Keesokan paginya, dengan rambut tergerai basah, Sissy yang mengenakan kemeja kebesaran milik Cala terlihat berkutat di dapur. Wanita cantik itu tampak sibuk membuatkan sarapan untuk mereka berdua.
Terlalu serius membuat omelet, Sissy dibuat terkejut hingga wanita itu melempar spatulanya ketika Cala memeluk dan mencium titik sensitifnya yang ada di leher. Sissy melenguh lirih, menikmati perlakuan Cala saat pria itu menghisap titik tersebut sampai meninggalkan bekas kemerahan yang cukup jelas. Sampai keintiman itu diinterupsi dengan aroma gosong yang menyapa hidung keduanya. Baru saat itulah Sissy sadar dari transnya dan dengan panik mematikan kompor. Terlepas dari keintiman yang hampir membuat jantungnya copot. Menghindari perlakuan Cala yang lain yang sekiranya, sudah pasti akan membuyarkan konsentrasinya sampai ke tepi jurang. "Cala ... omeletnya gosong." Sissy menatap miris pada omelet setengah gosong di dalam pan miliknya. "Setengah gosong. Sepertinya itu masih bisa dimakan. Yah, sebenarnya itu masih sangat layak dimakan Sissy sayang," hibur Cala setelah menatap omelet yang dimasak kekasihnya."Jangan! kamu nanti keracunan." Sissy tidak tega membiarkan Cala memakan omelet yang tidak layak itu."Apa kamu memasukkan sianida sebagai bumbu tambahan?" goda Cala mengeratkan pelukannya."Cala, please … jangan bercanda." Sissy memutar bola matanya, kebal dengan rayuan Arcala. Cala yang gemas, mengangkat Sissy untuk dia dudukkan di konter pantry. "You look beautiful wearing my clothes, Baby," Cala mengecup perut Sissy yang masih berlapis kain. Dalam batin Cala, seharusnya mereka sudah memiliki anak kedua. "Cala ini masih pagi," Meski sudah terbiasa perasaan mengganjal itu tetap ada, merongrong di dalam hatinya. Apalagi dia juga seorang perempuan."Make love in the morning sounds good." Kecupan basah Cala sudah menjalar ke mana-mana.Lenguhan lirih Sissy, dan geraman rendah Arcala, menjadi musik pengantar aktivitas pagi mereka. Aktivitas yang seharusnya hanya Cala lakukan bersama istri sah-nya.Akan tetapi siapa peduli, jika sesuatu yang mereka sebut cinta. Menjadi dasar pembenaran untuk apa yang mereka lakukan, sekalipun itu menjadi api yang akan melahap apa pun milik mereka.Mendekap erat Arcala, Sissy menatap pantulan dirinya dan kekasihnya dari cermin yang melekat di dinding pantry. Cermin yang menjadi saksi bisu jika dia tetap jadi yang nomor satu di hati Arcala. Sekalipun di dalam catatan pernikahan bukan dirinya yang menyandang gelar nyonya Ragananta.Sissy resah, dia menjadi serakah. Seharusnya Arcala menjadi miliknya, meski Arcala memilikinya dengan cara seperti ini. Baginya masih terasa tidak cukup, apakah dia harus mengandung kembali supaya Arcala tetap bersamanya.Netra Sissy terpejam, menikmati perlakuan Cala yang begitu memanjakan dirinya. Membuatnya merasa menjadi wanita paling berharga atas kelembutan perlakuan Cala. Menerbangkan dirinya sampai ke awang-awang, lalu terjun bebas ke dalam danau dengan air hangat menyapa setiap inci kulit telanjangnya.Begitu nyaman dan menenangkan, apa dia bisa merelakan pria yang memuja dirinya, seolah ratu yang menduduki tahta di hatinya.Kecupan demi kecupan Cala labuhkan, meninggalkan jejak basah yang hangat. Menghantarkan desir nikmat ke seluruh pembuluh darah, membuat Sissy meremang.Bahkan untuk berbicara saja Sissy tidak sanggup, dimanjakan dengan cara yang sama seperti dahulu. Bahkan lebih, membuat Sissy hanya mampu mendesah dan melenguh.Tidak ingin melewatkan apa pun dan ingin merekam dalam memorinya, Sissy sebisa mungkin membuka netranya. Meski Cala menghujani dirinya dengan kasih sayang, terbersit di sudut hatinya sebuah pertanyaan.Bukankah dia sudah setara dengan jalang?Hatinya bersorak mengiyakan pertanyaan itu, namun logikanya enggan menerima.Seolah menyadari kegelisahan wanita dalam pelukannya Cala mencari netra Sissy yang berusaha menghindarinya. Dengan melambatkan gerakannya Cala melumat lembut bibir yang selalu menjadi candu untuknya. Menegaskan lewat perlakuannya bahwa kekasihnya adalah segalanya untuk Cala.Meski masih ragu, Sissy tetap membalas gerakan