Share

Sekarang

Author: Yanti D
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

BACK TO NOW

Banyak hal baru, terutama ibu dan masanya, dengan gugup di tepi ranjang, aku katakan bahwa aku benci enam bulan yang menyebalkan. Mereka, teman-teman belajar tetapi tidak jarang bersama keluarga. “Aku tidak butuh kasihmu, jangan sentuh pantatku. Nanti malam aku akan kembali ke Darmawangsa.”

“Siva … apa yang harus Ibu lakukan untuk menebus semuanya?”

“Tidak perlu melakukan apapun, aku hanya senang tidak menerima pengakuan bahwa aku anakmu.”

“Cukup Siva! Ibu maaf soal waktu itu.”

Aku bangkit dan penyumbat telinga dengan bantal, dan tangisnya menarikku hanyut dalam waktu lampau, aku tidak mau itu terjadi. “Jangan menangis!”

Ibu cenderung duduk diam, menungguku akan mengatakan sesuatu. Mungkinkah beliau wanita dengan jenis yang secara alami ingin tahu, atau mungkin lebih rapuh? Yang benar adalah bahwa aku telah membuat masa tunggu untuk meningkatkan kesabarannya. Hingga terlibat dalam tiga puluh menit. Aku ingin suasana yang benar-benar menghargai waktuku bicara. Pada waktunya, “aku sedih Ibu dan Ayah berpisah, aku tidak pernah mendapatkan marah, senyum, pujian, dan segalanya dari kalian. Aku rindu saat aku berusia 14 tahun.”

“Sayang … Ibu sangat peduli denganmu Nak ….”

“Itu dulu.”

“Siva, sampai sekarang itu Ibu berusaha lakukan.”

“Aku tidak merasakan itu ada, dan aku benci Ibu yang sibuk dengan dunia Ibu sendiri.”

“Ibu bekerja untuk kamu Sayang. Ibu tahu, waktu bekerja yang Ibu lakukan lebih banyak ketimbang mengurusmu dan membiarkan kamu tinggal di asrama. Maaf ya!”

“Maaf belum bisa, aku akan memaafkan saat Ibu berubah, dan aku benci saat Ibu asyik dengan teman-teman Ibu yang pria-pria itu.”

“Siva, kamu tidak tahu apa yang terjadi, ini semua untuk kamu sayang … tidak pernah ibu kesampingkan kebutuhanmu.”

“Sit—” aku pergi dari ranjang, sekarang bersujud di lantai kamar mandi, tidak berani untuk bertemu dengan tatapannya yang sangat menyakinkan bahwa dia tidak melakukan kesalahan.

Aku ingin duduk sejenak dan membuat bahu merasa nyaman dengan sedikit obrolan kata hati. Bagiku, ini adalah salah satu momen tidak penting dalam kebersamaan. Aku tidak tahu berapa lama menepi seperti meringkuk kedinginan. Sekarang ini adalah kesempatan satu-satunya untuk menguraikan keinginan yang paling rahasia. Semakin jujur, aku semakin sakit, semakin banyak tidak manfaat yang diperoleh dari jam-jam berikutnya.

***

Pengalaman berbulan-bulan telah memberikan kemampuan untuk melihat melampaui apa yang aku katakan, untuk menafsirkan pikiran terdalam dan untuk memutuskan hal terbaik yang akan datang. Tidak ada yang bisa aku katakan yang mungkin meminta maaf.

Bagaimana bisa perbuatan ibu yang ekstrim dan tidak biasa dilalui para ibu di luar sana, mungkin, telah di hadapan pada kesalahan, aku bisa memaafkan?

Mungkin dengan mengingatkan tentang beberapa kegiatan yang tidak akan aku lakukan tetapi. Aku harus mengungkapkan jiwaku sendiri untuk mengetahui apa yang mungkin, atau tidak.

Aku sekarang akan ucapkan sesuatu dan berdamai pada masa, benar-benar ingin berhenti berbuat konyol. Beberapa menit aku yang lemas lunglai beranjak dari ubin dan keluar dari kamar mandi, aku telah mendapati wanita sebagai budak seks masih duduk di ranjang sambil menangis.

“Waktuku berkunjung habis, aku harus pulang ke asrama.”

