Share

Crazy Girl

Author: Imas Gustina
last update Last Updated: 2023-09-19 10:14:27

Bella berlari masuk ke dalam rumahnya. Wajahnya masih memerah malu. Bella mengacak-acak rambutnya frustasi sembari berjalan dan tidak hentinya menggerutu kesal.

"Astaga... Kenapa aku jadi seperti ini." gerutu Bella. "Bisa-bisanya aku salah masuk rumah. Untuk tidak salah masuk kamar orang." kesal Bella. Dia menghela napasnya. Beranjak duduk di sofa ruang tamunya.

"Heh... Gadis gila.." teriak seorang dari lantai dua. Bella mengerutkan keningnya. Kedua bola mata bergerak ke atas.

"Sialan, laki-laki itu berteriak di kamar atas." kesal Bella. Dia segera berlari menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Membuka balkon kamarnya. Sembari membawa sepatu melemparkan sepatu itu di balkon depan kamarnya. Rumah mereka berdekatan hanya berjarak satu petak. Namun, kamar Mereka juga berhadapan satu sama lain.

Riko sering keluar Bella di kamarnya. Bahkan dia tidak pernah sadar sebelumnya.

"Sialan, kamu melerai sepatu?" kesal Rico.

"Itu pelajaran buat kamu." kesal Bella. Dia melihat kedua tangannya di atas dadanya.

"Heh... Sejak kapan kamarmu pindah disini "

"Terserah aku mau pindah kamar mana saja. Ini rumahku, sedangkan tidur dimana." Riko melebarkan kedua matanya menantang.

"Aku merasa sangat tidak beruntung. Tinggal bersama gadis gila seperi kamu. Bagaimana bisa kamu lupa masuk rumah. Apa anda tidak punya mata?" Rico berada di pinggiran balkon. Kedua tangan memegang pagar besi balkon kamarnya. Sembari tersenyum mengejek pada Bella.

"Bisa diam tidak!" teriak Bella.

"Kamu mabuk?" tanya Rico .

"Bukan urusanmu." pekik Bella.

"Ini akan jadi urusanmu. Karena kamu tinggal di sampingku. Dan, sebagai tetangganya. Aku juga yang akan repot jika kamu mati karena terlalu banyak minum."

"Aku mau tidur jangan berisik." kesal Bella.

"Silahkan, asalkan jangan masuk kamarku." goda Rico.

"Anda terlalu percaya diri tuan." kata Bella. Membalikkan badan masuk ke dalam kamar. Menutup pintu kamarnya. Dia segera berbaring di atas tempat tidurnya tanpa pedulikan teriakan Rico yang sengaja mengganggunya.

"Gadis gila.."

"Gadis gila!" teriak Rico.

"Apa kamu bisa tidur?" tanya Rico.

"Gadis gila... Jangan tidur dulu."

"Hey..." Rico terus berteriak menganggu Bella.

Bella menutup kedua telinga dengan telapak tangannya. Dia berusaha tidak mendengarkan teriakan Rico. Suara keras itu menganggu telinga Bella.

"Aaarrggg..." teriak Bella.

"Damn it!" umpat Bella.

Bella menghela nafasnya frustasi. Dia mengatur emosi dalam hatinya.

"Astaga, aku harus ekstra sabar lagu menghadapi tetangga sialan itu." umpat kesal Bella. Dia tidak tahan lagi mendengar teriakan Rico. Bella mengambil sepatu sebelah miliknya. Membuka pintu balkonnya. Lalu melemparkan sepatu itu tepat di kepala Rico.

"Berisiko!" teriak Bella.

"Heh... Wanita pemabuk. Kamu gila!" umpat kesal Rico. Mengusap keningnya yang terasa sakit.

"Jika kamu tidak bisa diam. Aku akan melemparkan kursi ke kepalamu." kesal Bella.

"Lagian, kenapa kamu tidur. Ini sudah jam 2 malam."

"Kamu pikir aku robot bisa saja tidak tidur seharian."

"Temanin aku!" kata Rico sambil tersenyum tipis.

"Kamu yang gila. Jam 2 pagi kamu ajak aku mati muda?"

Rico mengerutkan keningnya. "Maksud kamu? Kenapa bisa mati?"

"Kama-lama aku mati muda punya tetangga gila seperti kamu." teriak Bella.

