Perjalanan menuju kantor dari sekolah Valeri memakan waktu cukup lama, untung saja kantor itu milik Cala sendiri. Lagipula jam kerja di sana cukup fleksibel namun tetap menuntut tanggung jawab besar dari para karyawannya. Yah setidaknya mereka harus tahu diri meski sudah dimudahkan bekerja di perusahaan.
Jahat?
Ah tidak juga, hanya semua memang butuh timbal-balik kan.
Sesampainya di kantor, asisten Cala sudah menunggu di pintu depan. Turun dari mobil Cala mulai mendengarkan Dera yang menuturkan apa saja jadwalnya hari ini. Cala tidak suka memiliki asisten perempuan bahkan kalau bisa dia ingin agar pegawai kantornya laki-laki semua. Bukan karena dia mendiskriminasi perempuan, hanya saja perempuan dan mulut pedasnya sudah tidak bisa ditolerir lagi.
Tapi kantornya juga butuh pekerja wanita setidaknya untuk menarik klien. Ayolah ... Dia juga bukan orang yang munafik, dia hanya menjadikan pegawai wanita sebagai umpan untuk memancing klien. Sisanya, kalau mereka mau melakukan kepentingan mereka ya itu urusan mereka sendiri. Yang penting tidak mempengaruhi kantor dan juga kinerja karyawan itu sendiri.
Namun, di kantor miliknya, Cala menekankan dengan sangat jelas di dalam draft peraturan kantor. Jika seluruh karyawan Caly World dilarang mencampuri urusan pribadi karyawan lainnya, kecuali jika sang empu privasi mengizinkan. Jadi sejak Cala membuat peraturan itu keadaan kantor jauh lebih kondusif, meski mata-mata sinis, kepo dan lain sebagainya hampir mampu melubangi punggungnya.
Selama mereka tidak melakukan secara terang-terangan yang pasti akan susah karena setiap sudut ruangan diawasi oleh cctv.
Boss selalu benar, ingat!
Jangan mengusik privasi orang lain.
Akan tetapi Cala tidak akan memberikan privasi bagi karyawannya.
Egois?
Sudahlah, itulah resiko menjadi pekerja di kantor Cala. Namun,semua itu juga sebanding dengan gaji, bonus, dan tunjangan yang mereka dapatkan.
"Terakhir, nona Sissylia membuat janji untuk bertemu dengan Anda makan siang nanti, Pak. Beliau mengatakan jika akan menemui Anda di ruangan Anda."
Untung saja saat mengatakan hal itu, Dera dan Cala sudah berada di dalam lift khusus petinggi kantor.
"Baiklah, jangan lupa katakan pada Feby agar mengijinkan Sissy langsung masuk." ujar Cala memerintah Dera.
"Baik, Pak."
Setelah lift sampai pada lantai tempat ruangannya berada, Cala dan Dera segera keluar dan berjalan dengan sedikit cepat menuju ruangannya. Cala tidak suka jika ruangan asisten berada di dalam satu ruangan dengannya, maka untuk asisten dia meminta pada pihak kontraktor untuk membuat ruangan sendiri, jadi orang akan berpikir jika kantornya memiliki dua pemimpin. Ya memang bisa dikatakan seperti itu sih, karena kalau Cala sedang malas meeting atau bertemu klien maka Dera yang akan melakukannya. Jika saja Dera adalah orang yang memiliki hati yang busuk, maka dia akan menjual informasi perusahaan pada saingan mereka.
Namun, sekali lagi saat Cala mempercayai seseorang maka dia akan menjerat orang itu sampai bernafas pun harus dengan izinnya. Setelah orang itu tunduk pada Cala maka jangankan bernafas, dunia akan Cala berikan untuk orang tersebut. Itu hanyalah perumpamaan saja. Bukan berarti Cala akan benar-benar memberikan dunia untuk orang itu, hanya apapun yang orang tersebut butuhkan akan Cala sediakan.