Lalu ibu menatapku, wajahnya bergetar. Senang karena menggunakan kata aman; tidak menghakimi perbuatan ibu. Untuk meredam agar sesuai dengan batas psikologis.

Sekarang setelah berkemas selesai, aku sendiri yang akan memutuskan apa yang akan kulakukan. Terjadi pada pikiranku selama hidupku ke depan ….

***

Kulihat pria berambut acak di persimpangan laboratorium komputer, sendiri dan setauku setiap orang mengatakan cowok cool, dengan aktivitas sangat bervariasi dalam organisasi sehingga sulit untuk menentukan waktu yang tepat saat bicara dengannya. Pada akhirnya aku memilih menyapanya, yang jelas merupakan namanya Ali. Tetapi, seorang pria tak jelas di bidang apa jurusan sekolahnya, seperti halnya beberapa temanku yang tak jelas skillnya.

“Ada yang membuatmu harus tertunduk seperti itu, Ali?”

Ali tidak langsung membalas pertanyaanku, dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Seperti mencari sesuatu. Aku relatif mengamati gerak matanya. Lalu, “aku sedang akan berkenalan denganmu, kenapa bengong? Apa aku menjijikan?”

Dia anak yang sudah dewasa, dan meskipun aku, tentu saja, tidak pernah tertarik dengannya dalam caraku yang normal. Aku ragu sejenak bahwa dia adalah cowok berkomunitas di sekolah, tapi untuk apa menungguku yang tak pernah aktif dalam bidang apapun?

Dia juga menyukai keramaian, aroma kopi yang selalu nongkrong di kedai, dan postur tegap di dirinya. Dia telah menggambarkan keanehan kepadaku.

“Kamu, suka denganku kan Siva? Kalau kamu mau juga boleh, aku akan menyukaimu kembali.”

“Hah? Haha ... jangan terlalu percaya diri anak sok cerdas dan sok aktif. Lihat jidatmu saja yang penuh dengan angka-angka itu aku sudah muak, cih ...,” ludahku melayang di permukaan tanganya. Sengaja tapi tidak juga sengaja, maksudku, aku sengaja ke arah wajahnya, tapi terkena tangannya.

Aku mulai memikirkan tentang Ali, sambil meninggalkannya, bagaimana rasanya dan baunya, kemudian mulai membayangkan apa yang dia lakukan pada tanganya. Aku setiap sesi kelas kembali dalam pikiran itu, kadang-kadang tertawa licik dengan ingatan tidak kututupi. Aku tidak merasa takut menginginkan Ali nampak di hadapanku, bukanlah sesuatu yang dapat kukhawatirkan. Bahwa akan tidak berpikir dia membalas, bahkan jika dia mengerti, itu bukanlah sesuatu yang dapat aku bagikan dengannya.

Akhirnya, meskipun dihukum karena tidak konsentrasi dalam pelajaran, berusaha untuk tidak sering bertemu dengan siapa pun. Kemudian karena hari masih berjemur di bawah terik matahari yang tingkat kepanasannya sampai melepuhkan sebidang tanah yang menjadi mengering. Terkadang memicingkan mata untuk bisa bertahan.

“Nih minumlah sebelum kubuang airnya.”

“Kribo, bisa sopan tidak kamu memberikan airnya.”

“Ok, ini ambilah, aku tidak tega melihatmu begitu tersiksa oleh alam yang sedang mendidih ini.”

“Bahasamu seperti ilmuwan saja,” sambil kuambil botol minum darinya. Kuteguk dengan rakus tanpa ada sisa tetas. “Akhirnya aku ada penyelamat nyawa.”

“Lihat botol itu ....”

“Hah?”

“Apa kamu akan berpikir jika botol itu akan masuk ke dalam kelaminmu?”

“Tidak, sungguh.”

“Jangan bercanda!” ya ... kebiasaan, si Kribo selalu memotong pembicaraan, saat sedang bicara tiba-tiba pergi.

Kribo muncul lagi dengan sangat teratur berdiri di sebelahku, semenit lalu ketika keinginannya untuk pembahas botol dan tingkat tertentu mulai membanjiri otakku, dia pergi. Kemudian, seperti yang terjadi, sudah datang lagi.