bibir Cala menelusupkan jemarinya di sela surai legam pria itu. Lalu menariknya dengan spontan ketika seolah dia melihat kembang api meledak dengan indah mengosongkan isi kepalanya."Cala...." desah Sissy tertahan.Cala semakin giat dengan aktivitasnya, berusaha mengejar ketertinggalan.Sissy hampir tidak sanggup menahan perasaan dimiliki, dispesialkan diutamakan seharusnya mereka bahagia menjadi keluarga sejak dulu jika dirinya tidak egois. Keduanya hancur berkeping oleh kepuasan bersamaan ilusi kembang api paling besar meledak dengan dahsyat dan indah. Tubuh Sissy melemas, sedangkan Cala berusaha mengais kekuatannya yang masih tersisa. Lalu keduanya terdiam menikmati diri yang masih berceceran. Tersenyum menenangkan Cala menghaturkan ribuan rasa sayang dan terima kasih. Lewat kecupan lembut di kening Sissy yang basah oleh keringat."Mandi... lagi!" kekeh Cala lirih dengan nafas yang masih tersengal.Cala menggendong Sissy yang tampak berantakan menuju kamar mandi di dekat pantry. Senyum tidak lepas dari keduanya, tatapan netra mereka bahkan menawarkan sejuta cinta yang tidak akan lengkang ditelan masa.Membiarkan pintu terbuka, Cala menurunkan Sissy di bawah shower. Menyalakan benda tersebut air mengalir membasahi keduanya. Kemeja putih yang dikenakan Sissy basah dan menjadi transparan membuat Cala mengumpat saat melihatnya."Damn it, this shit clothes Baby. Bagaimana bisa akal sehatku menghilang saat ini," keluh Cala tidak serius.Meraih satu tungkai kaki Sissy untuk dia letakkan di pinggangnya, and bla bla bla. Arcala said: Yeah! make love in the morning, it's more greatefull. "Cala... aku lelah!" adu Sissy manja dalam baringnya di atas ranjang. "Istirahat baby," jawab Cala sambil mengancingkan kemeja yang ia kenakan. Terlalu sering bersama Sissy membuat Arcala memiliki pakaian yang lumayan banyak di apartemen kekasihnya itu."Tapi aku ada jadwal pemotretan!" bibir Sissy mencebik mungkin bisa dikatakan dia model yang mendompleng nama besar Arcala. Akan tetapi dia berusaha tetap profesional sebab bukan hal mudah masuk ke dunia modeling."Cancel saja...," dengan ringan Arcala mengatakan itu sambil merapikan kerah kemejanya, "Tidak bisa Cala, mereka akan menganggap diriku tidak profesional." Sissy membalas dengan keras cukuplah dia dicap buruk meski kenyataannya memang demikian. Akan tetapi tahu apa mereka tentang jalan yang Sissy lalui selama ini."Baiklah, aku akan membuatnya bisa." Cala mendekati Sissy, hendak naik ke ranjang.Sissy tahu apa yang akan Cala lakukan demi membuatnya membatalkan pemotretan tersebut.Sissy panik dan segera meraih ponselnya, dengan gemetar dia kontak fotografer yang membuat janji photoshoot dengannya.Melihat itu Cala iba karena jika Sissy mengatakan lelah maka wanita itu benar-benar lelah. Pemikiran jika kelelahan Sissy disebabkan olehnya benar-benar membuatnya senang. Ada sesuatu yang Cala lupakan namun dia tidak peduli. Dia hanya ingin menghabiskan waktunya bersama Sissy tidak ada yang lain. Ketika seorang Arcala sudah menentukan pilihannya segala hal akan terasa tidak berarti baginya.Sekalipun dia menanti dengan kewarasan yang semakin lama semakin terkikis.Bersambung…Membuka pintu rumahnya, lalu masuk tanpa rasa bersalah sedikitpun, Cala berniat ingin pergi ke kamarnya langsung, sampai sebuah suara dari arah sampingnya membuatnya menghentikan langkah."Ingat pulang Raga?"Cala memalingkan muka ke sumber suara berasal dan mendapati orang yang menyandang status sebagai nyonya rumah ini sedang duduk dengan postur anggun sambil menyesap teh, dan ditemani dengan sifon cake yang diletakkan di atas meja.Ketika Ressi menyapa pria yang tak lain adalah suaminya, ekspresi wajahnya tampak datar seakan yang kini menatapnya balik bukan suaminya melainkan orang asing.Cala terdiam mendengar sapaan sarkas itu dan memandang wanita tersebut dengan raut datarnya."Aromamu persis seperti wanita murahan itu ... menjijikkan!" ujar Ressi lagi menyindir Cala dengan senyuman manis yang dibuat-buat.Suara yang Ressi ucapkan terdengar lembut dan tidak ada kesan menunjukkan emosi lain dari wanita itu sama sekali.
