Leo: Hidupmu terlalu tinggi. Tantangan ini akan menarik, buktikan seberapa kuat energimu. Ali: Si Bengis seperti psikopat, tunjukan seberapa pandai taktikmu. Dimata Siva, Leo adalah cowok idaman. Apa lagi saat Leo mengajak bicara dengannya, seolah seluruh partikel di dalam tubuh Siva memancar kuat. Tetapi, kurangnya adalah, ia memiliki cinta yang lain. Bagaimana dengan Ali? No-coment, katanya. Sudah lama Siva menaruh rasa dari sosok angkuh Leo yang selalu membebani pikirannya. Namun, hubungan kali ini berbeda! Akibatnya sungguh membuat adrenalin Siva membuas. Lalu, siapa yang berjiwa kuat? Apa mungkin Leo, cowok brengsek itu? Coba sebutkan satu alasannya! "Leo, merah itu warna yang berani, tapi aku takut hamil." "Tinggak ke penghulu saja ...." Masalahnya adalah, ini lebih parah dibanding warna merah.
View MoreBanyak kehidupan memiliki rahasia; banyak kesalahan yang sudah lapuk akan waktu atau ketidakpercayaan diri, introvert dan tidak pernah dibicarakan lagi. Dalam masalahku, keluargaku memiliki rahasia yang hanya kuketahui melalui gosip kosong ketika berusia lima belas tahun.
Aku menemukan sekolah menengah atas, bahwa semua hubungan keluarga yang pernah kualami adalah kebohongan besar. Dua orang yang kukenal sebagai ibu dan ayah, sama sekali bukan ibu dan ayah yang kudambakanāmereka adalah melawan takdir. Ibu kandung yang seharusnya menjaga rumah dan seisinya. Bertahun-tahun berutinitas, meninggalkanku dan memulai sebuah pekerjaan yang sama sekali dibutakan akan waktu.
Ali itu menghancurkan impianku. Konon pria adalah ciptaan Tuhan yang istimewa karena melindungi kaum wanita, itu bohong, aku tidak ingin mengenal siapa dia Ali, dan ayah kandungku tidak terlihat di mana pun. Bajingan? Ya, menurutku.
Singkatnya, itu adalah waktu yang menyebalkan.
Frasa beberapa tahun terakhir, aslinya kutulis dalam sebuah buku catatan, yang sangat menyentuh hati setiap kali kubaca ulang. Agak menjijikan: Mereka mengacaukan segalanya, ibu dan ayah, maupun Ali.
***
Aku, kelas Akuntansi dari penerangan malam di SMK Praja Utama, Jakarta -Indonesia, mata kantung seperti yang sering dikenal dengan insomnia.
Sebagian besar sekeliling asrama diam dan terus diam. Hanya sedikit yang belum tertidur lelap, tetapi banyak yang telah meringkuk di bawah selimut kumel dari yang terlihat mereka untuk mencoba dan mengambil beberapa waktu istirahat yang gelisah. Teman satu kelas berdekatan, sedang menatapku, matanya sangat sinis dan seperti akan memangsa. Baik dia maupun aku saling pandang, tidak mengharapkan bertegur sapa. Aku tidak pandai bersahabat karena seorang dominan akan uang. Penyakit anak asrama selalu begitu.
Tanpa ampun malam itu, aku jelas tidak tertidur karena aku nggak mau harus berhenti lebih dulu melihatnya. Lalu, sentakan listrik yang secara tiba-tiba mati di tengah malam, menghentikan pandangan gadis Keribo di seberang sana, melalui kontak mata terputus.
"Kenapa anak itu menatapku begitu tajam? Anak yang aneh ... mau kutampar kamu?" pelikku.