"Kamu menganggu tidurku. Jika aku setiap hati tidak bisa tidur. Dan, jatuh sakit. Itu karena ulah tetangga super gila sepertimu." teriak Bella.

Rico tertawa kecil. "Oke, tidurlah!"

"Oh, Iya! Sepatumu aku yang simpan," kata Rico.

"Jika kamu mau ambil sepatu. Datang ke rumahku. Jam 6 pagi. Sekalian, besok bangunkan aku, byee... Honey..." Rico melambaikan tangan ke arah Bella. Di balas dengan tatapan sinis olehnya.

"Apa dia salah minum obat?" tanya Bella heran.

"Perasaan aku yang banyak minum alkohol. Aku yang mabuk. Tapi, kenapa dia yang berkhayal?" Bella menggelengkan kepalanya. Dia menghela nafas dan segera masuk ke dalam kamarnya.

**

Keesokan harinya. Matahari menampakkan sinarnya begitu terang. Menembus dinding kaca, mengenai wajah cantik Bella. Tubuh mungil itu masih terbaring di atas king size miliknya. Terbalut selimut tebal membungkus seluruh tubuhnya. Menyisakan kepalanya yang masih terlihat jelas wajah cantiknya saat tertidur.

Suara keras jam walker terngiang di seluruh penjuru ruangan. Bella beranjak dari tidurnya. Dia membuka selimut, tubuh melompat duduk di atas king size miliknya. Kedua mata sipit itu menatap sekelilingnya. Pandangan matanya masih terlihat buram. Dia hanya melihat bintik-bintik putih tidak terlalu jelas.

"Apa sudah siang?" tanya Bella pada dirinya sendiri.

"Huaamm.." Bella menguap sangat lebar. Telapak tangan menutupi bibirnya. 

"Bentar, sekarang jam berapa?" Bella membuka matanya lebar. Dia meriah jam walker di atas meja. Kedua kelopak matanya melebar.

"Astaga, aku telat!" teriak Bella sangat keras.

Bella berlari masuk ke dalam kamar mandi. Kedua kata yang semula masih susah terbuka. Seketika berubah terang.

"Aku harus kerja. Aku telat, sekarang ada bos baru. Aku harus segera ke kantor." gerutu Bella. Dengan begitu cepatnya Bella membasahi tubuhnya.

Beberapa menit bersiap. Bella sudah siap dengan make up tipis. Tas yang berada di atas meja. Bella terdiam sejenak mengingat dimana letak sepatunya.

"Dimana sepatuku? tanya Bella. Kedua mata berkeliling melihat seluruh lantai kamar. Tetap saja tidak menemukan sepatuku.

"Astaga, aku lupa. Kemarin aku melempar sepatuku pada tetangga gila itu." Bella beranjak berdiri. Jemari tangan kanan meraih tas bermerek miliknya. Dia berjalan cepat keluar dari kamarnya. Dengan pakaian sederhana. Rok span pendek berwarna hitam. serta kemeja putih dengan kancing kerah terbuka.

"Tok.. Tok.."

Bella mengetuk pintu sangat keras. Namun tidak ada jawaban sama sekali. Merasa kesal sudah menunggu lama. Bella mendorong pintu yang ternyata tidak di kunci. Dia berjalan masuk ke dalam tanpa ijin dari pemilik rumah. Bella segera berjalan menuju ke kamar Rico.

"Kemarin dia bilang menyimpan sepatuku." kata Bella. Jemari tangannya memegang Gagang pintu. Memutarnya perlahan. Dengan tatapan mata was-was. Bella mendorong pintu, perlahan pintu sedikit terbuka. Bella mengintip kamar Rico. Tidak ada orang sama sekali di dalam kamar itu.

"Kemana dia?" tanya Bella. Mengerutkan bibirnya beberapa sentimeter.

"Apa dia sudah pergi?" tanya Bella pada dirinya sendiri.

"Lebih baik, aku cari sepatuku. Ini kesempatan dia tidak ada di rumah." Bella tersneyum tipis. Dia merasa menang bisa masuk ke dalam rumah tanpa harus menemui pemilik rumah yang baginya setengah gila jika bertemu dengannya.

"Kamu mau kemana?" tanya Rico. Dia memegang lengan tangan Bella dari belakang. Tubuh Bella seketika diam mematung. Mengerutkan wajahnya.

