sekarang?" tanya Jenny iba. Setelah melihat sahabatnya itu tidak mampu membalas kata-katanya.
Benar! sering sekali Ressi mendatangi dirinya untuk menanyakan perihal kewarasannya yang menurut wanita itu semakin hari semakin menipis saja.
Lucunya Ressi sadar jika dirinya tenggelam tanpa bekal apa pun. Namun tidak ada niatan dalam dirinya untuk naik ke permukaan. Setidaknya untuk menghirup oksigen barang sejenak sebelum menyelam kembali ke dalam kubangan penderitaan.
Rasanya Jenny ingin menampar suami Ressi itu. Dengan setumpuk kertas yang berisi catatan kesehatan mental Ressi yang sudah tergerus perlahan oleh ketidak-adilan darinya.
Sahabatnya yang dulu ceria, penyayang dan penuh semangat. Kini menjadi pendiam, penyendiri dan sering bertanya apakah dia masih waras atau sudah gila.
Sering meminta diresepkan obat penenang, yang untungnya Ressi tidak begitu tahu perihal obat-obatan. Entah benar-benar tidak tahu atau hanya sekedar menghargai Jenny.
<Valeri tiba di rumah lebih dahulu sebelum sang mommy, setelah dia masuk ke dalam rumah, barulah Ferrel kembali ke kantor. Revan dan mommy-nya belum pulang, jadi Valeri langsung naik ke kamarnya di lantai atas. Ingin membersihkan diri dan berganti baju, lalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya.Selesai mengerjakan tugas, keadaan rumah masih sepi. Pertanda jika mommy-nya belum juga pulang, Valeri turun ingin makan sesuatu sambil menunggu mommy-nya pulang.Memasuki ruang makan, di sana hanya ada kepala pelayan Yeri. Wanita dengan pembawaan datar, yang jika orang tidak memahami dirinya akan menganggap jika dia wanita yang tidak tersentuh."Nona mau makan sesuatu?" tanya Yeri pada nona muda yang menjadi tanggung jawabnya.Valeri mengangguk kemudian duduk di kursi meja makan sendirian, sedangkan Yeri mulai meminta pelayan menghidangkan makanan."Aku tidak mau makanan berat!" beritahu Valeri pada kepala pelayan tersebut, "... aku sudah makan dar
"Bagaimana keadaannya?" tanya pria itu memulai sesi seperti biasa, yaitu bertanya perihal keadaan Ressi. "Cukup baik jika yang kau tanyakan fisiknya! dan cukup buruk jika yang kau tanyakan mentalnya." jawab Revan dengan datar. "Bagaimana bisa? Seharusnya tidak seperti ini kan?" Pria di hadapan Revan mencebik tidak terima. "Seharusnya memang seperti ini!" jawab Revan tenang. Orang itu menggebrak meja kesal, membuat perhatian pengunjung cafe tertuju padanya. "Tenangkan dirimu! calon penguasa tidak sepantasnya menujukkan arogansinya di depan semua orang!" Revan mengingatkan. "Dia datang kepadaku Kak! mengatakan kalau dia begitu mencintai Arcala Ragananta. Padahal, selama ini aku bersamanya! bahkan merelakan seluruh hatiku untuknya, tapi dia tidak melihatnya." Orang tersebut mengeluh sambil mengingat masa lalu. "Karena kamu masih seperti bocah!" jawab Revan tanpa peduli. "Tidak bisakah kamu sedikit menaikkan kepercayaan diriku Kak?
Valeri sudah berlarian menyambut dirinya, diikuti madam Yeri yang memang ditugaskan menjaga atau menemani Valeri ketika tidak ada seorang pun di rumah."Mommy! Valeri rindu Mommy!" adu gadis kecil itu sambil memeluk Ressi. "Oh Baby, Mommy juga rindu! Tadi Valeri main ke kantor daddy sayang?" Ressi bertanya dengan lembut.Ditanyai demikian Valeri mengangguk mengiyakan, ingin sekali dia mengatakan kepada mommy-nya kalau dia tidak nyaman berada di sana. Akan tetapi mengingat kembali jika mommy-nya sedang sakit, maka dia memendam semuanya sendirian. Karena Valeri yakin hal itu tidak akan menyakiti dirinya meski ya, perasaan mengganjal itu sangat jelas terasa."Ya sudah ayo masuk! Valeri sudah makan?" tanya Ressi lagi. "Sudah Mom! makan siffon cake buatan Mommy." ucap Valeri riang."Wah benarkah? Bagaimana rasanya?" Mendapat pertanyaan dari mommy-nya, Valeri tersenyum dan memberikan dua acungan ibu jari pada Ressi.Membuat perasaan Ressi menghanga
Sebelumnya....'Lihat Raga! lihatlah apa yang sudah aku lakukan. Seorang ibu tidak akan terima jika dipisahkan dari anaknya kan? dari dulu aku tidak pernah meminta apa pun darimu Raga! Akan tetapi kali ini, jelas aku akan meminta sesuatu yang berharga untukmu!' Ressi membatin dan berharap seorang Segala Tahanan ya mendengar apa yang dia ikrarkan dalam batinnya.***"Cala, Kamu tidak akan tinggal?" tanya Sissy setelah mereka sampai di apartemen wanita itu."No Baby! Aku harus pulang. Nanti Valeri akan marah kalau aku tidak pulang!"Sissy sedikit kecewa, tapi mengingat gadis kecil itu. Setidaknya membuat rasa kecewanya sedikit berkurang, iya Sissy tidak mau membuat gadis kecil itu bersedih. Memeluk Arcala, Sissy seolah tidak ingin berjauhan dengannya. Begitupun Arcala yang memahami keinginan Sissy, tapi jelas masa lalu lah yang membuat mereka terpaksa harus seperti ini.Lalu mau apa lagi, semua sudah terjadi mau disesali seperti apa pun juga m
