Share

6.One Shot!!

Reynard menghentikan mobilnya ketika sudah sampai di sebuah rumah kayu yang ada di pinggiran kota. Satu satunya rumah yang ada di area itu. 

Wajar jika tak ada satupun rumah disana karena tepat di depan rumah kayu adalah hutan lindung yang dipenuhi oleh binatang buas berkeliaran. Butuh satu jam perjalanan untuk bisa keluar dari area hutan dan menemukan pemukiman penduduk. Sesekali terlihat kendaraan lewat hanya pada saat siang hari.

Di halaman rumah terlihat lima pria sedang duduk mengitari api unggun. Mereka langsung berdiri ketika melihat kedatangannya.

"Tuan Reynard...." 

Salah satu dari kelima orang itu mengikuti langkah Rey menuju teras rumah.

"Tuan ingin minum sesuatu?"

"Tidak. Apa ada sesuatu yang harus aku dengarkan?" tanya Rey melihat pria disampingnya belum juga pergi. 

Sang penjaga hanya menggeleng pelan karena tahu jika Reynard butuh waktu untuk beristirahat.

Tapi dugaannya salah, sepertinya akan ada pertemuan bisnis malam ini.

Di arah depan terlihat mobil sport hitam keluaran Buggati dan dua Range Rover datang beriringan. Sang penjaga menghampiri mobil sport yang ada paling depan. Dia tahu mobil itu adalah milik wakil atasannya, Bryan O'Brien.

Bryan O'Brien, pria berumur tiga puluh tahun itu adalah tangan kanan yang Reynard percaya untuk menangani semua tentang bisnisnya. Dan kebetulan sifat mereka tidak jauh berbeda, mereka sama sama dikenal sebagai  pria dingin dan arogan. Hanya saja Bryan bukanlah pria yang terlalu anti sosial seperti atasannya.

Reynard Jayde adalah orang yang tertutup dan tidak terlalu suka tampil di depan khalayak, jadi Bryan akan selalu menggantikan kehadirannya di acara acara yang melibatkan terlalu banyak orang.

Jika di satu mobil ada enam orang maka tamu mereka kali ini berjumlah sekitar dua belas orang. Penjaga tahu jika atasannya tidak akan suka situasi ramai semacam ini.

Atasannya bukanlah seperti CEO kebanyakan yang akan mengadakan pertemuan ditempat formal atau bahkan di klub malam. Reynard lebih sering bertemu dengan klien ditempat ini, tempat yang menurutnya lebih nyaman untuk berbicara.

"Selamat malam Tuan Bryan," sapa sang penjaga dengan wajah menunduk hormat.

"Aku ingin bertemu dengan Tuan Reynard, kau tahan mereka disini terlebih dahulu sebelum beliau mengijinkan mereka datang."

"Baik Tuan," jawab sang penjaga berjalan ke arah tamu tamunya.

"Kau ingin berpesta disini?" ujar Rey dengan wajah kesal melihat banyaknya tamu yang datang di rumah kayunya.

"Maaf, saya teledor kali ini. Apa saya perlu meminta orang orang Tuan Clarke pergi?"

"Kau tahu benar kenapa aku bersedia bertemu dengan bajingan itu!"

Clarke Anderson bukanlah klien yang baik, dia adalah orang yang congkak. Kerjasama dengan Jayde Corp hanyalah kedok agar bisa bersembunyi ataupun berlindung pada kebesaran nama Reynard. Hal itu membuat para lawan bisnis segan menghadapinya, bisa dipastikan tak ada yang mau berurusan dengan iblis bernama Reynard Jayde.

"Saya tahu, maka anda sendiri yang harus menyelesaikan ini semua. Saya hanya khawatir pria licik itu akan mencari suaka ke Alexander, anda sangat tahu jika Tuan muda Gio terlalu mudah percaya pada orang lain."

Rey mengangguk pelan, ia mengerti apa yang dimaksud oleh wakil CEO-nya. Walaupun adiknya adalah pengusaha yang hebat tapi Gio juga dikenal sebagai sosok ramah dan baik hati. Pria muda itu sudah menjadi ikon idola di negerinya terutama kaum wanita. 

Sejak Jayde Corp menjadi perusahaan besar, hubungannya dengan adiknya sedikit menjauh. Entah...tapi Reynard merasa seperti ada tembok pembatas yang terus menerus dibangun oleh Gio untuknya.

"Aku sendiri yang akan menguburnya hidup hidup jika berani mengacaukan Alexander. Baik, lima menit...setelah itu aku tak ingin melihatnya lagi!" sahut Reynard walaupun moodnya terlanjur buruk. Tiba tiba saja otaknya dipenuhi dengan bayangan ciuman panasnya tadi dengan Serra.

"Saya mengerti," sahut Bryan mengangguk. Hanya dengan mengangkat satu tangan penjaga Alexander langsung mengantar dua tamunya mendekat  Ternyata Clarke Anderson membawa satu orang kepercayaannya.

Satu sudut bibir Reynard terangkat sinis melihat senyum memuakkan dua pria didepannya. 

"Selamat siang Tuan Reynard, senang bisa bertemu dengan anda. Maaf jika saya datang  tanpa konfirmasi terlebih dahulu..." sapa pria bernama Clarke mengangkat satu tangannya berniat untuk berjabat tangan dengan sang CEO Jayde Corp. Tapi tangannya segera turun karena Reynard hanya berjalan melewati seolah tak melihat uluran tangannya.