Aku memperhatikan wajahnya dengan hati-hati saat akan tidur, hampir satu jengkal matras, dengan hanya sandaran tangan aku lingkarkan pada leher, kepala miring ke satu arah, dan mata mulai terkunci bersama dalam cahaya gulita. Gadis Keribo mengagumiku rupanya, melihat jauh ke tangannya saat aku merasakan, dan pengalaman buruk telah mengajariku bahwa siapa pun dapat menilai tingkah buruk rasa sakit hati dan mendalam. Atau lebih akurat melalui tangannya dengan metode ada ketertarikan pada tubuhku.
"Aku tidak suka ini, please Tuhan ... kasih lampu menyala dengan segera!" do'a-ku panjatkan selaras naik turun napas. "Oh Tuhan tak berpihak padaku," pelikku lagi.
Tak terkendali oleh jarak jauh, seperti yang dia lakukan, kelaminku telah dijamah oleh jemarinya. Triknya adalah selalu memastikan bahwa aku sedang kedinginan. Sangat membuat ketidaknyamanan aku yang tak bisa berteriak, tanpa memberitahu siapa pun aku menangis keperihan. Hal terakhir yang kualami adalah agar salah satu di antara kami tidak tahu, aku akan malu disaksikan oleh mereka yang penuh perhatian memperhatikan ada sesuatu yang salah dalam aturan asrama. Sepanjang malam yang gelap. Aku tidak akan keberatan jika permainan kecil, tapi jangan merusak. Dan pada kesempatan ini adalah melanggar peraturan asrama. Mereka selalu mengklaim, bahwa ini asrama yang bagus dari segi pelayanan.
***
"Bu, Siva pulang!"
Melirik salah satu ruangan yang terdapat jam dinding yang biasa menempel di atas, āya, aku tahu ini aneh, tapi ini adalah rumahku, biasanya jam itu ada di atas sana, tapi sekarangāā pelikku, aku menyadari bahwa selama tinggal di asrama menjadi asing dari rumah.
Ibu bilang akan segera pulang, tapi nyatanya ... ini adalah waktu untuk mengakhiri permainan lama. Aku menyentuh tombol remote TV untuk terakhir kalinya membuat supaya tidak bosan dan siaran musik kuputar sesuai yang aku inginkan. Kemudian sesekali aku memastikan pintu, ibu belum datang, memperhatikan juga saat aku menyelipkan tangan ke bawah rok. Aku memastikan bahwa vaginaku sedang baik-baik saja. Tingkat kenikmatan meningkat dengan cepat, napasku menjadi cepat dan bibirku sedikit terbuka, saat tanganku menjalar lebih dalam, di dalam rok yang menutupi tangan. Meraba-raba dalam kelembutan jemariku meremas kemaluan yang mulai meregang, seketika meningkatkan sengatan listrik dan memaksa erangan rasa nikmat yang pertama, nyaris berteriak, dari dalam tenggorokanku.
Krek!
āEh hai Bu ⦠sudah pulang,ā sontak tanganku kulepas dari jemahan kelaminku.
Ya, itu hanyalah penasaran yang sesaat untuk melampiaskan jari-jari yang membawanya ke klimaks seksual saja. Tanganku mungkin masih basah, tapi aku tidak bisa meliriknya dan memastikan karena ibu memandangiku terus.
āSayang ⦠akhirnya kamu mau pulang, kamu lama menungguku ya? Maafkan Ibu ya!ā ibu berkata sambil memelukku. Dengan lembut untuk memberi kasih sayang, tangan ibu membelai rambutku.
āAku Lelah,ā balasku, lalu kudorong tubuh ibu. Beranjak duduk di ruang tengah, ruangan serba guna yang dipergunakan kumpul keluarga, itu dulu, enam bulan yang lalu saat aku mengenal ibu dan ayah sebagai orang tuaku.
āOke, ibu masakin sesuatu ya ⦠makanan kesukaanmu,ā ibu sambil beranjak ke dapur.
