Valeri sudah berlarian menyambut dirinya, diikuti madam Yeri yang memang ditugaskan menjaga atau menemani Valeri ketika tidak ada seorang pun di rumah.
"Mommy! Valeri rindu Mommy!" adu gadis kecil itu sambil memeluk Ressi. "Oh Baby, Mommy juga rindu! Tadi Valeri main ke kantor daddy sayang?" Ressi bertanya dengan lembut.
Ditanyai demikian Valeri mengangguk mengiyakan, ingin sekali dia mengatakan kepada mommy-nya kalau dia tidak nyaman berada di sana. Akan tetapi mengingat kembali jika mommy-nya sedang sakit, maka dia memendam semuanya sendirian. Karena Valeri yakin hal itu tidak akan menyakiti dirinya meski ya, perasaan mengganjal itu sangat jelas terasa.
"Ya sudah ayo masuk! Valeri sudah makan?" tanya Ressi lagi. "Sudah Mom! makan siffon cake buatan Mommy." ucap Valeri riang.
"Wah benarkah? Bagaimana rasanya?" Mendapat pertanyaan dari mommy-nya, Valeri tersenyum dan memberikan dua acungan ibu jari pada Ressi.
Membuat perasaan Ressi menghanga
Sebelumnya....'Lihat Raga! lihatlah apa yang sudah aku lakukan. Seorang ibu tidak akan terima jika dipisahkan dari anaknya kan? dari dulu aku tidak pernah meminta apa pun darimu Raga! Akan tetapi kali ini, jelas aku akan meminta sesuatu yang berharga untukmu!' Ressi membatin dan berharap seorang Segala Tahanan ya mendengar apa yang dia ikrarkan dalam batinnya.***"Cala, Kamu tidak akan tinggal?" tanya Sissy setelah mereka sampai di apartemen wanita itu."No Baby! Aku harus pulang. Nanti Valeri akan marah kalau aku tidak pulang!"Sissy sedikit kecewa, tapi mengingat gadis kecil itu. Setidaknya membuat rasa kecewanya sedikit berkurang, iya Sissy tidak mau membuat gadis kecil itu bersedih. Memeluk Arcala, Sissy seolah tidak ingin berjauhan dengannya. Begitupun Arcala yang memahami keinginan Sissy, tapi jelas masa lalu lah yang membuat mereka terpaksa harus seperti ini.Lalu mau apa lagi, semua sudah terjadi mau disesali seperti apa pun juga m
Begitu sampai di rumah, Arcala dibuat membeku dengan apa yang dia lihat."Hei Raga! sini cepat!" Orang tuanya bertandang ke rumahnya tanpa mengabari dirinya sama sekali.Sungguh Arcala benar-benar clueless dengan apa yang dia lihat malam ini, namun tak urung dia mendekati orang tuanya yang sedang bermain dengan Valeri."Papa sama Mama nggak ngabarin Raga kalau mau ke sini?" Arcala bertanya setelah memeluk singkat kedua orang tuanya, seharusnya Ressi memberitahu dirinya kan?Melihat Ressi yang cukup sibuk menyiapkan makan malam bersama dengan madam Yeri, sepertinya wanita itu juga sama cluelessnya dengan dirinya."Papa sama Mama awalnya memang tidak ada rencana mau ke sini! tapi ya karena rindu dengan cucu dan mantu akhirnya kita ke sini mungkin semacam memberi kejutan." ucap Bramantyo Askar papa Arcala, "... kamu tiap hari pulang malam Ga?" Lanjut Bram penasaran. Karena ya, sedari tadi cucunya mengoceh perkara daddy-nya yang sering lembur bah
Lupa jika dia hanya mengenakan handuk, Ressi masih terpaku menatap Arcala yang tengah duduk di pinggir ranjang dengan keadaan shirtless dan fokus pada ponselnya.Wanita itu jadi serba salah, karena dengan tidak pengertiannya Arcala menempatkan walk in closed di belakang ranjang, yang jika ingin ke sana harus melewati ranjang tersebut.Ressi yang masih terpaku harus terkejut tatkala Arcala mengangkat kepalanya dari ponsel dan tepat memandang dirinya. Hal itu membuat Ressi gugup dan tanpa sadar tersandung kakinya sendiri sampai hampir terjatuh, dia pasrah saja saat kehilangan keseimbangan paling ringan mungkin dia akan mengalami keseleo paling parah barangkali akan mengalami pendarahan otak.Selayaknya di dalam novel, semua berjalan begitu saja ya sudah bisa ditebak jika Ressi tidak sampai terjatuh karena Arcala reflek menangkap Ressi sebelum wanita itu sempat menyentuh lantai.Akan tetapi yang membuat keduanya syok adalah, selipan handuk Ressi yang l
