Orang tersebut memberi tahu jam ketibaannya dan Zola bertanya lagi, “Aku yang cari tempat tinggal untukmu atau kamu sudah atur sendiri?”“Kedatanganku kali ini untuk balas budi sama teman. Seharusnya aku akan tinggal beberapa waktu. Tempat tinggal sudah aku atur, yang penting aku mau ketemu sama kamu. Kita sudah setahun nggak ketemu, ‘kan?”“Oke. Aku tahu kamu orang yang dingin. Ingat untuk tutup dirimu rapat-rapat. Kalau nggak, aku takut kamu akan dikerumuni.”“Kamu nggak tahu aku orang seperti apa? Kamu berencana menyindir dan menertawakanku?”“Aku mana berani? Kamu itu pangeran impian buat semua perempuan.”Mereka berbincang cukup lama dan perasaan Zola perlahan membaik. Setelah sambungan telepon terputus, dia merentangkan tangannya lebar-lebar sebelum berbalik masuk kamar. Sebelum dia sempat menurunkan tangannya, dia mendapati seorang lelaki berdiri di belakangnya entah sejak kapan dan menatapnya tanpa kedip.Zola terbelalak dan bertanya, “Kamu sudah berdiri berapa lama di sini?”“
Sebelum dia menyelesaikan ucapannya, Boris langsung mendaratkan kecupan di bibirnya. Jaraknya sangat dekat sehingga lelaki itu bisa membungkam mulutnya dalam waktu kurang dari satu detik.Akhir-akhir ini mereka berdua lebih sibuk dan jarang bermesraan. Kecupan tersebut membuat Boris sedikit kehilangan kendali. Bahkan lelaki itu menggigit bibirnya.Zola tersadar dan langsung memberontak. Namun, Boris sepertinya sudah siap-siap dan langsung mengangkat tangan perempuan itu ke atas kepala. Dia tidak memberikan kesempatan pada Zola untuk menolak.Kecupan tersebut berlangsung cukup lama. Orang di pelukannya terasa melemas dan kedua kakinya bergetar hingga nyaris terjatuh. Untungnya kedua tangan Boris menahan tubuhnya dengan erat.Lelaki itu tidak melanjutkan kecupannya, tetapi juga tidak melepas pelukannya. Dia menatap bibir Zola yang memerah dan sedikit bengkak. Tubuhnya menegang dan napasnya berderu keras.Dengan suara serak Boris berkata, “Zola, kamu sangat memengaruhiku.”Zola menatapnya
Tentu saja Tyara pernah mengirimkan pesan, tetapi Boris tidak membalasnya. Dia tidak berani mengganggu lelaki itu lagi sehingga hanya bisa menahan perasaannya dan membuat unggahan di sebuah akun palsu.Dia menulis banyak tulisan di akunnya tersebut. Unggahan terbaru diperbarui sekitar setengah jam yang lalu. Dia menuliskan,“Aku dan dia saling mencintai, tapi karena kehadiran perempuan itu, keluarganya menentang kami dengan berbagai cara hingga akhirnya mereka menikah. Aku pernah berpikir untuk pergi dan nggak pernah muncul lagi, tetapi hubungan mereka nggak harmonis. Mereka menikah hanya untuk menyenangkan orang tua mereka saja,”“Belakangan ini mereka berdua sedang membahas perceraian dan kami memulai kembali dari awal. Perempuan itu sudah setuju, tetapi mendadak berubah pikiran dan menggunakan orang tuanya untuk mempersulit dia,”“Pernikahan tanpa cinta nggak akan bertahan lama, tapi aku nggak mau melukai seorang perempuan. Oleh karena itu, aku memilih pergi dan nggak muncul lagi.”