"Kamu mau mencuri lagi di rumahku?" tanya Rico.

"Sudah, dua kali kamu masuk tanpa ijin." Bella perlahan membalikkan badannya. Dia Menarik salah satu alisnya ke atas.

"Siapa yang mencuri?" tanya Bella. Dia mendekatkan tubuhnya pada Rico.

"Bukannya kamu yang mencuri sepatuku," Bella mendorong tubuh Rico. Sialnya, tubuhnya ikut tertarik hingga jatuh bersamaan di atas king size milik Rico. Kedua mata mereka terkunci dalam satu tatapan yang sama. Detak jantung berdetak lebih lebih cepat dari biasanya.

Tanpa sengaja kedua telapak tangan Rico menegang dua dada Bella. " Kenapa terasa kenyal?" tanya Rico.

Bella mengedipkan kedua matanya. Pandangan matanya turun ke bawah. Dia melihat kedua tangan itu menyentuh dadanya.

"Aaaaaaa...." teriak Bella. Telapak tangan Bella spontan menampar Rico yang berada di bawah tubuhnya.

"Kamu sengaja mencari kesempatan?" tanya Bella kesal.

Rico tertawa kecil. "Cari kesempatan sekalian aku akan kamu tidur di atas king size milikku. Kita bermain bersama."

"Brengsek!" kesal Bella. Dia beranjak berdiri. Menatap tajam kedua mata Rico. Bella menutup dadanya dengan kedua lengan tangannya.

"Mana sepatuku?" tanya Bella.

"Aku tidak ada waktu lagi sekarang. Gara-gara kamu aku telat kerja." kesal Bella.

"Itu, ada di bawah." Rico menunjuk ke tempat dimana dia meletakkan sepatunya.

"Sial!" kesal Bella. Dia mengambil satu miliknya. Dan, segera pergi meninggalkan kamar Rico. Rico menggerakkan bibirnya. Dia tersenyum tipis. Melihat setiap langkah Bella yang mulai menjauh darinya.

**

Sampai di kantor. Bella berlari masuk ke dalam kantor. Semua orang hanya diam, berdiri menyambut bos baru di kantornya. Bella baru saja datang. Tanpa rasa bersalah bersalah sembari terus menggerutu tak jelas. Laki-laki berbadan atlentis di balut jas hitam begitu gagah. Dia melirik tajam ke arah Bella. Wanita itu tidak memperhatikan ada seekor srigala yang siap menerkam dirinya.

Bella harus bekerja di dua tempat hanya untuk membiayai hidupnya. Dia hanya tinggal sendiri, dan membeli rumah kredit dengan biasa yang begitu mahal setiap bulanya. Tidak punya pilihan lain. jika dia harus bekerja di bar saat malam. Dan, bekerja di kantor saat pagi. Dia sudah 2 bulan bekerja di kantor. Meski hanya sebagai pembantu di sana. Bagi lulusan SMA seperti dia, tidak ada pilihan lagi pekerjaan apa saja dia lakukan.

"Sssttt... Hey, kenapa kamu baru datang?" desis teman kerjanya.

"Hah... hah.." Bella mengatur napasnya, Solah dia baru saja berlari maraton.

"Ada apa?" tanya Bella. Dia menoleh ke arah Cika teman yang selalu ada untuknya. Namun, kaki ini Cika lupa jika ada bos baru. Dia tidak menelfon Bella lebih dulu. Bos kaki ini terlihat lebih galak. Dan, terkiahts sangat dingin. Tidak suka tersenyum sama sekali.

Cika memberikan kedipan mata pada Bella. Sebagai kode jika gerak-gerik Bella sudah di awasi oleh sosok mengerikan di depannya, yang siap untuk menerkamnya kapan saja.

"Ada apa?" tanya Bella bingung. Bella berjalan menghampiri Cika. Sembari membenarkan tas yang hampir saja jatuh dari pundaknya.

"Ada apa dengan matamu?" tanya Bella. "Kamu sakit mata?" tanya Bella polos.

"Astaga... Bella..." geram Cika. Sambi mengerutkan wajahnya menahan amarahnya.

"Kamu tahu ada bos. Kenapa berangkat telat?" tanya Cika.

"Emmm... Bos?" Bella menautkan kedua alisnya.