Sebelumnya..."Astaga...!" Melihat apa yang tidak seharusnya dia lihat Rossy segera menutup bibirnya dengan terkejut.Sedangkan Bram ingin membanting apa pun yang ada di sekitarnya sekarang.***Mendengar pekikan Rossy dan wajah merah padam Bram, Ressi jadi penasaran dengan apa yang keduanya lihat. Dia pun menoleh ke belakang dan menganga dengan apa yang dia lihat saat ini."Bhahahahaha...." Bramantyo tertawa terpingkal-pingkal sampai membanting bantal yang ada di sofa ke lantai. Bahkan dia sampai terbatuk-batuk saking semangatnya tertawa.Rossy hanya mendesah lelah dengan kelakuan putranya sedangkan Ressi entah dia harus menanggapi dengan ekspresi macam apa. Dia kasihan pada Arcala, tapi juga ingin tertawa untung saja Valeri sudah mengekor pada madam Yeri karena ingin bermain dengan suami madam Yeri atau biasa Ressi panggil Papah Yongky.Kalau tidak, bisa jadi dia akan bertanya perihal main dan mandi bersama. Belum lagi kelakuan dadd
Saat dia menelan makanan tersebut, Ressi langsung merasakan sesak nafas yang sangat sesak sampai dia merasa hampir mati hanya untuk bernafas saja. Semua orang di meja makan langsung meneriakkan nama Ressi dengan panik, Bram meneriaki Arcala yang terdiam mematung seperti orang bodoh melihat Ressi yang kesulitan bernafas.Bahkan dia tidak tahu menahu jika Ressi memiliki riwayat sesak nafas, "RAGA! JANGAN DIAM SAJA SEPERTI ORANG BODOH! ISTRIMU SEKARAT RAGA!" semua orang merasa panik bahkan Valeri pun sudah menjerit ketakutan sambil memeluk Ressi.Revan yang mendengar keributan di dalam rumah lebih sigap dengan segera masuk ke dalam. Tidak memperdulikan larangan Arcala untuk masuk rumah saat pria itu ada di dalam rumahnya.Ferrel mengekor di belakang Revan, namun segera dibentak oleh pria itu supaya menyiapkan mobil dan menyuruh sekuriti membuka gerbang. Sebab Revan tahu apa yang terjadi, hanya satu hal yang bisa membuat seluruh isi rumah panik sama seperti dulu.
Namun, yang membuat seluruh orang kaget dan wajah Revan memerah adalah Linda yang berwajah kesal. Akan tetapi tiba-tiba dokter cantik itu berjinjit dan mencium sudut bibir Revan dengan kilat dan menampilkan ekspresi kemenangan saat dilihatnya Revan membeku dengan wajah merah padam.Ferrel menganga melihat adegan itu, untung saja Valeri tidak peduli dan memilih membenamkan wajahnya dalam pelukan Rossy sambil meratapi mommy-nya. Kalau Bram sudah tidak heran lagi dengan kegilaan dua manusia berbeda jenis di hadapannya ini, sedangkan Arcala. Ekspektasinya jatuh seketika, dia mengira Revan memiliki hubungan dengan Ressi tapi melihat apa yang dilakukan dokter yang merawat istrinya sekaligus sepupunya itu pada Revan. Jelas tidak bisa dia abaikan hal tersebut.Untung saja Linda adalah tipe wanita yang bebal dan berani sehingga melakukan hal semacam itu di hadapan orang lain bukanlah sebuah masalah besar. Sehingga dia masih memiliki keberanian untuk menatap Bramantyo yang meman