***
Kebahagian terpancar dari raut ibu, sebanyak mungkin: hadiah kecil untuk rasa sakit yang dialami karena diceraikan oleh suaminya. Sejujurnya, terkadang aku menyalahkan diri sendiri dengan betapa bisa menjadi anak yang baik untuk Nyonya Mira, ibuku yang baik, dan yang seharusnya baik! Kemudian, kumakan dengan lahap hidangan mie goreng dan telor ceplok setengah matang, aku melepaskan kerinduan terhadap masakan ibu, mungkin ibu sedang memperhatikanku, aku tidak melirik ke arahnya.
āSiva, maafkan Ibu karena sudah menitipkanmu di asrama. Tapi Ibu janji, nanti setelahāā katanya yang kupatahkan.
Prang ā¦.
Piring yang aku banting dengan sangat keras.
Momen baik berubah kacau, aku yang sedang makan harus diingatkan kejadian pada enam bulan yang lalu dan menyiksa batin selama berbulan-bulan. Aku berubah menjadi orang sibuk, langsung mengambil tas dan masuk ke kamar. Salah satu perkataan yang tidak biasa kudengar telah sepenuhnya dibangkitkan. Hampir dua dua bulan yang lalu aku mencoba bersahabat dengan batinku, itu sia-sia. Sebagai cewek rapuh professional, aku tertantang untuk tantangan terbesar bukan datang ke sarang harimau.
āSiva ⦠buka pintunya! Ibu minta maaf, Sayang! Please!ā
Tetapi dalam membawa diri sudah malas, aku membuka pintu dan kembali membanting tubuhku ke ranjang. Sementara, ibu langsung masuk ke kamar dan duduk pada tepi ranjang, kurasakan tangannya menjamah tubuhku. āMaafkan Ibu, tapi kenapa kamu masih marah Sayang ⦠itu sudah lama dan Ibu rasa tidak perlu lagi kita mempermasalahkan itu.ā
Aku beranjak bangun, dan memandang wajahnya dalam-dalam, ada bekas tangis di pelupuk matanya. āAku benci peristiwa enam bulan yang lalu, Ayah meninggalkan Ibu, dan Ibu selalu egois dengan kehidupan sendiri. Kalau boleh aku memilih, aku nggak ingin terlahir dari rahim seorang Ibu.ā
Tali pengikat hubungan aku dan ibu memiliki kontak yang kuat, itu seharusnya, tetapi terlihat seperti renggang yang tidak dapat diukur sampai kapan. Tidak ada yang membangkitkan untuk perubahan, saat kami saling menatap dan diam dalam kebisuan, hanyalah intropeksi diri.
-o0o-
Mendapat kabar, Leo belum pulang bersama pengasuh yang kusewa, dan aku tidak tahu di mana keberadaannya. Aku masuk ke mobil, dan mengambil jalan. Hanya mengikuti hati saya seolah-olah ada semacam naluri yang mengarahkan. Setelah setengah kilo jauhnya, aku menemukan mobil Deep diparkir di lahan liar.Dia pasti melihatku berhenti dan parkir di jalan karena dia dan Kribo tiba-tiba muncul di ambang pintu bersama teman sekolahnya yang lain.“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Deep.Saya menangis. “Apa yang kalian lakukan di sini?” aku agak kesal, marah dan tidak ingin marah lagi. Ada konotasi yang marah di depan pintu dengan mereka menjadi heran, mereka menjadi marah dan aku menuntut beberapa jawaban. Akhirnya, mereka membiarkan aku masuk ke dalam dan memberikan kejutan yang tidak pernah aku duga: “Ini Leo … kita hanya meberimu kel
