Cala suka ketika Sissy lepas seperti ini. Begitu cantik, indah di hadapannya dan itu hanya miliknya seorang.Desahan keduanya saling bersambut, bahkan tidak cukup dengan duduk di kursi. Meja kerja pun tak luput dari keduanya yang tengah meluap memadu cinta tanpa kenal lelah menghujam Sissy. Berkali-kali wanita itu mengais orgasmenya sedangkan Cala sekalipun belum menunjukkan tanda-tanda akan sampai.Kali ini imajinasi Sissy tercapai karena Sissy terlalu lemas. Namun, Cala masih belum juga selesai. Memilih karpet lembut sebagai tempat baru, Cala merebahkan Sissy di karpet tersebut. Mengangkat kedua tungkai kaki Sissy ke pundaknya, Cala menghujam lebih dalam, lebih keras berusaha mengejar orgasmenya sendiri. Terlihat dari intensitas hujaman Cala yang semakin pelan, namun dia tekan cukup lama dan dalam pada Sissy.Sissy meraih orgasme keempatnya bersamaan dengan Cala yang juga mencapai puncak. Pria itu ambruk di samping Sissy, keduanya tersengal-s
Keluar dari ruangan bosnya, Dera bersiap menuju butik yang diminta oleh Cala, setelah dia mendapat pesan dari Cala. Membuat dia sangat bernafsu menenggelamkan bosnya itu ke dalam segitiga bermuda tanpa syarat, atau menumbalkan Cala pada harimau jadi-jadian yang siapa tahu bisa membuatnya kaya raya.Yang pasti itu hanya ada dalam angan-angan Dera saja. Siapa pula yang akan menggaji dirinya jika Cala dia tumbalkan.Mengendarai mobil sendiri, Dera hanya berharap semoga saja jalanan tidak macet kali ini. Karena sejujurnya dia malas sekali untuk keluar, salahkan bosnya yang terlalu memiliki energi lebih yang diyakini baru saja terkuras habis."Ah yang benar saja, apanya yang terkuras. Yang ada juga bertambah dan bertambah."Dera menggerutu seorang diri, butik yang dimaksud Cala untungnya tidak terlalu jauh dari kantor, sehingga kini Dera sudah berada di halaman parkir butik tersebut.Saat turun dari mobil dan berjalan hendak masuk, dia bertemu den
Rasanya Xadera ingin berteriak jika Arcala dan Ressi itu cocok, sama-sama datar, pendiam dan dingin. Bedanya, diamnya Ressi meneduhkan sedangkan diamnya Cala mengandung berbagai hal yang mampu membuat orang overthinking setengah mati."Saya sedang menuju sekolah nona muda, Pak.""Kenapa kamu yang menjemput? Aku rasa aku tidak memberi perintah padamu untuk menjemput Valeri!"Berdehem sejenak, Dera bersiap untuk bercerita. "Tadi sewaktu saya berada di butik, saya bertemu dengan Ressi ... ma-maksud saya Nyonya Ressi."Cala terkejut namun dia berusaha menyamarkan keterkejutannya itu. "Lalu?""Nyonya mengatakan jika akan pergi ke dokter untuk memeriksakan kesehatannya dan meminta saya untuk menjemput Nona Valeri."Cala mengangguk-angguk mengerti. Setelah sadar dengan kebodohannya dia segera menjawab Dera, "Baiklah lakukan apa pun yang diminta olehnya."Tanpa tambahan kata-kata lagi, Cala mematikan sambungan teleponnya. Dera menghela nafas
"Kak, paper bag itu apa isinya?"Matilah aku!Dia harus menjawab apa sekarang?Masa mau menjawab, 'Ini baju yang dipesan daddy kamu buat selingkuhannya yang bajunya sudah dirobek olehnya waktu berbuat mesum.'Bisa-bisa Cala akan melindas dirinya dengan buldozer atau menggilingnya di mesin penggiling biji plastik."Em, anu itu, isinya anu...,"Valeri memperhatikan Dera yang nampak sekali kesulitan untuk menjawab pertanyaan darinya."Aku mau lihat boleh Kak?"Untunglah, setidaknya bocah pintar itu ijin terlebih dahulu jadi dia bisa melarangnya."Jangan Val, nanti daddy marah. Itu pesanan klien daddy-nya Valeri," ujar Dera was-was.'Klien your eyes Dera, klien mana yang mesum dengan partner kerjanya?' batin Dera memaki dirinya sendiri."Baiklah."Haruskah dia bersujud di kaki Valeri sekarang juga atau Ressi atau Cala yang sudah mengajarkan bocah 10 tahun ini sopan santun yang sangat luar biasa?&nb