"Apa ada, Bos?" tanya Bella. Kedua matanya seketika melebar sempurna. Dia baru ingat jika ada bos sekarang. Kedua mata itu menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam menunjukan pukul 8 pagi. Bella menelan ludahnya susah payah. Menggerakkan kepalanya pelan, sambil mengerutkan kedua matanya takut.

"Ehemm..." suara serak berat seorang laki-laki saat berdahem.

Related chapters

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Jangan Mendekatiku

    "Ssstt... Cika, kenapa kamu tidak bilang jika ada bos baru?" Bisik Bella. Mencubit lengan tangan Cika. Wajah Bella memerah seketika terlihat begitu malu saat berhadapan dengan bos barunya. "Aku sudah bilang tadi. Tapi, kamu gak sadar," kesal Cika. Sengaja memelankan suaranya. Sesekali Cika melirik ke arah bos. Sembari melayangkan senyuman tipis padanya. "Apa yang kalian bicarakan? Apa kalian membicarakan tentang aku?" Tanya sang bos. "Tuan, apa anda tidak langsung masuk ke ruangan saja? Ada berkas yang harus segera anda kerjakan." "Baiklah, aku minta wanita itu masuk ke ruangan saya." "Tuan, Dion yakin bawa wanita masuk ke ruangan?" Tanya Jun memastikan."Bawa dia!" Pinta Deon. Tatapan mata itu tertuju pada Bella yang berdiri dengan wajah bingung. Beberapa kali Bella mengerjapkan matanya. Dengan bibir sedikit terbuka membentuk huruf o. "Siapa? Saya?" Tanya Bella memastikan. Menunjuk dirinya sendiri. "Kalau sudah tahu, tidak usah banyak tanya. Masuk dan lakukan tugasmu. Karena k

    Last Updated : 2023-09-19
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Nyebelin

    "Maaf, pak. Saya tahu anda adalah bos saya. Tapi, anda bisa jaga ucapan anda. Saya memang bawahan anda. Tetapi saya bukan orang rendahan," ucap Bella menekankan suaranya. Di balas dengan senyum kecut oleh Dion. "Orang yang bekerja di tempat malam. Tidak mungkin jika dia tidak murahan. Tidak akan mau menuangkan minuman laki-laki." Bella mengerutkan keningnya. Dia sedikit teringat tentang laki-laki kemarin malam. Kedua mata Bella menyipit mengamati setiap ukiran wajah tampan Dion di depannya. "Sepertinya aku mengenal dia? Tapi, apa benar laki-laki itu adalah orang yang bersamaku kemarin malam?" "Apa aku yang saja padanya? Astaga... Tidak! Kenapa juga aku tanya. Memalukan. Bagaimana jika bukan? Tapi... Dia bilang jika aku bersama dengannya, kemarin." "Ya, sudah! Pergilah, sekarang bawakan aku kopi." "A-apa?" tanya Bella. Memincingkan matanya terkejut. "Maaf, tuan. Anda minta saya bawakan kopi? Saya bukan pelayan anda. Anda bisa meminta office girl disini. Kenapa harus saya?" tanya

    Last Updated : 2024-08-25
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Tolong....

    "Aku juga tidak tahu, tapi bagaimana bisa kamu mengenal laki-laki tampan itu?" tanya Cika.Bella menghentikan langkahnya. Menoleh cepat ke arah Cika. Mata menyipit menatap kedua jata Cika."Laki-laki?" tanya Bella memastikan.Cika menganggukan kepalanya. "Siapa?" tanya Bella."Mana aku tahu!" Cika menarik kedua bahu bersamaan ke atas."Aku tidak tahu, lagian aku juga bingung kenapa kamu bisa mengenal seorang laki-laki tampak kaya. Bahkan, dia datang membawa mobil. Lalu memarkir mobilnya tepat di depan kantor!" ucap Cika. Bella mengerutkan bibirnya bingung. memutar otaknya, berpikir siapa yang ada janji dengannya hari ini. Tapi, sepertinya memang tidak ada janji dengan siapapun. Aku juga tidak punya teman laki-laki. Apalagi punya mobil. Bagaimana jika Cika berbohong padaku."Sekarang, dia dimana?" tanya Bella."Ikut, aku!" Cika menarik tangan Bella membawanya pergi ke lobi. Hingga ke luar dari

