Sissylia Fransiska, model laris yang citranya terbangun karena skandal yang terjadi antara dirinya dan seorang CEO multi-internasional yang telah berkeluarga dan memiliki anak.
Media santer memberitakan keburukan seorang Sissylia Fransiska. Namun seperti sebuah peluang bagus, hal itu justru membuat namanya semakin melejit, sampai brand-brand terkenal menggunakan dirinya sebagai brand ambassador mereka.
Terlebih, baik Sissy maupun sang CEO memilih bungkam dan tidak mengklarifikasi berita tersebut, dan diperparah dengan keduanya yang tidak jarang kedapatan keluar bersama.
"Ketika kamu menjadi buruk, maka aku harus terlihat sama buruknya denganmu." Mr CEO.
"This is my way of life, baik buruknya adalah jalan yang harus aku tempuh, bukan begitu?" Sissylia Fransiska.
***
Di sebuah apartemen.
Sissy bergelung manja dalam pelukan seorang pria, wanita itu begitu menikmati malam ini. Jarang-jarang pria yang tengah memeluknya itu menghabiskan waktu akhir pekan bersamanya.
"Cala, kenapa kamu membiarkan semuanya meliar tanpa bisa dikendalikan?" Sissy bertanya, sambil menikmati usapan telapak tangan hangat milik pria yang dia panggil Cala pada lengannya.
"Apa kamu merasa risih dengan pemberitaan itu Sissy?" bukannya menjawab, Cala justru balik bertanya.
"Entahlah, aku tidak tahu apa yang aku rasakan. Semuanya terasa sama saja bagiku," ucapnya tak peduli, "Lalu, apa kamu tidak keberatan dengan pemberitaan itu?"
"Aku tidak keberatan. Malah, aku suka dengan kesan bahwa aku memang menjalani suatu hubungan denganmu."
"Bukankah memang begitu kenyataannya?" Sissy bertanya pada Cala sambil mendongak menatap mata pria itu.
Bukannya menjawab, Cala malah mencium bibir Sissy dengan lembut, melumatnya perlahan sambil mempererat pelukan mereka.
Arcala Ragananta namanya, seorang CEO di perusahaan Caly World yang bergerak dibidang ekspedisi. Pria yang santer dikabarkan memiliki hubungan gelap dengan seorang Model pendatang baru bernama Sissylia Fransiska. Berkat pemberitaan media, namanya langsung melesat bak roket saat skandal itu ramai diberitakan di setiap stasiun televisi.
"Seorang model pendatang baru bernama Sissylia Fransiska, dikabarkan memiliki hubungan gelap dengan CEO Caly World, Arcala Ragananta."
"Seperti yang santer dikabarkan selama ini, jika model pendatang baru bernama Sissylia Fransiska atau yang biasa dipanggil Sissy, menjadi orang ketiga di dalam biduk rumah tangga Arcala Ragananta dan Ressi Fatmalodya. Baik Sissy maupun Arcala memilih bungkam dalam hal ini seolah membenarkan apa yang terjadi di antara mereka."
"Dikabarkan bahwasanya Ressi; sang istri sah, hanya mampu menangis sambil memeluk putrinya yang bernama Valleria Fatma Ragananta. Sebagai sesama perempuan, tidakkah hati sang model terketuk melihat itu semua? Jawabannya, tentu saja hanya mereka yang tahu."
Seorang wanita yang terlihat elegan menonton berita itu dengan ekspresi datar.
"Mommy, bukankah itu tadi nama daddy?"
Wanita yang dipanggil mommy itu pun lantas memeluk gadis kecil yang baru saja bertanya, seraya mengangguk membenarkan pertanyaan sang putri.
"Lalu siapa Sissy itu, Mommy?"
"Hanya duri kecil yang menusuk di dalam daging mommy, Sayang. Menyakitkan, tapi sulit dihilangkan."
"Kenapa tidak dibawa ke dokter kalau mommy kesakitan?"
"Ya, kamu benar Valeri, duri kecil itu harus dikeluarkan dari diri mommy. Sekalipun taruhannya adalah nyawa mommy sendiri," ujar wanita tersebut lirih.
"Jangan tinggalkan Valeri, Mom. Valeri sayang Mommy."
Ressi memeluk Valeri dalam keremangan kamar putrinya. Suaminya belum pulang. Dan dia tahu ke mana Raga pergi, sangat-sangat tahu. Akan tetapi sekarang belum waktunya baginya untuk bertindak. Untuk saat ini pemberitaan media sudah cukup membantunya.
