"Carl, ayo! Kita harus menemukan Hazel. Jangan sampai Hazel tersesat!" teriak Jonathan sambil terus menarik tali pengekangan kuda yang ia tunggangi."Sepertinya, ke arah Utara, Tuan!" jawab Carl. Jonathan dan Carl melintasi hutan dengan hati-hati, berusaha mencari jejak Hazel. Mereka mengikuti jejak kaki yang terlihat di tanah dan mencoba menghindari duri-duri dan semak-semak yang menghalangi jalur mereka.Pria bermanik biru itu merasa semakin khawatir dan gelisah. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada wanita pujaan hatinya itu di dalam hutan yang gelap dan berbahaya ini. Saat melewati jalan bercabang, Carl tidak sengaja melihat ada bekas tampak kaki saat cahaya senter pada dahinya menyoroti bekas tapakan itu. "Tuan!" panggil Carl. Jonathan menarik tali kekang kudanya, membuat kuda yang ia tunggangi itu berhenti. Jonathan menoleh ke arah Carl. "Apa kau menemukan sesuatu?" "Ada bekas kaki yang terlihat masih baru di sini, Tuan!" seru Carl. Jonathan membimbing ku
Carl mengikuti perintah Jonathan, ia juga melihat kepulan asap yang berasal dari arah jauh di dalam hutan."Apa yang terjadi, Tuan?" tanya Carl dengan khawatir."Mungkin ada yang membakar kayu atau batang pohon. Kita tidak akan tahu kepastian sampai kita memeriksanya," jawab Jonathan.Jonathan menarik tali kekang kudanya, membuat kuda itu berhenti. Carl juga mengikuti gerakan majikannya dengan menahan tali kekang kudanya, membuat kuda itu berhenti di belakang Jonathan.Jonathan turun dari kudanya dan memerintahkan Carl untuk memeriksa kepulan asap itu. "Aku akan mengamati ke arah sana. Jika ada hal yang mencurigakan, kita kembali ke rumah kosong itu.""Sesuai perintahmu, Tuan," jawab Carl, lalu Carl menarik kudanya pergi ke arah kepulan asap itu.---"Mike, sepertinya ada yang datang," Ucap Hazel, ketakutan.Tubuh Hazel menegang kala dia mendengar suara tapak kaki kuda yang menuju ke arah tempat di mana dia dan Mike sedang bersembunyi.Bukan hanya Hazel saja yang menegang, namun Mike
"Tuan, tolong jangan marah. Percayalah padaku. Jika aku dan Mike tidak ada hubungan apa-apa. Mike merangkulku tadi, karena aku kehilangan kacamataku." Di atas pelana kuda yang bergerak, Hazel memberikan penjelasan. Meski ia tahu jika Jonathan tidak akan percaya perkataannya. "Kau kehilangan kacamatamu? Atau kau lupa meletakkan kacamata matamu setelah tidur dengan Mike?"Sudah berapa kali Hazel membuang napas panjang. Dia tidak tahu harus menjelaskannya bagaimana lagi. "Terserah, Tuan. Apapun hukuman yang akan Tuan berikan, aku akan terima." Jonathan tidak menjawab, ia hanya menggenggam tali kekang kuda dan terus bergerak menuju ke arah Villa. Hati pria itu terlalu sakit membayangkan bagaimana Hazel dan Mike bergelut di rumah kosong itu. 'Aku tidak percaya jika seorang wanita seperti Hazel membuat aku sekacau ini. Bagaimana bisa dia sampai pada titik ini? Apakah rasa cemburu ini benar-benar membuatku buta?'Sementara itu, angin yang berhembus semakin kencang, seolah mewakili bada
"Kamu itu seharusnya lebih tegas, Dong! Masa kamu membiarkan calon istrimu dibawa oleh sepupumu sendiri?!" Natasya semakin kesal. Wanita itu mondar-mandir tak karuan memikirkan rencana agar Jonathan bisa lepas dari jerat Hazel, wanita yang hanya dianggap sampah. Edward, yang duduk sambil memainkan gelas anggur juga ikut frustasi. Dia tidak menyangka jika Jonathan begitu terobsesi dengan Hazel. "Natasya, kau tahu sendiri Jonathan seperti apa, bukan? Bahkan Tante dan Paman pun tidak dapat mengatur Jonathan. Dan pernikahanmu, aku rasa, Jonathan hanya memanfaatkanmu demi mencapai tahta sang pewaris," ucap Edward. Telinga Natasya terasa panas. Sebelum Hazel berada di antara ia dan Jonathan, permainan seperti terkontrol dengan baik. Tetapi, semua impan dan rencananya gagal hanya karena kehadiran Hazel. "Aku harus membunuh wanita itu dengan tanganku sendiri—" ucapan Natasya terhenti kala Edward berdiri di hadapan wanita itu. "Membunuh? Kau pikir, aku akan membiarkan kau melakukan itu,