Begitu sampai di rumah, Arcala dibuat membeku dengan apa yang dia lihat."Hei Raga! sini cepat!" Orang tuanya bertandang ke rumahnya tanpa mengabari dirinya sama sekali.Sungguh Arcala benar-benar clueless dengan apa yang dia lihat malam ini, namun tak urung dia mendekati orang tuanya yang sedang bermain dengan Valeri."Papa sama Mama nggak ngabarin Raga kalau mau ke sini?" Arcala bertanya setelah memeluk singkat kedua orang tuanya, seharusnya Ressi memberitahu dirinya kan?Melihat Ressi yang cukup sibuk menyiapkan makan malam bersama dengan madam Yeri, sepertinya wanita itu juga sama cluelessnya dengan dirinya."Papa sama Mama awalnya memang tidak ada rencana mau ke sini! tapi ya karena rindu dengan cucu dan mantu akhirnya kita ke sini mungkin semacam memberi kejutan." ucap Bramantyo Askar papa Arcala, "... kamu tiap hari pulang malam Ga?" Lanjut Bram penasaran. Karena ya, sedari tadi cucunya mengoceh perkara daddy-nya yang sering lembur bah
Lupa jika dia hanya mengenakan handuk, Ressi masih terpaku menatap Arcala yang tengah duduk di pinggir ranjang dengan keadaan shirtless dan fokus pada ponselnya.Wanita itu jadi serba salah, karena dengan tidak pengertiannya Arcala menempatkan walk in closed di belakang ranjang, yang jika ingin ke sana harus melewati ranjang tersebut.Ressi yang masih terpaku harus terkejut tatkala Arcala mengangkat kepalanya dari ponsel dan tepat memandang dirinya. Hal itu membuat Ressi gugup dan tanpa sadar tersandung kakinya sendiri sampai hampir terjatuh, dia pasrah saja saat kehilangan keseimbangan paling ringan mungkin dia akan mengalami keseleo paling parah barangkali akan mengalami pendarahan otak.Selayaknya di dalam novel, semua berjalan begitu saja ya sudah bisa ditebak jika Ressi tidak sampai terjatuh karena Arcala reflek menangkap Ressi sebelum wanita itu sempat menyentuh lantai.Akan tetapi yang membuat keduanya syok adalah, selipan handuk Ressi yang l
Sebelumnya..."Astaga...!" Melihat apa yang tidak seharusnya dia lihat Rossy segera menutup bibirnya dengan terkejut.Sedangkan Bram ingin membanting apa pun yang ada di sekitarnya sekarang.***Mendengar pekikan Rossy dan wajah merah padam Bram, Ressi jadi penasaran dengan apa yang keduanya lihat. Dia pun menoleh ke belakang dan menganga dengan apa yang dia lihat saat ini."Bhahahahaha...." Bramantyo tertawa terpingkal-pingkal sampai membanting bantal yang ada di sofa ke lantai. Bahkan dia sampai terbatuk-batuk saking semangatnya tertawa.Rossy hanya mendesah lelah dengan kelakuan putranya sedangkan Ressi entah dia harus menanggapi dengan ekspresi macam apa. Dia kasihan pada Arcala, tapi juga ingin tertawa untung saja Valeri sudah mengekor pada madam Yeri karena ingin bermain dengan suami madam Yeri atau biasa Ressi panggil Papah Yongky.Kalau tidak, bisa jadi dia akan bertanya perihal main dan mandi bersama. Belum lagi kelakuan dadd
Saat dia menelan makanan tersebut, Ressi langsung merasakan sesak nafas yang sangat sesak sampai dia merasa hampir mati hanya untuk bernafas saja. Semua orang di meja makan langsung meneriakkan nama Ressi dengan panik, Bram meneriaki Arcala yang terdiam mematung seperti orang bodoh melihat Ressi yang kesulitan bernafas.Bahkan dia tidak tahu menahu jika Ressi memiliki riwayat sesak nafas, "RAGA! JANGAN DIAM SAJA SEPERTI ORANG BODOH! ISTRIMU SEKARAT RAGA!" semua orang merasa panik bahkan Valeri pun sudah menjerit ketakutan sambil memeluk Ressi.Revan yang mendengar keributan di dalam rumah lebih sigap dengan segera masuk ke dalam. Tidak memperdulikan larangan Arcala untuk masuk rumah saat pria itu ada di dalam rumahnya.Ferrel mengekor di belakang Revan, namun segera dibentak oleh pria itu supaya menyiapkan mobil dan menyuruh sekuriti membuka gerbang. Sebab Revan tahu apa yang terjadi, hanya satu hal yang bisa membuat seluruh isi rumah panik sama seperti dulu.