Karena wanita itu sadar, terlalu banyak bergerak, justru akan membuat Raga memainkan trik busuknya pada Ressi. Ressi akan diam dan membiarkan bola panas bergulir di media lalu melahap Sissy dan Raga sampai menjadi abu.
***
Cala bergerak resah di ranjang milik Sissy, sedangkan sang empu tengah menikmati sebatang rokok dan segelas red wine di balkon kamarnya. Angin malam tidak menggentarkan Sissy meski dia hanya mengenakan selembar kain tipis untuk menutupi tubuh polosnya.
Pemandangan hitam nan pekat dengan titik-titik kecil lampu jalan menjadi penghias yang menemani keluh sendu wanita tersebut.
Sesapan red wine serta hisapan rokok Sissy lakukan secara bergantian, sampai lengan kokoh itu memeluknya dari belakang dan menumpukan dagu kasarnya di pundak polosnya.
Berapa hari pria itu tidak bercukur? batinnya bertanya.
"Kenapa sudah bangun?"
"Karena tidak ada kamu disampingku." jawabnya terdengar manja.
"Jangan seperti anak kecil, Cala." tegur wanita cantik itu main-main.
Bukannya marah, pria itu justru tergelak sambil menggoda sang kekasih, "Aku tanpamu seperti butiran debu, Sissy."
"Cih, jangan sok puitis! Itu menggelikan!"
Memutar tubuhnya, Sissy berhadapan langsung dengan dada bidang Cala. Ia terpesona dengan pemandangan gagah prianya. Hingga membuatnya memiliki bayangan ingin menyiramkan red wine ke dada bidang itu lalu mengecup dan menjilatnya perlahan. Sampai kemudian __
"Apa yang kamu bayangkan, hm?"
Bersambung…
"Apa yang kamu bayangkan, hm?" goda Cala pada kekasihnya, "Lihatlah seperti apa tampangmu sekarang." tambahnya merujuk pada pupil Sissy yang mengecil dan matanya yang tampak berkabut.Menggelengkan kepalanya, Sissy berusaha menghilangkan bayangan erotis yang menginvasi otaknya barusan. Tiba-tiba, dia mengalungkan kedua tangannya di leher Cala, sehingga tatapannya beradu pandang dengan pria itu."Mau berdansa?" Cala bertanya sambil mengecup singkat dan mesra bibir wanitanya itu.Tidak rela dengan tindakan Cala yang melepas kecupan ringan itu, Sissy memasang wajah sedih, membuat Cala tersenyum maklum. Dia sedikit banyak dapat menebak apa yang diinginkan oleh Sissy. Karena dia juga merasakan hal yang sama. Kerinduan untuk bisa terjalin satu sama lain.Jarang bertemu membuat keduanya tidak bisa selalu menghabiskan quality time berdua. Dan malam ini, dia sepenuhnya ingin menghabiskan waktunya bersama wanita yang dia cintai.
Keesokan paginya, dengan rambut tergerai basah, Sissy yang mengenakan kemeja kebesaran milik Cala terlihat berkutat di dapur. Wanita cantik itu tampak sibuk membuatkan sarapan untuk mereka berdua. Terlalu serius membuat omelet, Sissy dibuat terkejut hingga wanita itu melempar spatulanya ketika Cala memeluk dan mencium titik sensitifnya yang ada di leher. Sissy melenguh lirih, menikmati perlakuan Cala saat pria itu menghisap titik tersebut sampai meninggalkan bekas kemerahan yang cukup jelas. Sampai keintiman itu diinterupsi dengan aroma gosong yang menyapa hidung keduanya. Baru saat itulah Sissy sadar dari transnya dan dengan panik mematikan kompor. Terlepas dari keintiman yang hampir membuat jantungnya copot. Menghindari perlakuan Cala yang lain yang sekiranya, sudah pasti akan membuyarkan konsentrasinya sampai ke tepi jurang. "Cala ... omeletnya gosong." Sissy menatap miris pada omelet setengah gosong di dalam pan miliknya. "Setengah gosong. Sepertinya itu masih bisa dimaka
Membuka pintu rumahnya, lalu masuk tanpa rasa bersalah sedikitpun, Cala berniat ingin pergi ke kamarnya langsung, sampai sebuah suara dari arah sampingnya membuatnya menghentikan langkah."Ingat pulang Raga?"Cala memalingkan muka ke sumber suara berasal dan mendapati orang yang menyandang status sebagai nyonya rumah ini sedang duduk dengan postur anggun sambil menyesap teh, dan ditemani dengan sifon cake yang diletakkan di atas meja.Ketika Ressi menyapa pria yang tak lain adalah suaminya, ekspresi wajahnya tampak datar seakan yang kini menatapnya balik bukan suaminya melainkan orang asing.Cala terdiam mendengar sapaan sarkas itu dan memandang wanita tersebut dengan raut datarnya."Aromamu persis seperti wanita murahan itu ... menjijikkan!" ujar Ressi lagi menyindir Cala dengan senyuman manis yang dibuat-buat.Suara yang Ressi ucapkan terdengar lembut dan tidak ada kesan menunjukkan emosi lain dari wanita itu sama sekali.