Sebuah penyesalan terulang kembali dan kini lengkah kesedihanku, pentingnya menjadi acuh sekarang. Akumencatat: Kehilangan satu orangtua dapat dianggap sebagai kemalangan; kehilangan kedua adalah orang kita cintai terlihat seperti kecerobohan. Dalam hal ini, aku pasti salah satu individu yang lebih ceroboh di sekitar.Kegelapan menghinggapiku pada setahun lebih ketika pria yang selalu kulayani setiap dia datang telah hilang dan lenyap seperti ditelan bumi. Ayah apa lagi ... yang tak pernah kukenal, selepas permintaannya tak bisa kusanggupi. Masalah pernapasan anakku telah memburuk tetapi aku dan kesendirian yakin bahwa dia akan dirawat dan disembuhkan oleh Tuhan, disegarkan kembali, untuk kehidupan yang baru. Keyakinanku itu terguncang ketika kulihat kembali memori bersama otakku sedang mengembara semasa ibu masih ada.“Ibu telah pergi dan berkunjung saat aku melahi
Terlepas dari pengalaman sebelumnya, upayaku masih memiliki sedikit gagasan nyata tentang kebutuhan yang akan kulakuakan sendiri. Aku sangat otodidak memulai pekerjaan yang sebelumnya belum pernah kupelajari dari sedikit melihat pun yang ibu kerjakan. Aku tidak tahu cara mencuci pakaian yang berwarna harus dipisahkan, akibatnya, warna luntur mewabah kesemua rendaman. Belum lagi di sela sedang memasak, anakku sedang tidak baik, akhir-akhir ini sering rewel. Sadar akhirnya, kebanyakan gadis seusiaku belum bisa menjalani ini semua, dalam situasi mempelajari matematika di dalam kelas, itu harusnya, kini mempelajari ilmu sebagai ibu rumah tangga.Saat itulah aku mulai berbaring di lantai, merasa fisikku usdah tidak kuat dalam mengemban kehidupan yang memberatkan. Sejak hari itu, baru aku andalkan kartu pemberian ayah, dan benar, aku manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus menjamah dapur.Dia, sudah menjadikanku budak wanitanya menatap dengan
Aku bisa menjadi pendengar tapi tidak memahami keinginan setiap orang, di bagian kehidupan mereka yang mungkin memaahami atau memaafkan oleh sebuah kesalahn, tapi aku tidak. Akan tetapi, ada saatnya, setelah aku melakukan kesadaran selama sekitar satu bulan berikutnya, ketika mulai mengkhawatirkan pengaruh pertumbuhan bayiku, pilihan terhadap masa depanku lebih penting. Dengan keegoin yang kuredam, setidaknya bisa membahagiakan anakku, butuh pertimbangan dari dua sahabatku, Deep dan Kribo yang sengaja kupanggil ke ruamah.“Ketakutanku bertambah setelah serangkaian percakapanku tidak baik dengan istri Ayah, bagiamana anakku dan aku setelahnya jika tenyata aku membeontak dan Ayah memilih wanita itu?”“Aku juga tahu itu pilihan yang sulit, tapi bukannya itu akan menghianati Ibumu … Ibumu mengemban banyak pikiran karena masalaha dengan Ayahmu,” balas Kribo langsung.
Aku pikir bisa tangguh, tetapi tidak, banyak hal yang harus bisa menyiapkan kehadiranku ke rumah. Wanita muda untuk sisi kehidupan yang lebih rendah derajatnya sebagai seorang dominasi sial. Sejak melangkah, pertama, setiap mata memandang dan seterusnya fokus pada sebuah objek yang sedang aku bawa bersama dua sahabatku. Mereka melakukanya semacam heran, hal-hal yang sangat jauh dari apa yang telah mereka nilai dan lakukan sebelumnya sehingga aku membuat mereka terkejut. Bukannya belum pernah melihat tentang semua, tetapi hal yang sekarang: bagaimanapun juga langkagku telah memancing perhatian, banyak yang tidak nyaman dengan kehadiranku, ketika itu seisi ruang tamu sekitar sepuluh orang sedang bergosip dan berbicara bebas yang bisa kupastikan itu adalah negatif.“Lihat, yang dibawanya anak haram!”“Iya, dasar tidak tahu malu ….”