“Apa botolmu ketinggalan?”

“Sepertinya kita sudah ditakdirkan bersama.”

“Kurasa Bu Guru menghukummu.”

“Ya, itulah hukum di sekolah ini, saat akan berbuat baik dicegah. Ironis!” 

Aku tidak tahu persis mengapa dia dihukum juga. Memeriksa masa hukuman tidak menunjukkan seseorang akan jera, pertunjukan jadinya yang dapat dilihat semua murid. Dia memiliki mata, kebebasan, dan kecenderungan untuk mengeksplorasi keinginan dan merasa bebas menghina.

Aku mencintai hidupku dan cara dapat meningkatkan keinginan setiap menambahkan aktivitas dari hari ke hari. Tanpa paham, saat melihat ke arah sebuah depan kelas, tepatnya lapangan basket, akan menjadi mekanis dan berulang; imajinasi seksualku yang membuat menggairahkan, bermanfaat dan menyenangkan. Cowok jangkung dan berotot. “Kribo, kau lihat cowok itu!”

“Banyak cowok di sana, kenapa?”

Plak! Tak segan tanganku melayang di kepalanya, “bukan semua! Lihat itu yang pakai baju berbeda sendiri.”

“O ... tukang kebun?”

“Kribo ....”

“Hehe, yang mana sih?”

“Di lapangan basket.”

“Oh itu.”

“Kenal dia?”

“Nggak.”

“Tolol bener.”

Dan saling tertawa.

Untuk sesi hukuman menjadi biasa saja, aku akan telanjur dan mengenakan beberapa pilihan gaya saat dia menatapku. Mungkin bagiku gampang mendapatkannya. Bergantung pada suasana hatiku ini, saya mungkin membiarkan menikmati pandangan menawan ini. Tapi entahlah, dia masih single atau tidak.

Sangat menarik untuk melihat perilakunya berubah saat setiap tatapan saling mendeteksi. Di depan mataku, dia berubah dari gaya lompat yang percaya diri dan sedikit agak menjadi salah tingkah, mematuhi setiap detik hingga lemparan senyum terjadi.

“Yee ... dia senyum denganku.”

“Hah, jangan percaya diri, dia ke aku.”

“Kribo, kamu jangan salah, dia ke aku.”

-o0o-

Related chapters

  • Aku yang tak mengerti cinta   Fall in love

    Bergantung pada lemari yang kupajang, sebuah koin milik pebasket yang terjatuh. Aku mungkin akan menambahkan lemari dengan barang lainnya. Dalam kasus ini, pakaian ekstrim sepertinya akan kubutuhkan saat berkencan dengannya. Dia perlu diikat ke bangku dan diikat dengan satu atau lebih tubuhnya, lalu kujilatin.“Oh no ... anak 15 tahun sudah seliaritu.”“Aku tidak meminta pendapatmu Kribo.”“Aku harus mengarahkanmu menjadi gadis kecil normal, biar terlihat santai dan seperti polosnya pada masamu.”“Aku sudah tua maksudmu?”“Oh, bukan aku yang ngomong loh.”“E-ra-la-, whatever ... aku akan berkencan, yes.”***Hanya ketika di bawah pohon, aku mempertimbangkan untuk menawarkan beberapa bentuk bantuan manisan. Aku akan menyodorkan minuman dingin untuknya, tetapi hingga lima menit belum juga usai latihan basketnya. Akan membutuhkan

  • Aku yang tak mengerti cinta   Yang darimu

    Pukul lima sore aku baru sampai taman belakang, “dia kemana ... Leo sudah pulang, kenapa kamu tidak menungguku Sayang? Ah, capek aku lari-lari, ternyata ....”Keesokan harinya aku membuat surat izin untuk tidak mengikuti pelajaran beberapa hari, aku sedang tidak enak badan. Meja selalu mengiang di pikiranku. “Kamu yakin Siva, ini sebentar lagi kita ujian, kalau kamu banyak bolos, nanti kamu ketinggalan.”“Kribo, aku hanya minta kamu kasihkan saja suratku, tidak sedang butuh khotbah, aku sudah lelah dapat khotbah dari ibuku … jadi jangan kau timpal dengan omonganmu yang seolah paling paling benar itu!”“Ok baiklah Nona Siva yang super galak. Tapi bantuin aku sekarang ke kamar mandi dulu, yuk!” ajaknya sambal meringis.“Tolol kau.”Aku berkemas sehelai baju dan celana saja.Melihat ke belakang sekarang, aku merasa (hanya sedikit sakit) malu dengan cara kekuatanku y

