Share

Bab 151

Author: Jus Pir
Zola tidak berbicara lagi dan hanya tersenyum tipis. Lelaki itu juga tidak melanjutkan ucapannya. Setelah selesai makan, dia mengantar lelaki itu kembali ke hotelnya.

“Malam ini aku banyak berbicara. Kalau kamu nggak senang, kamu bisa bilang sama aku. Tapi aku nggak jamin nggak akan mengulanginya lagi,” ujar lelaki itu ketika turun dari mobil.

Zola tersenyum masam dan berkata, “Kenapa kebawelanmu nggak bisa mengobati ketakutanmu bersosialisasi?”

Lelaki itu membuat gerakan meritsleting mulut dan berbalik masuk ke hotel. Di waktu yang sama, ponsel Boris yang ada di Bansan Mansion berdering.

Dari seberang telepon terdengar suara seorang lelaki yang sedang melaporkan, “Pak Boris, Ibu langsung mengantarkan temannya kembali ke hotel setelah selesai makan. Ibu nggak turun dari mobil dan keduanya berpisah di depan hotel.”

Lelaki itu berdeham kemudian memutuskan sambungan telepon. Sedangkan Zola tidak tahu hal itu sama sekali. Setengah jam kemudian, perempuan itu kembali dan langsung masuk ke k
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 152

    “Tentu saja nggak. Hanya saja dia kelelahan kemarin malam. Kamu menghubunginya pagi-pagi sekali dan kemungkinan akan mengganggunya. Makanya aku bantu dia menerima telepon.”Kalimat lelaki itu membuat wajah Mahendra pucat pasi.Boris menambahkan lagi, “Mahendra, Zola sudah menikah. Kamu tahu apa namanya sikapmu sekarang? Kalau tersebar, kamu pasti akan malu. Kalau nggak mau malu, sebaiknya simpan niatmu dan jaga jarak dengan dia. Kalau nggak, pertemanan kalian juga nggak akan bisa menolongmu.”Tanpa menunggu Mahendra menjawab, Boris langsung memutuskan sambungan telepon. Lelaki itu mencengkeram ponsel dengan raut datar, tetapi matanya memancarkan sorot emosi dan dingin.Mahendra benar-benar mengganggu sekali.Dia mematikan suara ponsel dan meletakkan kembali ke tempat asal. Setelah itu, Boris keluar dari kamar.Zola terbangun ketika jarum jam menunjukkan pukul sembilan. Dia meregangkan otot dan mengambil ponselnya. Sedetik kemudian, perempuan itu langsung terduduk di kasur. Ada beberapa

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 153

    Caca langsung menegakkan badannya dan menyimpan rasa ingin tahunya sambil berkata, “Bu Zola, dokumen ini sudah aku rapikan. Setelah Bu Zola lihat, akan segera saya antar ke lokasi konstruksi dan diberikan pada Pak Wanto.”“Saya lihat dulu. Kalau ada masalah baru cari kamu lagi.”“Baik, aku keluar dulu.”Caca mengatupkan mulutnya bahkan dia tidak berani bernapas. Dia keluar dari ruangan dan tidak lupa menutup pintu. Gerekan perempuan itu tidak luput dari pandangan Zola hingga seulas senyum tipis terbentuk di bibirnya. Dia tidak marah, hanya saja pembahasan ini tidak perlu dilanjutkan.Setelah Zola merapikan data sketsa, jarum jam sudah menunjukkan waktunya makan siang. Mahendra memesan sup ayam dan keduanya makan di ruangan. Lelaki itu tidak membahas perihal apa yang terjadi tadi pagi.Namun dia bisa melihat jejak merah di leher putih Zola yang begitu jelas. Sudah jelas sekali untuk apa jejak tersebut ditinggalkan. Tatapan lelaki itu mendadak menggelap. Dengan suara pelan dia bertanya,

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 154

    Zola juga tidak mengerti kenapa belakangan lelaki itu selalu suka ribut dengan Mahendra seperti anak kecil. Namun, pertanyaan tersebut tidak dijawab olehnya dan hanya berkata,“Sudah siang, kamu pergi makan saja. Nanti aku masih ada urusan, aku matikan dulu, ya?”Boris langsung mematikan teleponnya terlebih dahulu. Tidak tahu apakah lelaki itu marah atau tidak. Zola duduk kembali di sofa dan melihat Mahendra yang sudah meletakkan peralatan makannya untuk menunggu perempuan itu.Setelah Zola duduk, dia mengambil ayam dan bertanya, “Kenapa kamu nggak makan?”“Tunggu kamu.”Zola refleks terdiam. Setelah itu, Mahendra tidak berbicara lagi. Lelaki itu menatap Zola dengan lembut. Sampai kapan pun, dia ingin menunggu perempuan itu. Meski tahu tidak akan ada hasilnya, dia tetap enggan menyerah untuk menunggu.Setelah selesai makan, Zola melihat data sketsa sekali lagi dan meminta Caca menyerahkannya pada Pak Wanto.Hari ini dia tidak perlu ke lokasi konstruksi. Oleh karena itu, dia tetap berad

