Kesalahan pertamanya adalah saat ia menjual tubuhnya pada sang iblis rupawan ini.
“Akh! Ja-jangan seperti ini, Pak. Saya–”
Sreeek! Suara robekan blus itu terdengar nyaring di telinga Serra.
“Bukankah ini yang kau inginkan sejak awal?” Suara dalam pria itu menggelitik telinga Serra. “Jangan pura-pura di depanku. Wanita yang menjual dirinya sendiri tidak mungkin suci.”
Serra memalingkan wajahnya yang memerah, merasa marah dan terhina karena dirinya tengah direndahkan.
Namun, ia tidak bisa menolak. Karena dirinya membutuhkan pria ini.
Tiga ratus juta. Kata-kata itu yang selalu terngiang di telinga Serra setelah bertemu dengan dokter yang menangani adiknya di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Adiknya, Naina, harus segera menjalani operasi pertamanya untuk mengangkat sel kanker.
Sudah sejak enam bulan yang lalu adiknya, mengalami sakit kepala yang hebat. Baru beberapa waktu belakangan ini, mereka menemukan sel kanker di otak gadis belia berumur 17 tahun itu. Karenanya, sebelum sel kanker menyebar dan menjadi ganas tim dokter memutuskan untuk mengangkatnya.
Namun, sekalipun Serra berusaha setengah mati, gaji, tabungan, dan bahkan pinjaman tak akan mungkin cukup untuk membiayai semua pengobatan adiknya.
Karenanya, mengabaikan harga diri Serra, wanita itu memutuskan untuk menjual satu-satunya yang ia miliki pada pria iblis di hadapannya ini; kehormatannya.
Reynard Jayde Alexander. Pria muda ini mendirikan sekaligus memimpin Jayde Corp, sebuah perusahaan yang bersaing dengan bisnis keluarganya sendiri, Alexander Group, penguasa negeri ini.
Pria ini pasti mampu memberikan apa yang Serra mau.
"Apakah benar Anda akan membayar saya?" ucap Serra, memberanikan diri untuk menatap netra cokelat gelap pria di depannya. Ia sudah menawarkan dirinya–hanya tinggal bicara soal harga jika memang pria ini … bersedia membelinya.
Seperti yang Reynard lakukan sebelum-sebelumnya–atau begitulah yang Serra dengar.
Sudah kepalang basah, ia juga tak punya pilihan lain. Persetan dengan harga dirinya, yang ia tahu hari ini juga ia harus mendapatkan uang pengobatan Naina.
Sekali lagi, Serra menangkap sorot mata sinis milik Reynard. Pria itu tengah tersenyum miring, tampak meremehkannya.
“Berapa kau hargai dirimu?” ucap Reynard. Iblis tampan tersebut memainkan jemarinya di rambut Serra, membuat gadis itu bergidik.
“Tiga ratus juta,” jawab Serra langsung. “Dan saya butuh hari ini juga.”
Reynard membawa tangannya turun, menyentuh cuping telinga Serra, lalu turun ke leher jenjang wanita itu, lalu mengelus dagu Serra dengan ibu jarinya.
“Terburu-buru sekali,” komentarnya dengan nada dingin.
Tiba-tiba tangan kekar pria itu mencengkeram dagu Serra, membuatnya terkesiap.
Serra berniat mundur, tapi tangan Reynard yang bebas melingkari pinggulnya, menahan tubuh wanita itu agar tetap melekat padanya.
“Kau menghargai dirimu begitu tinggi,” ucap Reynard. “Layanan apa yang bisa kau berikan padaku jika aku membayarmu sebanyak itu?”
Serra ingin menangis dengan semua penghinaan yang ia terima, tapi ia menguatkan dirinya. Wanita itu menelan isak tangis dan suaranya yang gemetar, lalu berucap tegas, “Anda bisa mengetahuinya setelah memberikan yang saya minta.”
“Heh.” Reynard terkekeh pelan, terdengar mengerikan. “Baiklah. Jadi aku bisa melakukan apa pun?”
Serra menelan ludah. Ia tidak sanggup menjawab dan hanya mengangguk sembari memikirkan penderitaan adiknya.
Tiba-tiba Reynard menyingkap blouse yang Serra kenakan hingga kini dada atas dan bahu mulus wanita itu terekspos dengan jelas.
