Share

4.Sebuah langkah

"Kalian pasangan yang serasi, anda terlihat sangat mencintai kekasih anda Tuan Gio," ujar Serra yang saat ini sudah duduk diruang makan bersama Giorgio dan Kathleen. 

Para pelayan terlihat sudah menyiapkan sajian di meja makan. Tapi ketiganya belum juga memulai karena menunggu kehadiran Reynard. Pria itu belum juga turun dari kamarnya di lantai atas.

Serra duduk tepat didepan sepasang kekasih yang duduk bersisian, terlihat Kath sengaja menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Gio. Sungguh Kath tak suka dengan pembawaan wanita yang duduk didepannya. Ketenangan Serra malah membuat hatinya menjadi khawatir.

Entah, tapi Kath merasa kekasihnya mempunyai sedikit perhatian pada wanita yang baru saja mereka kenal itu. Walau hanya seorang pegawai tapi sikap dan penampilan Serra sangat elegan. 

Jika wanita lain di luar sana akan mati matian menunjukan rasa kagum pada Giorgio tapi Serra sebaliknya. Serra terlihat begitu tidak peduli dengan penampakan sempurna didepannya, dan Kath tahu itu mungkin sebuah trik untuk menarik perhatian kekasihnya. 

Dia yakin tak ada seorang wanita yang tidak tertarik pada pewaris kedua Alexander. Tapi ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri jika hanya dialah ratu di hati Gio!

"Tentu saja, malam ini hari pernikahan kami akan ditentukan. Bukan begitu honey?" sahut Kath menatap mesra pria di sampingnya.

"Sayangnya mommy dan daddy tidak bisa pulang malam ini. Kau juga masih disibukkan dengan syuting stripping bukan? Kita akan membicarakan hari pernikahan kita jika semua mempunyai waktu berkumpul," jawab Gio dengan raut datar, sudut matanya melihat sekilas wanita yang terlihat gelisah walau berusaha sekeras mungkin untuk tetap tenang. Wanita bernama Serra itu bahkan tak menunjukkan ekspresi apapun ketika pandangan mata mereka bertemu.

Serra mengambil ponsel dalam tasnya, risih rasanya ketika harus melihat Kathleen yang terus bergelayut pada lengan Giorgio. Dia bisa melihat jika sebenarnya Gio tidak terlalu bersemangat dengan acara malam ini. 

Ada sesuatu yang ia yakin membuat pria itu terpaksa merasa terikat dengan gadis yang telah menjadi tunangannya. Sepertinya tugas untuk memisahkan mereka tidaklah sesulit yang ia bayangkan.

"Tapi kita bisa menentukan hari pernikahan sendiri, tanpa campur tangan siapapun. Kita bukan anak kecil! Bukankah kau pernah berjanji akan menikahi aku secepatnya?!" seru Kath dengan intonasi yang mulai meninggi, berharap Gio akan menenangkan dan menuruti kemauannya...seperti biasanya.

Berkali kali Serra menarik nafasnya dalam dalam ketika melihat interaksi dua orang didepannya. Ternyata apa yang terlihat di media tidak seperti kenyataannya. Di luar sana Gio dan Kathleen adalah pasangan yang sempurna. Tapi saat ini dia tak bisa merasakan ikatan kuat antara mereka.

Waktu terus berjalan dan dia berusaha tenang walau terlihat berkali kali melihat ke arah jam tangannya. Serra berharap bisa datang ke rumah sakit tepat saat operasi adiknya selesai. Dalam perjalanan ke mansion tadi, Rey memberinya beberapa lembar catatan tentang pewaris kedua Alexander.

Di kertas itu tertulis semua hal tentang Giorgio tanpa terkecuali, sekaligus serangkaian tugas yang harus ia jalani. Selain tiga ratus juta yang akan ia terima Rey juga memberikannya sebuah kartu emas  yang akan digunakan untuk membeli semua hal yang berkaitan dengan tugasnya. 

Untuk mengulur waktu akhirnya Serra pergi ke kamar mandi yang letaknya tak jauh dari ruang makan. Dia hanya ingin memperbaiki riasannya, sebagai wanita yang disewa sebagai sang penggoda maka penampilannya harus selalu sempurna. 

Di depan wastafel berkali kali ia harus mengembuskan nafasnya kasar. Dalam waktu sekejap ia telah mengukir kisah hidupnya dengan menjadi Serra yang 'lain'. Serra yang mampu menjual dirinya sendiri hanya untuk sejumlah uang. 

"Kau menjalin hubungan dengannya?"

