"Kalian pasangan yang serasi, anda terlihat sangat mencintai kekasih anda Tuan Gio," ujar Serra yang saat ini sudah duduk diruang makan bersama Giorgio dan Kathleen.
Para pelayan terlihat sudah menyiapkan sajian di meja makan. Tapi ketiganya belum juga memulai karena menunggu kehadiran Reynard. Pria itu belum juga turun dari kamarnya di lantai atas.
Serra duduk tepat didepan sepasang kekasih yang duduk bersisian, terlihat Kath sengaja menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Gio. Sungguh Kath tak suka dengan pembawaan wanita yang duduk didepannya. Ketenangan Serra malah membuat hatinya menjadi khawatir.
Entah, tapi Kath merasa kekasihnya mempunyai sedikit perhatian pada wanita yang baru saja mereka kenal itu. Walau hanya seorang pegawai tapi sikap dan penampilan Serra sangat elegan.
Jika wanita lain di luar sana akan mati matian menunjukan rasa kagum pada Giorgio tapi Serra sebaliknya. Serra terlihat begitu tidak peduli dengan penampakan sempurna didepannya, dan Kath tahu itu mungkin sebuah trik untuk menarik perhatian kekasihnya.
Dia yakin tak ada seorang wanita yang tidak tertarik pada pewaris kedua Alexander. Tapi ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri jika hanya dialah ratu di hati Gio!
"Tentu saja, malam ini hari pernikahan kami akan ditentukan. Bukan begitu honey?" sahut Kath menatap mesra pria di sampingnya.
"Sayangnya mommy dan daddy tidak bisa pulang malam ini. Kau juga masih disibukkan dengan syuting stripping bukan? Kita akan membicarakan hari pernikahan kita jika semua mempunyai waktu berkumpul," jawab Gio dengan raut datar, sudut matanya melihat sekilas wanita yang terlihat gelisah walau berusaha sekeras mungkin untuk tetap tenang. Wanita bernama Serra itu bahkan tak menunjukkan ekspresi apapun ketika pandangan mata mereka bertemu.
Serra mengambil ponsel dalam tasnya, risih rasanya ketika harus melihat Kathleen yang terus bergelayut pada lengan Giorgio. Dia bisa melihat jika sebenarnya Gio tidak terlalu bersemangat dengan acara malam ini.
Ada sesuatu yang ia yakin membuat pria itu terpaksa merasa terikat dengan gadis yang telah menjadi tunangannya. Sepertinya tugas untuk memisahkan mereka tidaklah sesulit yang ia bayangkan.
"Tapi kita bisa menentukan hari pernikahan sendiri, tanpa campur tangan siapapun. Kita bukan anak kecil! Bukankah kau pernah berjanji akan menikahi aku secepatnya?!" seru Kath dengan intonasi yang mulai meninggi, berharap Gio akan menenangkan dan menuruti kemauannya...seperti biasanya.
Berkali kali Serra menarik nafasnya dalam dalam ketika melihat interaksi dua orang didepannya. Ternyata apa yang terlihat di media tidak seperti kenyataannya. Di luar sana Gio dan Kathleen adalah pasangan yang sempurna. Tapi saat ini dia tak bisa merasakan ikatan kuat antara mereka.
Waktu terus berjalan dan dia berusaha tenang walau terlihat berkali kali melihat ke arah jam tangannya. Serra berharap bisa datang ke rumah sakit tepat saat operasi adiknya selesai. Dalam perjalanan ke mansion tadi, Rey memberinya beberapa lembar catatan tentang pewaris kedua Alexander.
Di kertas itu tertulis semua hal tentang Giorgio tanpa terkecuali, sekaligus serangkaian tugas yang harus ia jalani. Selain tiga ratus juta yang akan ia terima Rey juga memberikannya sebuah kartu emas yang akan digunakan untuk membeli semua hal yang berkaitan dengan tugasnya.
Untuk mengulur waktu akhirnya Serra pergi ke kamar mandi yang letaknya tak jauh dari ruang makan. Dia hanya ingin memperbaiki riasannya, sebagai wanita yang disewa sebagai sang penggoda maka penampilannya harus selalu sempurna.
Di depan wastafel berkali kali ia harus mengembuskan nafasnya kasar. Dalam waktu sekejap ia telah mengukir kisah hidupnya dengan menjadi Serra yang 'lain'. Serra yang mampu menjual dirinya sendiri hanya untuk sejumlah uang.
