Share

Nyebelin

Author: Imas Gustina
last update Last Updated: 2024-08-25 19:13:37

"Maaf, pak. Saya tahu anda adalah bos saya. Tapi, anda bisa jaga ucapan anda. Saya memang bawahan anda. Tetapi saya bukan orang rendahan," ucap Bella menekankan suaranya. Di balas dengan senyum kecut oleh Dion. 

"Orang yang bekerja di tempat malam. Tidak mungkin jika dia tidak murahan. Tidak akan mau menuangkan minuman laki-laki." 

Bella mengerutkan keningnya. Dia sedikit teringat tentang laki-laki kemarin malam. Kedua mata Bella menyipit mengamati setiap ukiran wajah tampan Dion di depannya. 

"Sepertinya aku mengenal dia? Tapi, apa benar laki-laki itu adalah orang yang bersamaku kemarin malam?" 

"Apa aku yang saja padanya? Astaga... Tidak! Kenapa juga aku tanya. Memalukan. Bagaimana jika bukan? Tapi... Dia bilang jika aku bersama dengannya, kemarin." 

"Ya, sudah! Pergilah, sekarang bawakan aku kopi." 

"A-apa?" tanya Bella. Memincingkan matanya terkejut. 

"Maaf, tuan. Anda minta saya bawakan kopi? Saya bukan pelayan anda. Anda bisa meminta office girl disini. Kenapa harus saya?" tanya Bella heran. Dia menarik salah atau alisnya ke atas. Kedua mata menatap tanpa rasa takut pada bos barunya itu. 

"Lo pikir gue mau ngapain, kenapa kamu minta suruh office girl. Aku tidak minta untuk bersihkan ruangan ini!" 

Bella mengerutkan keningnya bingung. "Siapa bilang jika bapak mau bersihkan ruangan ini. Bapak kan, minta buatkan kopi?"

"Kan, saya minta buatkan kopi kamu bukan tukang bersihkan kantor. Mereka ada tugas sendiri-sendiri!" 

Bella tersenyum sumringah. Sembari menunjuk ke arah Dion. "Nah, itu bapak tahu!" kata Bella. 

"Kenapa bapak meminta saya untuk buatkan kopi?" tanya Bella. "Bukannya saya sudah punya tugas sendiri!" 

"Oo, jadi kamu menolak?" tanya Dion. Mengangkat kepalanya perlahan. Tatapan mata itu begitu tajam mengarah tepat ke arah mata Bella. 

"Maaf, pak! Bukannya saya tidak mau. Sesuai perintah bapak. Jika semua yang ada di kantor ini sudah punya tugas masing-masing." Bella mengerutkan bibir kirinya. Bersamaan dengan alis kiri yang ikut tertarik ke atas. 

Brak!

Dion menggebrak meja sangat kuat. Seketika membuat Bella terjingkat dari tempatnya. 

"Anda menolak perintah saya. Berarti anda ingin kehilangan pekerjaan?" tegas Dion. 

Bella mengerutkan bibirnya Kesal. Dalam hati Bella terus mengumpat kasar pada Dion. Ingin rasanya menjambak rambutnya yang terlihat rapi. Rapi, sayang sekali otaknya tidak rapi. 

"Mau tidak?" tanya Dion lagi. Bella hanya diam. Tanpa sepatah keluar dari bibirnya. Dia melamun memikirkan kekesalannya terhadap Dion. 

"Kamu tuli?" teriak Dion. Dion menghela napasnya. Dia tidak mau buang waktu terhadap Bella yang bahkan berdiri di depannya. Tetapi dia mengacuhkan ucapannya. 

"Ya, sudah! Kamu sekarang pergi bereskan memang. Pulang lebih awal!" kata Dion. Melelahkan nada suaranya. 

"Eh... pak, jangan! Aku baru saja bekerja disini. Main pecat saja!" kata Bella memohon. Dia memasang wajah manisnya. Tersenyum palsu. Lalu menarik tempat duduk itu ke belakang. Dia duduk di depan Dion. Mencoba merayu bosnya. 

