Lupa jika dia hanya mengenakan handuk, Ressi masih terpaku menatap Arcala yang tengah duduk di pinggir ranjang dengan keadaan shirtless dan fokus pada ponselnya.
Wanita itu jadi serba salah, karena dengan tidak pengertiannya Arcala menempatkan walk in closed di belakang ranjang, yang jika ingin ke sana harus melewati ranjang tersebut.
Ressi yang masih terpaku harus terkejut tatkala Arcala mengangkat kepalanya dari ponsel dan tepat memandang dirinya. Hal itu membuat Ressi gugup dan tanpa sadar tersandung kakinya sendiri sampai hampir terjatuh, dia pasrah saja saat kehilangan keseimbangan paling ringan mungkin dia akan mengalami keseleo paling parah barangkali akan mengalami pendarahan otak.
Selayaknya di dalam novel, semua berjalan begitu saja ya sudah bisa ditebak jika Ressi tidak sampai terjatuh karena Arcala reflek menangkap Ressi sebelum wanita itu sempat menyentuh lantai.
Akan tetapi yang membuat keduanya syok adalah, selipan handuk Ressi yang l
Sebelumnya..."Astaga...!" Melihat apa yang tidak seharusnya dia lihat Rossy segera menutup bibirnya dengan terkejut.Sedangkan Bram ingin membanting apa pun yang ada di sekitarnya sekarang.***Mendengar pekikan Rossy dan wajah merah padam Bram, Ressi jadi penasaran dengan apa yang keduanya lihat. Dia pun menoleh ke belakang dan menganga dengan apa yang dia lihat saat ini."Bhahahahaha...." Bramantyo tertawa terpingkal-pingkal sampai membanting bantal yang ada di sofa ke lantai. Bahkan dia sampai terbatuk-batuk saking semangatnya tertawa.Rossy hanya mendesah lelah dengan kelakuan putranya sedangkan Ressi entah dia harus menanggapi dengan ekspresi macam apa. Dia kasihan pada Arcala, tapi juga ingin tertawa untung saja Valeri sudah mengekor pada madam Yeri karena ingin bermain dengan suami madam Yeri atau biasa Ressi panggil Papah Yongky.Kalau tidak, bisa jadi dia akan bertanya perihal main dan mandi bersama. Belum lagi kelakuan dadd
Saat dia menelan makanan tersebut, Ressi langsung merasakan sesak nafas yang sangat sesak sampai dia merasa hampir mati hanya untuk bernafas saja. Semua orang di meja makan langsung meneriakkan nama Ressi dengan panik, Bram meneriaki Arcala yang terdiam mematung seperti orang bodoh melihat Ressi yang kesulitan bernafas.Bahkan dia tidak tahu menahu jika Ressi memiliki riwayat sesak nafas, "RAGA! JANGAN DIAM SAJA SEPERTI ORANG BODOH! ISTRIMU SEKARAT RAGA!" semua orang merasa panik bahkan Valeri pun sudah menjerit ketakutan sambil memeluk Ressi.Revan yang mendengar keributan di dalam rumah lebih sigap dengan segera masuk ke dalam. Tidak memperdulikan larangan Arcala untuk masuk rumah saat pria itu ada di dalam rumahnya.Ferrel mengekor di belakang Revan, namun segera dibentak oleh pria itu supaya menyiapkan mobil dan menyuruh sekuriti membuka gerbang. Sebab Revan tahu apa yang terjadi, hanya satu hal yang bisa membuat seluruh isi rumah panik sama seperti dulu.
Namun, yang membuat seluruh orang kaget dan wajah Revan memerah adalah Linda yang berwajah kesal. Akan tetapi tiba-tiba dokter cantik itu berjinjit dan mencium sudut bibir Revan dengan kilat dan menampilkan ekspresi kemenangan saat dilihatnya Revan membeku dengan wajah merah padam.Ferrel menganga melihat adegan itu, untung saja Valeri tidak peduli dan memilih membenamkan wajahnya dalam pelukan Rossy sambil meratapi mommy-nya. Kalau Bram sudah tidak heran lagi dengan kegilaan dua manusia berbeda jenis di hadapannya ini, sedangkan Arcala. Ekspektasinya jatuh seketika, dia mengira Revan memiliki hubungan dengan Ressi tapi melihat apa yang dilakukan dokter yang merawat istrinya sekaligus sepupunya itu pada Revan. Jelas tidak bisa dia abaikan hal tersebut.Untung saja Linda adalah tipe wanita yang bebal dan berani sehingga melakukan hal semacam itu di hadapan orang lain bukanlah sebuah masalah besar. Sehingga dia masih memiliki keberanian untuk menatap Bramantyo yang meman