"A-apa ... ?" tidak yakin, Ressi bertanya dengan nada yang amat lirih namun masih bisa didengar oleh Cala. Berdecak pelan karena Cala malas mengulang perkataannya. Namun, dia tetap mengulanginya juga agar Ressi mendengar dengan jelas ucapannya. "Kamu mengatakan jika tidak enak badan kan? Maka istirahatlah. Biar Valeri berangkat bersamaku," ulangnya dengan lebih tegas. Mau se-tidak-suka apapun Cala pada Ressi, dia tetaplah wanita yang harus Cala perlakukan dengan baik. Tanpa pria itu sadari jika perlakuannya akan menjadi bumerang baginya di kemudian hari. "Istirahatlah, jangan melakukan aktivitas apapun. Apa gunanya aku mempekerjakan asisten rumah tangga, jika kamu tetap melakukan semuanya sendiri." gumamnya terdengar mengeluh, "Ayo Valeri, kamu sudah ambil tas kamu, baby?" "Sudah, Dad. Ada di sofa di ruang tamu." Saat berjalan keluar dari ruang makan, Valeri melompat-lompat dengan perasaan bahagia karena hari ini dia akan pergi ke sekolah bers
Setelah mati-matian berusaha mengeluarkan pertanyaan yang bercokol di kepalanya, akhirnya Valeri mampu bertanya pada sang ayah meski dengan lirih. Gadis kecil itu langsung menunduk tanpa berani menatap Cala yang masih memaku pandang padanya. Valeri merasa terintimidasi dengan aura Cala, yang terkadang tanpa sengaja pria itu keluarkan saat merasa defensif dengan hal-hal berbau Sissylia. Menarik nafas dalam, lalu mengeluarkannya dengan sedikit keras. Cala memejamkan matanya erat-erat, lalu membenturkan belakang kepalanya pada sandaran jok mobil. Dia tahu bahwa suatu saat, dia akan mendapat pertanyaan seperti ini dari putrinya. Akan tetapi dia tidak menyangka bahwa hal itu akan terjadi secepat ini. Baru saja dia merasakan bahagia bersama Sissy, tapi sekarang dia ditampar dengan kenyataan ada Valeri di sisinya, yang nantinya butuh penjelasan dari apa yang telah dia lakukan selama ini. Salahnya juga yang tidak meredam berita yang bergulir di media hingga putrinya pu
Perjalanan menuju kantor dari sekolah Valeri memakan waktu cukup lama, untung saja kantor itu milik Cala sendiri. Lagipula jam kerja di sana cukup fleksibel namun tetap menuntut tanggung jawab besar dari para karyawannya. Yah setidaknya mereka harus tahu diri meski sudah dimudahkan bekerja di perusahaan.Jahat?Ah tidak juga, hanya semua memang butuh timbal-balik kan.Sesampainya di kantor, asisten Cala sudah menunggu di pintu depan. Turun dari mobil Cala mulai mendengarkan Dera yang menuturkan apa saja jadwalnya hari ini. Cala tidak suka memiliki asisten perempuan bahkan kalau bisa dia ingin agar pegawai kantornya laki-laki semua. Bukan karena dia mendiskriminasi perempuan, hanya saja perempuan dan mulut pedasnya sudah tidak bisa ditolerir lagi.Tapi kantornya juga butuh pekerja wanita setidaknya untuk menarik klien. Ayolah ... Dia juga bukan orang yang munafik, dia hanya menjadikan pegawai wanita sebagai umpan untuk memancing klien. Si
Resepsionis tersebut menelepon seseorang yang Sissy yakini adalah Xadera, asisten Cala. Mengucapkan sederet kata mengenai kehadiran Sissy dengan wajah sedikit tidak rela, juga kentara sekali memandang Sissy dengan tatapan remeh. Namun, tidak ada sepatah kata penghinaan yang keluar dari bibir tipis resepsionis tersebut. Meletakkan gagang telepon kembali, resepsionis bernama Feby itu pun memasang senyum bisnis. Kemudian mempersilahkan Sissy agar langsung menuju ruangan Arcala menggunakan lift petinggi kantor tersebut. Sissy sudah sering kemari jadi dia sangat hafal di mana letak ruangan kekasihnya itu. Berbalik menuju lift, dia merasakan punggungnya begitu panas dan lehernya meremang. Sensasi itu akan selalu dia dapatkan ketika mengunjungi Arcala dan dia harus selalu tahan dengan penghakiman orang lain. Memasuki lift, begitu pintu lift menutup dia menekan nomor lantai tujuannya. Lalu dia mematut diri pada kaca yang terpasang di dinding lift, kemeja sifon lengan panjang, rok pensil lima