"Saya tidak ingin memperpanjang kontrak kerja dengan perusahaan anda," kata Rey dengan nada datar, dan Bryan terlihat memberikan sebuah berkas pada orang kepercayaan Clarke.

"Saya tahu jika kerjasama kita akan berakhir, tapi saya rasa tak ada salahnya jika kita terus bekerjasama. Bukankah tak ada yang dirugikan dalam kerjasama kita?" ujar Clarke mencoba melobi, sejak berhasil menjalin kerjasama dengan Jayde's perusahaan miliknya ternyata maju pesat.

"Sayangnya anda harus mengikuti prosedurnya Tuan Clarke, itu artinya anda harus mengajukan permohonan kerjasama lagi seperti dulu. Untuk saat ini perusahaan kami sedang sangat banyak kontrak kerja, dan semua harus berjalan sesuai aturan," jelas Bryan.

"Tapi...."

"Semua sudah jelas, jika proposal anda nantinya disetujui maka saya sendiri yang akan mengabari anda," kata Bryan berharap dua pria didepannya segera pergi, dia merasakan jika Reynard sedang dalam mood yang tidak baik.

"Tidak bisa begini, anda tidak boleh berbuat semaunya!" kilah pria berkacamata yang duduk disamping Clarke, dia tak menyadari kilat kemarahan di mata pria muda yang duduk selurusan dengannya.

DORRRR...

"Enyah kau!!"

""A-apa ini..." cicit Clarke dengan wajah shock melihat orang kepercayaannya terbujur dengan lubang tepat di tengah keningnya. Bahkan bajunya sebagian berwarna merah karena terkena cipratan darah.

"Aku tidak suka pembangkang!!"

Dan senyum iblis itu semakin merekah ketika melihat dua belas pria penjaga yang di bawa oleh Clarke bersiaga dengan sudah bersiaga dengan senjata masing masing. 

"Kita berpesta malam ini...."

*

Di saat yang sama Serra sudah memarkirkan mobilnya di area parkir rumah sakit. Keberadaan dirinya dan mobil mewah yang ia kendarai sempat menjadi pusat perhatian orang orang disana. Apalagi penampilannya yang elegan mampu membuat gerah kaum pria yang melihatnya.

"Ibu, bagaimana dengan Naina? Belum sadar juga?"

Seorang wanita parubaya tampak berdiri dan tersenyum melihat kedatangannya. Mereka ada didepan ruang rawat Naina, adiknya.

"Kami tidak akan bisa melewatinya tanpa ibu, terimakasih!" Serra memeluk wanita yang sejak ia kecil sudah menjadi pengganti orang tuanya.

"Naina gadis yang hebat, dokter mengatakan jika keadaannya sangat stabil. Ini sudah malam, kau datang sendirian?"

"Aku meminjam mobil dari seorang teman, kebetulan tadi atasanku mengadakan meeting di tempat yang tak jauh dari sini" sahut Serra gugup, ia terpaksa berbohong karena tidak mungkin ia mengatakan semuanya pada ibunya.

Sedang Jane tetap tersenyum lembut walau ia tahu putri sulungnya tidak berkata jujur.

Dia tahu jika akhir akhir ini Serra sedang berjuang mati matian agar bisa membiayai pengobatan Naina. Serra adalah wanita mandiri yang selalu ingin menyelesaikan masalahnya sendiri. 

"Aku ingin bertemu sebentar dengan dokternya...."

"Tentu saja, tadi aku sudah menemuinya tapi lebih baik kau juga menemuinya agar bisa mendengar sendiri bagaimana perkembangan Naina."

Setelah berjalan melewati koridor yang cukup panjang akhirnya sampailah Serra diruangan dokter yang menangani adiknya. Ada dua dokter yang sepertinya sengaja menunggunya, mereka terlebih dulu menyapa Serra yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.

"Selamat malam Nona Serra, anda terlihat cantik malam ini," sapa salah seorang dokter yang umurnya terlihat lebih muda dari dokter yang duduk disampingnya. Dan sapaan itu membuat dokter lainnya tertawa kecil.

Wanita yang baru saja datang ke ruangan mereka memang tampil sempurna. 

"Selamat malam Dokter Greg....Dokter Griffin!  Maaf jika saya mengganggu waktu kalian. Bagaimana dengan perkembangan kesehatan adik saya pasca operasi? Apa keadaannya sudah membaik!?" Tanya Serra langsung pada pokok pembicaraan, ia segera ingin dua dokter itu menjelaskan keadaan adiknya sekarang.

"Operasi berjalan sukses, hanya saja..."

"Hanya apa Dok!?"

"Tenang Nona, kami hanya ingin mengatakan jika secara keseluruhan keadaan adik anda baik. Tapi kita bisa hanya memastikan keadaannya benar benar baik hanya pada saat Nona Naina tersadar."

"Apa kemungkinan terburuknya?" 

"Dalam kasus adik anda, ada dua kemungkinan. Pertama adalah buta warna dan kedua adalah amnesia ringan, tapi dua kemungkinan itu tidaklah permanen. Hanya bersifat sementara saja!"

Serra menghembuskan nafasnya, sepertinya penderitaan adiknya belum selesai sampai disini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status