Serra memejamkan mata dengan berkali kali membuang napasnya perlahan, menelan semua penolakan dan harga dirinya. Apa pun harus ia lakukan demi gadis itu! Naina adalah amanat dari mendiang kedua orang tuanya.
Tiba-tiba Serra harus menahan rasa sakit ketika Rey mendorong tubuhnya secara kasar hingga tubuhnya terlempar di atas sofa. Dengan seringainya Rey sudah mengendurkan dasinya dan kini sudah berdiri menjulang di depannya.
Blouse-nya yang memang sudah terbuka menjadikan netra iblis itu seakan sedang menelanjanginya. Membuat Serra harus membuang pandangannya,
"Lihat aku.”
Perintah pria itu terdengar tegas, membuat tubuh Serra bergetar.
Wanita itu meneguhkan hatinya dan mengarahkan pandangannya ke arah sang atasan, sekalipun ia sedang ketakutan setengah mati. Serra bahkan tidak bisa membayangkan apa yang akan iblis itu lakukan pada dirinya.
Akan tetapi, sepertinya dunia masih sedikit berbelas kasih padanya.
Ceklek!
“Kak? Oh, sepertinya aku datang di waktu yang tidak tepat.”
Serra buru-buru bangkit duduk dan membenahi pakaiannya saat dua orang pria berbadan tinggi besar masuk ke dalam ruangan, sementara Reynard berdecak kesal. Wajah wanita itu merah padam.
“Biasakan ketuk pintu,” ucap Reynard kesal. Ia berdiri di depan Serra, menghalangi pandangan dua tamunya pada gadis itu. “Apa apa kemari?”
Salah seorang pria di sana mendengus. “Selesaikan dulu urusanmu, Kak.”
Setelah mengatakan itu, pria itu kembali keluar ruangan, membuat Reynard kembali menatap Serra yang kini sudah kembali rapi berkat blazer yang tadi sempat ia lepaskan.
“Kau,” ucap pria itu. “Keluar. Aku akan memanggilmu lagi nanti setelah aku selesai.”
Dengan tergesa, Serra berdiri. Tampak ingin segera kabur dari sana.
Namun, ia teringat sesuatu.
“P-Pak, bagaimana dengan uangnya?” ucap Serra. “Saya butuh sekarang.”
Nasib adiknya bergantung pada dana dari iblis mengerikan ini.
Reynard balas memandang Serra. Tatapannya meremehkan.
"Sepertinya kau memang benar-benar ingin segera bercinta denganku, Nona," komentar pria itu, membuat Serra membelalak. Bukan itu maksud Serra.
Namun, sebelum Serra bisa menyangkal, Reynard menyodorkan ponselnya pada gadis itu sembari berkata, “Masukkan nomor rekeningmu.”
Dengan tangan gemetar karena gugup dan tidak percaya, Serra mengetikkan nomor rekeningnya ke sana dan menyerahkan ponsel itu kembali pada Reynard.
Segera setelahnya, Reynard menunjukkan bahwa ia sudah mentransfer uang ke rekening gadis itu.
“Sekarang, kau benar-benar ada dalam kuasaku, Nona Serra.”