Senyum Arcala mengembang saat Sissylia duduk di atas pangkuannya, meski dia lelah memikirkan rumah. Semua rasa lelahnya seakan luntur ketika dia bersama dengan kekasihnya.Masa bodoh dengan pekerjaan, dia menggaji semua karyawannya bukan untuk berleha-leha saja. Lebih bagus lagi skill Xadera sudah cukup mumpuni untuk meng-handle seluruh pekerjaannya.Hatinya bergejolak mengingat hubungan yang dia miliki, sekaligus status yang mengikatnya selama ini.Belum lagi pemberitaan mengenai dirinya dan juga Sissylia yang selama ini bergulir di media. Seakan ada orang di balik semua skandal yang di-blow up. Sebab semakin dirinya berusaha menutup pemberitaan tersebut, semakin beritanya meledak seperti bola panas.Yang menyulitkan, tiap kali dua berusaha melacak si pembuat berita. Dia pasti kehilangan jejak, seakan itu bukanlah perbuatan manusia tetapi iblis yang tak terlihat."Kamu sudah makan?" tanya Arcala pada wanita yang bergelayut manja pada dirinya."Belum, selesai photoshoot aku langsung ke
Wajah Sissylia nampak berseri-seri ketika dia keluar dari kamar bersama Arcala, keduanya berbincang selama perjalanan menuju ruang makan."Bagaimana dengan pihak manajemen?" tanya Arcala perihal beberapa kontrak yang dibatalkan oleh pihak penyelenggara."Mereka sedikit keberatan, tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi.""Apa mereka meminta pinalti?""Beberapa, ya dan aku sudah membayar pinaltinya." Sissylia nampak tidak keberatan jika namanya tercemar, dia menganggap ini bayaran atas kesalahannya di masa lalu."Jika ada yang meminta ganti rugi, katakan saja padaku," ucap Arcala menenangkan istrinya."Tenanglah, aku masih memiliki cukup uang untuk mengurus semua itu.""Tidak, apa yang kamu alami. Aku ikut andil di dalamnya, jadi aku harus ikut bertanggung jawab. Lagipula sekarang kamu istriku By," jawab Arcala merasa kosong dengan status baru Sissylia. Lidahnya terbiasa dengan panggilan istri untuk Ressi.Keduanya duduk di ruang makan, menantikan hidangan makan siang sambil meliha
Sissylia berusaha melepas gaun pengantin yang rumit itu namun selalu gagal sampai membuatnya mendesah lelah."Loh, kamu belum ganti baju, By?" tanya Arcala yang sudah terlihat segar setelah keluar dari kamar mandi."Aku tidak bisa melepas gaunnya," keluh Sissy dengan kesal."Kamu sendiri loh yang memilih gaun itu," ujar Arcala menggoda namun juga mendekat untuk membantu istrinya."Jangan menggodaku, Cala!""Apa, aku tidak melakukan apa pun." Satu per satu tali temali gaun Sissylia terlepas, punggung mulusnya terlihat sedikit demi sedikit. Membuat Arcala tergiur untuk menyentuh punggung Sissylia menggunakan bibirnya.Mencium inchi demi inchi punggung istrinya tanpa terlewat, Arcala menuntun Sissylia agar berdiri sehingga gaun yang dikenakan olehnya melorot turun di bawah kakinya. "I love your body.""Just my body?" desah Sissylia tertahan ketika Arcala menangkup kedua dadanya dari belakang."Semuanya, aku menyukai semua yang ada pada dirimu." Remasan perlahan yang dia rasakan bahkan s
