Share

6. Lalu Sekarang Apa...?

Setelah mati-matian berusaha mengeluarkan pertanyaan yang bercokol di kepalanya, akhirnya Valeri mampu bertanya pada sang ayah meski dengan lirih. Gadis kecil itu langsung menunduk tanpa berani menatap Cala yang masih memaku pandang padanya. Valeri merasa terintimidasi dengan aura Cala, yang terkadang tanpa sengaja pria itu keluarkan saat merasa defensif dengan hal-hal berbau Sissylia.

Menarik nafas dalam, lalu mengeluarkannya dengan sedikit keras. Cala memejamkan matanya erat-erat, lalu membenturkan belakang kepalanya pada sandaran jok mobil. Dia tahu bahwa suatu saat, dia akan mendapat pertanyaan seperti ini dari putrinya. Akan tetapi dia tidak menyangka bahwa hal itu akan terjadi secepat ini. 

Baru saja dia merasakan bahagia bersama Sissy, tapi sekarang dia ditampar dengan kenyataan ada Valeri di sisinya, yang nantinya butuh penjelasan dari apa yang telah dia lakukan selama ini. Salahnya juga yang tidak meredam berita yang bergulir di media hingga putrinya pun dapat mengetahuinya. Namun apa yang dapat dirinya lakukan, ketika justru dia sangat suka dengan kesan dari berita tersebut. 

Meraih Valeri, Cala memeluk putrinya erat. Benar sekali, bahwa hanya bocah kecil ini yang bisa membuat dirinya mati muda, karena overthinking nantinya.

"Just a model, Baby. That's it." jawabnya singkat tapi jujur dengan profesi Sissylia.  Meski dia tahu bukan itu yang dimaksud oleh putrinya tersebut. 

"I know that Dad, but...," Valeri merasa tidak puas atas jawaban sang daddy.

"So, what do you want to know about her from me?"

Ferrel tersenyum miris atas pertanyaan Valeri, tapi bukan kapasitasnya untuk kepo atau sok tahu mengenai kehidupan dari bosnya. Dia hanyalah karyawan, tugasnya hanya menutup mata, mengunci mulut, dan menutup telinga untuk apa pun yang dilakukan oleh bosnya tersebut.

"I dunno, Dad, maybe like who she is to you Dad?"

Pertanyaan itu pelan dan lirih, tapi terasa menusuk tepat di jantung Cala. Sesaat Cala membeku, sampai dengan gemetar yang samar Cala mengusap lembut rambut putrinya.

"Teman, Baby. Like a girlfriend."

"Pacar?" Mata Valeri melebar mendengar jawaban Cala.

"W-what baby?"

Cala terkejut sampai terbata-bata. Dari mana Valeri bisa mengartikan seperti itu. Sepertinya dia harus mulai menyeleksi kawan-kawan dekat putrinya itu, jika tidak Valeri bisa mendapat kosa-kata yang aneh-aneh di luaran sana. 

"Girlfriend is mean pacar kan?" jawab Valeri sedikit bingung.

"Kenapa kamu bisa mengartikan seperti itu baby?"

"Xenna said boyfriend or girlfriend is pacar Daddy, sedangkan sahabat itu seperti Valeri dan Emma atau Xenna dan Gleen." Valeri berusaha menjelaskan semua yang dia ketahui.

"Bahasa inggris Valeri bagus, kan?" tanya Cala dengan binar licik dimatanya. 

"Yeah, sedikit lebih baik maybe." Valeri tidak terlalu yakin dengan bahasa inggris yang baru saja dia pelajari.

"Jangan khawatir baby, ini sederhana saja. Apa arti girl?" Cala mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Perempuan."

"Okay, lalu friend apa artinya?"

"Teman."

"Jadi girlfriend artinya?"

"Teman perempuan..." ucapnya kebingungan. Mengapa dia merasa ada yang salah? 

"Nah itu kamu tahu kan!"

Sejujurnya bagi Valeri, daddy-nya benar, tapi entah mengapa ada rasa tidak puas dalam dirinya yang dia rasakan.

"Jadi Sissylia Fransiska itu teman perempuan, Daddy?"

"Ya, something like that."

Hening kemudian, sampai bocah itu memanggil Cala seolah ingin kembali mengajukan pertanyaan. 

"Daddy...,"

"Yes baby?" 

Sedetik kemudian, Valeri menundukkan kepalanya seperti tidak memiliki keberanian untuk bertanya. 

"Hey ... what's going on?" Cala mengangkat wajah Valeri ketika didapati sang putri menunduk. 

