Semua Bab Aku yang tak mengerti cinta: Bab 1 - Bab 10

25 Bab

Aku

Banyak kehidupan memiliki rahasia; banyak kesalahan yang sudah lapuk akan waktu atau ketidakpercayaan diri, introvert dan tidak pernah dibicarakan lagi. Dalam masalahku, keluargaku memiliki rahasia yang hanya kuketahui melalui gosip kosong ketika berusia lima belas tahun. Aku menemukan sekolah menengah atas, bahwa semua hubungan keluarga yang pernah kualami adalah kebohongan besar. Dua orang yang kukenal sebagai ibu dan ayah, sama sekali bukan ibu dan ayah yang kudambakan—mereka adalah melawan takdir. Ibu kandung yang seharusnya menjaga rumah dan seisinya. Bertahun-tahun berutinitas, meninggalkanku dan memulai sebuah pekerjaan yang sama sekali dibutakan akan waktu. Ali itu menghancurkan impianku. Konon pria adalah ciptaan Tuhan yang istimewa karena melindungi kaum wanita, itu bohong, aku tidak ingin mengenal siapa dia Ali, dan ayah kandungku tidak terlihat di mana pun. Bajingan? Ya, menurutku. Singkatnya, itu adalah waktu yang menyebalkan. Frasa beber
Baca selengkapnya

Flashback

Flashback ke-enam bulan yang lalu.Petualangan pikiranku: Dari perjalanan sehari ke Kuala Lumpur–Malaysia, sebagai kerinduan keluarga dari Indonesia, aku—yang berbasis di Jakarta-Indonesia, bersama ibu berkunjung tepat di penghujung tahun, untuk berlibur. Ayah memang bekerja di sana, kami berencana akan mengunjungi apartemen ayah sebelum melakukan destinasi ke penjuru Malaysia. Tetapi, apartemen berubah menjadi penjara, hatiku beku dan terpenjara seketika menyaksikan orang ketiga di antara ibu dan ayah.Ayah telah menghancurkan sebagian sebagai hadiah untukku, sebagian besar karena perselingkuhan sangat menghidupkan perjalanan bisnis-nya. Yang mengharuskan ayah jauh dari istri dan keluarganya. Tinggal bersama wanita lain di sebuah apartemen.Berakhir kami telah menjelajahi kota tanpa pria brengsek, fantasi dalam pusaran perbelanjaan dan malam yang kulihat ulah ibu menjadi tidak setabil, dalam permainan seks. Ini jauh dari pertama k
Baca selengkapnya

Sekarang

BACK TO NOWBanyak hal baru, terutama ibu dan masanya, dengan gugup di tepi ranjang, aku katakan bahwa aku benci enam bulan yang menyebalkan. Mereka, teman-teman belajar tetapi tidak jarang bersama keluarga. “Aku tidak butuh kasihmu, jangan sentuh pantatku. Nanti malam aku akan kembali ke Darmawangsa.”“Siva … apa yang harus Ibu lakukan untuk menebus semuanya?”“Tidak perlu melakukan apapun, aku hanya senang tidak menerima pengakuan bahwa aku anakmu.”“Cukup Siva! Ibu maaf soal waktu itu.”Aku bangkit dan penyumbat telinga dengan bantal, dan tangisnya menarikku hanyut dalam waktu lampau, aku tidak mau itu terjadi. “Jangan menangis!”Ibu cenderung duduk diam, menungguku akan mengatakan sesuatu. Mungkinkah beliau wanita dengan jenis yang secara alami ingin tahu, atau mungkin lebih rapuh? Yang benar adalah bahwa aku telah membuat mas
Baca selengkapnya

Fall in love

Bergantung pada lemari yang kupajang, sebuah koin milik pebasket yang terjatuh. Aku mungkin akan menambahkan lemari dengan barang lainnya. Dalam kasus ini, pakaian ekstrim sepertinya akan kubutuhkan saat berkencan dengannya. Dia perlu diikat ke bangku dan diikat dengan satu atau lebih tubuhnya, lalu kujilatin.“Oh no ... anak 15 tahun sudah seliar itu.”“Aku tidak meminta pendapatmu Kribo.”“Aku harus mengarahkanmu menjadi gadis kecil normal, biar terlihat santai dan seperti polosnya pada masamu.”“Aku sudah tua maksudmu?”“Oh, bukan aku yang ngomong loh.”“E-ra-la-, whatever ... aku akan berkencan, yes.”***Hanya ketika di bawah pohon, aku mempertimbangkan untuk menawarkan beberapa bentuk bantuan manisan. Aku akan menyodorkan minuman dingin untuknya, tetapi hingga lima menit belum juga usai latihan basketnya. Akan membutuhkan
Baca selengkapnya

Yang darimu

Pukul lima sore aku baru sampai taman belakang, “dia kemana ... Leo sudah pulang, kenapa kamu tidak menungguku Sayang? Ah, capek aku lari-lari, ternyata ....”Keesokan harinya aku membuat surat izin untuk tidak mengikuti pelajaran beberapa hari, aku sedang tidak enak badan. Meja selalu mengiang di pikiranku. “Kamu yakin Siva, ini sebentar lagi kita ujian, kalau kamu banyak bolos, nanti kamu ketinggalan.”“Kribo, aku hanya minta kamu kasihkan saja suratku, tidak sedang butuh khotbah, aku sudah lelah dapat khotbah dari ibuku … jadi jangan kau timpal dengan omonganmu yang seolah paling paling benar itu!”“Ok baiklah Nona Siva yang super galak. Tapi bantuin aku sekarang ke kamar mandi dulu, yuk!” ajaknya sambal meringis. “Tolol kau.”Aku berkemas sehelai baju dan celana saja. Melihat ke belakang sekarang, aku merasa (hanya sedikit sakit) malu dengan cara kekuatanku y
Baca selengkapnya

