Home / Romansa / Jerat Pesona Tuan CEO / Dia Mulai Peduli

Share

Dia Mulai Peduli

Author: Imas Gustina
last update Last Updated: 2024-08-27 19:49:18

"Foto kakak ku, itu waktu masih kecil!" kata Rico. 

"Sudah, jangan banyak tanya Sekarang, bersihkan rumahku. Bekas sepatumu masih menempel di lantai rumahku!" Rico beranjak duduk di sofa putih. Tangan kanan berada di atas kepala sofa. Dia duduk menyilangkan kakinya, punggung menyandar di sofa. 

"Dimana dia sekarang?" tanya Bella penasaran. 

"Tidak perlu banyak tanya lagi. Sekarang, lebih baik kamu segera bersihkan lantai." tegas Rico. 

Disisi lain. Kantor tempat Bella bekerja terlihat begitu riuh. Bos mengumpulkan semua karyawan. Dia ingin mengubah peraturan perusahaan. Dan, jika sampai ada yang telat beberapa menit saja. Maka akan dapat sanksi. Dengan suara lantang bos mengatakan semua peraturan baru yang harus ditepati.

"Untuk semua karyawan disini. Jangan pulang sebelum waktunya. Pulang lah tepat waktu." 

"Tidak boleh telat, harus datang tepat waktu. Telat 1 menit saja sudah dapat sanksi. Dan, jika sampai 3 kali kena sanksi. Maka karyawan itu harus dikeluarkan secara tidak hormat." 

"Tidak boleh buat kegaduhan disini. Semua karyawan yang saling menyalahkan, atau sengaja melempar kesalahan pada teman. Itu juga kena sanksi." 

"Dan, istirahat tepat waktu. Keluar dan kembali tepat waktu." 

"Sudah, sekarang kalian kembali ke tempat kerja." 

Kedua mata Alex berkeliling. Seolah ada seorang yang di cari di antara semua karyawannya. 

"Baik, pak!" jawab semua karyawan kompak. Begitu juga Sisil. Wajahnya tampak bingung. Dia sedari tadi mencari temannya. Namun tidak kunjung kembali. Sisil terlihat khawatir. Dia hanya bisa menunduk. Takut jika sang Bos akan tanya keberadaan Bella nantinya. Sisil membalikkan badannya. Melangkahkan kakinya perlahan. 

"Eh... Kamu, kemari." pinta Alex. 

Sisil mengerutkan wajahnya takut. Dia menggenggam jemari tangannya sendiri. 

"Astaga, apa yang harus aku lakukan?" gerutu Sisil. 

"Bagaimana, jika dia tahu jika Bella menghilang dari kantor. Pasti dia akan marah." 

"Apa kamu tuli?" bentak Alex. Seketika menarik napasnya dalam-dalam. Berusaha untuk tetap tenang. Sisil membalikkan badannya lagi. Mengangkat kepalanya perlahan. 

Alex sudah menyambutnya dengan tatapan mata yang begitu tajam. Aura kencangkan mulai menyelimuti dirinya. Sisil berusaha tetap tenang. Dia menelan ludahnya beberapa kali. 

"Astaga... mati, aku. Bagaimana ini.. Apa yang harus aku lakukan." jantung Sisil berdetak lebih cepat. Bukan soal jatuh cinta. Tapi, dia takut jika Bos juga akan marah padanya. Pekerjaannya jadi taruhan.

"Dimana temanmu?" tanya Alex. 

"Hah..." seketika Sisil bingung. Dia terlihat begitu gugup. 

"Dimana temanmu?" bentak Alex. 

"Emm... i-itu, dia..." Sisil berbicara terbata-bata belum sempat melanjutkan ucapannya. Sisil tertunduk lagi. 

"Dia dimana? kemana aku tidak melihat dia? Apa dia pulang? Atau, tidur?" 

Tiba-tiba sebuah ide muncul di otak Sisil. Dia mengangkat kepalanya. Kembali kedua mata itu menatap Alex. Sekarang dirinya mampu mengendalikan rasa takut menghadapi sang bos. 