"Baik, pak! Aku akan buatkan kopi. Atau, sekalian aku belikan makan? Sapa tahu pak Dion ini mau makan siang, pesan di luar?" tanya Bella. Dia sengaja mengeluarkan ucapan manisnya dan lembut. Agar Dion sedikit iba atau tertarik padanya. 

"Tidak perlu! Buatkan kopi!" pinta Dion. Tanpa menatap ke arah Bella. 

"Buruan, atau aku pecat!" ancam Dion. 

"Oke, baiklah!" Bella beranjak berdiri. Membalikkan badan. Bibir manyun beberapa senti. Lalu Menghentakkan kakinya pelan. Melangkah penuh kekesalan keluar dari ruangan itu. 

"Tuh, orang gimana, sih! Memangnya aku pegawai tukang buat kopi sekarang? Harusnya dia bisa minta tolong ob. Atau, kloning servis sekalian. Biar otaknya di bersihkan juga!" 

"Kamu mau kemana?" tanya Cika berjalan menghampiri Bella yang baru saja keluar dari ruangan bos. Dia mendekatkan bibirnya Sembari berbisik pelan tepat dj telinga kanan Bella. 

"Apa bos mulai mendekatimu?" goda Cika menarik turunkan alisnya. 

"Siapa? Bos kamu itu tidak mungkin mendekatiku. Lagian aku juga tidak mau sama dia!" kesal Bella. 

"Kamu kenapa? Kamu marah sama bos? atau, dia buat kamu kesal pagi ini?" goda Cika. 

"Udah!! Aku mau pergi buat kopi!" Bella melanjutkan langkahnya lagi. 

"Apa? Bentar!" Cika menghalangi langkah bella. Dia berhenti tepat di depan Bella. Menghentikan langkah Bella. 

Bella menghela napasnya kesal. Dia berusaha menghindar dari Cika. Tetap saja Cika tidak mau beralih dari depannya. 

"Astaga, Cika. Kamu mau, temanmu yang cantik ini dipecat?" rengek Bella. 

Bella mendorong tubuh Cika menjauh darinya. Cika masih saja diam, dia bingung dengan Bella. Ada apa hari ini. Kenapa dia membuat kopi? Apa memang bos meminta dia membuat kopi? Tapi, kenapa? Apa jangan-jangan itu hanya alasan bos agar dekat dengannya. 

Cika tersenyum sumringah. Dia menatap punggung Bella yang sudah pergi menjauh darinya. 

Bella membuat kopi di dapur perusahaan. Tanpa sadar Cika sudah berdiri di depannya. 

"Tumben bos minta pegawai buatkan kopi. Atau, mungkin emang kamu pegawai spesialnya?" tanya Cika menggoda. 

"Entahlah!" kesal Bella. Selesai membuat kopi. Dia membawa nampan. Meletakkan kopi hangat di atas nampan. Lalu melangkah perlahan keluar dari dapur. 

"Bella, coba goda dia!" kata Cika. Sembari menggoda. 

"Ogah!" kata Bella. 

"Awas kamu malah jatuh cinta padanya!" kata Cika. 

"Nggak, akan!" geram Bella. 

Bella membuka pintu ruangan Bos. Tanpa banyak bicara. Dia langsung meletakkan satu gelas kopi di atas meja tepat depan Dion. 

"Sudah, pak!" kata Bella. 

"Apa ada lagi?" lanjutnya. 

Dion hanya diam. Dia mengambil satu gelas kopi panas itu. Perlahan mulai menyeduhnya. Seketika langsung meludah di sampingnya.

"Apa yang kamu berikan padaku?" kata Dion. Meninggikan suaranya. 

"Kenapa?" tanya Bella. 

"Kenapa panas sekali?" geram Dion. Meletakkan kembali kopinya. 

"Ya, emang kopi panas, pak!" kata Bella ma kesal. 