“Sekarang, kau benar-benar ada dalam kuasaku, Nona Serra.”Serra merasakan tengkuknya terasa dingin saat Reynard mengatakan itu, tapi ia mencoba untuk meneguhkan hati.Dana sudah di tangan. Adiknya bisa dioperasi.“Terima kasih, Pak,” ucap Serra. “Kalau begitu saya permisi. Selamat sore.”Dengan tergesa, Serra melangkah keluar ruangan. Wanita itu agak terkejut saat mendapati dua orang pria yang tadi sempat masuk ke ruangan CEO yang ditinggalkannya tengah menunggu di depan pintu. Namun, Serra tidak peduli dan melanjutkan langkahnya.Tidak menyadari bahwa salah seorang dari pria itu menatap kepergiannya, bahkan hingga Serra hilang dari pandangan.“Hm, mainan baru Kak Rey?” gumam pria itu dengan ekspresi yang tidak terbaca. “Menarik.”***"Sayang? Serra?"Setelah lolos dari iblis tampan itu, Serra bisa bernapas dengan lega. Ia mengambil tas di ruangannya dan segera turun untuk pergi ke rumah sakit dan mengurusi adiknya tanpa bisa melakukan pendampingan.Karenanya, saat ibu angkatnya, Ja
"Kau sangat seksi Kathleen sayang, apa kau akan pergi bersama kekasih bodohmu itu?"Seorang pria bertubuh tinggi besar terlihat memeluk dari belakang seorang wanita yang sedang berdiri di depan meja riasnya, sepertinya umur mereka terpaut cukup jauh. Wanita itu berusaha menepis ketika bibir pria itu mulai menelusuri leher belakangnya."Ckk menjauhlah Dex, malam ini adalah malam yang sangat penting! Jangan membuat semua menjadi kacau, kemungkinan besar Gio ingin membicarakan tentang pernikahan kami," sahut Kath sambil mengoles bibirnya dengan pewarna bibir warna nude.Sebagai seorang artis tentu saja ia sangat pandai merias dirinya. Walau usianya masih menginjak dua puluh tahun tapi saat ini namanya dikenal sedang naik daun. Dia dan Giorgio Alexander sudah menjalin hubungan sejak tiga tahun yang lalu. Salah satu pewaris Alexander itu menyatakan cintanya bahkan saat mereka masih di bangku sekolah menengah atas.Dan Dexter Stockholm adalah pria yang selama ini menjadi sugar daddynya, mer
"Kalian pasangan yang serasi, anda terlihat sangat mencintai kekasih anda Tuan Gio," ujar Serra yang saat ini sudah duduk diruang makan bersama Giorgio dan Kathleen. Para pelayan terlihat sudah menyiapkan sajian di meja makan. Tapi ketiganya belum juga memulai karena menunggu kehadiran Reynard. Pria itu belum juga turun dari kamarnya di lantai atas.Serra duduk tepat didepan sepasang kekasih yang duduk bersisian, terlihat Kath sengaja menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Gio. Sungguh Kath tak suka dengan pembawaan wanita yang duduk didepannya. Ketenangan Serra malah membuat hatinya menjadi khawatir.Entah, tapi Kath merasa kekasihnya mempunyai sedikit perhatian pada wanita yang baru saja mereka kenal itu. Walau hanya seorang pegawai tapi sikap dan penampilan Serra sangat elegan. Jika wanita lain di luar sana akan mati matian menunjukan rasa kagum pada Giorgio tapi Serra sebaliknya. Serra terlihat begitu tidak peduli dengan penampakan sempurna didepannya, dan Kath tahu itu mung
Serra terkejut ketika melihat seorang pria tambun sedang mencengkeram dan menarik dua tangannya. Bibirnya bahkan mendesis kesakitan karena cengkeraman pria itu ditangannya."Ingin mencuri Nona? Sepertinya anda datang di tempat yang salah," ujar pria itu menarik kasar tangan Serra agar mengikuti langkahnya. Tapi sebelum mencapai pintu keluar garasi seorang pria tampan menghadang langkah mereka. Dan sebuah pukulan mendarat di rahang pria bertubuh tambun itu."Berengsek lepaskan dia! Nona Serra adalah tamu kita, apa yang kau lakukan padanya?!"BUGGHHH...Tak cukup sekali, sebuah pukulan dilayangkan sekali lagi oleh pewaris kedua Alexander hingga pria bertubuh tambun itu terpelanting ke lantai. Serra yang bisa membaca situasi langsung menghadang tubuh Gio yang sepertinya mulai kalap.Dia tak ingin memicu keributan di mansion, apalagi ini adalah pertama kalinya ia menginjakkan kaki ditempat ini."Maaf, tapi tadi saya tidak melihat Nona ini masuk. Maafkan saya Tuan!" kata pria tambun itu de