Tanpa tahu jika putrinya, tengah duduk termenung di dalam kamarnya menatap ke arah jendela.Menantikan daddy-nya yang sudah beberapa hari tidak pulang, kakek dan neneknya baru saja pulang setelah memastikan bahwa cucunya dalam keadaan baik-baik saja.Sama seperti Valeri yang sebenarnya enggan untuk tinggal di dalam rumah Ragananta. Begitu juga Bram dan Rossy yang tidak betah tinggal di sana.Jika saja dia bisa segera menyelesaikan urusannya dengan daddy-nya. Sudah pasti Valeri memilih angkat kaki dari dalam rumah yang kini dia tinggali.Merenung menatap jalanan depan rumah, Valeri menemukan satu mobil yang cukup aneh sebab ada karangan bunga di beberapa bagian.Valeri hanya memperhatikan saja, enggan untuk turun melihat siapa yang datang.Tak berselang lama, Ferrel muncul dari kursi pengemudi. Membuka pintu penumpang, Arcala turun terlebih dahulu menggandeng satu tangan dengan sarung tangan berwarna putih panjang.Saat orang yang digandeng Arcala ikut turun.Valeri berani bersumpah ji
Rintihan itu berubah menjadi erangan dan desahan halus sekaligus berubah dari wajah Ressi kembali ke wajah Sissylia yang nampak tak kuasa menyambut gerakan Arcala yang semakin menggila.Entah berapa kali klimaks yang didapat olehnya, sampai tubuhnya pasrah dengan gerakan Arcala yang tak kunjung sampai.Hingga akhirnya tubuh Arcala menegang dengan gerakannya yang tersendat-sendat. Arcala ambruk di samping tubuh Sissylia yang sudah penuh dengan peluh hasil percintaan mereka. Bahkan cairan miliknya dan milik Sissylia bercampur sampai meluber dari inti wanita di sampingnya."Kamu sudah melepas alat kontrasepsimu?" tanya Arcala berharap mereka akan memiliki anak kembali. Supaya bayangan Ressi hilang darinya ketika dia tengah bercinta dengan Sissylia."Aku tidak akan melepasnya sebelum kita menikah, Cala. Lagipula kasihan Valeri yang sama sekali tidak mendapat kasih sayang dariku."Mencium dahi Sissylia, Arcala membenarkan perkataan kekasihnya dalam diam. Hanya saja dirinya tidak habis fi
Pemberitaan mengenai perceraian Arcala Ressi dan masalah yang menjadi latar belakangnya begitu ramai diperbincangkan di hadapan publik.Bahkan beberapa stasiun televisi tidak sungkan membawa-bawa semua pakar mulai dari telematika sampai pakar astronomi. Bahkan sekelas dukun juga mereka datangkan hanya demi membahas perceraian antara Ragananta dan Fatmalodya.Berbagai foto yang memuat gambar Arcala dari berbagai sisi, dibahas dengan sangat detail. Beberapa kali Sissylia mendapat undangan untuk jadi narasumber atau pengisi acar. Dirinya begitu laris, stasiun televisi yang diambang gulung tikar rela memeras kering sana perusahaan untuk mengundang Sissylia.Benar saja, tak berapa lama setelah kemunculan Sissylia. Stasiun tivi tersebut banjir pujian dan investor.Pemberitaan tentang kandasnya pernikahan Arcala Ressi yang disebabkan oleh orang ketiga tersebar ke seluruh penjuru kota.Di dalam lama sebuah media sosial, baik itu akun milik Sissy maupun Arcala. Panen hujatan namun ada beberap
"Aku akan menikahi Sissy setelah percerainku dengan Ressi resmi.""Terserah padamu Raga, kamu laki-laki. Tidak butuh restu atau wali bukan" gumam Bram di ruang kerja dalam rumahnya.Rossy enggan menemui Cala sebab merasa malu kepada gadis sebaik Ressi. Dia seolah telah menjebak gadis itu untuk tenggelam dalam danau kedukaan selama hidup bersama putranya.Jelas ini sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Arcala meski hanya sedikit meleset.Dia pikir orang tuanya akan menentang niatnya habis-habisan. Nyatanya mereka membiarkan cenderung tidak perduli dengan apa pun yang hendak Arcala lakukan."Papa dan mama benar-benar tidak akan datang saat pernikahanku nanti?" tanya Arcala sekali lagi untuk memastikan jika dia tidak salah dengar.Bram mengangguk tanpa bicara."Lalu apa yang akan kukatakan kepada orang tua Sissylia, Pa?""Kau bisa mencari alasan apa saja, mengurusi Valeri yang sedang ngambek misalnya." Ayah dari Arcala itu mengendikkan bahu tak acuh.Memang benar, beberapa hari terakhir