"Ganti, jangan pakai air terlalu panas." kata Dion. 

"Ya, sudah! Kasih es saja, pak!" kaga Bella mengejek. 

"Cepat!" bentak Dion. 

"Bawel banget, sih!" kata Bella mengejek. Dia segera mengambil nampak miliknya. Lalu kembali membawa gelas kopi itu. Membiarkan kopi yang baru. Kopi kedua terlalu manis. Dan, Dion marah besar padanya. Bella membaurkan kopi lagi. Kopi ketiga, Bella sengaja meracuni Dion dengan garam. Hingga Dion memuntahkan kopi ke lantai. Kopi keempat, Bella sudah berhasil membuat kopi. 

"Ada yang sedikit kurang lagi." tanya Bella. Sembari mengerutkan matanya. Saat melihat sosok laki-laki di depannya menyeruput kopi dengan begitu santainya. Bella mengerjapkan kedua matanya. Dengan nada sedikit condong ke depan. Bibir sedikit terbuka. Menunggu bos yang belum juga menyentuh kopinya. Meskipun cangkir kopi sudah melekat di ujung bibir bawah Dion. 

"Kenapa kamu lama sekali?" tanya Bella. Bella menghela napasnya kesal.

"Kamu ngatur-ngatur, bos?" geram Dion. 

"Ti-Tidak!" Bella mengibarkan kedua telapak tangannya kedepan. 

"Tapi, saya boleh pergi?" tanya Bella ragu. 

Dion masih saja diam. Tidak memperhatikan Bella. 

Merasa kesal tidak di hiraukan. Bella melangkahkan kakinya mundur. Dengan kedua mata masih menatap Dion was-was. Sampai tepat di belakang pintu. Bella berusaha meraih knop pintu. Memutarnya dengan sangat hati-hati. Dalam satu helaan napasnya. Bella melangkah keluar dengan langkah sangat hati-hati. Tidak lupa menutup pintunya kembali. 

"Bella, ada seorang yang mencarimu!" kata Cika. Sontak membuat jantung Bella hampir saja copot. Bella menoleh ke arah Cika. Lalu menghela napasnya lega. 

"Bisa, nggak! Jangan mengejutkanku?" kata Bella. 

"Ada, apa?" tanya Cika. Melirik ke belakang. 

"Sssttt..." Bella menutup bibir Cika. Menariknya menjauh dari ruangan Dion. 

"Kita bicara di tempat lain!" ucap Bella. 

"Siapa, yang mencariku?" tanya Bella.

Related chapters

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Tolong....

    "Aku juga tidak tahu, tapi bagaimana bisa kamu mengenal laki-laki tampan itu?" tanya Cika.Bella menghentikan langkahnya. Menoleh cepat ke arah Cika. Mata menyipit menatap kedua jata Cika."Laki-laki?" tanya Bella memastikan.Cika menganggukan kepalanya. "Siapa?" tanya Bella."Mana aku tahu!" Cika menarik kedua bahu bersamaan ke atas."Aku tidak tahu, lagian aku juga bingung kenapa kamu bisa mengenal seorang laki-laki tampak kaya. Bahkan, dia datang membawa mobil. Lalu memarkir mobilnya tepat di depan kantor!" ucap Cika. Bella mengerutkan bibirnya bingung. memutar otaknya, berpikir siapa yang ada janji dengannya hari ini. Tapi, sepertinya memang tidak ada janji dengan siapapun. Aku juga tidak punya teman laki-laki. Apalagi punya mobil. Bagaimana jika Cika berbohong padaku."Sekarang, dia dimana?" tanya Bella."Ikut, aku!" Cika menarik tangan Bella membawanya pergi ke lobi. Hingga ke luar dari

    Last Updated : 2024-08-26
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Dia Mulai Peduli