“Nggak. Boris, bagaimana mungkin aku menyalahkanmu? Masalah itu memang salahku. Aku nggak seharusnya membiarkan manajerku memintamu menjemputku. Aku tahu kamu orang yang profesional. Aku nggak seharusnya seperti itu ….”“Sudah. Masalah ini sudah berlalu dan jangan diungkit lagi, oke?” potong Boris tanpa ekspresi.Tyara mengangguk dan dia tersenyum lembut sambil berkata, “Boris, kamu jangan marah. Aku janji nggak akan ada lain kali lagi.”Lelaki itu berdeham dan bertanya, “Kemarin malam teringat apa?”Tyara menatapnya dan berkata, “Aku ingat tangan lelaki itu ada tato. Seekor naga yang melilit hingga ke seluruh lengannya.”“Kenapa tiba-tiba bisa mengingat detail seperti itu?”“Mungkin karena aku melihat video tentang tato. Jadi tiba-tiba aku mengingatnya.”Keduanya saling berpandangan sejenak. Boris menatapnya dengan dingin dan tidak berkata apa pun. Tatapannya yang tajam dan lekat membuat Tyara merasa tidak nyaman. Dia bertanya, “Boris, kenapa kamu melihatku seperti itu? Kamu nggak per
Tyara tidak berpikir begitu banyak. Namun, dia mengangguk dengan patuh dan berkata, “Boris, aku mengerti. Kamu tenang saja. Aku merasa dia pasti akan setuju.”Tyara duduk di sana sesaat hingga Jesse masuk dan mengingatkan Boris untuk rapat. Setelah itu barulah Tyara pergi. Sepanjang hari itu perasaannya sangat baik. Perempuan itu berkata dalam hati,“Setelah Jeffry setuju mau membuat lirik dan membuat lagu untukku, maka Zola nggak akan bisa menandingiku lagi! Cih!”Waktu berlalu dengan cepat dan tiba-tiba sudah berlalu setengah hari. Pagi-pagi sekali Zola sudah mengirimkan pesan pada Boris,“Nanti nggak perlu jemput aku pulang. Aku bisa naik taksi sendiri untuk pulang.”Lelaki itu tidak membalas. Zola merasa mungkin Boris terlalu sibuk sehingga dia bergegas membereskan barangnya dan meninggalkan kantor. Dia berdiri di tepi jalan sambil memainkan ponselnya. Mendadak sebuah mobil hitam berhenti di hadapannya.Jendela bagian samping kemudi bergerak turun. Zola menyampingkan kepalanya dan
Bagian belakang kepalanya ditahan. Zola ingin memberontak, tetapi pinggulnya dipeluk erat oleh lelaki itu. dia tidak berani banyak bergerak karena khawatir mengenai perutnya.Aroma lelaki itu terasa begitu dominan. Kecupan Boris semakin dalam dan tidak mengizinkan Zola menghindar atau mundur. Lelaki itu terus menghidap lidahnya dengan paksa. Setelah kecupan panjang itu berakhir, dia merasa sedikit pusing dan lemas hingga terjatuh ke dalam pelukan Boris. Wajahnya memerah hingga ke telinganya.Zola menarik napas dalam-dalam lalu setelah merasa tenang, dia mendongak dan menatap Boris sambil bertanya, “Apa yang kamu lakukan?”Suaranya terdengar manja dan tidak seperti marah. Justru terdengar seperti tengah merajuk. Boris menyipitkan matanya dan kembali menunduk untuk mengecup bibir perempuan itu.“Menurutmu?” tanya Boris dengan suara serak. Zola menggigit bibirnya dan tidak menyadari dia sangat menggoda saat ini.“Bagaimana kalau nggak pergi?” tanya lelaki itu.“Nggak.”Perempuan itu langs
Zola tidak berbicara lagi dan hanya tersenyum tipis. Lelaki itu juga tidak melanjutkan ucapannya. Setelah selesai makan, dia mengantar lelaki itu kembali ke hotelnya.“Malam ini aku banyak berbicara. Kalau kamu nggak senang, kamu bisa bilang sama aku. Tapi aku nggak jamin nggak akan mengulanginya lagi,” ujar lelaki itu ketika turun dari mobil.Zola tersenyum masam dan berkata, “Kenapa kebawelanmu nggak bisa mengobati ketakutanmu bersosialisasi?”Lelaki itu membuat gerakan meritsleting mulut dan berbalik masuk ke hotel. Di waktu yang sama, ponsel Boris yang ada di Bansan Mansion berdering.Dari seberang telepon terdengar suara seorang lelaki yang sedang melaporkan, “Pak Boris, Ibu langsung mengantarkan temannya kembali ke hotel setelah selesai makan. Ibu nggak turun dari mobil dan keduanya berpisah di depan hotel.”Lelaki itu berdeham kemudian memutuskan sambungan telepon. Sedangkan Zola tidak tahu hal itu sama sekali. Setengah jam kemudian, perempuan itu kembali dan langsung masuk ke k
“Tentu saja nggak. Hanya saja dia kelelahan kemarin malam. Kamu menghubunginya pagi-pagi sekali dan kemungkinan akan mengganggunya. Makanya aku bantu dia menerima telepon.”Kalimat lelaki itu membuat wajah Mahendra pucat pasi.Boris menambahkan lagi, “Mahendra, Zola sudah menikah. Kamu tahu apa namanya sikapmu sekarang? Kalau tersebar, kamu pasti akan malu. Kalau nggak mau malu, sebaiknya simpan niatmu dan jaga jarak dengan dia. Kalau nggak, pertemanan kalian juga nggak akan bisa menolongmu.”Tanpa menunggu Mahendra menjawab, Boris langsung memutuskan sambungan telepon. Lelaki itu mencengkeram ponsel dengan raut datar, tetapi matanya memancarkan sorot emosi dan dingin.Mahendra benar-benar mengganggu sekali.Dia mematikan suara ponsel dan meletakkan kembali ke tempat asal. Setelah itu, Boris keluar dari kamar.Zola terbangun ketika jarum jam menunjukkan pukul sembilan. Dia meregangkan otot dan mengambil ponselnya. Sedetik kemudian, perempuan itu langsung terduduk di kasur. Ada beberapa