"Kau menjalin hubungan dengannya?"
Walau kaget tapi Serra menaikkan satu sudut bibirnya ketika melihat Gio sudah ada diruangan yang sama dengannya. Pria itu berdiri bersandar tepat dibelakangnya, dengan dua tangan tersimpan di saku celana.
"Saya rasa hal itu bukan urusan anda. Maaf jika jawaban saya terdengar kasar, tapi saya adalah pegawai kakak anda...." sahut Serra tenang, dia mengeluarkan pemulas bibir dan mengoleskannya pada bibirnya.
" Yakin dia akan bersikap baik padamu!?"
Serra tak langsung menjawabnya, ia ingin Gio lebih tertantang untuk lebih mengenalnya. Setelah dirasa selesai merapikan riasan baru ia membalikkan badan dan mendekat pada pria di belakangnya.
"Jangan terlalu khawatir tentang saya Tuan. Apa anda tidak berpikir bisa saja kekasih anda datang ke tempat ini? Khawatirkan saja hubungan kalian...anda adalah kekasih yang sangat manis! Dan sayangnya dari dulu saya tidak terlalu suka dengan hal yang terlalu manis," ujar Serra yang kemudian melangkah meninggalkan tempat itu. Meninggalkan pria yang masih menatap tajam pada setiap langkahnya.
"Kita pergi..."
Suara bariton dari arah tangga membuat Serra menoleh, diletakkannya gelas berisi jus jeruk yang baru saja diminumnya. Dan betapa terkejutnya dia ketika Reynard menunduk dan menyambar bibirnya. Lidah pria itu menyapu bibir kemudian memaksa masuk dan mencecap lembut indera perasa-nya. Seolah sedang merasai jus yang baru saja diminumnya.
Ciuman lembut itu menjadi ciuman yang sedikit menuntut, Reynard seperti ingin menunjukkan kuasanya atas dirinya. Sungguh Serra tak ingin menikmati ciuman itu, tapi nyatanya iblis itu pandai membawa dirinya seakan terbang di atas awan. Ini adalah ciuman pertamanya!
Dan tautan bibir mereka terlepas setelah mereka butuh pasokan oksigen. Nafas keduanya terlihat tersengal tapi sebuah senyum terukir di bibir Reynard. Pria itu menghapus jejak salivanya yang masih tersisa di bibir Serra.
"Terlalu manis, tapi tidak terlalu buruk..." bisik Rey cukup keras hingga dua orang di seberang meja bisa mendengarnya.
Serra hanya mampu terdiam, netra tajam itu selalu saja berhasil mengunci setiap saraf di tubuhnya. Ciuman tadi membuat jantungnya bertalu sangat keras.
"Bahkan acara makan malamnya belum dimulai...." tutur Gio melihat Rey menarik satu tangan Serra ingin membawanya pergi. Ada rasa tidak suka ketika melihat kakaknya sudah menguasai wanita yang baru dikenalnya. Wanita yang mampu mencuri perhatiannya.
"Kami ada kepentingan, aku rasa kalian juga tak begitu butuh kehadiranku!" sahut Rey tanpa menoleh sedikitpun, sengaja ia menunjukkan kedekatannya dengan Serra agar sang adik tertantang untuk merebutnya. Sejak kecil Gio selalu tertarik dengan apapun yang dimilikinya.
Serra berdecak kesal ketika Rey melepas kasar rengkuhan tangannya, mereka sudah jauh dari area ruang makan jadi tak perlu lagi pura pura bersikap mesra. Pria itu berjalan begitu cepat hingga membuat langkahnya terseok agar tetap bisa mengikutinya.
"Kita mau kemana?" matanya membulat ketika melihat sebuah garasi besar yang penuh dengan koleksi mobil mewah.
Serra terkejut ketika tiba tiba Reynard memberikan sebuah kunci padanya. Sepertinya pria itu memberikan sebuah kunci mobil padanya.
"Kau membutuhkannya, peranmu cukup baik malam ini. Teruslah mengabaikannya agar dia lebih tertarik padamu! Malam ini kau boleh menemani adikmu, tapi mulai besok kau tinggal disini...."
Sebelum Serra menanggapi, Rey sudah melesat dengan mobilnya! Dan sekarang dia sendirian di tengah tengah garasi Alexander, dipandanginya kunci yang ada ditangannya.