Masuk ke ruangan masing-masing, Cala mulai tenggelam pada pekerjaannya. Hingga tanpa dia sadari waktu telah beranjak siang. Mendesah lelah, Cala menyandarkan diri pada kursi setelah menandatangani dokumen terakhirnya, dia mengharap agar kekasihnya segera tiba. Lalu dia akan mengisi ulang tenaganya pada kekasihnya itu, sampai ponsel Cala bergetar menandakan ada pesan masuk.
Revan:
Tuan, nyonya tidak keluar sama sekali dari rumah.
Arcala:
Baiklah, tetap pantau dan turuti apa yang dia mau. Coba tanya apa dia mau ke dokter, tadi dia tidak menghabiskan makanannya, siapa tahu dia sedang sakit.
Revan:
Baik Tuan.
Membalik ponselnya, Cala memejamkan mata meresapi pening yang tiba-tiba muncul.
***
Sissylia menetap di dalam mobil beberapa menit setelah dia sampai di kantor milik Arcala, diam mengamati ruangan di lantai atas tempat pria itu berada.
Bukan sekali dua kali dia mendatangi kantor pria itu tapi Sissy tetap merasa asing dengan orang-orang di dalam sana. Hanya di dalam ruangan bersama Cala dia merasa nyaman dan untuk menuju ke sana dia harus bertemu banyak orang.
Menghela nafas sekali lagi Sissy mempersiapkan diri untuk turun.
"Berapa ongkosnya, Pak?"
"Lima puluh ribu, Mbak."
Membuka tas tangan yang dia bawa, Sissy mengambil selembar uang yang disebutkan oleh driver taksi online yang dia tumpangi lalu menyerahkan uang tersebut. Turun dari taksi perasaan Sissy memintanya untuk berbalik saja. Namun hatinya meminta bertemu dengan belahan jiwanya sampai hatinya lah yang menang.
Melangkah perlahan menuju lobi kantor, sambutan yang Sissy rasa tidak cukup tulus dia dapatkan dari orang kantor. Dia tahu jika apa yang dia lakukan itu salah, namun apa yang salah jika cinta sudah melabuhkan diri.
Seperti kata mereka, bahwa cinta itu buta.
Menghampiri resepsionis, Sissy menguatkan hati sekali lagi untuk memohon izin. Meski mungkin dia memiliki cinta yang salah maka, cukuplah hal itu yang menjadi hal buruk dalam dirinya. Dia ingin membangun citra dan attitude yang baik dalam bersosialisasi dengan orang lain.
Tidak peduli apakah hal itu bisa diterima atau tidak setidaknya dia telah mencoba.
"Mbak, saya ingin bertemu dengan bapak Arcala."
"Sudah membuat janji?"
"Sudah."
"Atas nama siapa Mbak?"
"Sissylia Fransiska."
Resepsionis dengan name-tage Feby itupun sedikit terkejut dan mulai memasang wajah yang tidak mengenakkan bagi Sissy.
'Sabar, sabar sudah biasa seperti ini. Tidak perlu kamu masukkan ke dalam hati, kamu sudah terlatih untuk hal-hal begini bukan.' Sissy membatin meski tidak urung perasaannya terasa perih juga. Dia merasa apakah dirinya pantas mendapat kebencian dari semua orang?