  • Aku yang tak mengerti cinta   Murka

    Saat itu sudah sangat malas aku akan bangun, terlambat ke sekolah juga aku tidak peduli. Leo telah tiada saat aku membuka mata, dia memberitahu bahwa mungkin akan pulang sedikit terlambat, ada latihan basket. Kuambil surat yang ditulis dan kubaca ulang hingga beberapa kali. Dibawahnya terdapat uang dengan lembaran lima puluh ribuan dengan jumlah dua lembar. “Ini untuk beli sarapan dan untuk jajan,” katanya.“Ah aku tidak sabar ingin bertemu Leo lagi.”Sambil menunggu kedatangannya, kuintai seluruh sudut dan bidang dari barang-barang yang ada di kamarnya. Tetapi, mataku tertahan pada sebuah benda yang berdiri di atas lemari pakaiannya. Sebuah bingkai, namun bukan perkara bingkainya, yang menjadi mataku melotot adalah foto yang ada di dalam bingkai.“Ini apa sih maksudnya Leo!?”Meskipun Le

  • Aku yang tak mengerti cinta   Mendapat hukuman

    Aku ingat saat berkunjung di asrama kali pertama dan berusaha membaur, untuk menambah masa tinggalku lebih lama, mungkin untuk menghindari keisengan mereka. Saat ini kembali ke kamar tidur yang berantakan setelah kutinggal beberapa hari. Ada saat-saat ketika ruangan tampak lebih dingin di dalam daripada di luar dan aku tidur karena seprai yang terasa dingin dan lembap, kupastikan di beberapa bagian. “Anjing ... ah si Kribo bikin ulah ini, pasti dia yang berbuat di sembarang tempat."Aku paham, anak satu itu kecenderuangan lebih bergairah, asli bau busuk, mungkin tidak sadar dia bahwa berhubungan dengan kain fakta bahwa jamur tumbuh tidak terkendali di bekas kain yang dipakai. Napsu itu tumbuh di sebuah ruangan di mana, alih-alih ruang kosong dan pikiran mengembang ke penjuru dunia dewasa, terkadang aku juga begitu, tidak hanya Kribo.Menjelang sore berbeda. Kribo punya rahasia yang harus d

  • Aku yang tak mengerti cinta   Aku merasa sendiri

    Ibuku tiba-tiba datang, bersama Kribo, dan mereka menyeringai di seberang dari aku berdiri. Dan di mana aku dalam semua ini … yang sebenarnya diikuti oleh mereka?“Ah, menyebalkan.”Di tengah kebingungan, mungkin tidak mengherankan bahwa Tuhan memberi kasih dengan mendatangkan mereka, di masa sulit.Sejujurnya, bagaimanapun, aku tidak bisa berpura-pura bahwa memiliki perasaan rindu, sama dengan anak-anak lain, dan sebagian besar teman di sekolah.Kompromi dari usia mereka yang lebih tua, Kribu dan ibuku, mereka membuatku merasa diperhatikan. Dalam kesadaran, aku dapat melihat mereka mendekat, sikapkuterhadap mereka agak canggung.“Siva, maafin Ibu ya!”“Hah?”Aku tidak pernah meragukan cintanya, tetapi, tiba-tiba mem

  • Aku yang tak mengerti cinta   Mual

    Kribo, dia selalu mengatakan kepadaku bahwa berada di asrama lebih baik daripada kehidupan kejam yang ada di luar sana. Dia tidak tahu, jika aku jalani di rumah bersama ibu jahat aslinya dan betapa kacaunya setiap hari.“Kamu menjadi seperti itu karena dibutakan atas satu kesalahan orangtua, Siv. Kamu harus pulang sesekali, meski sebentar.”“Apa kamu bilang, satu? Mereka banyak menyakiti aku. Ayaku dan Ibuku sama saja, mereka tidak peduli padaku Bo. Sudah ya, jangan ngomongin soal itu! aku muak.”“Aku pikir, kamu akan kuat melebihi aku. Keberanianmu saat melakukan aksi, aku ingat itu, dan aku rindu kamu yang seperti itu, Siv.”“Hm, entahlah, aku juga tidak tahu apa yang aku akan lakukan.”“Pulang! Pulanglah dan temui Ibumu!”