    "Foto kakak ku, itu waktu masih kecil!" kata Rico."Sudah, jangan banyak tanya Sekarang, bersihkan rumahku. Bekas sepatumu masih menempel di lantai rumahku!" Rico beranjak duduk di sofa putih. Tangan kanan berada di atas kepala sofa. Dia duduk menyilangkan kakinya, punggung menyandar di sofa."Dimana dia sekarang?" tanya Bella penasaran."Tidak perlu banyak tanya lagi. Sekarang, lebih baik kamu segera bersihkan lantai." tegas Rico.Disisi lain. Kantor tempat Bella bekerja terlihat begitu riuh. Bos mengumpulkan semua karyawan. Dia ingin mengubah peraturan perusahaan. Dan, jika sampai ada yang telat beberapa menit saja. Maka akan dapat sanksi. Dengan suara lantang bos mengatakan semua peraturan baru yang harus ditepati."Untuk semua karyawan disini. Jangan pulang sebelum waktunya. Pulang lah tepat waktu.""Tidak boleh telat, harus datang tepat waktu. Telat 1 menit saja sudah dapat sanksi. Dan, jika sampai 3 kali k

    Last Updated : 2024-08-27
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Apa Bos suka?

    "Apa, pak?" tanya Vina ragu-ragu."Besok, kamu harus temani aku untuk pergi ke acara client kita. Pakailah pakaian yang rapi.""Jam?" Vina memicingkan matanya. Menunggu jawaban dari Dion. Dia tidak bisa membagi waktunya secara tiba-tiba apalagi dirinya bekerja di dua tempat sekaligus."Jam 8 malam,""Maaf, pak! Saya tidak bisa. Saya kasih ada pekerjaan lain.""Apa sebegitu pentingnya pekerjaan kamu dari pada perintah bos?" tanya Vina."Semuanya penting, pak! Saya juga harus bekerja sesuai jam. Jika saya telat saya juga harus membayar denda.""Kamu bekerja dimana?" tanya Dion."Bapak, tidak perlu tahu, maaf!" Vina menundukkan pandangan matanya."Oke, baiklah! Kamu boleh pergi sekarang." Dion tidak mau memaksa Vina. Dia kembali fokus pada pekerjaannya.Sementara Vina dia merasa sangat bersalah. Vina berjalan keluar dengan sangat hati-hati. Dalam hati diriny

    Last Updated : 2024-08-28
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Siapa Dia?

    "Astaga, kenapa bisa aku tiduran terlalu lama.""Aaahh... Aku telat sekarang!" gerutu Vina. Dia terlihat begitu paniknya di atas tempat tidurnya. Ingin beranjak namun tampak terlihat bingung mencari sesuatu.Vina meraih jepit rambut di atas meja. Dia beranjak dari tempat tidur berlari menuju ke kamar mandi. Tidak terlalu lama berada di kamar mandi. Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk membasuh sekujur tubuhnya yang terasa begitu lengket.Selesai mandi. Vina segera bersiap memakai baju saksinya dia sengaja memakai baju itu dari rumah. Lalu menutupinya dengan rok panjang dan jaket Agar tidak terlalu mencolok saat dia naik angkutan umum nantinya.Setelah Selesai memakai baju hitam dan seksi begitu melekat menunjukan lekuk tubuhnya. Bahkan bagian depan terlihat lebih menonjol keluar dari sela-sela bajunya. Vina bergegas menuju ke depan cermin. Jemari tangan itu meraih beberapa alat make up. Vina sedikit memoles wajah cantiknya dengan bedak

    Last Updated : 2024-08-29
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Cepat lakukan Tugasmu!