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 155

    Mahendra mengangguk dan sambil bercanda berkata, “Zola, Jeffry menyukaimu? Beberapa tahun terakhir aku nggak pernah melihat dia ada kekasih atau gosip. Karena kamu, ya?”Ekspresi Zola berubah seketika. Dia berkata, “Mahendra, jangan pernah bicara seperti itu lagi. Kalau nggak, Jeffry akan direpotkan. Selain itu, dia menjagaku selayaknya seorang adik.”  “Kamu begitu yakin?”“Bukan yakin, tetapi pasti. Aku sangat mengagumi orang berbakat seperti Jeffry. Aku juga suka sifatnya yang jujur dan nggak ada yang ditutupi. Kalau kami memang cocok, mungkin aku nggak akan berdiri di sini dan berbincang denganmu tentang ini.”Sifatnya sangat serius dan kalimatnya cukup tegas. Mahendra dengan cepat berkata, “Maaf, aku yang terlalu banyak berpikir.”“Nggak apa-apa,” ujar Zola dengan datar.Pintu lift juga terbuka di waktu yang sama. Keduanya keluar dan masuk dalam mobil masing-masing. Zola mengendarai mobilnya dan berhenti di samping Jeffry. Kemudian dia menurunkan jendela dan berkata, “Naiklah.”Le

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 156

    Jeffry tersenyum tipis dan berkata, “Ini teman dekatku, Zola. Sekarang sedang berkarir di Kota Binru. Semoga Pak Chris bisa menjaganya dengan baik.”“Teman dekat?” ulang Boris penuh penekanan.Wajah Tyara seketika pucat pasi. Kedua matanya yang dingin menatap ke arah Zola.Jeffry mengangguk dan menjawab, “Benar.”  “Halo, Pak Boris,” sapa Zola pura-pura nggak kenal dan tersenyum.“Halo, Bu Zola.” Suara lelaki itu terdengar rendah. Matanya menatap perempuan itu dalam dan penuh arti. Setelah itu dia mengalihkan tatapannya. Namun entah mengapa, sikap lelaki itu ada menyimpan sedikit kemarahan.Ketika pelayan menghidangkan makanan mereka, keempat orang tersebut mulai makan. selama makan, Boris dan Jeffry saling berbincang. Dari percakapan mereka, Zola tahu jika keduanya pernah bertemu beberapa tahun yang lalu. Dan pertemuan kali ini karena guru di universitas Boris adalah teman baiknya Jeffry.Ketika Boris tengah berbincang, Tyara berinisiatif menuangkan sup untuk lelaki itu. Gerak-gerikny

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 157

    “Aku dan Zola memang ada sedikit salah paham sebelumnya. Tapi bukan berarti karena kesalahpahaman kami, dia boleh mempertanyakan kinerjaku. Ini nggak adil buat aku.”Kening Jeffry berkerut. Dia menatap Tyara dengan lekat dan berkata, “Apa maksud Bu Tyara? Aku nggak begitu mengerti. Apakah kamu sedang mempertanyakan integritasku? Atau mempertanyakanku cara menyelesaikan masalah?”“Zola itu temanku, sepertinya nggak pantas kamu mengatakan hal seperti itu pada temanku. Aku harap kamu bisa minta maaf pada Zola.”Tyara membelalakkan matanya. Dia mencoba mempertahankan pendiriannya dan berkata, “Jelas-jelas karena Zola mengatakan sesuatu padamu makanya kamu nggak mau bekerja sama denganku. Aku nggak mempertanyakan integritasmu, aku hanya ingin menjelaskan kesalahpahamanku dengan Zola,”“Aku nggak mau kehilangan kesempatan karena difitnah saja.”“Bu Tyara terlalu arogan. Kamu pikir aku bertemu denganmu hari ini karena mau kerja sama? Meski artis terkenal yang berdiri di hadapanku saat ini, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 158

    “Bisa dibilang begitu.”“Karena apa?”“Masalah antara perempuan. Mungkin karena cantik makanya saling membenci?” ujar Zola.Jeffry terkekeh dan berkata, “Dia nggak secantik kamu.”“Terima kasih.”Zola mengantarkan Jeffry sampai di depan hotel. Sebelum turun dari mobil, perempuan itu bertanya, “Kamu benaran nggak berencana kerja sama dengan Tyara? Kalau karena aku, kamu nggak perlu melakukannya.”“Kalau hal ini tersebar, reputasimu akan rusak. Aku dan dia nggak ada masalah besar. Nggak perlu kamu pikirkan.”“Maksudnya kamu mau tanya apakah kamu penting di hatiku?”Kening Zola berkerut seketika. Dia memasang raut dingin seakan mengatakan pada Jeffry untuk tidak berpikir berlebihan. Jeffry sendiri juga tidak sedang bercanda. Dengan serius dia berkata,“Bukan karena kamu atau orang yang lainnya. Hanya murni keputusanku sendiri. Banyak orang yang mau aku menulis lagi untuknya, bahkan orang-orang yang lebih terkenal dan berbakat dibandingkan Tyara. Tapi aku nggak ada yang menyetujuinya.”“Ka

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 159

    Apalagi pernikahan mereka memang ingin ditutupi. Kalau dia memberi tahu orang lain sesuka hati, nanti Tyara akan marah. Jika Tyara marah, maka artinya Boris juga akan marah, ‘kan?Zola merasa tidak berdaya dan menertawakan dirinya sendiri. Kenapa lelaki itu selalu bisa membuatnya merasa terpojokkan?Dia tidak ingin melanjutkan kembali topik tersebut. Zola mendorong Boris dan berkata, “Lantainya dingin, aku mau pakai sandal rumah.”Boris baru bergeser dan mundur setengah langkah. Dia menatap perempuan itu yang selesai mengenakan sandal rumah dan berkata, “Karena kamu nggak dapat kesempatan untuk bilang sama dia, dan kebetulan dia ada di sini, kita undang dia makan bersama.“Sebagai bentuk terima kasih juga atas perhatian dan didikan papanya padamu. Nggak mungkin muridnya menikah tapi sebagai guru nggak tahu, ‘kan?”“Boris, kamu nggak takut kesannya pada Tyara semakin buruk setelah tahu kita suami istri? Memangnya kamu nggak berharap dia kerja sama dengan Tyara?”“Bukan aku yang menentuk

Latest chapter

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status