Bram dan rossy pun saling berpandangan, seharusnya siapa pun itu yang tengah mengetuk pintu paham jika kedua orang tua itu juga butuh istirahat yang cukup."Biar Papa saja yang buka, Mama istirahat saja!" Dengan begitu Bram berdiri kemudian menghampiri pintu sebelum membukanya."Selamat malam Pak Bram, kata dokter Linda anda dan Bu Rossy berada di sini! mungkin anda membutuhkan sesuatu Pak?" Seorang suster menyapa dan menanyakan apa yang Bram butuhkan.Sambil tersenyum, Bram memberitahukan apa saja yang dia butuhkan. Mulai dari bantal tambahan, selimut, air minum karena setiap malam Rossy sering terbangun karena haus dan beberapa hal lainnya.Kembali masuk ke dalam, Rossy bertanya lewat raut wajahnya. Kemudian Bram menjelaskan jika yang datang hanyalah seorang suster yang ingin memastikan kenyamanan mereka berdua.Kembali ke ruangan milik Alinda."Tinggal menunggu waktu dia datang kalau begitu!" ucap Linda sambil mengingat-ingat rupa orang i
"Ada apa Kak? Kenapa kamu melakukan hal ini lagi?" Orang tersebut bertanya pada Revan dengan pandangan yang meneduhkan. "Sejak kapan kamu berada di sini?" Revan bertanya pada orang yang baginya tersenyum bodoh itu. Padahal dia tidak bisa menyangkal jika perasaannya menjadi tenang saat bocah kesayangannya ini berada di hadapannya dengan wajah penuh kekhawatiran. Seperti Revan merasa jika tujuan hidupnya terlihat dengan jelas, ya benar bocah bodoh yang sakit inilah yang membuat Revan tahu apa tujuan dia hidup. "Sebenarnya sudah sedari tadi! hanya saja si Arcala bodoh itu belum juga ke luar dari ruang rawat Ressi." adu pria itu pada Revan yang tersenyum tipis mendengarnya. "Sebentar ya! tunggu di sini sebentar, jangan ke mana-mana nanti kamu tersesat." Menggoda bocah itu memang selalu menyenangkan, dia tidak menyesal sudah mengiyakan permintaan ibunya untuk menjaga dua bocah yang sama-sama tersesat pada jalan gelap yang mengerikan. "Ish, Kak
Dengan penuh antisipasi dan kepanikan, keduanya menatap handle pintu itu yang tiba-tiba berhenti bergerak.Akan tetapi, giliran ponsel Revan yang bergetar.Mengambil ponselnya dari saku jaket yang dia kenakan, ternyata itu panggilan dari Alinda.Tidak ada waktu meladeni wanita mesum itu, tapi anehnya jarinya justru menggeser tombol hijau ke kanan. Membuat panggilan itu terjawab, bukannya suara Linda yang dia dengar.Namun suara Linda dan pak Bram lah yang terdengar dalam panggilan telpon tersebut."Loh Om, kok di sini?" tanya Linda pada Bram."Om mau ngecek keadaan Ressi, Lin!" Terdengar jawaban Bram."Om, Linda mau tanya deh!" Untung saja Linda tadi ada kepikiran untuk menyusul Revan, sehingga dia tahu jika Arcala tergesa-gesa pergi dari rumah sakit. Kemudian pria yang dianggap adik oleh Revan juga tergesa mengarah ke ruang rawat Ressi.Saat berjalan hendak menyusul bocah menggemaskan itu, tidak Linda sangka
Suster Elma, perawat jaga yang ditugaskan memeriksa secara intens keadaan Ressi berjalan melewati seorang pria yang terbaring di bangku besi depan ruang rawat tersebut.Suster Elma tahu jika pria itu bernama Ferrel dari dokter Linda yang menjadi partnernya selama ini.Tanpa Elma sangka jika keisengannya akan membuatnya terlibat dengan pria yang sedikit hiperaktif, polos dan periang tersebut.Mau bagaimana lagi, memiliki kemampuan melihat makhluk astral sedari kecil. Membuat Elma selalu dibuntuti makhluk-makhluk tersebut.Hingga terkadang aura mereka menutupi aura Elma sendiri sehingga menampakkan kesan dingin dan suram padanya.Seperti saat melewati Ferrel tadi, penghuni tetap lorong yang dilewati Elma mengekor sambil menebarkan auranya yang membuat siapa pun merasa tertekan dan kedinginan."Ck, tidak bisakah kamu untuk tidak mengganggu orang lain?" tanya Elma kesal pada makhluk yang mengikutinya.Tidak ada jawaban, yang dia dapat han
"Stop! jangan ganggu siapa pun di sini atau aku akan memanggil kakakku supaya membakar kalian sampai menjadi abu!" teriak Elma sambil berusaha mengendalikan Ferrel yang kesadarannya tinggal seperempat saja.Dengan sigap Elma menekan daun telinga kiri Ferrel, membuat pria itu meraung lirih."Siapa kamu?" tanya Elma memaksa."Ferrel." Tapi jawabannya itu terasa berbeda karena seperti memiliki gema yang aneh."Bukan! kamu pasti Jelen kan!" hardik Elma menatap miris Ferrel yang disukai oleh makhluk astral."Sekarang, pergilah dan tinggalkan pria ini! Sekalipun kamu memaksa, kalian tidak akan bisa bersatu!" Tegas Elma tidak menyerah.Tidak berselang lama, Ferrel mengerang lirih setelah makhluk yang berusaha merasuki dirinya menghilang darinya. Meninggalkan perasaan lelah dan rasa sakit di seluruh persendian tubuhnya.Dapat Ferrel pastikan jika dia kerasukan lagi."Astaga, badanku sakit semua!" erang pria itu lirih, "anda sanga