    "Anda harus temani saya, saya akan bayar berapapun yang kamu inginkan.""Maaf, tapi saya tidak bisa..." Vina berusaha menghindar. tangan kekar laki-laki itu tidak bisa membuatnya berkutik. Dia hanya bisa diam di atas pangkuannya. Kedua tangan memeluk erat pinggang ramping Vina. Jemari tangan kiri menyentuh pinggang ramping milik Vina. Menghisapnya begitu lembut.Seolah memberikan sentuhan gairah pada Vina Namun perlahan sentuhan itu menjadi cengkeraman sangat kuat. Seperi cengkeraman srigala yang ingin memangsa musuhnya."lepaskan aku, jangan kurang ajar padaku." teriak Vina. berusaha mendorong tubuh bugar laki-laki bertopeng itu."Jangan kamu pikir aku wanita yang gampang kamu nikmati, tuan." Vina berbicara teoat di depan pria itu. pasangan mata saling menatap satu sama lain. Wajah mereka semakain dekat, tanpa rasa takut Vina mendekatkan tubuhnya, lalu berbisik pelan padanya."Aku memang pekerja disini. Tapi, bukan be

    Last Updated : 2024-08-30
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Temani Aku Malam Ini

    Vina masih di posisi yang sama dia duduk di pangkuan pria itu. Kedua tangan melingkar di leher pria asing itu. kedua mata mereka masih saling menatap sangat dalam, perlahan Bibir pria itu mendekat padanya. Sekujur tubuh Vina seketika mulai kaku. Dia berusaha menelan ludahnya, entah kenapa terasa lebih susah ludahnya tertelan. Itu karena dia terlalu gugup, atau takut. Dirinya sendiri juga tidak paham akan hal itu. Jemari tangan pria itu menyentuh lembut wajahnya, sengaja dia berusaha menggoda Vina. Jemari tangan kanan Pria itu menyentuh paha Vina perlahan merangkak ke atas, sedikit menyingkap rok span yang di pakai oleh Vina.Vina yang terkejut dengan perlakuan itu. Dia hanya bisa diam dengan kedua jata melebar sempurna. Tangan kiri pria itu menyentuh perlahan wajah kiri Vina, hingga merangkak ke belakang kepala Vina. Wajah mereka perlahan semakin dekat dan lebih dekat lagi. Hingga tidak ada jarak lagi di antara mereka. Hanya satu gerakan saja, kedua bibir itu bisa salin

    Last Updated : 2024-08-31
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Perasaan Apa Ini?

    "Siapa, kamu?" Tanya pria itu menunjuk ke arah Deon dan Hans yang sudah berdiri di depannya. tatapan tajam Deon tidak membuat pria itu takut. "Hans, urus dia." pinta Deon. "Kalian ikut campur urusanku," geram pria asing itu. sembari menunjuk dengan wajah penuh amarah. Meskipun tubuhnya terlihat tak mampu berdiri tegap. pengaruh alkohol membuat tubuh kekar itu lunglai tanpa tulang. Pria asing itu berusaha untuk melangkah kedepan. Sembari tersenyum sinis tanpa rasa takut sama sekali. Deon membalas senyuman itu dengan tatapan mata tajamnya. Aura mematikan mulai kekuar dari sekujur tubuh Deon. Wajah yang sangat dingin itu mulai berapi-api. "Jangan pernah mencoba untuk menyentuh wanitaku," geram Deon. Pria itu menarik sudut bibirnya sinis. Dia masih tidak pedulikan apa yang di katakan Dion. pengaruh alkohol yang kuat tidak membuatnya takut pada siapapun. Bahkan termasuk Deon. "Siapa wanitamu, Hah...." Pria itu menertawakan Deon. "Anda tidak tahu tuan Deon?" Tanya Hans."Urus dia." P