Bersambung…
Resepsionis tersebut menelepon seseorang yang Sissy yakini adalah Xadera, asisten Cala. Mengucapkan sederet kata mengenai kehadiran Sissy dengan wajah sedikit tidak rela, juga kentara sekali memandang Sissy dengan tatapan remeh. Namun, tidak ada sepatah kata penghinaan yang keluar dari bibir tipis resepsionis tersebut. Meletakkan gagang telepon kembali, resepsionis bernama Feby itu pun memasang senyum bisnis. Kemudian mempersilahkan Sissy agar langsung menuju ruangan Arcala menggunakan lift petinggi kantor tersebut. Sissy sudah sering kemari jadi dia sangat hafal di mana letak ruangan kekasihnya itu. Berbalik menuju lift, dia merasakan punggungnya begitu panas dan lehernya meremang. Sensasi itu akan selalu dia dapatkan ketika mengunjungi Arcala dan dia harus selalu tahan dengan penghakiman orang lain. Memasuki lift, begitu pintu lift menutup dia menekan nomor lantai tujuannya. Lalu dia mematut diri pada kaca yang terpasang di dinding lift, kemeja sifon lengan panjang, rok pensil lima
Senyum Arcala mengembang saat Sissylia duduk di atas pangkuannya, meski dia lelah memikirkan rumah. Semua rasa lelahnya seakan luntur ketika dia bersama dengan kekasihnya.Masa bodoh dengan pekerjaan, dia menggaji semua karyawannya bukan untuk berleha-leha saja. Lebih bagus lagi skill Xadera sudah cukup mumpuni untuk meng-handle seluruh pekerjaannya.Hatinya bergejolak mengingat hubungan yang dia miliki, sekaligus status yang mengikatnya selama ini.Belum lagi pemberitaan mengenai dirinya dan juga Sissylia yang selama ini bergulir di media. Seakan ada orang di balik semua skandal yang di-blow up. Sebab semakin dirinya berusaha menutup pemberitaan tersebut, semakin beritanya meledak seperti bola panas.Yang menyulitkan, tiap kali dua berusaha melacak si pembuat berita. Dia pasti kehilangan jejak, seakan itu bukanlah perbuatan manusia tetapi iblis yang tak terlihat."Kamu sudah makan?" tanya Arcala pada wanita yang bergelayut manja pada dirinya."Belum, selesai photoshoot aku langsung ke
Cala suka ketika Sissy lepas seperti ini. Begitu cantik, indah di hadapannya dan itu hanya miliknya seorang.Desahan keduanya saling bersambut, bahkan tidak cukup dengan duduk di kursi. Meja kerja pun tak luput dari keduanya yang tengah meluap memadu cinta tanpa kenal lelah menghujam Sissy. Berkali-kali wanita itu mengais orgasmenya sedangkan Cala sekalipun belum menunjukkan tanda-tanda akan sampai.Kali ini imajinasi Sissy tercapai karena Sissy terlalu lemas. Namun, Cala masih belum juga selesai. Memilih karpet lembut sebagai tempat baru, Cala merebahkan Sissy di karpet tersebut. Mengangkat kedua tungkai kaki Sissy ke pundaknya, Cala menghujam lebih dalam, lebih keras berusaha mengejar orgasmenya sendiri. Terlihat dari intensitas hujaman Cala yang semakin pelan, namun dia tekan cukup lama dan dalam pada Sissy.Sissy meraih orgasme keempatnya bersamaan dengan Cala yang juga mencapai puncak. Pria itu ambruk di samping Sissy, keduanya tersengal-s
Keluar dari ruangan bosnya, Dera bersiap menuju butik yang diminta oleh Cala, setelah dia mendapat pesan dari Cala. Membuat dia sangat bernafsu menenggelamkan bosnya itu ke dalam segitiga bermuda tanpa syarat, atau menumbalkan Cala pada harimau jadi-jadian yang siapa tahu bisa membuatnya kaya raya.Yang pasti itu hanya ada dalam angan-angan Dera saja. Siapa pula yang akan menggaji dirinya jika Cala dia tumbalkan.Mengendarai mobil sendiri, Dera hanya berharap semoga saja jalanan tidak macet kali ini. Karena sejujurnya dia malas sekali untuk keluar, salahkan bosnya yang terlalu memiliki energi lebih yang diyakini baru saja terkuras habis."Ah yang benar saja, apanya yang terkuras. Yang ada juga bertambah dan bertambah."Dera menggerutu seorang diri, butik yang dimaksud Cala untungnya tidak terlalu jauh dari kantor, sehingga kini Dera sudah berada di halaman parkir butik tersebut.Saat turun dari mobil dan berjalan hendak masuk, dia bertemu den
