Share

Jerat Obsesi Dua Presdir Berkuasa
Jerat Obsesi Dua Presdir Berkuasa
Author: Lindra lfana

1. Demi sang Adik

Kesalahan pertamanya adalah saat ia menjual tubuhnya pada sang iblis rupawan ini.

“Akh! Ja-jangan seperti ini, Pak. Saya–”

Sreeek! Suara robekan blus itu terdengar nyaring di telinga Serra. 

“Bukankah ini yang kau inginkan sejak awal?” Suara dalam pria itu  menggelitik telinga Serra. “Jangan pura-pura di depanku. Wanita yang menjual dirinya sendiri tidak mungkin suci.”

Serra memalingkan wajahnya yang memerah, merasa marah dan terhina karena dirinya tengah direndahkan.

Namun, ia tidak bisa menolak. Karena dirinya membutuhkan pria ini.

Tiga ratus juta. Kata-kata itu yang selalu terngiang di telinga Serra setelah bertemu dengan dokter yang menangani adiknya di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Adiknya, Naina, harus segera menjalani operasi pertamanya untuk mengangkat sel kanker.

Sudah sejak enam bulan yang lalu adiknya, mengalami sakit kepala yang hebat. Baru beberapa waktu belakangan ini, mereka menemukan sel kanker di otak gadis belia berumur 17 tahun itu. Karenanya, sebelum sel kanker menyebar dan menjadi ganas tim dokter memutuskan untuk mengangkatnya. 

Namun, sekalipun Serra berusaha setengah mati, gaji, tabungan, dan bahkan pinjaman tak akan mungkin cukup untuk membiayai semua pengobatan adiknya. 

Karenanya, mengabaikan harga diri Serra, wanita itu memutuskan untuk menjual satu-satunya yang ia miliki pada pria iblis di hadapannya ini; kehormatannya.

Reynard Jayde Alexander. Pria muda ini mendirikan sekaligus memimpin Jayde Corp, sebuah perusahaan yang bersaing dengan bisnis keluarganya sendiri, Alexander Group, penguasa negeri ini.

Pria ini pasti mampu memberikan apa yang Serra mau.

"Apakah benar Anda akan membayar saya?" ucap Serra, memberanikan diri untuk menatap netra cokelat gelap pria di depannya. Ia sudah menawarkan dirinya–hanya tinggal bicara soal harga jika memang pria ini … bersedia membelinya.

Seperti yang Reynard lakukan sebelum-sebelumnya–atau begitulah yang Serra dengar.

Sudah kepalang basah, ia juga tak punya pilihan lain. Persetan dengan harga dirinya, yang ia tahu hari ini juga ia harus mendapatkan uang pengobatan Naina.

Sekali lagi, Serra menangkap sorot mata sinis milik Reynard. Pria itu tengah tersenyum miring, tampak meremehkannya.

“Berapa kau hargai dirimu?” ucap Reynard. Iblis tampan tersebut memainkan jemarinya di rambut Serra, membuat gadis itu bergidik. 

“Tiga ratus juta,” jawab Serra langsung. “Dan saya butuh hari ini juga.”

Reynard membawa tangannya turun, menyentuh cuping telinga Serra, lalu turun ke leher jenjang wanita itu, lalu mengelus dagu Serra dengan ibu jarinya. 

“Terburu-buru sekali,” komentarnya dengan nada dingin. 

Tiba-tiba tangan kekar pria itu mencengkeram dagu Serra, membuatnya terkesiap.

Serra berniat mundur, tapi tangan Reynard yang bebas melingkari pinggulnya, menahan tubuh wanita itu agar tetap melekat padanya.

“Kau menghargai dirimu begitu tinggi,” ucap Reynard. “Layanan apa yang bisa kau berikan padaku jika aku membayarmu sebanyak itu?”