Situasi sedang tidak baik, sudah larut malam di rumah, aku disandera oleh sakit tak tertahan, yang tidak terkendali dan memegang perut beberapa kali untuk menahannya. Di depan tidak ada seorang pun yang bisa kuandalkan. Aku ketakutan dan kehilangan kata-kata, serta di sisi lain dari pintu depan terkunci, ya seperti itu saat ibu pergi, menggedor-gedor dengan benda tumpul dalam upaya meminta pertolongan juga sia-sia karena tidak ada yang datang menyelamatkanku.Malam itu kurasa dengan sangat berbeda. Telah menerima telepon dari ibu bahwa menginformasikan tidak bisa segera pulang karena ada suatu kendala dan membutuhkan perawatan di Rumah Sakit. Dia memang ibu yang sakit-sakitan, kutahu dari setiap brosur yang dibawanya setelah dari ruamh sakit. Dan bersuara lirihku menahan rasa yang seperti sudah di ujung kehidupanku, “Tuhan ... aku tidak kuat menahannya, huh ... sabar ya Nak! Please jangan keluar dulu!”
Melayani dengan hati, kalimat untuk itu moto bekerja dari Rumah Sakit, itu kami lihat ketika baru sampai lobi. Telepon berdering yang menggema dengan orang-orang yang ingin memesan layanan, dansatu sama lain berhubungan antara pasien dan perawat, serta aktivitas masing-masing. Aku bisa merasakan betapa sibuknya mereka.“Apa kita cari Rumah Sakit yang lain?” tanyaku langsung.“Jangan ... kita harus bisa kuat di antara mereka,” kata Deep.“Tapi antrian panjang.”“Ya, sabarlah sebentar, Ibumu akan membawa nomor dan kita segera bertemu Dokternya!” kata Deep. Dan lagi, “mana Ibumu dan Kribo lama sekali, mereka mendaftar atau meminta sumbangan, lama sekali?”“Ya, sabarlah!”“Ei ... ka
Rindu sekolah, sekitar paruh hari dengan sabar membawa perutku yang besar dan menunggu setiap anak berhamburan masuk kelas, kuintai dari sebelah gerbang. Perhatianku semula pada kelas Deep dan Kribu, berubah ke objek yang lain. Di mana manita cantik dan anggun sedang saling menyapa sahabatnya, adalah kandidat musuhku, pacar bagi Leo. Tidak mungkin untuk melakukan aksi saat kondisiku tidak memungkinkan lagi.Rupanya posisiku diketahui olehnya. Dia hanya tampak begitu tidak normal saat menatapku dari kejauhan, berpakaian rapi dalam setelan putih abu-abu dan rambut cepol menjadi sensasi wanita seksi setiap inci mata para pria memandang. Tampak sedang mendekatiku, yang menyebalkan, kenap benar-benar mendatangiku lebih dekat. Tetapi, langkahnya terhenti di depan pagar bagian dalam. Terjadi saling tatap, agak lama.Menghindar salah satunya, setidaknya bertekad untuk tidak bereaksi bodoh atas ego. Dan
Mengecek penglihatan dari kontak lensa dengan kacamata minus, ibu sejak tadi berdiri di ambang pintu, itu meskipun akan keadaanku selalu menganggap dunia di luar sana tidak asyik. Ibu juga membantuku memcahkan masalah dari pikiranku yang sudah terpenuhi hal-hal negatif, dengan wejangan-wejagan, langsung aku mengangguk saat menyuruhku bersiap untuk makan.Namun, dari ucapannya awal sampai akhir, aku tidak menemukan caranya intropeksi atas semua salahnya, tetapi setidaknya itu bisa memberiku kelegaan untuk berpikir baik pada sahabatku. Ibu memang membantuku, dalam hal lain, dengan sejumlah pembayaran kebutuhan kandunganku yang sudah semakin membesar. Aku memang beberapa hari melakukan aktivitas dengan membuat sebuah anyaman di paruh waktu sekaligus, meringankan beban ibuku untuk tidak selalu menerima uang darinya.Kadang-kadang tanpa aku memintanya, ibu memberikanku dengan menaruhnya di atas meja
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments