Share

bab 75

“Papa mau ke mana?”

“Ke sawah, Gilang mau ikut?”

“Jangan ke sawah ya, nanti siapa yang mau nyalamin para tamu?”

“Tamu?”

“Iya, kan nanti banyak tamu datang. Masa Gilang sendirian?”

Namanya Gilang Bima Sakti. Anak lelaki yang dilahirkan Syarifah 5 tahun yang lalu. Anaknya cerdas, pintar dan tentu saja kelebihanku ternyata menurun padanya. Padahal saat kehamilan Syarifah, aku berdoa agar kelebihan ini hanya diberikan padaku saja, bukan anak turunanku. Sayangnya, doa itu sepertinya nyangkut di pohon toge sehingga anakku pun memiliki indra ke-6 yang juga bisa melihat sesuatu yang tak dilihat orang lain.

“Kakung di sana, masa Papa nggak bantuin?”

“Please,” ucap bocah bermata bulat itu.

Aku menengok pada Syarifah yang sibuk memasukan bekal makanan ke wadah dan akan aku bawa ke sawah. Niatnya kami memang akan menyusul tapi anak kami tak mengizinkan. Kami belum berani bertindak kalau Gilang sudah melarang.

“Biar Mama saja, ya? Papa nggak usah ikut.”

“Nggak, Mam, di rumah aja. Sebentar lagi ju
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status