"Emm... iya, dia tadi bilang ke toilet. Dia bilang perutnya sakit. Dari tadi bolak-balik pergi ke toilet." kata Sisil. Sembari menggigit bibir bawah bagian dalam. Dia Takut jika sang Bos tidak percaya padanya. 

"Ya, sudah! Bilang padanya. Suruh cepat kembali bekerja," ucap Alex memelankan nada suaranya. 

Sisil memalingkan badannya. Akhirnya dia bisa menghela napasnya lega. Sisil melirik ke arah Alex. Laki-laki itu sudah melangkahkan kakinya kembali ke ruangan. 

"Hah..." Sisil berhasil mengeluarkan napas kasarnya. 

"Bisa mati jika dia ketahuan keluar." kata Sisil lirih. 

"Aku harus segera menghubungi Bella sekarang. Sebelum bos mencarinya lagi." gerutu Sisil. Segera kembali ke tempat kerjanya. 

Hampir satu jam berlalu. Bella akhirnya kembali ke ruangan kerjanya. Dia duduk bersebelahan dengan Sisil. Hanya saja meja mereka ada sekat yang memisahkan antara meja karyawan lainya. 

"Bella, dari mana saja kamu?" tanya Sisil. Dia terlihat khawatir dengan Bella. 

Sementara Bella hanya tersenyum tipis. "Tadi, bos mencariku tidak?" tanya Bella. 

"Iya, hampir saja ketahuan." 

"Bella, kamu dipanggil ke ruangan bos." seorang wanita memanggil namanya. Menghentikan perbincangan mereka berdua. 

"Gimana, ini?" tanya Bella gugup. "Apa dia tahu jika aku keluar?" tanya Bella memastikan. 

"Aku tadi..." 

"Buruan, dia marah-marah jika kamu terlalu lama." 

"Udah, positif, saja dia tidak akan marah." Sisil memberikan semangat Bella. Sementara Bella tampak bingung. Apa yang harus dilakukan jika bertemu dengan Dion nantinya. 

Bella menarik napasnya dalam-dalam. Menahannya sejenak. Lalu mengeluarkan secara perlahan. Dia mengumpulkan semua keberaniannya. Bertekad untuk segera pergi ke ruangan sang bos. 

"Aku pergi dulu," ucap Bella melambaikan tangan pada Sisil. "Tolong doakan, aku bisa tetap bekerja disini." kata Bella. Lalu beranjak pergi meninggalkan Sisil tanpa menunggu jawaban dari Sisil. 

"Eh..." Sisil menggerakkan kepalanya melihat kemana Bella pergi. 

"Padahal, aku mau doakan dia dulu. Semoga dia tetap bekerja disini." gerutu Sisil menghela napasnya frustasi. Lalu kembali ke mejanya. Meskipun pikirannya kacau memikirkan sahabatnya itu. Sisil terlihat sangat gelisah. Entah apa sahabatnya bisa melewati wajah galak sang bos atau tidak. 

**

Dilain sisi. 

Vina berdiri di depan pintu. Dia terlihat ragu mengetuk pintu berwarna coklat gelap itu. Wajah terlihat begitu pucat. 

Vina memejamkan kedua matanya. Dia berbicara pada hatinya sendiri. 

"Nggak, Vina. Kamu harus lawan rasa takutmu." Dalam satu helaan napasnya. Vina membuka mata, lalu memberanikan dirinya mengetuk pintu beberapa kali. 

"Masuklah," pinta sang bos. 

Vina membuka pintu perlahan. Kaki kanan melangkah masuk lebih dulu. Berjalan dengan sangat hati-hati. Kepala tertunduk, jemari tangan kanan memainkan jemari tangan kirinya. Dia terus berusaha menghilangkan rasa gugup yang sudab merasuki dirinya.Tak lupa Vina menutup kembali pintunya. Dia dengan penuh keraguan melangkah mendekati Dion. 

Dion menatap sekilas ke arah Vina. Dia segera membuka laci meja kerjanya. Lalu memberikan sebuah kotak obat tepat di atas meja. 

"Ambilah, dan segera minum." Vina mengerutkan keningnya. Dia memutar matanya bingung. Vina perlahan mengangkat kepalanya melirik ke arah Dion. Pandangan mata itu tertuju pada kotak obat di atas meja. Seketika Vina berdiri tegap. 

"Apa ini?" tanya Vina bingung. 

"Kata teman kerja Kamu jika kamu tadi sakit perut bolak balik kamar mandi. Segeralah, minum obat. Lalu kembali bekerja. Jangan karena sakit perut kamu tidak bekerja." Dion yang semula sibuk dengan dokumen di depannya. Dia menutup kembali beberapa map. Lalu mengangkat kepala menatap ke arah Vina. 

Vina mengerutkan bibirnya. Apa tadi Sisil yang memberi tahu jos jika aku sakit perut? Bukanya dia tahu jika aku keluar? Ternyata dia pintar juga buat alasan. Vina bergumam dalam hatinya. Dia tiba-tiba tersenyum tipis. 

"Kenapa kamu diam disini. Ambilah, dan segera pergi dari ruangan ini." Dion menarik salah satu alisnya ke atas. 

Vina mengerjapkan matanya. Dia tersenyum palsu menatap ke arah Dion. Dengan tangan yang mengulur ke depan mengambil obat itu. 

"Makasih, bos sudah peduli padaku." 

"Jangan pikir jika aku suka denganmu." tegas Dion. Kedua mata kembali tertunduk fokus pada beberapa dokumen yang baru saja dia teliti. 

Vina menarik sudut bibirnya sinis. Sembari memutar matanya malas. "Astaga, bagaimana orang ini bisa berpikir hal itu. Aku juga tidak berharap disukai olehnya." gerutu Vina. Dia kembali berusaha tersenyum lagi. Saat Dion melirik ke arahnya. 

"Apa anda betah berada disini?" tanya Dion. 

"Eh... itu, ini saya mau pergi." kata Vina terbata-bata. 

"Iya, jangan lupa tutup lagi pintunya." laki-laki dingin itu kembali mengurus dokumennya. Jemari tangan tidak berhenti tanda tangan. Dan, mata yang tidak berhenti menyelidiki setiap detail kesalahan yang ada. 

Vina menelan ludahnya susah payah. Dia segera berbalik dan meninggalkan ruangan itu. Tak lupa sesuai perintah segera menutup pintunya. Belum juga tertutup rapat. Suara laki-laki itu memanggilnya. 

"Tunggu, aku mau bicara sama kamu." kata Dion. Seketika detak jantung Vina berdebu lebih cepat. Bukan karena jatuh cinta. Dia takut jika ketahuan saat keluar tadi bersama dengan Rico. 

"Apa yang akan dia katakan? Apa jangan-jangan dia sudah tahu tentang dirinya?

Related chapters

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Apa Bos suka?

    "Apa, pak?" tanya Vina ragu-ragu."Besok, kamu harus temani aku untuk pergi ke acara client kita. Pakailah pakaian yang rapi.""Jam?" Vina memicingkan matanya. Menunggu jawaban dari Dion. Dia tidak bisa membagi waktunya secara tiba-tiba apalagi dirinya bekerja di dua tempat sekaligus."Jam 8 malam,""Maaf, pak! Saya tidak bisa. Saya kasih ada pekerjaan lain.""Apa sebegitu pentingnya pekerjaan kamu dari pada perintah bos?" tanya Vina."Semuanya penting, pak! Saya juga harus bekerja sesuai jam. Jika saya telat saya juga harus membayar denda.""Kamu bekerja dimana?" tanya Dion."Bapak, tidak perlu tahu, maaf!" Vina menundukkan pandangan matanya."Oke, baiklah! Kamu boleh pergi sekarang." Dion tidak mau memaksa Vina. Dia kembali fokus pada pekerjaannya.Sementara Vina dia merasa sangat bersalah. Vina berjalan keluar dengan sangat hati-hati. Dalam hati diriny

    Last Updated : 2024-08-28
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Siapa Dia?

