Share

bab 76

Kematian Bapak membuat rumah yang kami huni ini terasa begitu sepi. Apalagi hanya aku dan Syarifah serta anakku Gilang yang menempati. Meski begitu, aku tak berniat untuk menjualnya. Teringat dengan kata kata dari Bapak di mana beliau ingin sekali aku mengelola sawah dan juga lahan sebagai pusat kehidupanku dan juga pelestarian pertanian di desa ini.

Siang itu aku dan Hamzah datang ke pesantren. Seperti biasanya, aku akan mengajak beberapa santri mencari rumput untuk ternak ternak kami. Setelah beberapa tahun menikah, banyak sekali perkembangan di desaku. Dari masyarakatnya yang sudah tak bergantung pada pekerjaan di rantau dan juga masyarakatnya sudah tak malas lagi bertani. Itu karena aku mengajarkan mereka cara bertani yang baik dan benar sehingga hasil olahan bisa dijual dengan harga yang pantas.

“Pak, aku mau ke sana sebentar,” ucap Gilang menunjuk pohon beringin besar yang tumbuh di depan pesantren.

“Mau ngapain? Jangan ke tempat tempat aneh ah!” ucap Syarifah mencegah anak lana
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status