  • Aku yang tak mengerti cinta   Hamil ini!

    Aku menyusuri jalanan berumput yang layu karena senja sore. Langit masih kuning, sinar mentari belum tenggelam untuk tidak lagi menerangi bumi. Terik panas masih menyayat di kulit, membuatku beberapa kali mengosok-dosok lengan dan mata memicing sesekali. Rambutku masih semeriwing diterpa angin, efek hanyut dalam alam. Masih dengan baju tidurku, masih berjalan agak sempoyongan, karena lelah menopang tubuh sudah terkuras tenaganya.Tujuanku adalah toko obat, langkahku terhenti ketika melihat seorang diri sedang melamun di pinggir jalan. Dia duduk membelakangiku.Di luar sepengetauanku, saat melintasi dan berbalik, rupanya ....“Ali,” kataku setengah tidak yakin sambil mengucek-ngucek mata, agak dibuat heran. Tidak ada respon dari cowok yang kupanggil, bahkan berkedip pun tidak. “Ali ...,” teriakku, tetapi tetap saja, dia masih berdiam. Sedeki

  • Aku yang tak mengerti cinta   Doa melepaskanku begitu saja

    Pemahamanku tentang fakta bahwa ada perbedaan yang jelas terlihat antara aku dan Leo. Seks di luar nikah sudah terjadi.Pada kesempatan yang tidak diharapkan, berhentisekolah, lalu perut semakin hari semakin membesar, itu yang ada dibenakku.Mengingat pada usia belasan tahun masih layak bermain dan bercanda di sekolah. Aku tidak polos, Itu semua sangat kututup rapat, dan semuanya biar waktu yang mengungkap.Ironisnya, aku sekarang menghabiskan banyak waktu dengan orang yang tidak kusuka, sebagai seorang anak, aku selalu menjadi orang yang yang tidak berguna sekali dan tidak menunjukkan tingkat sensitifitas yang tinggi. Terlalu ada perubahan hormon, pemalu hamil, mungkin faktornya.Menjadi siswi pensiun dini bukan suatu keharusan, tetapi, untuk mempertimbangkan berbagai hal.Aku melihat lampu kamar ibu nampak gelap, dari halaman terlihat seperti bia

Latest chapter

  • Aku yang tak mengerti cinta   Kemana anakku?

    Mendapat kabar, Leo belum pulang bersama pengasuh yang kusewa, dan aku tidak tahu di mana keberadaannya. Aku masuk ke mobil, dan mengambil jalan. Hanya mengikuti hati saya seolah-olah ada semacam naluri yang mengarahkan. Setelah setengah kilo jauhnya, aku menemukan mobil Deep diparkir di lahan liar.Dia pasti melihatku berhenti dan parkir di jalan karena dia dan Kribo tiba-tiba muncul di ambang pintu bersama teman sekolahnya yang lain.“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Deep.Saya menangis. “Apa yang kalian lakukan di sini?” aku agak kesal, marah dan tidak ingin marah lagi. Ada konotasi yang marah di depan pintu dengan mereka menjadi heran, mereka menjadi marah dan aku menuntut beberapa jawaban. Akhirnya, mereka membiarkan aku masuk ke dalam dan memberikan kejutan yang tidak pernah aku duga: “Ini Leo … kita hanya meberimu kel

  • Aku yang tak mengerti cinta   Semua pria itu brengsek!