    "Astaga, kenapa bisa aku tiduran terlalu lama.""Aaahh... Aku telat sekarang!" gerutu Vina. Dia terlihat begitu paniknya di atas tempat tidurnya. Ingin beranjak namun tampak terlihat bingung mencari sesuatu.Vina meraih jepit rambut di atas meja. Dia beranjak dari tempat tidur berlari menuju ke kamar mandi. Tidak terlalu lama berada di kamar mandi. Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk membasuh sekujur tubuhnya yang terasa begitu lengket.Selesai mandi. Vina segera bersiap memakai baju saksinya dia sengaja memakai baju itu dari rumah. Lalu menutupinya dengan rok panjang dan jaket Agar tidak terlalu mencolok saat dia naik angkutan umum nantinya.Setelah Selesai memakai baju hitam dan seksi begitu melekat menunjukan lekuk tubuhnya. Bahkan bagian depan terlihat lebih menonjol keluar dari sela-sela bajunya. Vina bergegas menuju ke depan cermin. Jemari tangan itu meraih beberapa alat make up. Vina sedikit memoles wajah cantiknya dengan bedak

    Last Updated : 2024-08-29
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Cepat lakukan Tugasmu!

    "Anda harus temani saya, saya akan bayar berapapun yang kamu inginkan.""Maaf, tapi saya tidak bisa..." Vina berusaha menghindar. tangan kekar laki-laki itu tidak bisa membuatnya berkutik. Dia hanya bisa diam di atas pangkuannya. Kedua tangan memeluk erat pinggang ramping Vina. Jemari tangan kiri menyentuh pinggang ramping milik Vina. Menghisapnya begitu lembut.Seolah memberikan sentuhan gairah pada Vina Namun perlahan sentuhan itu menjadi cengkeraman sangat kuat. Seperi cengkeraman srigala yang ingin memangsa musuhnya."lepaskan aku, jangan kurang ajar padaku." teriak Vina. berusaha mendorong tubuh bugar laki-laki bertopeng itu."Jangan kamu pikir aku wanita yang gampang kamu nikmati, tuan." Vina berbicara teoat di depan pria itu. pasangan mata saling menatap satu sama lain. Wajah mereka semakain dekat, tanpa rasa takut Vina mendekatkan tubuhnya, lalu berbisik pelan padanya."Aku memang pekerja disini. Tapi, bukan be

    Last Updated : 2024-08-30
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Temani Aku Malam Ini

    Vina masih di posisi yang sama dia duduk di pangkuan pria itu. Kedua tangan melingkar di leher pria asing itu. kedua mata mereka masih saling menatap sangat dalam, perlahan Bibir pria itu mendekat padanya. Sekujur tubuh Vina seketika mulai kaku. Dia berusaha menelan ludahnya, entah kenapa terasa lebih susah ludahnya tertelan. Itu karena dia terlalu gugup, atau takut. Dirinya sendiri juga tidak paham akan hal itu. Jemari tangan pria itu menyentuh lembut wajahnya, sengaja dia berusaha menggoda Vina. Jemari tangan kanan Pria itu menyentuh paha Vina perlahan merangkak ke atas, sedikit menyingkap rok span yang di pakai oleh Vina.Vina yang terkejut dengan perlakuan itu. Dia hanya bisa diam dengan kedua jata melebar sempurna. Tangan kiri pria itu menyentuh perlahan wajah kiri Vina, hingga merangkak ke belakang kepala Vina. Wajah mereka perlahan semakin dekat dan lebih dekat lagi. Hingga tidak ada jarak lagi di antara mereka. Hanya satu gerakan saja, kedua bibir itu bisa salin

    Last Updated : 2024-08-31
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Perasaan Apa Ini?