Rasanya Xadera ingin berteriak jika Arcala dan Ressi itu cocok, sama-sama datar, pendiam dan dingin. Bedanya, diamnya Ressi meneduhkan sedangkan diamnya Cala mengandung berbagai hal yang mampu membuat orang overthinking setengah mati."Saya sedang menuju sekolah nona muda, Pak.""Kenapa kamu yang menjemput? Aku rasa aku tidak memberi perintah padamu untuk menjemput Valeri!"Berdehem sejenak, Dera bersiap untuk bercerita. "Tadi sewaktu saya berada di butik, saya bertemu dengan Ressi ... ma-maksud saya Nyonya Ressi."Cala terkejut namun dia berusaha menyamarkan keterkejutannya itu. "Lalu?""Nyonya mengatakan jika akan pergi ke dokter untuk memeriksakan kesehatannya dan meminta saya untuk menjemput Nona Valeri."Cala mengangguk-angguk mengerti. Setelah sadar dengan kebodohannya dia segera menjawab Dera, "Baiklah lakukan apa pun yang diminta olehnya."Tanpa tambahan kata-kata lagi, Cala mematikan sambungan teleponnya. Dera menghela nafas
"Kak, paper bag itu apa isinya?"Matilah aku!Dia harus menjawab apa sekarang?Masa mau menjawab, 'Ini baju yang dipesan daddy kamu buat selingkuhannya yang bajunya sudah dirobek olehnya waktu berbuat mesum.'Bisa-bisa Cala akan melindas dirinya dengan buldozer atau menggilingnya di mesin penggiling biji plastik."Em, anu itu, isinya anu...,"Valeri memperhatikan Dera yang nampak sekali kesulitan untuk menjawab pertanyaan darinya."Aku mau lihat boleh Kak?"Untunglah, setidaknya bocah pintar itu ijin terlebih dahulu jadi dia bisa melarangnya."Jangan Val, nanti daddy marah. Itu pesanan klien daddy-nya Valeri," ujar Dera was-was.'Klien your eyes Dera, klien mana yang mesum dengan partner kerjanya?' batin Dera memaki dirinya sendiri."Baiklah."Haruskah dia bersujud di kaki Valeri sekarang juga atau Ressi atau Cala yang sudah mengajarkan bocah 10 tahun ini sopan santun yang sangat luar biasa?&nb
Sudahlah! memikirkan hal itu hanya akan membuat kepala sempit milik Dera meledak.Valeri merasa penasaran karena asisten daddy-nya itu terlihat sangat tertekan. "Sudah Kak! memangnya kenapa?""Daddy-mu memintaku membawamu kembali ke atas," jawab Dera pelan. "Ya sudah ayo! Aku juga ingin pamit pulang." Valeri segera berdiri dari duduknya.Melihat itu Dera menjadi panik dan segera mencegah Valeri. "Tunggu sebentar! daddy-mu juga minta dibawakan makan siang.""Okay, aku tunggu." Meski merasa ada yang aneh Valeri tetap kembali duduk di tempatnya dengan patuh.Pesanan sudah siap setelah melakukan pembayaran keduanya berjalan menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai atas.Begitu sampai demi sopan santun Dera mengetuk pintu terlebih dahulu. Siapa yang tahu apa yang sedang dilakukan bosnya di dalam sana kan?Setelah mendengar sahutan dari Arcala Dera mendorong pintu hingga terbuka. Membiarkan Valeri masuk terlebih dahulu kemudian dia me
Sayangnya Valeri menyerongkan tubuhnya ke arah sang daddy. Sissy kecewa tapi tidak bisa berbuat banyak lagipula apa yang dia harapkan. "Daddy! tolong katakan kepada uncle Ferrel. kalau aku ingin pulang dan menunggu mommy di rumah!" Valeri memohon dengan mantap. Cala sedikit tidak rela jika putrinya pulang karena Sissy pasti sedih jika berpisah dengan Valeri. Padahal ini pertemuan pertama mereka meski tanpa sengaja. Sissy merasakan nyeri di ulu hatinya mendengar bahwa gadis kecil favoritnya akan segera pulang dan tampak jelas mengkhawatirkan mommy-nya. "Kenapa tidak sedikit lebih lama di sini, Baby? Untuk makan siang bersama Daddy dan Aunty Sissy," bujuk Arcala pada putrinya. Namun tetap saja mau seperti apa bujukan Arcala jelas tidak akan mempan hanya Ressi lah yang bisa menaklukkan Valeri. "Tidak Dad! kak Dera mengatakan jika mommy ke dokter. Bagaimana kalau mommy pulang nanti? tidak ada orang di rumah. Sedangkan Daddy lebih sen