Murka

Saat itu sudah sangat malas aku akan bangun, terlambat ke sekolah juga aku tidak peduli. Leo telah tiada saat aku membuka mata, dia memberitahu bahwa mungkin akan pulang sedikit terlambat, ada latihan basket. Kuambil surat yang ditulis dan kubaca ulang hingga beberapa kali. Dibawahnya terdapat uang dengan lembaran lima puluh ribuan dengan jumlah dua lembar. “Ini untuk beli sarapan dan untuk jajan,” katanya.“Ah aku tidak sabar ingin bertemu Leo lagi.”Sambil menunggu kedatangannya, kuintai seluruh sudut dan bidang dari barang-barang yang ada di kamarnya. Tetapi, mataku tertahan pada sebuah benda yang berdiri di atas lemari pakaiannya. Sebuah bingkai, namun bukan perkara bingkainya, yang menjadi mataku melotot adalah foto yang ada di dalam bingkai.“Ini apa sih maksudnya Leo!?”Meskipun Le
Baca selengkapnya

Mendapat hukuman

Aku ingat saat berkunjung di asrama kali pertama dan berusaha membaur, untuk menambah masa tinggalku lebih lama, mungkin untuk menghindari keisengan mereka. Saat ini kembali ke kamar tidur yang berantakan setelah kutinggal beberapa hari. Ada saat-saat ketika ruangan tampak lebih dingin di dalam daripada di luar dan aku tidur karena seprai yang terasa dingin dan lembap, kupastikan di beberapa bagian. “Anjing ... ah si Kribo bikin ulah ini, pasti dia yang berbuat di sembarang tempat."Aku paham, anak satu itu kecenderuangan lebih bergairah, asli bau busuk, mungkin tidak sadar dia bahwa berhubungan dengan kain fakta bahwa jamur tumbuh tidak terkendali di bekas kain yang dipakai. Napsu itu tumbuh di sebuah ruangan di mana, alih-alih ruang kosong dan pikiran mengembang ke penjuru dunia dewasa, terkadang aku juga begitu, tidak hanya Kribo.Menjelang sore berbeda. Kribo punya rahasia yang harus d
Baca selengkapnya

Aku merasa sendiri

Ibuku tiba-tiba datang, bersama Kribo, dan mereka menyeringai di seberang dari aku berdiri. Dan di mana aku dalam semua ini … yang sebenarnya diikuti oleh mereka?“Ah, menyebalkan.”Di tengah kebingungan, mungkin tidak mengherankan bahwa Tuhan memberi kasih dengan mendatangkan mereka, di masa sulit. Sejujurnya, bagaimanapun, aku tidak bisa berpura-pura bahwa memiliki perasaan rindu, sama dengan anak-anak lain, dan sebagian besar teman di sekolah.Kompromi dari usia mereka yang lebih tua, Kribu dan ibuku, mereka membuatku merasa diperhatikan. Dalam kesadaran, aku dapat melihat mereka mendekat, sikapku terhadap mereka agak canggung.“Siva, maafin Ibu ya!”“Hah?”Aku tidak pernah meragukan cintanya, tetapi, tiba-tiba mem
Baca selengkapnya

Mual

Kribo, dia selalu mengatakan kepadaku bahwa berada di asrama lebih baik daripada kehidupan kejam yang ada di luar sana. Dia tidak tahu, jika aku jalani di rumah bersama ibu jahat aslinya dan betapa kacaunya setiap hari.“Kamu menjadi seperti itu karena dibutakan atas satu kesalahan orangtua, Siv. Kamu harus pulang sesekali, meski sebentar.”“Apa kamu bilang, satu? Mereka banyak menyakiti aku. Ayaku dan Ibuku sama saja, mereka tidak peduli padaku Bo. Sudah ya, jangan ngomongin soal itu! aku muak.”“Aku pikir, kamu akan kuat melebihi aku. Keberanianmu saat melakukan aksi, aku ingat itu, dan aku rindu kamu yang seperti itu, Siv.”“Hm, entahlah, aku juga tidak tahu apa yang aku akan lakukan.”“Pulang! Pulanglah dan temui Ibumu!”
Baca selengkapnya

Hamil ini!

Aku menyusuri jalanan berumput yang layu karena senja sore. Langit masih kuning, sinar mentari belum tenggelam untuk tidak lagi menerangi bumi. Terik panas masih menyayat di kulit, membuatku beberapa kali mengosok-dosok lengan dan mata memicing sesekali. Rambutku masih semeriwing diterpa angin, efek hanyut dalam alam. Masih dengan baju tidurku, masih berjalan agak sempoyongan, karena lelah menopang tubuh sudah terkuras tenaganya.Tujuanku adalah toko obat, langkahku terhenti ketika melihat seorang diri sedang melamun di pinggir jalan. Dia duduk membelakangiku.Di luar sepengetauanku, saat melintasi dan berbalik, rupanya ....“Ali,” kataku setengah tidak yakin sambil mengucek-ngucek mata, agak dibuat heran. Tidak ada respon dari cowok yang kupanggil, bahkan berkedip pun tidak. “Ali ...,” teriakku, tetapi tetap saja, dia masih berdiam. Sedeki
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status