    "Siapa, kamu?" Tanya pria itu menunjuk ke arah Deon dan Hans yang sudah berdiri di depannya. tatapan tajam Deon tidak membuat pria itu takut. "Hans, urus dia." pinta Deon. "Kalian ikut campur urusanku," geram pria asing itu. sembari menunjuk dengan wajah penuh amarah. Meskipun tubuhnya terlihat tak mampu berdiri tegap. pengaruh alkohol membuat tubuh kekar itu lunglai tanpa tulang. Pria asing itu berusaha untuk melangkah kedepan. Sembari tersenyum sinis tanpa rasa takut sama sekali. Deon membalas senyuman itu dengan tatapan mata tajamnya. Aura mematikan mulai kekuar dari sekujur tubuh Deon. Wajah yang sangat dingin itu mulai berapi-api. "Jangan pernah mencoba untuk menyentuh wanitaku," geram Deon. Pria itu menarik sudut bibirnya sinis. Dia masih tidak pedulikan apa yang di katakan Dion. pengaruh alkohol yang kuat tidak membuatnya takut pada siapapun. Bahkan termasuk Deon. "Siapa wanitamu, Hah...." Pria itu menertawakan Deon. "Anda tidak tahu tuan Deon?" Tanya Hans."Urus dia." P

    Last Updated : 2024-09-16
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Club Malam

    Disebuah club malam terbesar di Jakarta. Seorang wanita cantik, yang masih di bawah dua puluh tahun itu. Mulai merias dirinya. wajahnya yang terbalut make up tipis. Tubuh seksi dengan lekukan tubuh yang begitu menggoda. Belahan dadànya terlihat sangat jelas. Dengan baju Tanpa lengan. Bagian belakang terlihat punggung putih dan mulutnya. Rok satu di atas lututnya. Tuhan menganugerahkan kulit yang begitu putih seputih susu. Selembut kulit bayi. Dan tubuh seksi yang menggoda iman seorang yang melihatnya. "Bella." seseorang memanggilnya. Bella menoleh, melayangkan senyuman tipis ke arah orang yang memanggilnya. Seorang laki-laki berjakun dengan suara serak dan sedikit tua, kulit yang terlihat mulai kendur. Tapi wajahnya masih terlihat sedikit muda. Dengan parasnya utu terlihat sekitar umur empat puluh tahunan itu berjalan mendekatinya. "Iya.. Pak." jawabnya, menundukkan sedikit kepalanya sebagai tanda hormat kepada manajer club itu. "Kamu baru datang?" tanya seorang laki-laki paruh bay

    Last Updated : 2023-09-19
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Aku Dimana?

    "Hah.. Hah.." Bella yang mulai sadar dari pengaruh minuman. Dia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia merasa baru saja tergelam dalam laut. Entah tadi mimpi atau tidak. Baginya seperti kenyataan yang membuat dia hampir saja kehilangan nyawanya. Wanita berambut sepunggung itu memutar matanya. Dia merasa sangat aneh dan asing dengan ruangan kamar mandi ini. Ahh... Kepalaku. Apa yang terjadi padaku. Dan kenapa? Kenapa aku bisa tenggelam di bathtub ini.. Bella mengernyitkan matanya mencoba melihat seluruh penjuru ruangan. "Aku di mana? Rumah siapa ini? Kenapa terlihat begitu asing? Dan, apa yang sebenarnya terjadi padaku?" gumam Bella, pikirannya melayang cepat memikirkan hal aneh dalam dirinya. Dia sontak menundukkan kepalanya, melihat bajunya yang masih lengkap. Bella menghela napasnya lega. Mencengkeram ujung atas bajunya, dan beranjak berdiri. "Aaww--" rintih Bella, memegang kepalanya yang masih terasa sangat pusing."Kenapa kepalaku semakin pusing sekali." Bella beran

    Last Updated : 2023-09-19
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Crazy Girl