Bram dan rossy pun saling berpandangan, seharusnya siapa pun itu yang tengah mengetuk pintu paham jika kedua orang tua itu juga butuh istirahat yang cukup."Biar Papa saja yang buka, Mama istirahat saja!" Dengan begitu Bram berdiri kemudian menghampiri pintu sebelum membukanya."Selamat malam Pak Bram, kata dokter Linda anda dan Bu Rossy berada di sini! mungkin anda membutuhkan sesuatu Pak?" Seorang suster menyapa dan menanyakan apa yang Bram butuhkan.Sambil tersenyum, Bram memberitahukan apa saja yang dia butuhkan. Mulai dari bantal tambahan, selimut, air minum karena setiap malam Rossy sering terbangun karena haus dan beberapa hal lainnya.Kembali masuk ke dalam, Rossy bertanya lewat raut wajahnya. Kemudian Bram menjelaskan jika yang datang hanyalah seorang suster yang ingin memastikan kenyamanan mereka berdua.Kembali ke ruangan milik Alinda."Tinggal menunggu waktu dia datang kalau begitu!" ucap Linda sambil mengingat-ingat rupa orang i
"Ada apa Kak? Kenapa kamu melakukan hal ini lagi?" Orang tersebut bertanya pada Revan dengan pandangan yang meneduhkan. "Sejak kapan kamu berada di sini?" Revan bertanya pada orang yang baginya tersenyum bodoh itu. Padahal dia tidak bisa menyangkal jika perasaannya menjadi tenang saat bocah kesayangannya ini berada di hadapannya dengan wajah penuh kekhawatiran. Seperti Revan merasa jika tujuan hidupnya terlihat dengan jelas, ya benar bocah bodoh yang sakit inilah yang membuat Revan tahu apa tujuan dia hidup. "Sebenarnya sudah sedari tadi! hanya saja si Arcala bodoh itu belum juga ke luar dari ruang rawat Ressi." adu pria itu pada Revan yang tersenyum tipis mendengarnya. "Sebentar ya! tunggu di sini sebentar, jangan ke mana-mana nanti kamu tersesat." Menggoda bocah itu memang selalu menyenangkan, dia tidak menyesal sudah mengiyakan permintaan ibunya untuk menjaga dua bocah yang sama-sama tersesat pada jalan gelap yang mengerikan. "Ish, Kak
Wajah Sissylia nampak berseri-seri ketika dia keluar dari kamar bersama Arcala, keduanya berbincang selama perjalanan menuju ruang makan."Bagaimana dengan pihak manajemen?" tanya Arcala perihal beberapa kontrak yang dibatalkan oleh pihak penyelenggara."Mereka sedikit keberatan, tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi.""Apa mereka meminta pinalti?""Beberapa, ya dan aku sudah membayar pinaltinya." Sissylia nampak tidak keberatan jika namanya tercemar, dia menganggap ini bayaran atas kesalahannya di masa lalu."Jika ada yang meminta ganti rugi, katakan saja padaku," ucap Arcala menenangkan istrinya."Tenanglah, aku masih memiliki cukup uang untuk mengurus semua itu.""Tidak, apa yang kamu alami. Aku ikut andil di dalamnya, jadi aku harus ikut bertanggung jawab. Lagipula sekarang kamu istriku By," jawab Arcala merasa kosong dengan status baru Sissylia. Lidahnya terbiasa dengan panggilan istri untuk Ressi.Keduanya duduk di ruang makan, menantikan hidangan makan siang sambil meliha
Sissylia berusaha melepas gaun pengantin yang rumit itu namun selalu gagal sampai membuatnya mendesah lelah."Loh, kamu belum ganti baju, By?" tanya Arcala yang sudah terlihat segar setelah keluar dari kamar mandi."Aku tidak bisa melepas gaunnya," keluh Sissy dengan kesal."Kamu sendiri loh yang memilih gaun itu," ujar Arcala menggoda namun juga mendekat untuk membantu istrinya."Jangan menggodaku, Cala!""Apa, aku tidak melakukan apa pun." Satu per satu tali temali gaun Sissylia terlepas, punggung mulusnya terlihat sedikit demi sedikit. Membuat Arcala tergiur untuk menyentuh punggung Sissylia menggunakan bibirnya.Mencium inchi demi inchi punggung istrinya tanpa terlewat, Arcala menuntun Sissylia agar berdiri sehingga gaun yang dikenakan olehnya melorot turun di bawah kakinya. "I love your body.""Just my body?" desah Sissylia tertahan ketika Arcala menangkup kedua dadanya dari belakang."Semuanya, aku menyukai semua yang ada pada dirimu." Remasan perlahan yang dia rasakan bahkan s