Walau kaget tapi Serra menaikkan satu sudut bibirnya ketika melihat Gio sudah ada diruangan yang sama dengannya. Pria itu berdiri bersandar tepat dibelakangnya, dengan dua tangan tersimpan di saku celana.

"Saya rasa hal itu bukan urusan anda. Maaf jika jawaban saya terdengar kasar, tapi saya adalah pegawai kakak anda...." sahut Serra tenang, dia mengeluarkan pemulas bibir dan mengoleskannya pada bibirnya. 

" Yakin dia akan bersikap baik padamu!?"

Serra tak langsung menjawabnya, ia ingin Gio lebih tertantang untuk lebih mengenalnya. Setelah dirasa selesai merapikan riasan baru ia membalikkan badan dan mendekat pada pria di belakangnya.

"Jangan terlalu khawatir tentang saya Tuan. Apa anda tidak berpikir bisa saja kekasih anda datang ke tempat ini? Khawatirkan saja hubungan kalian...anda adalah kekasih yang sangat manis! Dan sayangnya dari dulu saya tidak terlalu suka dengan hal yang terlalu manis," ujar Serra yang kemudian melangkah meninggalkan tempat itu. Meninggalkan pria yang masih menatap tajam pada setiap langkahnya.

"Kita pergi..." 

Suara bariton dari arah tangga membuat Serra menoleh, diletakkannya gelas berisi jus  jeruk yang baru saja diminumnya. Dan betapa terkejutnya dia ketika Reynard menunduk dan menyambar bibirnya. Lidah pria itu menyapu bibir kemudian memaksa masuk dan mencecap lembut indera perasa-nya. Seolah sedang merasai jus yang baru saja diminumnya. 

Ciuman lembut itu menjadi ciuman yang sedikit menuntut, Reynard seperti ingin menunjukkan kuasanya atas dirinya. Sungguh Serra tak ingin menikmati ciuman itu, tapi nyatanya iblis itu pandai membawa dirinya seakan terbang di atas awan. Ini adalah ciuman pertamanya!

Dan tautan bibir mereka terlepas setelah mereka butuh pasokan oksigen. Nafas keduanya terlihat tersengal tapi sebuah senyum terukir di bibir Reynard. Pria itu menghapus jejak salivanya yang masih tersisa di bibir Serra.

"Terlalu manis, tapi tidak terlalu buruk..." bisik Rey cukup keras hingga dua orang di seberang meja bisa mendengarnya. 

Serra hanya mampu terdiam, netra tajam itu selalu saja berhasil mengunci setiap saraf di tubuhnya. Ciuman tadi membuat jantungnya bertalu sangat keras.

"Bahkan acara makan malamnya belum dimulai...." tutur Gio melihat Rey menarik satu tangan Serra ingin membawanya pergi. Ada rasa tidak suka ketika melihat kakaknya sudah menguasai wanita yang baru dikenalnya. Wanita yang mampu mencuri perhatiannya.

"Kami ada kepentingan, aku rasa kalian juga tak begitu butuh kehadiranku!" sahut Rey tanpa menoleh sedikitpun, sengaja ia menunjukkan kedekatannya dengan Serra agar sang adik tertantang untuk merebutnya. Sejak kecil Gio selalu tertarik dengan apapun yang dimilikinya.

Serra berdecak kesal ketika Rey melepas kasar rengkuhan tangannya, mereka sudah jauh dari area ruang makan jadi tak perlu lagi  pura pura bersikap mesra. Pria itu berjalan begitu cepat hingga membuat langkahnya terseok agar tetap bisa mengikutinya.

"Kita mau kemana?" matanya membulat ketika melihat sebuah garasi besar yang penuh dengan koleksi mobil mewah.

Serra terkejut ketika tiba tiba Reynard memberikan sebuah kunci padanya. Sepertinya pria itu memberikan sebuah kunci mobil padanya.

"Kau membutuhkannya, peranmu cukup baik malam ini. Teruslah mengabaikannya agar dia lebih tertarik padamu! Malam ini kau boleh menemani adikmu, tapi mulai besok kau tinggal disini...." 

Sebelum Serra menanggapi, Rey sudah melesat dengan mobilnya! Dan sekarang dia sendirian di tengah tengah garasi Alexander, dipandanginya kunci yang ada ditangannya. 

Serra memencet kunci ditangannya dan sebuah mobil Audi warna hitam keluaran terbaru menyala. Tapi sebelum kakinya melangkah tangannya ditarik  hingga tubuhnya membentur tubuh seseorang. Tubuh yang keras hingga rasanya ia menabrak sebuah batu karang.

"Arrghhhh..."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Halima Limah
sangat menarik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status