    Last Updated : 2024-09-16
  • Jerat Pesona Tuan CEO   Club Malam

    Disebuah club malam terbesar di Jakarta. Seorang wanita cantik, yang masih di bawah dua puluh tahun itu. Mulai merias dirinya. wajahnya yang terbalut make up tipis. Tubuh seksi dengan lekukan tubuh yang begitu menggoda. Belahan dadànya terlihat sangat jelas. Dengan baju Tanpa lengan. Bagian belakang terlihat punggung putih dan mulutnya. Rok satu di atas lututnya. Tuhan menganugerahkan kulit yang begitu putih seputih susu. Selembut kulit bayi. Dan tubuh seksi yang menggoda iman seorang yang melihatnya. "Bella." seseorang memanggilnya. Bella menoleh, melayangkan senyuman tipis ke arah orang yang memanggilnya. Seorang laki-laki berjakun dengan suara serak dan sedikit tua, kulit yang terlihat mulai kendur. Tapi wajahnya masih terlihat sedikit muda. Dengan parasnya utu terlihat sekitar umur empat puluh tahunan itu berjalan mendekatinya. "Iya.. Pak." jawabnya, menundukkan sedikit kepalanya sebagai tanda hormat kepada manajer club itu. "Kamu baru datang?" tanya seorang laki-laki paruh bay

    Last Updated : 2023-09-19

Latest chapter

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Perasaan Apa Ini?

    "Siapa, kamu?" Tanya pria itu menunjuk ke arah Deon dan Hans yang sudah berdiri di depannya. tatapan tajam Deon tidak membuat pria itu takut. "Hans, urus dia." pinta Deon. "Kalian ikut campur urusanku," geram pria asing itu. sembari menunjuk dengan wajah penuh amarah. Meskipun tubuhnya terlihat tak mampu berdiri tegap. pengaruh alkohol membuat tubuh kekar itu lunglai tanpa tulang. Pria asing itu berusaha untuk melangkah kedepan. Sembari tersenyum sinis tanpa rasa takut sama sekali. Deon membalas senyuman itu dengan tatapan mata tajamnya. Aura mematikan mulai kekuar dari sekujur tubuh Deon. Wajah yang sangat dingin itu mulai berapi-api. "Jangan pernah mencoba untuk menyentuh wanitaku," geram Deon. Pria itu menarik sudut bibirnya sinis. Dia masih tidak pedulikan apa yang di katakan Dion. pengaruh alkohol yang kuat tidak membuatnya takut pada siapapun. Bahkan termasuk Deon. "Siapa wanitamu, Hah...." Pria itu menertawakan Deon. "Anda tidak tahu tuan Deon?" Tanya Hans."Urus dia." P

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Temani Aku Malam Ini

    Vina masih di posisi yang sama dia duduk di pangkuan pria itu. Kedua tangan melingkar di leher pria asing itu. kedua mata mereka masih saling menatap sangat dalam, perlahan Bibir pria itu mendekat padanya. Sekujur tubuh Vina seketika mulai kaku. Dia berusaha menelan ludahnya, entah kenapa terasa lebih susah ludahnya tertelan. Itu karena dia terlalu gugup, atau takut. Dirinya sendiri juga tidak paham akan hal itu. Jemari tangan pria itu menyentuh lembut wajahnya, sengaja dia berusaha menggoda Vina. Jemari tangan kanan Pria itu menyentuh paha Vina perlahan merangkak ke atas, sedikit menyingkap rok span yang di pakai oleh Vina.Vina yang terkejut dengan perlakuan itu. Dia hanya bisa diam dengan kedua jata melebar sempurna. Tangan kiri pria itu menyentuh perlahan wajah kiri Vina, hingga merangkak ke belakang kepala Vina. Wajah mereka perlahan semakin dekat dan lebih dekat lagi. Hingga tidak ada jarak lagi di antara mereka. Hanya satu gerakan saja, kedua bibir itu bisa salin

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Cepat lakukan Tugasmu!

    "Anda harus temani saya, saya akan bayar berapapun yang kamu inginkan.""Maaf, tapi saya tidak bisa..." Vina berusaha menghindar. tangan kekar laki-laki itu tidak bisa membuatnya berkutik. Dia hanya bisa diam di atas pangkuannya. Kedua tangan memeluk erat pinggang ramping Vina. Jemari tangan kiri menyentuh pinggang ramping milik Vina. Menghisapnya begitu lembut.Seolah memberikan sentuhan gairah pada Vina Namun perlahan sentuhan itu menjadi cengkeraman sangat kuat. Seperi cengkeraman srigala yang ingin memangsa musuhnya."lepaskan aku, jangan kurang ajar padaku." teriak Vina. berusaha mendorong tubuh bugar laki-laki bertopeng itu."Jangan kamu pikir aku wanita yang gampang kamu nikmati, tuan." Vina berbicara teoat di depan pria itu. pasangan mata saling menatap satu sama lain. Wajah mereka semakain dekat, tanpa rasa takut Vina mendekatkan tubuhnya, lalu berbisik pelan padanya."Aku memang pekerja disini. Tapi, bukan be

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Siapa Dia?