Sudahlah! memikirkan hal itu hanya akan membuat kepala sempit milik Dera meledak.Valeri merasa penasaran karena asisten daddy-nya itu terlihat sangat tertekan. "Sudah Kak! memangnya kenapa?""Daddy-mu memintaku membawamu kembali ke atas," jawab Dera pelan. "Ya sudah ayo! Aku juga ingin pamit pulang." Valeri segera berdiri dari duduknya.Melihat itu Dera menjadi panik dan segera mencegah Valeri. "Tunggu sebentar! daddy-mu juga minta dibawakan makan siang.""Okay, aku tunggu." Meski merasa ada yang aneh Valeri tetap kembali duduk di tempatnya dengan patuh.Pesanan sudah siap setelah melakukan pembayaran keduanya berjalan menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai atas.Begitu sampai demi sopan santun Dera mengetuk pintu terlebih dahulu. Siapa yang tahu apa yang sedang dilakukan bosnya di dalam sana kan?Setelah mendengar sahutan dari Arcala Dera mendorong pintu hingga terbuka. Membiarkan Valeri masuk terlebih dahulu kemudian dia me
Sayangnya Valeri menyerongkan tubuhnya ke arah sang daddy. Sissy kecewa tapi tidak bisa berbuat banyak lagipula apa yang dia harapkan. "Daddy! tolong katakan kepada uncle Ferrel. kalau aku ingin pulang dan menunggu mommy di rumah!" Valeri memohon dengan mantap. Cala sedikit tidak rela jika putrinya pulang karena Sissy pasti sedih jika berpisah dengan Valeri. Padahal ini pertemuan pertama mereka meski tanpa sengaja. Sissy merasakan nyeri di ulu hatinya mendengar bahwa gadis kecil favoritnya akan segera pulang dan tampak jelas mengkhawatirkan mommy-nya. "Kenapa tidak sedikit lebih lama di sini, Baby? Untuk makan siang bersama Daddy dan Aunty Sissy," bujuk Arcala pada putrinya. Namun tetap saja mau seperti apa bujukan Arcala jelas tidak akan mempan hanya Ressi lah yang bisa menaklukkan Valeri. "Tidak Dad! kak Dera mengatakan jika mommy ke dokter. Bagaimana kalau mommy pulang nanti? tidak ada orang di rumah. Sedangkan Daddy lebih sen
"Uncle...." panggil Valeri."Ada apa Missy?" jawab Ferrel sambil tetap fokus mengemudi."Apa..." sebenarnya Valeri tidak terlalu yakin. Saat akan menanyakan hal ini bukan karena dia tidak suka memiliki adik. Akan tetapi dirinya memang masih kecil namun hal itu tidak lantas membuatnya abai. Jika ada yang berbeda dari perilaku daddy dan mommy-nya. Hanya sajaapa perbedaan itu yang Valeri tidak pahami. Karena keduanya selalu memperlakukan dirinya seperti princess. "...mommy memiliki adik bayi?" lanjut Valeri lirih setelah bergelut dengan pikirannya sendiri.Mendengar pertanyaan Valleri membuat Ferrel memutar kemudi mobilnya terlalu cepat karena terkejut. Untung saja refleksnya cukup bagus sehingga masih bisa mengendalikan kendaraan tersebutSyukurlah jantung, dan nyawa Ferrel masih betah mendiami tempatnya.Mungkin seharusnya Ferrel meminta pada Arcala agar mengasuransikan jiwanya. Sehingga suatu saat jika driver tersebut meninggal oran
sekarang?" tanya Jenny iba. Setelah melihat sahabatnya itu tidak mampu membalas kata-katanya.Benar! sering sekali Ressi mendatangi dirinya untuk menanyakan perihal kewarasannya yang menurut wanita itu semakin hari semakin menipis saja.Lucunya Ressi sadar jika dirinya tenggelam tanpa bekal apa pun. Namun tidak ada niatan dalam dirinya untuk naik ke permukaan. Setidaknya untuk menghirup oksigen barang sejenak sebelum menyelam kembali ke dalam kubangan penderitaan.Rasanya Jenny ingin menampar suami Ressi itu. Dengan setumpuk kertas yang berisi catatan kesehatan mental Ressi yang sudah tergerus perlahan oleh ketidak-adilan darinya.Sahabatnya yang dulu ceria, penyayang dan penuh semangat. Kini menjadi pendiam, penyendiri dan sering bertanya apakah dia masih waras atau sudah gila.Sering meminta diresepkan obat penenang, yang untungnya Ressi tidak begitu tahu perihal obat-obatan. Entah benar-benar tidak tahu atau hanya sekedar menghargai Jenny.