    Last Updated : 2024-08-26
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Dia Mulai Peduli

    "Foto kakak ku, itu waktu masih kecil!" kata Rico."Sudah, jangan banyak tanya Sekarang, bersihkan rumahku. Bekas sepatumu masih menempel di lantai rumahku!" Rico beranjak duduk di sofa putih. Tangan kanan berada di atas kepala sofa. Dia duduk menyilangkan kakinya, punggung menyandar di sofa."Dimana dia sekarang?" tanya Bella penasaran."Tidak perlu banyak tanya lagi. Sekarang, lebih baik kamu segera bersihkan lantai." tegas Rico.Disisi lain. Kantor tempat Bella bekerja terlihat begitu riuh. Bos mengumpulkan semua karyawan. Dia ingin mengubah peraturan perusahaan. Dan, jika sampai ada yang telat beberapa menit saja. Maka akan dapat sanksi. Dengan suara lantang bos mengatakan semua peraturan baru yang harus ditepati."Untuk semua karyawan disini. Jangan pulang sebelum waktunya. Pulang lah tepat waktu.""Tidak boleh telat, harus datang tepat waktu. Telat 1 menit saja sudah dapat sanksi. Dan, jika sampai 3 kali k

    Last Updated : 2024-08-27
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Apa Bos suka?

    "Apa, pak?" tanya Vina ragu-ragu."Besok, kamu harus temani aku untuk pergi ke acara client kita. Pakailah pakaian yang rapi.""Jam?" Vina memicingkan matanya. Menunggu jawaban dari Dion. Dia tidak bisa membagi waktunya secara tiba-tiba apalagi dirinya bekerja di dua tempat sekaligus."Jam 8 malam,""Maaf, pak! Saya tidak bisa. Saya kasih ada pekerjaan lain.""Apa sebegitu pentingnya pekerjaan kamu dari pada perintah bos?" tanya Vina."Semuanya penting, pak! Saya juga harus bekerja sesuai jam. Jika saya telat saya juga harus membayar denda.""Kamu bekerja dimana?" tanya Dion."Bapak, tidak perlu tahu, maaf!" Vina menundukkan pandangan matanya."Oke, baiklah! Kamu boleh pergi sekarang." Dion tidak mau memaksa Vina. Dia kembali fokus pada pekerjaannya.Sementara Vina dia merasa sangat bersalah. Vina berjalan keluar dengan sangat hati-hati. Dalam hati diriny

    Last Updated : 2024-08-28
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Siapa Dia?

    "Astaga, kenapa bisa aku tiduran terlalu lama.""Aaahh... Aku telat sekarang!" gerutu Vina. Dia terlihat begitu paniknya di atas tempat tidurnya. Ingin beranjak namun tampak terlihat bingung mencari sesuatu.Vina meraih jepit rambut di atas meja. Dia beranjak dari tempat tidur berlari menuju ke kamar mandi. Tidak terlalu lama berada di kamar mandi. Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk membasuh sekujur tubuhnya yang terasa begitu lengket.Selesai mandi. Vina segera bersiap memakai baju saksinya dia sengaja memakai baju itu dari rumah. Lalu menutupinya dengan rok panjang dan jaket Agar tidak terlalu mencolok saat dia naik angkutan umum nantinya.Setelah Selesai memakai baju hitam dan seksi begitu melekat menunjukan lekuk tubuhnya. Bahkan bagian depan terlihat lebih menonjol keluar dari sela-sela bajunya. Vina bergegas menuju ke depan cermin. Jemari tangan itu meraih beberapa alat make up. Vina sedikit memoles wajah cantiknya dengan bedak

    Last Updated : 2024-08-29
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Cepat lakukan Tugasmu!

    "Anda harus temani saya, saya akan bayar berapapun yang kamu inginkan.""Maaf, tapi saya tidak bisa..." Vina berusaha menghindar. tangan kekar laki-laki itu tidak bisa membuatnya berkutik. Dia hanya bisa diam di atas pangkuannya. Kedua tangan memeluk erat pinggang ramping Vina. Jemari tangan kiri menyentuh pinggang ramping milik Vina. Menghisapnya begitu lembut.Seolah memberikan sentuhan gairah pada Vina Namun perlahan sentuhan itu menjadi cengkeraman sangat kuat. Seperi cengkeraman srigala yang ingin memangsa musuhnya."lepaskan aku, jangan kurang ajar padaku." teriak Vina. berusaha mendorong tubuh bugar laki-laki bertopeng itu."Jangan kamu pikir aku wanita yang gampang kamu nikmati, tuan." Vina berbicara teoat di depan pria itu. pasangan mata saling menatap satu sama lain. Wajah mereka semakain dekat, tanpa rasa takut Vina mendekatkan tubuhnya, lalu berbisik pelan padanya."Aku memang pekerja disini. Tapi, bukan be