"Aku kurang tahu, semua terjadi ketika aku, papa dan mama pergi menemui Rivan," jawab Revan datar."Nah iya, apa Rivan kembali ke sini pada akhirnya?" tanya Arga teralihkan."Tidak, dia justru ingin pamit pergi lagi.""Kenapa, tidak kamu tidak Rivan sama menyebalkannya," gerutu Arga yang berjalan menuju parkiran."Kamu ingin mendengar perkara Ressi atau Rivan?!" geram Revan."Kalau bisa dua-duanya kenapa harus salah satu?" Kini dia sudah berada dalam mobil, menyetir sendirian ke arah rumah Ressi."Jangan katakan kamu langsung kemari?" tanya Revan tidak percaya."Apa masalahnya?" Arga mnegetuk-ngetukkan jemarinya pada roda kemudi ketika menunggu di lampu merah untuk menahan diri agar tidak menerobos lampu yang sialannya tidak ada mobil lain yang menanti lampu merah, banyak dari mereka yang lanjut karena belok kiri.Rasanya Arga ingin menekan pedal gas dalam-dalam supaya segera terbebas dari lampu merah itu. "Setidaknya mandilah dulu Arga," cela Revan."Aku akan numpang mandi di kamarm
Seperti yang diinginkan Ressi, sidang cerainya berjalan lancar dengan dia yang sengaja tidak muncul pada tiap sesi sidang bahkan saat mediasi sekalipun.Ketika sidang usai, banyak media yang menyerbu dan mengamati tiap detik jalannya sidang.Arcala memilih diam dan membiarkan pengacaranya yang berbicara tentang alasan perceraiannya dengan Ressi.Tidak pernah Arcala mengucapkan statemen yang sekiranya merugikan Ressi, namun juga dia tidak banyak bicara ketika awak media mulai menyinggung mengenai hubungannya dengan Sissylia.Semua dia serahkan kepada pengacaranya.Di sisi lain, Valeri termenung dan mengurung diri di dalam kamarnya. Dia gentar saat ingin ke luar dari rumah, takut jika sewaktu-waktu para pemburu berita itu mengerumuni dirinya. Belum lagi teman-temannya yang akan menanyakan ini itu padanya.Namun, yang paling menguasai hati gadis kecil itu hanyalah pertanyaan-pertanyaan yang berputar di dalam otak kecilnya.Bagaimana keadaan mommy-nya?Bagaimana perasaan mommy-nya?Apakah
"Kita tidak akan bertemu sampai kamu tahu apa yang kamu mau, Cala," pungkas Sissylia."Tidak tidak, jangan seperti ini aku mohon. Aku justru akan semakin kehilangan arah, tetaplah berada di sisiku," pinta Arcala menggenggam erat kedua telapak tangan kekasihnya.Benar apa yang dikatakan Arcala, jika dia meninggalkan pria itu di saat seperti ini. Bisa jadi lelaki itu justru semakin tersesat dan kehilangan arah lalu tidak akan kembali padanya, lalu untuk apa perjuangan yang dia lakukan selama ini sampai dia rela dipandang buruk oleh semua orang."Okay, aku akan tinggal tapi kamu juga harus menelaah perasaan kamu." Sissylia mencoba meyakinkan diri dengan cara memeluk kekasihnya, mencari pegangan untuk menguatkan perasaannya.Pada akhirnya mereka kembali ke rumah masing-masing.Berita perceraian Ressi dan Arcala menjadi berita yang sangat menggemparkan bagi seluruh media tanah air. Nama Sissylia juga dibawa-bawa dalam setiap berita, sedangkan Ressi tidak pernah sekalipun muncul untuk melak