Serra ingin menangis dengan semua penghinaan yang ia terima, tapi ia menguatkan dirinya. Wanita itu menelan isak tangis dan suaranya yang gemetar, lalu berucap tegas, “Anda bisa mengetahuinya setelah memberikan yang saya minta.”

“Heh.” Reynard terkekeh pelan, terdengar mengerikan. “Baiklah. Jadi aku bisa melakukan apa pun?”

Serra menelan ludah. Ia tidak sanggup menjawab dan hanya mengangguk sembari memikirkan penderitaan adiknya.

Tiba-tiba Reynard menyingkap blouse yang Serra kenakan hingga kini dada atas dan bahu mulus wanita itu terekspos dengan jelas.

Serra memejamkan mata dengan berkali kali membuang napasnya perlahan, menelan semua penolakan dan harga dirinya. Apa pun harus ia lakukan demi gadis itu! Naina adalah amanat dari mendiang kedua orang tuanya.

Tiba-tiba Serra harus menahan rasa sakit ketika Rey mendorong tubuhnya secara kasar hingga tubuhnya terlempar di atas sofa. Dengan seringainya Rey sudah mengendurkan dasinya dan kini sudah berdiri menjulang di depannya.

Blouse-nya yang memang sudah terbuka menjadikan netra iblis itu seakan sedang menelanjanginya. Membuat Serra harus membuang pandangannya, 

"Lihat aku.” 

Perintah pria itu terdengar tegas, membuat tubuh Serra bergetar.

Wanita itu meneguhkan hatinya dan mengarahkan pandangannya ke arah sang atasan, sekalipun ia sedang ketakutan setengah mati. Serra bahkan tidak bisa membayangkan apa yang akan iblis itu lakukan pada dirinya.

Akan tetapi, sepertinya dunia masih sedikit berbelas kasih padanya.

Ceklek!

“Kak? Oh, sepertinya aku datang di waktu yang tidak tepat.”

Serra buru-buru bangkit duduk dan membenahi pakaiannya saat dua orang pria berbadan tinggi besar masuk ke dalam ruangan, sementara Reynard berdecak kesal. Wajah wanita itu merah padam.

“Biasakan ketuk pintu,” ucap Reynard kesal. Ia berdiri di depan Serra, menghalangi pandangan dua tamunya pada gadis itu.  “Apa apa kemari?”

Salah seorang pria di sana mendengus. “Selesaikan dulu urusanmu, Kak.”

Setelah mengatakan itu, pria itu kembali keluar ruangan, membuat Reynard kembali menatap Serra yang kini sudah kembali rapi berkat blazer yang tadi sempat ia lepaskan.

“Kau,” ucap pria itu. “Keluar. Aku akan memanggilmu lagi nanti setelah aku selesai.”

Dengan tergesa, Serra berdiri. Tampak ingin segera kabur dari sana.

Namun, ia teringat sesuatu.

“P-Pak, bagaimana dengan uangnya?” ucap Serra. “Saya butuh sekarang.”

Nasib adiknya bergantung pada dana dari iblis mengerikan ini.

Reynard balas memandang Serra. Tatapannya meremehkan.

"Sepertinya kau memang benar-benar ingin segera bercinta denganku, Nona," komentar pria itu, membuat Serra membelalak. Bukan itu maksud Serra.

Namun, sebelum Serra bisa menyangkal, Reynard menyodorkan ponselnya pada gadis itu sembari berkata, “Masukkan nomor rekeningmu.”

Dengan tangan gemetar karena gugup dan tidak percaya, Serra mengetikkan nomor rekeningnya ke sana dan menyerahkan ponsel itu kembali pada Reynard. 

Segera setelahnya, Reynard menunjukkan bahwa ia sudah mentransfer uang ke rekening gadis itu.

“Sekarang, kau benar-benar ada dalam kuasaku, Nona Serra.”

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Anggi Saputra
cerita nya menarik
goodnovel comment avatar
Halima Limah
mampir thor
goodnovel comment avatar
Ibrahim Roy Robert
sejauh ini menarik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status