    Last Updated : 2024-08-30
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Temani Aku Malam Ini

    Vina masih di posisi yang sama dia duduk di pangkuan pria itu. Kedua tangan melingkar di leher pria asing itu. kedua mata mereka masih saling menatap sangat dalam, perlahan Bibir pria itu mendekat padanya. Sekujur tubuh Vina seketika mulai kaku. Dia berusaha menelan ludahnya, entah kenapa terasa lebih susah ludahnya tertelan. Itu karena dia terlalu gugup, atau takut. Dirinya sendiri juga tidak paham akan hal itu. Jemari tangan pria itu menyentuh lembut wajahnya, sengaja dia berusaha menggoda Vina. Jemari tangan kanan Pria itu menyentuh paha Vina perlahan merangkak ke atas, sedikit menyingkap rok span yang di pakai oleh Vina.Vina yang terkejut dengan perlakuan itu. Dia hanya bisa diam dengan kedua jata melebar sempurna. Tangan kiri pria itu menyentuh perlahan wajah kiri Vina, hingga merangkak ke belakang kepala Vina. Wajah mereka perlahan semakin dekat dan lebih dekat lagi. Hingga tidak ada jarak lagi di antara mereka. Hanya satu gerakan saja, kedua bibir itu bisa salin

    Last Updated : 2024-08-31

Latest chapter

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Perasaan Apa Ini?

    "Siapa, kamu?" Tanya pria itu menunjuk ke arah Deon dan Hans yang sudah berdiri di depannya. tatapan tajam Deon tidak membuat pria itu takut. "Hans, urus dia." pinta Deon. "Kalian ikut campur urusanku," geram pria asing itu. sembari menunjuk dengan wajah penuh amarah. Meskipun tubuhnya terlihat tak mampu berdiri tegap. pengaruh alkohol membuat tubuh kekar itu lunglai tanpa tulang. Pria asing itu berusaha untuk melangkah kedepan. Sembari tersenyum sinis tanpa rasa takut sama sekali. Deon membalas senyuman itu dengan tatapan mata tajamnya. Aura mematikan mulai kekuar dari sekujur tubuh Deon. Wajah yang sangat dingin itu mulai berapi-api. "Jangan pernah mencoba untuk menyentuh wanitaku," geram Deon. Pria itu menarik sudut bibirnya sinis. Dia masih tidak pedulikan apa yang di katakan Dion. pengaruh alkohol yang kuat tidak membuatnya takut pada siapapun. Bahkan termasuk Deon. "Siapa wanitamu, Hah...." Pria itu menertawakan Deon. "Anda tidak tahu tuan Deon?" Tanya Hans."Urus dia." P

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Temani Aku Malam Ini

    Vina masih di posisi yang sama dia duduk di pangkuan pria itu. Kedua tangan melingkar di leher pria asing itu. kedua mata mereka masih saling menatap sangat dalam, perlahan Bibir pria itu mendekat padanya. Sekujur tubuh Vina seketika mulai kaku. Dia berusaha menelan ludahnya, entah kenapa terasa lebih susah ludahnya tertelan. Itu karena dia terlalu gugup, atau takut. Dirinya sendiri juga tidak paham akan hal itu. Jemari tangan pria itu menyentuh lembut wajahnya, sengaja dia berusaha menggoda Vina. Jemari tangan kanan Pria itu menyentuh paha Vina perlahan merangkak ke atas, sedikit menyingkap rok span yang di pakai oleh Vina.Vina yang terkejut dengan perlakuan itu. Dia hanya bisa diam dengan kedua jata melebar sempurna. Tangan kiri pria itu menyentuh perlahan wajah kiri Vina, hingga merangkak ke belakang kepala Vina. Wajah mereka perlahan semakin dekat dan lebih dekat lagi. Hingga tidak ada jarak lagi di antara mereka. Hanya satu gerakan saja, kedua bibir itu bisa salin

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Cepat lakukan Tugasmu!