Reynard menghentikan mobilnya ketika sudah sampai di sebuah rumah kayu yang ada di pinggiran kota. Satu satunya rumah yang ada di area itu. Wajar jika tak ada satupun rumah disana karena tepat di depan rumah kayu adalah hutan lindung yang dipenuhi oleh binatang buas berkeliaran. Butuh satu jam perjalanan untuk bisa keluar dari area hutan dan menemukan pemukiman penduduk. Sesekali terlihat kendaraan lewat hanya pada saat siang hari.Di halaman rumah terlihat lima pria sedang duduk mengitari api unggun. Mereka langsung berdiri ketika melihat kedatangannya."Tuan Reynard...." Salah satu dari kelima orang itu mengikuti langkah Rey menuju teras rumah."Tuan ingin minum sesuatu?""Tidak. Apa ada sesuatu yang harus aku dengarkan?" tanya Rey melihat pria disampingnya belum juga pergi. Sang penjaga hanya menggeleng pelan karena tahu jika Reynard butuh waktu untuk beristirahat.Tapi dugaannya salah, sepertinya akan ada pertemuan bisnis malam ini.Di arah depan terlihat mobil sport hitam kelu
"Bagaimana dengan pengiriman kita ke Jepang?" tanya Reynard ketika berpapasan dengan Bryan di basement gedung Jayde's tempat mobilnya terparkir. Dari rumah kayu Reynard langsung pergi ke perusahaan hingga saat ini pria itu masih terlihat mengenakan pakaian kasualnya. Setelan kaos hitam berpadu dengan celana jeans warna senada sama sekali tak mengurangi aura dinginnya."Selamat pagi Tuan, pagi tadi orang kita mengabarkan jika pengiriman kita ke Jepang mengalami sedikit kendala. Tapi masih bisa di atasi.""Lagi? Ada yang kau sembunyikan dariku?" tanya Reynard tanpa melihat lawan bicaranya, mereka sudah ada di lift khusus yang akan membawa mereka di lantai atas.Dia merasa akhir akhir ini ada sesuatu yang mengganggu jalannya perusahaan. Masih bisa diatasi, dan bukanlah hal besar tapi tetap saja dia ingin semua berjalan sempurna. "Tuan Luiz Fernandez terbunuh semalam saat kunjungannya di Dubay. Jadi ada beberapa pengiriman yang harus kita tunda. Menurut yang saya dengar bisnisnya diterus
Serra bernafas lega karena Cindy sudah menyelamatkannya dari ancaman yang hampir saja membuatnya terkapar di sofa ruangan presdir, saat Reynard kalap ingin menyentuhnya. Tapi sebelum Reynard melaksanakan niatnya, Cindy masuk ke ruang Presdir untuk menyerahkan laporan dan memberitahukan apa saja jadwal hari ini. Pagi ini Reynard harus menghadiri rapat semua divisi yang biasa dilakukan pada akhir bulan.Walau sangat menyebalkan wanita yang merasa dirinya paling sempurna itu ternyata bisa menjadi dewi penolongnya.Saat ini Serra sedang menata meja barunya yang ditempatkan tepat disamping meja sekretaris utama. Dia tak peduli dengan tatapan meremehkan Cindy karena mejanya memang tidak sebesar milik wanita itu. "Setelan baju dan tas yang cukup bagus, tapi jika hanya bermodal itu kau tak akan bisa mendapatkan presdir kita!" cibir Cindy yang tadi sempat melihat Serra ada di dekapan Reynard. Sang presdir idolanya bahkan tak pernah melihat ke arahnya walau ia sudah berusaha tampil sempurna.
"Tuan Muda berkata jika kami harus bisa membuat anda tampil sempurna malam ini. Tapi saya rasa tanpa perawatan dari kami pun anda terlihat sangat sempurna Nona," ujar salah satu spa therapist yang saat ini sedang memijat kakinya. "Terimakasih, anda sangat berlebihan," sahut Serra masih canggung. Orang orang itu melayaninya dengan sangat baik, dirinya seperti diratukan saat ini Baru sekali dia melakukan perawatan diri selengkap ini. Bukannya senang, Serra malah merasa janggal dengan apa yang di lakukan Reynard padanya. Pria itu memintanya pulang hanya untuk perawatan tubuh dan wajah. Ia yakin jika semua orang yang ditugaskan melayaninya adalah profesional dengan bayaran sangat mahal. Dan bagaimana pria itu bisa memikirkan hal seperti ini untuknya?"Anda tahu? Tuan Muda sendiri yang memilih semua bahan yang kami gunakan untuk perawatan anda. Dia memilih bahan istimewa untuk wanita yang istimewa."Jika wanita lain mungkin akan merasa tersanjung dengan apa yang dilakukan iblis itu unt