    Bella berlari masuk ke dalam rumahnya. Wajahnya masih memerah malu. Bella mengacak-acak rambutnya frustasi sembari berjalan dan tidak hentinya menggerutu kesal. "Astaga... Kenapa aku jadi seperti ini." gerutu Bella. "Bisa-bisanya aku salah masuk rumah. Untuk tidak salah masuk kamar orang." kesal Bella. Dia menghela napasnya. Beranjak duduk di sofa ruang tamunya. "Heh... Gadis gila.." teriak seorang dari lantai dua. Bella mengerutkan keningnya. Kedua bola mata bergerak ke atas. "Sialan, laki-laki itu berteriak di kamar atas." kesal Bella. Dia segera berlari menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Membuka balkon kamarnya. Sembari membawa sepatu melemparkan sepatu itu di balkon depan kamarnya. Rumah mereka berdekatan hanya berjarak satu petak. Namun, kamar Mereka juga berhadapan satu sama lain. Riko sering keluar Bella di kamarnya. Bahkan dia tidak pernah sadar sebelumnya. "Sialan, kamu melerai sepatu?" kesal Rico. "Itu pelajaran buat kamu." kesal Bella. Dia melihat kedua tangannya

    Last Updated : 2023-09-19

Latest chapter

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Perasaan Apa Ini?

    "Siapa, kamu?" Tanya pria itu menunjuk ke arah Deon dan Hans yang sudah berdiri di depannya. tatapan tajam Deon tidak membuat pria itu takut. "Hans, urus dia." pinta Deon. "Kalian ikut campur urusanku," geram pria asing itu. sembari menunjuk dengan wajah penuh amarah. Meskipun tubuhnya terlihat tak mampu berdiri tegap. pengaruh alkohol membuat tubuh kekar itu lunglai tanpa tulang. Pria asing itu berusaha untuk melangkah kedepan. Sembari tersenyum sinis tanpa rasa takut sama sekali. Deon membalas senyuman itu dengan tatapan mata tajamnya. Aura mematikan mulai kekuar dari sekujur tubuh Deon. Wajah yang sangat dingin itu mulai berapi-api. "Jangan pernah mencoba untuk menyentuh wanitaku," geram Deon. Pria itu menarik sudut bibirnya sinis. Dia masih tidak pedulikan apa yang di katakan Dion. pengaruh alkohol yang kuat tidak membuatnya takut pada siapapun. Bahkan termasuk Deon. "Siapa wanitamu, Hah...." Pria itu menertawakan Deon. "Anda tidak tahu tuan Deon?" Tanya Hans."Urus dia." P

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Temani Aku Malam Ini

    Vina masih di posisi yang sama dia duduk di pangkuan pria itu. Kedua tangan melingkar di leher pria asing itu. kedua mata mereka masih saling menatap sangat dalam, perlahan Bibir pria itu mendekat padanya. Sekujur tubuh Vina seketika mulai kaku. Dia berusaha menelan ludahnya, entah kenapa terasa lebih susah ludahnya tertelan. Itu karena dia terlalu gugup, atau takut. Dirinya sendiri juga tidak paham akan hal itu. Jemari tangan pria itu menyentuh lembut wajahnya, sengaja dia berusaha menggoda Vina. Jemari tangan kanan Pria itu menyentuh paha Vina perlahan merangkak ke atas, sedikit menyingkap rok span yang di pakai oleh Vina.Vina yang terkejut dengan perlakuan itu. Dia hanya bisa diam dengan kedua jata melebar sempurna. Tangan kiri pria itu menyentuh perlahan wajah kiri Vina, hingga merangkak ke belakang kepala Vina. Wajah mereka perlahan semakin dekat dan lebih dekat lagi. Hingga tidak ada jarak lagi di antara mereka. Hanya satu gerakan saja, kedua bibir itu bisa salin

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Cepat lakukan Tugasmu!