Tanpa tahu jika putrinya, tengah duduk termenung di dalam kamarnya menatap ke arah jendela.Menantikan daddy-nya yang sudah beberapa hari tidak pulang, kakek dan neneknya baru saja pulang setelah memastikan bahwa cucunya dalam keadaan baik-baik saja.Sama seperti Valeri yang sebenarnya enggan untuk tinggal di dalam rumah Ragananta. Begitu juga Bram dan Rossy yang tidak betah tinggal di sana.Jika saja dia bisa segera menyelesaikan urusannya dengan daddy-nya. Sudah pasti Valeri memilih angkat kaki dari dalam rumah yang kini dia tinggali.Merenung menatap jalanan depan rumah, Valeri menemukan satu mobil yang cukup aneh sebab ada karangan bunga di beberapa bagian.Valeri hanya memperhatikan saja, enggan untuk turun melihat siapa yang datang.Tak berselang lama, Ferrel muncul dari kursi pengemudi. Membuka pintu penumpang, Arcala turun terlebih dahulu menggandeng satu tangan dengan sarung tangan berwarna putih panjang.Saat orang yang digandeng Arcala ikut turun.Valeri berani bersumpah ji
Rintihan itu berubah menjadi erangan dan desahan halus sekaligus berubah dari wajah Ressi kembali ke wajah Sissylia yang nampak tak kuasa menyambut gerakan Arcala yang semakin menggila.Entah berapa kali klimaks yang didapat olehnya, sampai tubuhnya pasrah dengan gerakan Arcala yang tak kunjung sampai.Hingga akhirnya tubuh Arcala menegang dengan gerakannya yang tersendat-sendat. Arcala ambruk di samping tubuh Sissylia yang sudah penuh dengan peluh hasil percintaan mereka. Bahkan cairan miliknya dan milik Sissylia bercampur sampai meluber dari inti wanita di sampingnya."Kamu sudah melepas alat kontrasepsimu?" tanya Arcala berharap mereka akan memiliki anak kembali. Supaya bayangan Ressi hilang darinya ketika dia tengah bercinta dengan Sissylia."Aku tidak akan melepasnya sebelum kita menikah, Cala. Lagipula kasihan Valeri yang sama sekali tidak mendapat kasih sayang dariku."Mencium dahi Sissylia, Arcala membenarkan perkataan kekasihnya dalam diam. Hanya saja dirinya tidak habis fi
Pemberitaan mengenai perceraian Arcala Ressi dan masalah yang menjadi latar belakangnya begitu ramai diperbincangkan di hadapan publik.Bahkan beberapa stasiun televisi tidak sungkan membawa-bawa semua pakar mulai dari telematika sampai pakar astronomi. Bahkan sekelas dukun juga mereka datangkan hanya demi membahas perceraian antara Ragananta dan Fatmalodya.Berbagai foto yang memuat gambar Arcala dari berbagai sisi, dibahas dengan sangat detail. Beberapa kali Sissylia mendapat undangan untuk jadi narasumber atau pengisi acar. Dirinya begitu laris, stasiun televisi yang diambang gulung tikar rela memeras kering sana perusahaan untuk mengundang Sissylia.Benar saja, tak berapa lama setelah kemunculan Sissylia. Stasiun tivi tersebut banjir pujian dan investor.Pemberitaan tentang kandasnya pernikahan Arcala Ressi yang disebabkan oleh orang ketiga tersebar ke seluruh penjuru kota.Di dalam lama sebuah media sosial, baik itu akun milik Sissy maupun Arcala. Panen hujatan namun ada beberap
