Share

Bab 156

Author: Jus Pir
Jeffry tersenyum tipis dan berkata, “Ini teman dekatku, Zola. Sekarang sedang berkarir di Kota Binru. Semoga Pak Chris bisa menjaganya dengan baik.”

“Teman dekat?” ulang Boris penuh penekanan.

Wajah Tyara seketika pucat pasi. Kedua matanya yang dingin menatap ke arah Zola.

Jeffry mengangguk dan menjawab, “Benar.”

“Halo, Pak Boris,” sapa Zola pura-pura nggak kenal dan tersenyum.

“Halo, Bu Zola.” Suara lelaki itu terdengar rendah. Matanya menatap perempuan itu dalam dan penuh arti. Setelah itu dia mengalihkan tatapannya. Namun entah mengapa, sikap lelaki itu ada menyimpan sedikit kemarahan.

Ketika pelayan menghidangkan makanan mereka, keempat orang tersebut mulai makan. selama makan, Boris dan Jeffry saling berbincang. Dari percakapan mereka, Zola tahu jika keduanya pernah bertemu beberapa tahun yang lalu. Dan pertemuan kali ini karena guru di universitas Boris adalah teman baiknya Jeffry.

Ketika Boris tengah berbincang, Tyara berinisiatif menuangkan sup untuk lelaki itu. Gerak-gerikny
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 157

    “Aku dan Zola memang ada sedikit salah paham sebelumnya. Tapi bukan berarti karena kesalahpahaman kami, dia boleh mempertanyakan kinerjaku. Ini nggak adil buat aku.”Kening Jeffry berkerut. Dia menatap Tyara dengan lekat dan berkata, “Apa maksud Bu Tyara? Aku nggak begitu mengerti. Apakah kamu sedang mempertanyakan integritasku? Atau mempertanyakanku cara menyelesaikan masalah?”“Zola itu temanku, sepertinya nggak pantas kamu mengatakan hal seperti itu pada temanku. Aku harap kamu bisa minta maaf pada Zola.”Tyara membelalakkan matanya. Dia mencoba mempertahankan pendiriannya dan berkata, “Jelas-jelas karena Zola mengatakan sesuatu padamu makanya kamu nggak mau bekerja sama denganku. Aku nggak mempertanyakan integritasmu, aku hanya ingin menjelaskan kesalahpahamanku dengan Zola,”“Aku nggak mau kehilangan kesempatan karena difitnah saja.”“Bu Tyara terlalu arogan. Kamu pikir aku bertemu denganmu hari ini karena mau kerja sama? Meski artis terkenal yang berdiri di hadapanku saat ini, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 158

    “Bisa dibilang begitu.”“Karena apa?”“Masalah antara perempuan. Mungkin karena cantik makanya saling membenci?” ujar Zola.Jeffry terkekeh dan berkata, “Dia nggak secantik kamu.”“Terima kasih.”Zola mengantarkan Jeffry sampai di depan hotel. Sebelum turun dari mobil, perempuan itu bertanya, “Kamu benaran nggak berencana kerja sama dengan Tyara? Kalau karena aku, kamu nggak perlu melakukannya.”“Kalau hal ini tersebar, reputasimu akan rusak. Aku dan dia nggak ada masalah besar. Nggak perlu kamu pikirkan.”“Maksudnya kamu mau tanya apakah kamu penting di hatiku?”Kening Zola berkerut seketika. Dia memasang raut dingin seakan mengatakan pada Jeffry untuk tidak berpikir berlebihan. Jeffry sendiri juga tidak sedang bercanda. Dengan serius dia berkata,“Bukan karena kamu atau orang yang lainnya. Hanya murni keputusanku sendiri. Banyak orang yang mau aku menulis lagi untuknya, bahkan orang-orang yang lebih terkenal dan berbakat dibandingkan Tyara. Tapi aku nggak ada yang menyetujuinya.”“Ka

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 159

    Apalagi pernikahan mereka memang ingin ditutupi. Kalau dia memberi tahu orang lain sesuka hati, nanti Tyara akan marah. Jika Tyara marah, maka artinya Boris juga akan marah, ‘kan?Zola merasa tidak berdaya dan menertawakan dirinya sendiri. Kenapa lelaki itu selalu bisa membuatnya merasa terpojokkan?Dia tidak ingin melanjutkan kembali topik tersebut. Zola mendorong Boris dan berkata, “Lantainya dingin, aku mau pakai sandal rumah.”Boris baru bergeser dan mundur setengah langkah. Dia menatap perempuan itu yang selesai mengenakan sandal rumah dan berkata, “Karena kamu nggak dapat kesempatan untuk bilang sama dia, dan kebetulan dia ada di sini, kita undang dia makan bersama.“Sebagai bentuk terima kasih juga atas perhatian dan didikan papanya padamu. Nggak mungkin muridnya menikah tapi sebagai guru nggak tahu, ‘kan?”“Boris, kamu nggak takut kesannya pada Tyara semakin buruk setelah tahu kita suami istri? Memangnya kamu nggak berharap dia kerja sama dengan Tyara?”“Bukan aku yang menentuk

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 160

    “Ini keputusan kantor seperti biasanya. Apa yang harus dimarahkan? Apalagi proyek Leonarto Group ini nggak bisa memberikan apa pun pada kita. Demi perkembangan Morrison Group, kenapa nggak boleh melepaskan sesuatu yang nggak signifikan?”Setelah telepon berakhir, Boris tidak langsung kembali ke kamar. Dia berdiri di balkon dan menghidupkan sebatang rokok.Ekspresinya terlihat datar dan pikirannya dipenuhi pemandangan Zola ketika berbincang dengan Jeffry. Dia bersikap sangat terbuka dan santai dengan lelaki itu. Sikap Zola yang seperti itu tidak pernah dia lihat sebelumnya.Detik itu juga, perasaan tidak nyaman dan marah menyerangnya. Perasaan itu adalah sebuah perasaan siaga yang sulit dijelaskan. Mereka adalah suami istri. Selama belum cerai, maka semua milik perempuan itu adalah miliknya. Namun, ada sesuatu tak kasat mata yang berubah diluar kendalinya dan tidak bisa dijelaskan.Keesokan paginya, Zola terbangun dan tidak mendapati Boris di kamar. Setelah selesai sarapan, dia berangka