    "Astaga, kenapa bisa aku tiduran terlalu lama.""Aaahh... Aku telat sekarang!" gerutu Vina. Dia terlihat begitu paniknya di atas tempat tidurnya. Ingin beranjak namun tampak terlihat bingung mencari sesuatu.Vina meraih jepit rambut di atas meja. Dia beranjak dari tempat tidur berlari menuju ke kamar mandi. Tidak terlalu lama berada di kamar mandi. Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk membasuh sekujur tubuhnya yang terasa begitu lengket.Selesai mandi. Vina segera bersiap memakai baju saksinya dia sengaja memakai baju itu dari rumah. Lalu menutupinya dengan rok panjang dan jaket Agar tidak terlalu mencolok saat dia naik angkutan umum nantinya.Setelah Selesai memakai baju hitam dan seksi begitu melekat menunjukan lekuk tubuhnya. Bahkan bagian depan terlihat lebih menonjol keluar dari sela-sela bajunya. Vina bergegas menuju ke depan cermin. Jemari tangan itu meraih beberapa alat make up. Vina sedikit memoles wajah cantiknya dengan bedak

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Apa Bos suka?

    "Apa, pak?" tanya Vina ragu-ragu."Besok, kamu harus temani aku untuk pergi ke acara client kita. Pakailah pakaian yang rapi.""Jam?" Vina memicingkan matanya. Menunggu jawaban dari Dion. Dia tidak bisa membagi waktunya secara tiba-tiba apalagi dirinya bekerja di dua tempat sekaligus."Jam 8 malam,""Maaf, pak! Saya tidak bisa. Saya kasih ada pekerjaan lain.""Apa sebegitu pentingnya pekerjaan kamu dari pada perintah bos?" tanya Vina."Semuanya penting, pak! Saya juga harus bekerja sesuai jam. Jika saya telat saya juga harus membayar denda.""Kamu bekerja dimana?" tanya Dion."Bapak, tidak perlu tahu, maaf!" Vina menundukkan pandangan matanya."Oke, baiklah! Kamu boleh pergi sekarang." Dion tidak mau memaksa Vina. Dia kembali fokus pada pekerjaannya.Sementara Vina dia merasa sangat bersalah. Vina berjalan keluar dengan sangat hati-hati. Dalam hati diriny

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Dia Mulai Peduli

    "Foto kakak ku, itu waktu masih kecil!" kata Rico."Sudah, jangan banyak tanya Sekarang, bersihkan rumahku. Bekas sepatumu masih menempel di lantai rumahku!" Rico beranjak duduk di sofa putih. Tangan kanan berada di atas kepala sofa. Dia duduk menyilangkan kakinya, punggung menyandar di sofa."Dimana dia sekarang?" tanya Bella penasaran."Tidak perlu banyak tanya lagi. Sekarang, lebih baik kamu segera bersihkan lantai." tegas Rico.Disisi lain. Kantor tempat Bella bekerja terlihat begitu riuh. Bos mengumpulkan semua karyawan. Dia ingin mengubah peraturan perusahaan. Dan, jika sampai ada yang telat beberapa menit saja. Maka akan dapat sanksi. Dengan suara lantang bos mengatakan semua peraturan baru yang harus ditepati."Untuk semua karyawan disini. Jangan pulang sebelum waktunya. Pulang lah tepat waktu.""Tidak boleh telat, harus datang tepat waktu. Telat 1 menit saja sudah dapat sanksi. Dan, jika sampai 3 kali k

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Tolong....

