Share

Bab 10

Zola menatap Boris, “Hmm, aku sudah bilang.”

“Kenapa kamu nggak diskusi denganku dulu?”

Boris tampak tidak senang, ada emosi yang tidak terbaca di matanya. Zola tidak tahu mengapa pria itu memberikan reaksi seperti itu. Apakah karena Zola berinisiatif sendiri memberitahu keluarga Leonarto tentang perceraian mereka?

“Menurutku masalah nggak ini nggak perlu didiskusikan lagi. Hari Senin kita akan urus perceraian kita, kan? Kalau begitu, aku beritahu keluargaku juga nggak akan berpengaruh bagimu, bukan?” tanya Zola.

“Kamu ingin cepat-cepat pisah denganku?”

Boris bertanya dengan dingin. Matanya menatap Zola dengan tajam. Zola spontan terkejut, sama sekali tidak mengerti apa maksud pria itu.

Zola tersenyum getir, “Boris, kamu lupa kalau kamu sendiri yang minta cerai?”

Orang yang ingin cepat-cepat bercerai bukannya Boris sendiri? Mengapa sekarang pria itu bersikap seolah-olah Zola yang minta cerai?

Boris mengerutkan keningnya dan berkata dengan dingin, “Nggak perlu terburu-buru juga, kan. Kamu bisa tunggu sampai kita benar-benar selesaikan proses perceraian baru beritahu keluargamu. Orang tuamu sudah beritahu Kakek. Nanti kita ke rumah Kakek sebentar.”

Jadi alasan Boris bertanya adalah karena kakeknya mengacaukan rencananya setelah mengetahui mereka akan bercerai? Zola hanya bisa tertawa tak berdaya di dalam hati. Dia benar-benar terlalu berangan-angan. Boris ingin bercerai, tapi tidak ingin ada hambatan apa pun.

Zola menarik napas dan berkata dengan tenang, “Jangan khawatir, aku akan jelaskan pada Kakek. Dia sayang sama aku, dia pasti setuju.”

Boris menyipitkan mata memperhatikan ekspresi Zola yang sama sekali tidak ada perasaan tidak rela. Ada perasaan tidak senang mengalir di dalam hatinya, membuat hatinya menjadi begitu kacau.

Boris tidak mengerti mengapa seseorang bisa berubah dengan begitu cepat. Sebelum dia meminta cerai, Zola selalu bersikap lembut dan penuh perhatian, juga amat sangat baik padanya. Mereka berdua selalu saling menghormati satu sama lain, tidak pernah mengalami konflik atau perselisihan apa pun. Namun sejak Boris minta cerai kemarin, Zola selalu bersikap dingin juga berkata dengan nada ketus. Apakah karena Boris yang meminta cerai lebih dulu?

Boris menatap wajah Zola yang cantik menawan tapi seperti tertutup oleh lapisan kabut sehingga dia tidak bisa melihat sisi asli wajah itu. Dari dulu Boris tahu kalau istrinya ini cantik jelita. Boleh dibilang dia pantas dicap sebagai perempuan tercantik di antara anak perempuan keluarga kaya di kota ini. Dia cantik tapi tidak norak, bahkan tidak terlalu mencolok. Namun, Zola memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang, membuat orang tanpa sadar melihatnya lebih lama, lalu sulit untuk melupakannya.

Sebuah pertanyaan spontan terbesit di dalam hati Boris. Pria seperti apa mantan pacar Zola sampai bisa membuat Zola rela mengorbankan pernikahannya sendiri?

Saat keduanya menikah, mereka telah saling menjelaskan tujuan masing-masing. Boris ingin memenuhi permintaan kakeknya, sedangkan Zola karena ingin putus sepenuhnya dengan mantan pacarnya.

Pertanyaan itu sudah muncul lebih dari satu kali. Namun kali ini, ada perasaan tidak nyaman menjalar di dalam hati Boris. Rahang pria itu mengeras, suaranya menjadi lebih berat dan serak, “Zola, setelah kita cerai, kamu akan kembali padanya?”

Zola terdiam sejenak, tidak mengerti maksud pertanyaan Boris. Sesaat kemudian, dia baru mengerti. ekspresinya berangsur-angsur menjadi dingin. Dia pun menjawab, “Nggak akan.”

“Kenapa?” tanya Boris.

“Nggak ada alasan. Karena sudah putus, untuk apa kembali padanya? Lagi pula, sekarang dia mungkin sudah jatuh cinta pada perempuan lain.”

Raut wajah Zola datar seperti permukaan air yang tenang. Setiap ekspresi yang muncul di wajahnya membuatnya terlihat seolah-olah hanya membicarakan urusan orang lain yang tidak ada sangkut paut dengannya.

Boris terus memperhatikan Zola, tidak melewatkan emosi apa pun yang muncul di wajahnya. Kemudian, pria itu berkata, “Bukannya dia nggak mau putus sama kamu? Mungkin saja dia masih tunggu kamu sampai sekarang?”

“Setiap orang bisa berubah. Nggak ada yang akan terus diam menunggu di tempat, bukan?”

Kata-kata itu juga ditujukan pada diri Zola sendiri. Karena perjuangannya tidak membuahkan hasil, lantas untuk apa dia terus bertahan?
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Helmi Doang
bertahan itu sangat melelahkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status