"Nak, kamu tidak pergi ke kantor?" Pagi-pagi sekali, Hazel sudah duduk di teras rumahnya. Mengirup udara pagi yang memberikan ketenangan bagi Hazel setelah ia mengalami beberapa kejadian yang membuat ia terluka. Mendengar suara lembut sang ibu, Hazel menoleh sambil tersenyum perih. "Aku akan pergi ke kantor, Bu. Tapi... Aku hanya datang memberikan surat pengunduran diriku," jawab Hazel, lemas. Malam itu, setelah Jonathan melemparkan uang, Hazel yang merasa terihina segera memungut pakaiannya dan pergi dari Vila.Dan Mike, pria itu sudah lebih dulu di antar oleh Carl, Hazel harus berlari membawa tangis keluar dari Vila memesan taksi. Dan saat ini, Hazel harus menerima nasib ketika Jonathan meminta Hazel memberikan surat pengunduran dirinya melalui email yang Hazel terima. "Loh, Nak, apakah kamu membuat masalah yang besar di perusahaan?" tanya Amy, terkejut mendengar penuturan putrinya. Hazel tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan. "Tidak, Bu. Aku tidak melakukan sesuatu yang salah
"Tolong kerjakan yang ini juga. " Jonathan meletakkan beberapa dokumen di atas meja Hazel. Hasil yang melihat apa yang dibawa oleh atasannya itu membuat dia melongo, mulutnya terbuka lebar. "Tuan Presdir, ini ... Apakah aku sendiri yang harus mengerjakan semuanya?"Jonathan menyandarkan bokongnya di sisi meja. Pria bermanik biru itu menyilangkan kedua tangan, menatap Hazel yang duduk di kursi kerja dengan datar."Siapa yang menjadi atasan di sini, huh?" Hazel tertunduk, membenarkan kacamatanya. Percuma meminta keadilan dengan atasan laknat seperti Jonathan. Ingin sekali Hazel pergi dari perusahaan ini, meski dia membutuhkan perkerjaan tersebut. Namun, pada kenyataannya, Hazel bahkan tak mampu menolak kala Jonathan meminta ia tetap bekerja di perusahaan. "Aku paham. Dan aku akan mengerjakan ini semua," jawab Hazel, tangannya kembali bergerak di atas keyboard. Jonathan mengusap pucuk kepala Hazel. "Bagus, jika sudah selesai, antar ke ruanganku." setelah berkata demikian, Jonathan b
"Baik, Tuan," jawab Carl sambil membungkuk hormat.Jonathan mengusap rambutnya dengan gusar. Dia lalu menyusuri ruangan, menatap lantai."Seharusnya aku sadar, aku tidak asal percaya dengan video itu. Apakah aku harus melawan orang tuaku sendiri hanya untuk perasaanku yang konyol ini?" pikir Jonathan.Perasaannya penuh dilema antara seorang pewaris dan juga rasa yang ia pendam untuk Hazel. Beberapa menit Jonathan memikirkan hal-hal terkait keputusan. Namun ia hanya mendapatkan jalan buntu."Sudahlah, aku akan melihat Hazel terlebih dahulu. Apa yang wanita kaca mata kuda itu lakukan." Jonathan menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Jonathan tahu bahwa menghadapi masalah ini tidaklah mudah. Apalagi ia harus berhadapan dengan konflik yang timbul dari keluarganya sendiri. Jonathan melangkah keluar ruangan dengan cepat, menuju ke tempat di mana Hazel bekerja. Akan tetapi, tubuh Jonathan membatu melihat di balik kaca transparan saat Mike, tengah menutupi tubu
Natasya terhuyung ke belakang, pipi wanita itu terasa panas dan perih akibat tamparan Jonathan. Dia menatap Jonathan dengan tatapan penuh rasa sakit dan kebingungan."Apa maksudmu menamparku?" tanya Natasya dengan suara bergetar.Jonathan berdiri di depan wanita itu, dengan sorot mata penuh kemarahan. "Aku tahu semuanya, Natasya! Apa maksudmu menjebak Hazel? Membuat skenario agar aku beranggapan jika Hazel adalah wanita licik seperti dirimu, huh?!" marah Jonathan.Natasya tercengang, dia menatap Jonathan dengan pupil mata bergetar. "Tidak, aku tidak melakukan hal itu. Kau... Kau jangan asal menuduhku, Jo," ucap Natasya dengan terbata-bata. Jonathan mencengkeram kedua pipi Natasya dengan kuat. "Kau kira aku sebodoh itu? Aku melihat bukti-buktinya sendiri, Natasya. Kau pikir dengan melakukan cara picik seperti ini membuatku tertarik padamu? Aku bahkan jijik dan lebih mantap untuk tidak menikahimu!" Jonathan menggeram, wajahnya semakin mendekat ke wajah Natasya.Natasya merasa napasnya