    Sebuah penyesalan terulang kembali dan kini lengkah kesedihanku, pentingnya menjadi acuh sekarang. Akumencatat: Kehilangan satu orangtua dapat dianggap sebagai kemalangan; kehilangan kedua adalah orang kita cintai terlihat seperti kecerobohan. Dalam hal ini, aku pasti salah satu individu yang lebih ceroboh di sekitar.Kegelapan menghinggapiku pada setahun lebih ketika pria yang selalu kulayani setiap dia datang telah hilang dan lenyap seperti ditelan bumi. Ayah apa lagi ... yang tak pernah kukenal, selepas permintaannya tak bisa kusanggupi. Masalah pernapasan anakku telah memburuk tetapi aku dan kesendirian yakin bahwa dia akan dirawat dan disembuhkan oleh Tuhan, disegarkan kembali, untuk kehidupan yang baru. Keyakinanku itu terguncang ketika kulihat kembali memori bersama otakku sedang mengembara semasa ibu masih ada.“Ibu telah pergi dan berkunjung saat aku melahi

  • Aku yang tak mengerti cinta   Merasa menjadi budak wanitanya

    Terlepas dari pengalaman sebelumnya, upayaku masih memiliki sedikit gagasan nyata tentang kebutuhan yang akan kulakuakan sendiri. Aku sangat otodidak memulai pekerjaan yang sebelumnya belum pernah kupelajari dari sedikit melihat pun yang ibu kerjakan. Aku tidak tahu cara mencuci pakaian yang berwarna harus dipisahkan, akibatnya, warna luntur mewabah kesemua rendaman. Belum lagi di sela sedang memasak, anakku sedang tidak baik, akhir-akhir ini sering rewel. Sadar akhirnya, kebanyakan gadis seusiaku belum bisa menjalani ini semua, dalam situasi mempelajari matematika di dalam kelas, itu harusnya, kini mempelajari ilmu sebagai ibu rumah tangga.Saat itulah aku mulai berbaring di lantai, merasa fisikku usdah tidak kuat dalam mengemban kehidupan yang memberatkan. Sejak hari itu, baru aku andalkan kartu pemberian ayah, dan benar, aku manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus menjamah dapur.Dia, sudah menjadikanku budak wanitanya menatap dengan

  • Aku yang tak mengerti cinta   Kado rahasia

    Aku bisa menjadi pendengar tapi tidak memahami keinginan setiap orang, di bagian kehidupan mereka yang mungkin memaahami atau memaafkan oleh sebuah kesalahn, tapi aku tidak. Akan tetapi, ada saatnya, setelah aku melakukan kesadaran selama sekitar satu bulan berikutnya, ketika mulai mengkhawatirkan pengaruh pertumbuhan bayiku, pilihan terhadap masa depanku lebih penting. Dengan keegoin yang kuredam, setidaknya bisa membahagiakan anakku, butuh pertimbangan dari dua sahabatku, Deep dan Kribo yang sengaja kupanggil ke ruamah.“Ketakutanku bertambah setelah serangkaian percakapanku tidak baik dengan istri Ayah, bagiamana anakku dan aku setelahnya jika tenyata aku membeontak dan Ayah memilih wanita itu?”“Aku juga tahu itu pilihan yang sulit, tapi bukannya itu akan menghianati Ibumu … Ibumu mengemban banyak pikiran karena masalaha dengan Ayahmu,” balas Kribo langsung.

  • Aku yang tak mengerti cinta   Wanita baru itu ....

    Aku pikir bisa tangguh, tetapi tidak, banyak hal yang harus bisa menyiapkan kehadiranku ke rumah. Wanita muda untuk sisi kehidupan yang lebih rendah derajatnya sebagai seorang dominasi sial. Sejak melangkah, pertama, setiap mata memandang dan seterusnya fokus pada sebuah objek yang sedang aku bawa bersama dua sahabatku. Mereka melakukanya semacam heran, hal-hal yang sangat jauh dari apa yang telah mereka nilai dan lakukan sebelumnya sehingga aku membuat mereka terkejut. Bukannya belum pernah melihat tentang semua, tetapi hal yang sekarang: bagaimanapun juga langkagku telah memancing perhatian, banyak yang tidak nyaman dengan kehadiranku, ketika itu seisi ruang tamu sekitar sepuluh orang sedang bergosip dan berbicara bebas yang bisa kupastikan itu adalah negatif.“Lihat, yang dibawanya anak haram!”“Iya, dasar tidak tahu malu ….”