"Kemana Daddy kemarin malam?"

Hollyshit!

Umpatan lirih lolos dari bibir Cala saat Valeri bertanya kemana dia pergi kemarin. Sekarang dia harus menjawab apa? 

"Emm, Daddy melakukan perjalanan bisnis." Cala mencoba menjawab pertanyaan Valeri sebisanya. Sial! Memiliki putri yang kritis dan jeli benar-benar seperti bumerang baginya.

"On the weekend?"

"Yeah baby, kamu akan mengerti jika sudah besar nanti."

'Ya, putrimu yang pintar ini akan mengerti jika kamu memiliki affair dengan perempuan lain saat dia besar nanti.' batin Cala mengejek dirinya sendiri.

Pada akhirnya, Cala menyerah pada bocah kecilnya yang pintar tersebut. Dia pun berfikir bagaimana cara mengalihkan Valeri. Ketika dia tak sengaja melirik rear-view-mirror, itu bertepatan dengan Ferrel yang juga melirik benda tersebut, keduanya saling berkomunikasi lewat tatapan mata.

"Missy, Uncle boleh bertanya?"

"Of course Uncle, tanya saja Valeri mendengarkan."

"Siapa Xenna? Sepertinya Uncle baru mendengar yang satu itu. Kalau Emma dan Gleen, Uncle sudah tahu," Ferrel mencoba mengalihkan perhatian Valeri agar tidak lanjut bertanya soal Sissylia.

Repotnya menjadi asisten ya seperti ini. Memang benar dia hanya seorang driver. Akan tetapi, dia juga menyambi jadi penjaga rahasia dan pengalih perhatian. Sejujurnya, dia kasihan juga dengan bocah itu, tapi lebih kasihan lagi dirinya kalau dipecat kan? 

"Dia itu Avixenna, Uncle. Memang jarang masuk sekolah karena sering sekali pergi keluar negeri bersama ayah dan bundanya."

Valeri sudah terdistraksi, selayaknya anak kecil yang mudah sekali teralihkan. Apa lagi seorang Valeri itu suka sekali bercerita, jadi dia akan bersemangat untuk menceritakan sesuatu yang sangat dia ketahui pada orang lain terlebih pada orang yang sangat dirinya kenal. 

"Benarkah? Wah, kenapa dia jarang masuk. Padahal dia harus sekolah kan?" ujar Ferrel.

"Dia ikut ayah dan bundanya yang sering sekali show keluar negeri, Uncle. Uncle tahu nama bunda Xenna hampir mirip dengan namaku."

"Oh ya! siapa namanya Missy?"

"Velora, kalau namaku kan Valeri!"

Valeri bersemangat menceritakan hal tersebut sampai dia lupa apa yang ingin dia ketahui dari Cala. Sedangkan Cala menghela nafas lega, lalu berpikir untuk memberi bonus pada Ferrel nantinya.

Sepanjang perjalan menuju ke sekolah, di dalam mobil diriuhkan oleh percakapan antara gadis kecil itu dengan Ferrel. Sedangkan Cala hanya sesekali menanggapi keduanya jika ditanya pendapat tentang apa yang keduanya perbincangkan.

"Sudah sampai Missy."

"Thank you, Uncle." ujarnya dengan senyuman manis pada driver tersebut. 

"Daddy, Valeri sekolah dulu ya. Daddy hati-hati di jalan dan sampai kantor nanti."

Valeri memberi pesan kepada Cala dengan gaya khas anak-anaknya, meski agak berantakan saat dia melafalkan setiap kata dengan cepat. Untungnya Cala mengerti, dia pun turut turun mengantar Valeri walau hanya berdiri memperhatikan dari sisi mobil. Sampai kemudian dia menemukan bocah laki-laki kecil menanti Valeri dengan senyum lebar, bersama Emma dan Gleen yang melambaikan tangannya pada putrinya juga. Cala berpikir mungkin saja itu adalah Xenna yang diceritakan oleh Valeri tadi. Apa dia harus menjauhkan Valeri dari Avixenna ini? 

"Daddy, itu yang pakai baju biru dongker adalah Xenna. Dia baik sekali, sering membelaku sewaktu teman-teman iseng menjahiliku, Dad."

Baiklah sepertinya dia harus mengurungkan niatnya menjauhkan Xenna dari putrinya. Namun dia tetap harus mengawasi keduanya.

Seperti Cala bisa melakukannya saja, jika kenyataannya waktunya habis untuk bekerja dan menyenangkan Sissylia.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status