    "Anda harus temani saya, saya akan bayar berapapun yang kamu inginkan.""Maaf, tapi saya tidak bisa..." Vina berusaha menghindar. tangan kekar laki-laki itu tidak bisa membuatnya berkutik. Dia hanya bisa diam di atas pangkuannya. Kedua tangan memeluk erat pinggang ramping Vina. Jemari tangan kiri menyentuh pinggang ramping milik Vina. Menghisapnya begitu lembut.Seolah memberikan sentuhan gairah pada Vina Namun perlahan sentuhan itu menjadi cengkeraman sangat kuat. Seperi cengkeraman srigala yang ingin memangsa musuhnya."lepaskan aku, jangan kurang ajar padaku." teriak Vina. berusaha mendorong tubuh bugar laki-laki bertopeng itu."Jangan kamu pikir aku wanita yang gampang kamu nikmati, tuan." Vina berbicara teoat di depan pria itu. pasangan mata saling menatap satu sama lain. Wajah mereka semakain dekat, tanpa rasa takut Vina mendekatkan tubuhnya, lalu berbisik pelan padanya."Aku memang pekerja disini. Tapi, bukan be

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Siapa Dia?

    "Astaga, kenapa bisa aku tiduran terlalu lama.""Aaahh... Aku telat sekarang!" gerutu Vina. Dia terlihat begitu paniknya di atas tempat tidurnya. Ingin beranjak namun tampak terlihat bingung mencari sesuatu.Vina meraih jepit rambut di atas meja. Dia beranjak dari tempat tidur berlari menuju ke kamar mandi. Tidak terlalu lama berada di kamar mandi. Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk membasuh sekujur tubuhnya yang terasa begitu lengket.Selesai mandi. Vina segera bersiap memakai baju saksinya dia sengaja memakai baju itu dari rumah. Lalu menutupinya dengan rok panjang dan jaket Agar tidak terlalu mencolok saat dia naik angkutan umum nantinya.Setelah Selesai memakai baju hitam dan seksi begitu melekat menunjukan lekuk tubuhnya. Bahkan bagian depan terlihat lebih menonjol keluar dari sela-sela bajunya. Vina bergegas menuju ke depan cermin. Jemari tangan itu meraih beberapa alat make up. Vina sedikit memoles wajah cantiknya dengan bedak

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Apa Bos suka?

    "Apa, pak?" tanya Vina ragu-ragu."Besok, kamu harus temani aku untuk pergi ke acara client kita. Pakailah pakaian yang rapi.""Jam?" Vina memicingkan matanya. Menunggu jawaban dari Dion. Dia tidak bisa membagi waktunya secara tiba-tiba apalagi dirinya bekerja di dua tempat sekaligus."Jam 8 malam,""Maaf, pak! Saya tidak bisa. Saya kasih ada pekerjaan lain.""Apa sebegitu pentingnya pekerjaan kamu dari pada perintah bos?" tanya Vina."Semuanya penting, pak! Saya juga harus bekerja sesuai jam. Jika saya telat saya juga harus membayar denda.""Kamu bekerja dimana?" tanya Dion."Bapak, tidak perlu tahu, maaf!" Vina menundukkan pandangan matanya."Oke, baiklah! Kamu boleh pergi sekarang." Dion tidak mau memaksa Vina. Dia kembali fokus pada pekerjaannya.Sementara Vina dia merasa sangat bersalah. Vina berjalan keluar dengan sangat hati-hati. Dalam hati diriny

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Dia Mulai Peduli

    "Foto kakak ku, itu waktu masih kecil!" kata Rico."Sudah, jangan banyak tanya Sekarang, bersihkan rumahku. Bekas sepatumu masih menempel di lantai rumahku!" Rico beranjak duduk di sofa putih. Tangan kanan berada di atas kepala sofa. Dia duduk menyilangkan kakinya, punggung menyandar di sofa."Dimana dia sekarang?" tanya Bella penasaran."Tidak perlu banyak tanya lagi. Sekarang, lebih baik kamu segera bersihkan lantai." tegas Rico.Disisi lain. Kantor tempat Bella bekerja terlihat begitu riuh. Bos mengumpulkan semua karyawan. Dia ingin mengubah peraturan perusahaan. Dan, jika sampai ada yang telat beberapa menit saja. Maka akan dapat sanksi. Dengan suara lantang bos mengatakan semua peraturan baru yang harus ditepati."Untuk semua karyawan disini. Jangan pulang sebelum waktunya. Pulang lah tepat waktu.""Tidak boleh telat, harus datang tepat waktu. Telat 1 menit saja sudah dapat sanksi. Dan, jika sampai 3 kali k

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Tolong....