    "Anda harus temani saya, saya akan bayar berapapun yang kamu inginkan.""Maaf, tapi saya tidak bisa..." Vina berusaha menghindar. tangan kekar laki-laki itu tidak bisa membuatnya berkutik. Dia hanya bisa diam di atas pangkuannya. Kedua tangan memeluk erat pinggang ramping Vina. Jemari tangan kiri menyentuh pinggang ramping milik Vina. Menghisapnya begitu lembut.Seolah memberikan sentuhan gairah pada Vina Namun perlahan sentuhan itu menjadi cengkeraman sangat kuat. Seperi cengkeraman srigala yang ingin memangsa musuhnya."lepaskan aku, jangan kurang ajar padaku." teriak Vina. berusaha mendorong tubuh bugar laki-laki bertopeng itu."Jangan kamu pikir aku wanita yang gampang kamu nikmati, tuan." Vina berbicara teoat di depan pria itu. pasangan mata saling menatap satu sama lain. Wajah mereka semakain dekat, tanpa rasa takut Vina mendekatkan tubuhnya, lalu berbisik pelan padanya."Aku memang pekerja disini. Tapi, bukan be

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Siapa Dia?

    "Astaga, kenapa bisa aku tiduran terlalu lama.""Aaahh... Aku telat sekarang!" gerutu Vina. Dia terlihat begitu paniknya di atas tempat tidurnya. Ingin beranjak namun tampak terlihat bingung mencari sesuatu.Vina meraih jepit rambut di atas meja. Dia beranjak dari tempat tidur berlari menuju ke kamar mandi. Tidak terlalu lama berada di kamar mandi. Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk membasuh sekujur tubuhnya yang terasa begitu lengket.Selesai mandi. Vina segera bersiap memakai baju saksinya dia sengaja memakai baju itu dari rumah. Lalu menutupinya dengan rok panjang dan jaket Agar tidak terlalu mencolok saat dia naik angkutan umum nantinya.Setelah Selesai memakai baju hitam dan seksi begitu melekat menunjukan lekuk tubuhnya. Bahkan bagian depan terlihat lebih menonjol keluar dari sela-sela bajunya. Vina bergegas menuju ke depan cermin. Jemari tangan itu meraih beberapa alat make up. Vina sedikit memoles wajah cantiknya dengan bedak

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Apa Bos suka?

    "Apa, pak?" tanya Vina ragu-ragu."Besok, kamu harus temani aku untuk pergi ke acara client kita. Pakailah pakaian yang rapi.""Jam?" Vina memicingkan matanya. Menunggu jawaban dari Dion. Dia tidak bisa membagi waktunya secara tiba-tiba apalagi dirinya bekerja di dua tempat sekaligus."Jam 8 malam,""Maaf, pak! Saya tidak bisa. Saya kasih ada pekerjaan lain.""Apa sebegitu pentingnya pekerjaan kamu dari pada perintah bos?" tanya Vina."Semuanya penting, pak! Saya juga harus bekerja sesuai jam. Jika saya telat saya juga harus membayar denda.""Kamu bekerja dimana?" tanya Dion."Bapak, tidak perlu tahu, maaf!" Vina menundukkan pandangan matanya."Oke, baiklah! Kamu boleh pergi sekarang." Dion tidak mau memaksa Vina. Dia kembali fokus pada pekerjaannya.Sementara Vina dia merasa sangat bersalah. Vina berjalan keluar dengan sangat hati-hati. Dalam hati diriny

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Dia Mulai Peduli

    "Foto kakak ku, itu waktu masih kecil!" kata Rico."Sudah, jangan banyak tanya Sekarang, bersihkan rumahku. Bekas sepatumu masih menempel di lantai rumahku!" Rico beranjak duduk di sofa putih. Tangan kanan berada di atas kepala sofa. Dia duduk menyilangkan kakinya, punggung menyandar di sofa."Dimana dia sekarang?" tanya Bella penasaran."Tidak perlu banyak tanya lagi. Sekarang, lebih baik kamu segera bersihkan lantai." tegas Rico.Disisi lain. Kantor tempat Bella bekerja terlihat begitu riuh. Bos mengumpulkan semua karyawan. Dia ingin mengubah peraturan perusahaan. Dan, jika sampai ada yang telat beberapa menit saja. Maka akan dapat sanksi. Dengan suara lantang bos mengatakan semua peraturan baru yang harus ditepati."Untuk semua karyawan disini. Jangan pulang sebelum waktunya. Pulang lah tepat waktu.""Tidak boleh telat, harus datang tepat waktu. Telat 1 menit saja sudah dapat sanksi. Dan, jika sampai 3 kali k

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Tolong....