"Aku akan menikahi Sissy setelah percerainku dengan Ressi resmi.""Terserah padamu Raga, kamu laki-laki. Tidak butuh restu atau wali bukan" gumam Bram di ruang kerja dalam rumahnya.Rossy enggan menemui Cala sebab merasa malu kepada gadis sebaik Ressi. Dia seolah telah menjebak gadis itu untuk tenggelam dalam danau kedukaan selama hidup bersama putranya.Jelas ini sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Arcala meski hanya sedikit meleset.Dia pikir orang tuanya akan menentang niatnya habis-habisan. Nyatanya mereka membiarkan cenderung tidak perduli dengan apa pun yang hendak Arcala lakukan."Papa dan mama benar-benar tidak akan datang saat pernikahanku nanti?" tanya Arcala sekali lagi untuk memastikan jika dia tidak salah dengar.Bram mengangguk tanpa bicara."Lalu apa yang akan kukatakan kepada orang tua Sissylia, Pa?""Kau bisa mencari alasan apa saja, mengurusi Valeri yang sedang ngambek misalnya." Ayah dari Arcala itu mengendikkan bahu tak acuh.Memang benar, beberapa hari terakhir
"Aku kurang tahu, semua terjadi ketika aku, papa dan mama pergi menemui Rivan," jawab Revan datar."Nah iya, apa Rivan kembali ke sini pada akhirnya?" tanya Arga teralihkan."Tidak, dia justru ingin pamit pergi lagi.""Kenapa, tidak kamu tidak Rivan sama menyebalkannya," gerutu Arga yang berjalan menuju parkiran."Kamu ingin mendengar perkara Ressi atau Rivan?!" geram Revan."Kalau bisa dua-duanya kenapa harus salah satu?" Kini dia sudah berada dalam mobil, menyetir sendirian ke arah rumah Ressi."Jangan katakan kamu langsung kemari?" tanya Revan tidak percaya."Apa masalahnya?" Arga mnegetuk-ngetukkan jemarinya pada roda kemudi ketika menunggu di lampu merah untuk menahan diri agar tidak menerobos lampu yang sialannya tidak ada mobil lain yang menanti lampu merah, banyak dari mereka yang lanjut karena belok kiri.Rasanya Arga ingin menekan pedal gas dalam-dalam supaya segera terbebas dari lampu merah itu. "Setidaknya mandilah dulu Arga," cela Revan."Aku akan numpang mandi di kamarm
Seperti yang diinginkan Ressi, sidang cerainya berjalan lancar dengan dia yang sengaja tidak muncul pada tiap sesi sidang bahkan saat mediasi sekalipun.Ketika sidang usai, banyak media yang menyerbu dan mengamati tiap detik jalannya sidang.Arcala memilih diam dan membiarkan pengacaranya yang berbicara tentang alasan perceraiannya dengan Ressi.Tidak pernah Arcala mengucapkan statemen yang sekiranya merugikan Ressi, namun juga dia tidak banyak bicara ketika awak media mulai menyinggung mengenai hubungannya dengan Sissylia.Semua dia serahkan kepada pengacaranya.Di sisi lain, Valeri termenung dan mengurung diri di dalam kamarnya. Dia gentar saat ingin ke luar dari rumah, takut jika sewaktu-waktu para pemburu berita itu mengerumuni dirinya. Belum lagi teman-temannya yang akan menanyakan ini itu padanya.Namun, yang paling menguasai hati gadis kecil itu hanyalah pertanyaan-pertanyaan yang berputar di dalam otak kecilnya.Bagaimana keadaan mommy-nya?Bagaimana perasaan mommy-nya?Apakah
"Kita tidak akan bertemu sampai kamu tahu apa yang kamu mau, Cala," pungkas Sissylia."Tidak tidak, jangan seperti ini aku mohon. Aku justru akan semakin kehilangan arah, tetaplah berada di sisiku," pinta Arcala menggenggam erat kedua telapak tangan kekasihnya.Benar apa yang dikatakan Arcala, jika dia meninggalkan pria itu di saat seperti ini. Bisa jadi lelaki itu justru semakin tersesat dan kehilangan arah lalu tidak akan kembali padanya, lalu untuk apa perjuangan yang dia lakukan selama ini sampai dia rela dipandang buruk oleh semua orang."Okay, aku akan tinggal tapi kamu juga harus menelaah perasaan kamu." Sissylia mencoba meyakinkan diri dengan cara memeluk kekasihnya, mencari pegangan untuk menguatkan perasaannya.Pada akhirnya mereka kembali ke rumah masing-masing.Berita perceraian Ressi dan Arcala menjadi berita yang sangat menggemparkan bagi seluruh media tanah air. Nama Sissylia juga dibawa-bawa dalam setiap berita, sedangkan Ressi tidak pernah sekalipun muncul untuk melak