    "Aku juga tidak tahu, tapi bagaimana bisa kamu mengenal laki-laki tampan itu?" tanya Cika.Bella menghentikan langkahnya. Menoleh cepat ke arah Cika. Mata menyipit menatap kedua jata Cika."Laki-laki?" tanya Bella memastikan.Cika menganggukan kepalanya. "Siapa?" tanya Bella."Mana aku tahu!" Cika menarik kedua bahu bersamaan ke atas."Aku tidak tahu, lagian aku juga bingung kenapa kamu bisa mengenal seorang laki-laki tampak kaya. Bahkan, dia datang membawa mobil. Lalu memarkir mobilnya tepat di depan kantor!" ucap Cika. Bella mengerutkan bibirnya bingung. memutar otaknya, berpikir siapa yang ada janji dengannya hari ini. Tapi, sepertinya memang tidak ada janji dengan siapapun. Aku juga tidak punya teman laki-laki. Apalagi punya mobil. Bagaimana jika Cika berbohong padaku."Sekarang, dia dimana?" tanya Bella."Ikut, aku!" Cika menarik tangan Bella membawanya pergi ke lobi. Hingga ke luar dari

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Nyebelin

    "Maaf, pak. Saya tahu anda adalah bos saya. Tapi, anda bisa jaga ucapan anda. Saya memang bawahan anda. Tetapi saya bukan orang rendahan," ucap Bella menekankan suaranya. Di balas dengan senyum kecut oleh Dion. "Orang yang bekerja di tempat malam. Tidak mungkin jika dia tidak murahan. Tidak akan mau menuangkan minuman laki-laki." Bella mengerutkan keningnya. Dia sedikit teringat tentang laki-laki kemarin malam. Kedua mata Bella menyipit mengamati setiap ukiran wajah tampan Dion di depannya. "Sepertinya aku mengenal dia? Tapi, apa benar laki-laki itu adalah orang yang bersamaku kemarin malam?" "Apa aku yang saja padanya? Astaga... Tidak! Kenapa juga aku tanya. Memalukan. Bagaimana jika bukan? Tapi... Dia bilang jika aku bersama dengannya, kemarin." "Ya, sudah! Pergilah, sekarang bawakan aku kopi." "A-apa?" tanya Bella. Memincingkan matanya terkejut. "Maaf, tuan. Anda minta saya bawakan kopi? Saya bukan pelayan anda. Anda bisa meminta office girl disini. Kenapa harus saya?" tanya

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Jangan Mendekatiku

    "Ssstt... Cika, kenapa kamu tidak bilang jika ada bos baru?" Bisik Bella. Mencubit lengan tangan Cika. Wajah Bella memerah seketika terlihat begitu malu saat berhadapan dengan bos barunya. "Aku sudah bilang tadi. Tapi, kamu gak sadar," kesal Cika. Sengaja memelankan suaranya. Sesekali Cika melirik ke arah bos. Sembari melayangkan senyuman tipis padanya. "Apa yang kalian bicarakan? Apa kalian membicarakan tentang aku?" Tanya sang bos. "Tuan, apa anda tidak langsung masuk ke ruangan saja? Ada berkas yang harus segera anda kerjakan." "Baiklah, aku minta wanita itu masuk ke ruangan saya." "Tuan, Dion yakin bawa wanita masuk ke ruangan?" Tanya Jun memastikan."Bawa dia!" Pinta Deon. Tatapan mata itu tertuju pada Bella yang berdiri dengan wajah bingung. Beberapa kali Bella mengerjapkan matanya. Dengan bibir sedikit terbuka membentuk huruf o. "Siapa? Saya?" Tanya Bella memastikan. Menunjuk dirinya sendiri. "Kalau sudah tahu, tidak usah banyak tanya. Masuk dan lakukan tugasmu. Karena k

DMCA.com Protection Status