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 161

    Zola terdiam seketika. Kenapa tiba-tiba menyerang Leonarto Group?Dia langsung membuka laptop dan mencari tahu berita yang dikatakan Mahendra. Berita tersebut sudah menjadi berita utama nomor satu. Kening Zola berkerut dan berkata, “Kenapa begitu tiba-tiba?”“Dia nggak bilang sama kamu?”“Kami nggak pernah membahas tentang pekerjaan,” kata Zola sambil menggeleng dan masih merasa tidak percaya.Mahendra bertanya lagi, “Belakangan ini kalian ada ribut?”“Nggak ada.”“Apakah karena mau bantu kamu balas dendam? Bagaimanapun, dia nggak mungkin nggak tahu sikap keluarga Leonarto padamu sangat buruk,” ujar Mahendra mencoba cari tahu.“Kami sudah mau cerai. Kalau karena keluarga Leonarta buruk padaku, dan sebagai suami dia mau balas dendam, seharusnya dari dulu dan bukan sekarang,” ujar Zola lagi dengan yakin.Lalu karena apa? Akan tetapi, ini urusan Morrison Group. Meski dia istrinya Boris, dia juga tidak mungkin pergi menanyakannya. Sebaliknya keluarga Leonarto justru mempertanyakannya.Tens

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 162

    “Mahendra, aku nggak apa-apa. Kamu nggak perlu bilang apa pun, aku hanya perlu menenangkan diri.”“Oke, aku keluar dulu. Kamu di sini dulu. Kalau ada apa-apa, panggil aku saja. Aku akan berpihak padamu sampai kapan pun.”Zola hanya mengangguk dan tersenyum sangat tipis.Malam harinya, Zola dan Jeffry hadir di acara ulang tahun. Lokasinya ada di vila termahal di Kota Binru. Seluruh orang kaya yang ada di kota ini rata-rata tinggal di sana.Kedatangan Jeffry langsung disambut oleh sang tuan rumah acara, Pak Leon. Mereka berjabat tangan dan berbasa-basi sejenak. Bahkan Zola juga mendapat perlakuan yang begitu istimewa.“Pak Jeffry dan Bu Zola harus makan dan minum sampai puas. Karena tamunya lumayan banyak, mohon maklumi kalau ada yang kurang.”Jeffry mengangguk dan berkata tidak apa-apa. Setelah itu asisten Pak Leon menghampirinya dan berkata, “Pak Leon, Pak Boris dari Morrison Group datang.”“Pak Boris?” ulang Leon dengan wajah terkejut.Setelah itu dia bergegas berkata. “Pak Jeffry, sa

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 163

    Zola merasa tidak semua hal hanya bisa diselesaikan dengan satu kata “salah paham” saja. Jeffry menatap ke arah Zola dan tersenyum lembut sambil berkata,“Sudah, Zola, kalau dilanjutkan lagi nanti Bu Tyara menangis.”Setelah itu dia menatap Tyara dan berkata dengan suara tanpa emosi, “Bu Tyara, Zola memang manja. Seharusnya kamu nggak keberatan, ‘kan?”Mendengar itu membuat Tyara hanya terdiam tanpa berani membantah. Dia menatap lelaki di sampingnya, tetapi lelaki itu terus menatap Zola dengan lekat. Hal itu membuat Tyara marah, tetapi tidak bisa berbuat apa pun.Suasana di antara mereka mulai tegang. Suara Boris tiba-tiba terdengar berkata, “Pak Jeffry, mau minum?”“Boleh,” jawab Jeffry sambil tersenyum.Kedua lelaki itu masing-masing membawa segelas anggur di tangannya. Tyara dan Zola hanya duduk dengan diam di sampign mereka. Meski Boris dan Jeffry tidak akrab, mereka masih ada topik.Keduanya termasuk bisa membicarakan apa saja dan memiliki pengetahuan yang cukup luas. Oleh karena

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 164

    Dia memicingkan matanya penuh peringatan. Wajah lelaki itu terlihat begitu dingin. Zola mengangkat wajahnya dan berkata, “Masih belum sempat bilang.”“Sungguh nggak sempat bilang atau kamu nggak mau bilang statusmu yang sudah menikah?”“Boris, apa yang dikatakan Jeffry juga nggak salah. Meski aku bilang hubungan kita, memangnya dia salah kalau bilang aku nggak ada pacar? Kamu bukan pacarku juga, ‘kan?”“Lalu aku siapa?”“Suami.”Suami yang tidak mencintainya, suami yang akan menceraikannya dan mencintai orang lain. Namun, apa pun itu, mereka masih terikat oleh sebuah surat sertifikat. Sehingga mereka masih disebut sebagai suami istri.  Zola menjawabnya dengan alami dan sepertinya membuat Boris puas. Lelaki itu tersenyum samar dan berkata, “Kalau begitu, sekarang kamu kasih tahu Jeffry tentang hubungan kita dan sampaikan juga tentang undangan makan malam itu padanya.”“Sekarang nggak tepat untuk bahas masalah itu.”“Apa maksudnya nggak tepat? Kamu pikir kapan saat yang tepat? Zola, kam

Latest chapter

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status