"A-apa ... ?" tidak yakin, Ressi bertanya dengan nada yang amat lirih namun masih bisa didengar oleh Cala. Berdecak pelan karena Cala malas mengulang perkataannya. Namun, dia tetap mengulanginya juga agar Ressi mendengar dengan jelas ucapannya. "Kamu mengatakan jika tidak enak badan kan? Maka istirahatlah. Biar Valeri berangkat bersamaku," ulangnya dengan lebih tegas. Mau se-tidak-suka apapun Cala pada Ressi, dia tetaplah wanita yang harus Cala perlakukan dengan baik. Tanpa pria itu sadari jika perlakuannya akan menjadi bumerang baginya di kemudian hari. "Istirahatlah, jangan melakukan aktivitas apapun. Apa gunanya aku mempekerjakan asisten rumah tangga, jika kamu tetap melakukan semuanya sendiri." gumamnya terdengar mengeluh, "Ayo Valeri, kamu sudah ambil tas kamu, baby?" "Sudah, Dad. Ada di sofa di ruang tamu." Saat berjalan keluar dari ruang makan, Valeri melompat-lompat dengan perasaan bahagia karena hari ini dia akan pergi ke sekolah bers
Setelah mati-matian berusaha mengeluarkan pertanyaan yang bercokol di kepalanya, akhirnya Valeri mampu bertanya pada sang ayah meski dengan lirih. Gadis kecil itu langsung menunduk tanpa berani menatap Cala yang masih memaku pandang padanya. Valeri merasa terintimidasi dengan aura Cala, yang terkadang tanpa sengaja pria itu keluarkan saat merasa defensif dengan hal-hal berbau Sissylia. Menarik nafas dalam, lalu mengeluarkannya dengan sedikit keras. Cala memejamkan matanya erat-erat, lalu membenturkan belakang kepalanya pada sandaran jok mobil. Dia tahu bahwa suatu saat, dia akan mendapat pertanyaan seperti ini dari putrinya. Akan tetapi dia tidak menyangka bahwa hal itu akan terjadi secepat ini. Baru saja dia merasakan bahagia bersama Sissy, tapi sekarang dia ditampar dengan kenyataan ada Valeri di sisinya, yang nantinya butuh penjelasan dari apa yang telah dia lakukan selama ini. Salahnya juga yang tidak meredam berita yang bergulir di media hingga putrinya pu
Perjalanan menuju kantor dari sekolah Valeri memakan waktu cukup lama, untung saja kantor itu milik Cala sendiri. Lagipula jam kerja di sana cukup fleksibel namun tetap menuntut tanggung jawab besar dari para karyawannya. Yah setidaknya mereka harus tahu diri meski sudah dimudahkan bekerja di perusahaan.Jahat?Ah tidak juga, hanya semua memang butuh timbal-balik kan.Sesampainya di kantor, asisten Cala sudah menunggu di pintu depan. Turun dari mobil Cala mulai mendengarkan Dera yang menuturkan apa saja jadwalnya hari ini. Cala tidak suka memiliki asisten perempuan bahkan kalau bisa dia ingin agar pegawai kantornya laki-laki semua. Bukan karena dia mendiskriminasi perempuan, hanya saja perempuan dan mulut pedasnya sudah tidak bisa ditolerir lagi.Tapi kantornya juga butuh pekerja wanita setidaknya untuk menarik klien. Ayolah ... Dia juga bukan orang yang munafik, dia hanya menjadikan pegawai wanita sebagai umpan untuk memancing klien. Si
Resepsionis tersebut menelepon seseorang yang Sissy yakini adalah Xadera, asisten Cala. Mengucapkan sederet kata mengenai kehadiran Sissy dengan wajah sedikit tidak rela, juga kentara sekali memandang Sissy dengan tatapan remeh. Namun, tidak ada sepatah kata penghinaan yang keluar dari bibir tipis resepsionis tersebut. Meletakkan gagang telepon kembali, resepsionis bernama Feby itu pun memasang senyum bisnis. Kemudian mempersilahkan Sissy agar langsung menuju ruangan Arcala menggunakan lift petinggi kantor tersebut. Sissy sudah sering kemari jadi dia sangat hafal di mana letak ruangan kekasihnya itu. Berbalik menuju lift, dia merasakan punggungnya begitu panas dan lehernya meremang. Sensasi itu akan selalu dia dapatkan ketika mengunjungi Arcala dan dia harus selalu tahan dengan penghakiman orang lain. Memasuki lift, begitu pintu lift menutup dia menekan nomor lantai tujuannya. Lalu dia mematut diri pada kaca yang terpasang di dinding lift, kemeja sifon lengan panjang, rok pensil lima