  • Aku yang tak mengerti cinta   Perjuangan menjadi ibu

    Situasi sedang tidak baik, sudah larut malam di rumah, aku disandera oleh sakit tak tertahan, yang tidak terkendali dan memegang perut beberapa kali untuk menahannya. Di depan tidak ada seorang pun yang bisa kuandalkan. Aku ketakutan dan kehilangan kata-kata, serta di sisi lain dari pintu depan terkunci, ya seperti itu saat ibu pergi, menggedor-gedor dengan benda tumpul dalam upaya meminta pertolongan juga sia-sia karena tidak ada yang datang menyelamatkanku.Malam itu kurasa dengan sangat berbeda. Telah menerima telepon dari ibu bahwa menginformasikan tidak bisa segera pulang karena ada suatu kendala dan membutuhkan perawatan di Rumah Sakit. Dia memang ibu yang sakit-sakitan, kutahu dari setiap brosur yang dibawanya setelah dari ruamh sakit. Dan bersuara lirihku menahan rasa yang seperti sudah di ujung kehidupanku, “Tuhan ... aku tidak kuat menahannya, huh ... sabar ya Nak! Please jangan keluar dulu!”

  • Aku yang tak mengerti cinta   Jujur, takut sekali

    Melayani dengan hati, kalimat untuk itu moto bekerja dari Rumah Sakit, itu kami lihat ketika baru sampai lobi. Telepon berdering yang menggema dengan orang-orang yang ingin memesan layanan, dansatu sama lain berhubungan antara pasien dan perawat, serta aktivitas masing-masing. Aku bisa merasakan betapa sibuknya mereka.“Apa kita cari Rumah Sakit yang lain?” tanyaku langsung.“Jangan ... kita harus bisa kuat di antara mereka,” kata Deep.“Tapi antrian panjang.”“Ya, sabarlah sebentar, Ibumu akan membawa nomor dan kita segera bertemu Dokternya!” kata Deep. Dan lagi, “mana Ibumu dan Kribo lama sekali, mereka mendaftar atau meminta sumbangan, lama sekali?”“Ya, sabarlah!”“Ei ... ka

  • Aku yang tak mengerti cinta   Aku merasa sendiri

    Rindu sekolah, sekitar paruh hari dengan sabar membawa perutku yang besar dan menunggu setiap anak berhamburan masuk kelas, kuintai dari sebelah gerbang. Perhatianku semula pada kelas Deep dan Kribu, berubah ke objek yang lain. Di mana manita cantik dan anggun sedang saling menyapa sahabatnya, adalah kandidat musuhku, pacar bagi Leo. Tidak mungkin untuk melakukan aksi saat kondisiku tidak memungkinkan lagi.Rupanya posisiku diketahui olehnya. Dia hanya tampak begitu tidak normal saat menatapku dari kejauhan, berpakaian rapi dalam setelan putih abu-abu dan rambut cepol menjadi sensasi wanita seksi setiap inci mata para pria memandang. Tampak sedang mendekatiku, yang menyebalkan, kenap benar-benar mendatangiku lebih dekat. Tetapi, langkahnya terhenti di depan pagar bagian dalam. Terjadi saling tatap, agak lama.Menghindar salah satunya, setidaknya bertekad untuk tidak bereaksi bodoh atas ego. Dan

  • Aku yang tak mengerti cinta   Aku dipermalukan

    Mengecek penglihatan dari kontak lensa dengan kacamata minus, ibu sejak tadi berdiri di ambang pintu, itu meskipun akan keadaanku selalu menganggap dunia di luar sana tidak asyik. Ibu juga membantuku memcahkan masalah dari pikiranku yang sudah terpenuhi hal-hal negatif, dengan wejangan-wejagan, langsung aku mengangguk saat menyuruhku bersiap untuk makan.Namun, dari ucapannya awal sampai akhir, aku tidak menemukan caranya intropeksi atas semua salahnya, tetapi setidaknya itu bisa memberiku kelegaan untuk berpikir baik pada sahabatku. Ibu memang membantuku, dalam hal lain, dengan sejumlah pembayaran kebutuhan kandunganku yang sudah semakin membesar. Aku memang beberapa hari melakukan aktivitas dengan membuat sebuah anyaman di paruh waktu sekaligus, meringankan beban ibuku untuk tidak selalu menerima uang darinya.Kadang-kadang tanpa aku memintanya, ibu memberikanku dengan menaruhnya di atas meja

DMCA.com Protection Status