah begitu?”Boris mengerutkan kening, “Apakah aku melakukan sesuatu yang buat kamu kesal? Kalau ada kamu langsung katakan padaku. Aku sudah bilang, aku nggak akan lakukan apa pun yang melanggar janji setia pernikahan ini.”“Siapa tahu, kan? Aku juga nggak bersamamu setiap hari,” tukas Zola dengan suara pelan.Boris menatapnya, “Kalau kamu mau ikut aku setiap hari juga nggak apa-apa. Bagaimana kalau mulai besok?”“Nggak mau,” tolak Zola. Kemudian, dia bertanya dengan santai, “Bukannya kamu sudah man

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 18

    Di pagi hari, sinar mentari yang hangat menyelinap masuk ke kamar tidur utama Bansan Mansion.Suara alarm membangunkan Zola. Dia meregangkan badannya sebentar, tapi dia menyentuh kulit yang hangat. Dia tertegun dan langsung membuka matanya.Hal pertama yang dia lihat adalah wajah tampan suaminya. Mata pria itu masih terpejam belum bangun. Sedangkan Zola bersandar di dadanya. Di pinggang Zola ada telapak tangan pria yang besar dan hangat.Zola tercengang, sebelum dia sadar, pria di sebelahnya tersenyum dan berkata dengan suara serak, “Sudah bangun?”“Ka-kamu ... kenapa kamu belum bangun?”“Aku lihat kamu tidur nyenyak banget, jadi nggak tega bangunkan kamu.”“Apa hubungannya denganku?”“Kenapa nggak ada hubungannya denganmu? Kamu peluk aku begitu erat, aku sama sekali nggak bisa pindahkan tanganmu.”Boris menatap Zola yang berada dalam pelukannya. Napas hangatnya menyembur ke pipi Zola, membuat wajah perempuan itu semakin merah dan panas.Senyuman di bibir Boris semakin lebar, suaranya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 19

    “Kalau kamu setuju, aku baru lepaskan kamu,” kata Boris.Zola terdiam, enggan menuruti perkataan pria itu. Boris bertanya lagi, “Setuju atau nggak? Kamu tahu kalau reaksi pria paling cepat di pagi hari.”Zola bukan anak kecil, tentu saja dia mengerti reaksi yang dimaksud pria itu. Mengapa Boris seperti ini? Benar-benar tidak tahu malu.Wajah Zola memerah, tapi Boris tiba-tiba mencondongkan tubuh ke depan dan langsung menciumnya. Reaksi Zola cepat, dia memiringkan kepala untuk menghindar, lalu berkata, “Aku mengerti.”“Mengerti apa? Zola, ngomong yang jelas.”“Aku mengerti peringatanmu tadi. Kalau aku berjanji padamu, sekarang juga kamu bisa lepaskan aku?”Zola menjawab dengan tergesa-gesa, seolah takut jika dia terlambat satu detik saja, pria itu akan menciumnya.Hal itu membuat Boris mengerutkan kening karena kesal, dia pun bertanya, “Kamu takut aku cium kamu?”Zola benar-benar tidak ingin melanjutkan topik ini, tapi dia tidak berani mengulurkan tangan dan mendorong Boris. Dia hanya b

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 20

    Rosita tersenyum tipis dan berkata, “Karena menantu yang kami akui hanya kamu.”Meskipun Rosita terdengar seperti sedang menghiburnya, Zola samar-samar merasa mungkin ada sesuatu antara keluarga Morrison dan Tyara yang tidak diketahui Boris. Sebelum Zola bisa berpikir lebih jauh, Dimas dan Boris masuk ke dalam kamar.Dimas menatap Zola dengan tatapan lembut dan penuh kasih sayang, lalu berkata, “Zola, kalian masih harus kerja. Kalian pulang dulu saja. Ada aku dan mamamu yang jaga Kakek di sini sudah cukup.”Zola ingin tinggal untuk menjaga sang kakek, jadi dia melihat ke arah Boris. Wajah Boris tampak tenang, nada bicaranya juga datar, “Ayo, biar Papa dan Mama saja yang jaga di sini.”Karena Boris sudah berkata seperti itu, Zola juga tidak enak hati bersikeras tinggal, “Kalau begitu kami pergi dulu, Pa, Ma. Nanti malam aku dan Boris datang lagi ke sini.”“Oke, anak baik. Kalian pergi kerja saja,” kata Rosita sambil tersenyum tipis.Boris dan Zola diam seribu bahasa sepanjang jalan kelu

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 21

    “Oke, kamu atur saja. Kalau perusahaan yang itu?” tanya Zola.“Sudah aku selidiki juga. Bosnya bernama Wandi, punya reputasi buruk di industri ini. Beberapa tahun terakhir, pendapatan mereka sangat buruk. Perusahaan sudah memberhentikan banyak karyawan. Sekarang skala perusahaannya sangat kecil, hampir nggak bisa bertahan lagi.”Zola mengangguk, lalu bertanya lagi, “Mau hadapi mereka secara langsung?”“Untuk saat ini nggak ada gunanya hadapi mereka.”Meskipun tidak ada gunanya, mereka tetap harus menghadapinya. Satu jam kemudian, mereka berdua memposting palet warna dan dua sketsa desain hasil plagiat dan sketsa asli yang telah dibandingkan dengan hati-hati ke forum. Beberapa orang yang memahaminya memberikan dukungan, tapi sebagian besar mengira mereka berusaha membersihkan nama secara paksa.Sore harinya, seseorang datang ke perusahaan dengan menyelinap. Setiap kali seseorang masuk atau keluar, orang itu akan sengaja cari masalah. Hingga akhirnya masalah menjadi besar.Zola mau tida

Bab terbaru

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status