    "Aku juga tidak tahu, tapi bagaimana bisa kamu mengenal laki-laki tampan itu?" tanya Cika.Bella menghentikan langkahnya. Menoleh cepat ke arah Cika. Mata menyipit menatap kedua jata Cika."Laki-laki?" tanya Bella memastikan.Cika menganggukan kepalanya. "Siapa?" tanya Bella."Mana aku tahu!" Cika menarik kedua bahu bersamaan ke atas."Aku tidak tahu, lagian aku juga bingung kenapa kamu bisa mengenal seorang laki-laki tampak kaya. Bahkan, dia datang membawa mobil. Lalu memarkir mobilnya tepat di depan kantor!" ucap Cika. Bella mengerutkan bibirnya bingung. memutar otaknya, berpikir siapa yang ada janji dengannya hari ini. Tapi, sepertinya memang tidak ada janji dengan siapapun. Aku juga tidak punya teman laki-laki. Apalagi punya mobil. Bagaimana jika Cika berbohong padaku."Sekarang, dia dimana?" tanya Bella."Ikut, aku!" Cika menarik tangan Bella membawanya pergi ke lobi. Hingga ke luar dari

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Nyebelin

    "Maaf, pak. Saya tahu anda adalah bos saya. Tapi, anda bisa jaga ucapan anda. Saya memang bawahan anda. Tetapi saya bukan orang rendahan," ucap Bella menekankan suaranya. Di balas dengan senyum kecut oleh Dion. "Orang yang bekerja di tempat malam. Tidak mungkin jika dia tidak murahan. Tidak akan mau menuangkan minuman laki-laki." Bella mengerutkan keningnya. Dia sedikit teringat tentang laki-laki kemarin malam. Kedua mata Bella menyipit mengamati setiap ukiran wajah tampan Dion di depannya. "Sepertinya aku mengenal dia? Tapi, apa benar laki-laki itu adalah orang yang bersamaku kemarin malam?" "Apa aku yang saja padanya? Astaga... Tidak! Kenapa juga aku tanya. Memalukan. Bagaimana jika bukan? Tapi... Dia bilang jika aku bersama dengannya, kemarin." "Ya, sudah! Pergilah, sekarang bawakan aku kopi." "A-apa?" tanya Bella. Memincingkan matanya terkejut. "Maaf, tuan. Anda minta saya bawakan kopi? Saya bukan pelayan anda. Anda bisa meminta office girl disini. Kenapa harus saya?" tanya

  • Jerat Pesona Tuan CEO   Jangan Mendekatiku

    "Ssstt... Cika, kenapa kamu tidak bilang jika ada bos baru?" Bisik Bella. Mencubit lengan tangan Cika. Wajah Bella memerah seketika terlihat begitu malu saat berhadapan dengan bos barunya. "Aku sudah bilang tadi. Tapi, kamu gak sadar," kesal Cika. Sengaja memelankan suaranya. Sesekali Cika melirik ke arah bos. Sembari melayangkan senyuman tipis padanya. "Apa yang kalian bicarakan? Apa kalian membicarakan tentang aku?" Tanya sang bos. "Tuan, apa anda tidak langsung masuk ke ruangan saja? Ada berkas yang harus segera anda kerjakan." "Baiklah, aku minta wanita itu masuk ke ruangan saya." "Tuan, Dion yakin bawa wanita masuk ke ruangan?" Tanya Jun memastikan."Bawa dia!" Pinta Deon. Tatapan mata itu tertuju pada Bella yang berdiri dengan wajah bingung. Beberapa kali Bella mengerjapkan matanya. Dengan bibir sedikit terbuka membentuk huruf o. "Siapa? Saya?" Tanya Bella memastikan. Menunjuk dirinya sendiri. "Kalau sudah tahu, tidak usah banyak tanya. Masuk dan lakukan tugasmu. Karena k

DMCA.com Protection Status