Senyum Arcala mengembang saat Sissylia duduk di atas pangkuannya, meski dia lelah memikirkan rumah. Semua rasa lelahnya seakan luntur ketika dia bersama dengan kekasihnya.Masa bodoh dengan pekerjaan, dia menggaji semua karyawannya bukan untuk berleha-leha saja. Lebih bagus lagi skill Xadera sudah cukup mumpuni untuk meng-handle seluruh pekerjaannya.Hatinya bergejolak mengingat hubungan yang dia miliki, sekaligus status yang mengikatnya selama ini.Belum lagi pemberitaan mengenai dirinya dan juga Sissylia yang selama ini bergulir di media. Seakan ada orang di balik semua skandal yang di-blow up. Sebab semakin dirinya berusaha menutup pemberitaan tersebut, semakin beritanya meledak seperti bola panas.Yang menyulitkan, tiap kali dua berusaha melacak si pembuat berita. Dia pasti kehilangan jejak, seakan itu bukanlah perbuatan manusia tetapi iblis yang tak terlihat."Kamu sudah makan?" tanya Arcala pada wanita yang bergelayut manja pada dirinya."Belum, selesai photoshoot aku langsung ke
Cala suka ketika Sissy lepas seperti ini. Begitu cantik, indah di hadapannya dan itu hanya miliknya seorang.Desahan keduanya saling bersambut, bahkan tidak cukup dengan duduk di kursi. Meja kerja pun tak luput dari keduanya yang tengah meluap memadu cinta tanpa kenal lelah menghujam Sissy. Berkali-kali wanita itu mengais orgasmenya sedangkan Cala sekalipun belum menunjukkan tanda-tanda akan sampai.Kali ini imajinasi Sissy tercapai karena Sissy terlalu lemas. Namun, Cala masih belum juga selesai. Memilih karpet lembut sebagai tempat baru, Cala merebahkan Sissy di karpet tersebut. Mengangkat kedua tungkai kaki Sissy ke pundaknya, Cala menghujam lebih dalam, lebih keras berusaha mengejar orgasmenya sendiri. Terlihat dari intensitas hujaman Cala yang semakin pelan, namun dia tekan cukup lama dan dalam pada Sissy.Sissy meraih orgasme keempatnya bersamaan dengan Cala yang juga mencapai puncak. Pria itu ambruk di samping Sissy, keduanya tersengal-s
Keluar dari ruangan bosnya, Dera bersiap menuju butik yang diminta oleh Cala, setelah dia mendapat pesan dari Cala. Membuat dia sangat bernafsu menenggelamkan bosnya itu ke dalam segitiga bermuda tanpa syarat, atau menumbalkan Cala pada harimau jadi-jadian yang siapa tahu bisa membuatnya kaya raya.Yang pasti itu hanya ada dalam angan-angan Dera saja. Siapa pula yang akan menggaji dirinya jika Cala dia tumbalkan.Mengendarai mobil sendiri, Dera hanya berharap semoga saja jalanan tidak macet kali ini. Karena sejujurnya dia malas sekali untuk keluar, salahkan bosnya yang terlalu memiliki energi lebih yang diyakini baru saja terkuras habis."Ah yang benar saja, apanya yang terkuras. Yang ada juga bertambah dan bertambah."Dera menggerutu seorang diri, butik yang dimaksud Cala untungnya tidak terlalu jauh dari kantor, sehingga kini Dera sudah berada di halaman parkir butik tersebut.Saat turun dari mobil dan berjalan hendak masuk, dia bertemu den