    "Aku juga tidak tahu, tapi bagaimana bisa kamu mengenal laki-laki tampan itu?" tanya Cika.Bella menghentikan langkahnya. Menoleh cepat ke arah Cika. Mata menyipit menatap kedua jata Cika."Laki-laki?" tanya Bella memastikan.Cika menganggukan kepalanya. "Siapa?" tanya Bella."Mana aku tahu!" Cika menarik kedua bahu bersamaan ke atas."Aku tidak tahu, lagian aku juga bingung kenapa kamu bisa mengenal seorang laki-laki tampak kaya. Bahkan, dia datang membawa mobil. Lalu memarkir mobilnya tepat di depan kantor!" ucap Cika. Bella mengerutkan bibirnya bingung. memutar otaknya, berpikir siapa yang ada janji dengannya hari ini. Tapi, sepertinya memang tidak ada janji dengan siapapun. Aku juga tidak punya teman laki-laki. Apalagi punya mobil. Bagaimana jika Cika berbohong padaku."Sekarang, dia dimana?" tanya Bella."Ikut, aku!" Cika menarik tangan Bella membawanya pergi ke lobi. Hingga ke luar dari

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Nyebelin

    "Maaf, pak. Saya tahu anda adalah bos saya. Tapi, anda bisa jaga ucapan anda. Saya memang bawahan anda. Tetapi saya bukan orang rendahan," ucap Bella menekankan suaranya. Di balas dengan senyum kecut oleh Dion. "Orang yang bekerja di tempat malam. Tidak mungkin jika dia tidak murahan. Tidak akan mau menuangkan minuman laki-laki." Bella mengerutkan keningnya. Dia sedikit teringat tentang laki-laki kemarin malam. Kedua mata Bella menyipit mengamati setiap ukiran wajah tampan Dion di depannya. "Sepertinya aku mengenal dia? Tapi, apa benar laki-laki itu adalah orang yang bersamaku kemarin malam?" "Apa aku yang saja padanya? Astaga... Tidak! Kenapa juga aku tanya. Memalukan. Bagaimana jika bukan? Tapi... Dia bilang jika aku bersama dengannya, kemarin." "Ya, sudah! Pergilah, sekarang bawakan aku kopi." "A-apa?" tanya Bella. Memincingkan matanya terkejut. "Maaf, tuan. Anda minta saya bawakan kopi? Saya bukan pelayan anda. Anda bisa meminta office girl disini. Kenapa harus saya?" tanya

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Jangan Mendekatiku

    "Ssstt... Cika, kenapa kamu tidak bilang jika ada bos baru?" Bisik Bella. Mencubit lengan tangan Cika. Wajah Bella memerah seketika terlihat begitu malu saat berhadapan dengan bos barunya. "Aku sudah bilang tadi. Tapi, kamu gak sadar," kesal Cika. Sengaja memelankan suaranya. Sesekali Cika melirik ke arah bos. Sembari melayangkan senyuman tipis padanya. "Apa yang kalian bicarakan? Apa kalian membicarakan tentang aku?" Tanya sang bos. "Tuan, apa anda tidak langsung masuk ke ruangan saja? Ada berkas yang harus segera anda kerjakan." "Baiklah, aku minta wanita itu masuk ke ruangan saya." "Tuan, Dion yakin bawa wanita masuk ke ruangan?" Tanya Jun memastikan."Bawa dia!" Pinta Deon. Tatapan mata itu tertuju pada Bella yang berdiri dengan wajah bingung. Beberapa kali Bella mengerjapkan matanya. Dengan bibir sedikit terbuka membentuk huruf o. "Siapa? Saya?" Tanya Bella memastikan. Menunjuk dirinya sendiri. "Kalau sudah tahu, tidak usah banyak tanya. Masuk dan lakukan tugasmu. Karena k

DMCA.com Protection Status