Serra memencet kunci ditangannya dan sebuah mobil Audi warna hitam keluaran terbaru menyala. Tapi sebelum kakinya melangkah tangannya ditarik hingga tubuhnya membentur tubuh seseorang. Tubuh yang keras hingga rasanya ia menabrak sebuah batu karang.
"Arrghhhh..."
Serra terkejut ketika melihat seorang pria tambun sedang mencengkeram dan menarik dua tangannya. Bibirnya bahkan mendesis kesakitan karena cengkeraman pria itu ditangannya."Ingin mencuri Nona? Sepertinya anda datang di tempat yang salah," ujar pria itu menarik kasar tangan Serra agar mengikuti langkahnya. Tapi sebelum mencapai pintu keluar garasi seorang pria tampan menghadang langkah mereka. Dan sebuah pukulan mendarat di rahang pria bertubuh tambun itu."Berengsek lepaskan dia! Nona Serra adalah tamu kita, apa yang kau lakukan padanya?!"BUGGHHH...Tak cukup sekali, sebuah pukulan dilayangkan sekali lagi oleh pewaris kedua Alexander hingga pria bertubuh tambun itu terpelanting ke lantai. Serra yang bisa membaca situasi langsung menghadang tubuh Gio yang sepertinya mulai kalap.Dia tak ingin memicu keributan di mansion, apalagi ini adalah pertama kalinya ia menginjakkan kaki ditempat ini."Maaf, tapi tadi saya tidak melihat Nona ini masuk. Maafkan saya Tuan!" kata pria tambun itu de
Reynard menghentikan mobilnya ketika sudah sampai di sebuah rumah kayu yang ada di pinggiran kota. Satu satunya rumah yang ada di area itu. Wajar jika tak ada satupun rumah disana karena tepat di depan rumah kayu adalah hutan lindung yang dipenuhi oleh binatang buas berkeliaran. Butuh satu jam perjalanan untuk bisa keluar dari area hutan dan menemukan pemukiman penduduk. Sesekali terlihat kendaraan lewat hanya pada saat siang hari.Di halaman rumah terlihat lima pria sedang duduk mengitari api unggun. Mereka langsung berdiri ketika melihat kedatangannya."Tuan Reynard...." Salah satu dari kelima orang itu mengikuti langkah Rey menuju teras rumah."Tuan ingin minum sesuatu?""Tidak. Apa ada sesuatu yang harus aku dengarkan?" tanya Rey melihat pria disampingnya belum juga pergi. Sang penjaga hanya menggeleng pelan karena tahu jika Reynard butuh waktu untuk beristirahat.Tapi dugaannya salah, sepertinya akan ada pertemuan bisnis malam ini.Di arah depan terlihat mobil sport hitam kelu
"Bagaimana dengan pengiriman kita ke Jepang?" tanya Reynard ketika berpapasan dengan Bryan di basement gedung Jayde's tempat mobilnya terparkir. Dari rumah kayu Reynard langsung pergi ke perusahaan hingga saat ini pria itu masih terlihat mengenakan pakaian kasualnya. Setelan kaos hitam berpadu dengan celana jeans warna senada sama sekali tak mengurangi aura dinginnya."Selamat pagi Tuan, pagi tadi orang kita mengabarkan jika pengiriman kita ke Jepang mengalami sedikit kendala. Tapi masih bisa di atasi.""Lagi? Ada yang kau sembunyikan dariku?" tanya Reynard tanpa melihat lawan bicaranya, mereka sudah ada di lift khusus yang akan membawa mereka di lantai atas.Dia merasa akhir akhir ini ada sesuatu yang mengganggu jalannya perusahaan. Masih bisa diatasi, dan bukanlah hal besar tapi tetap saja dia ingin semua berjalan sempurna. "Tuan Luiz Fernandez terbunuh semalam saat kunjungannya di Dubay. Jadi ada beberapa pengiriman yang harus kita tunda. Menurut yang saya dengar bisnisnya diterus
Serra bernafas lega karena Cindy sudah menyelamatkannya dari ancaman yang hampir saja membuatnya terkapar di sofa ruangan presdir, saat Reynard kalap ingin menyentuhnya. Tapi sebelum Reynard melaksanakan niatnya, Cindy masuk ke ruang Presdir untuk menyerahkan laporan dan memberitahukan apa saja jadwal hari ini. Pagi ini Reynard harus menghadiri rapat semua divisi yang biasa dilakukan pada akhir bulan.Walau sangat menyebalkan wanita yang merasa dirinya paling sempurna itu ternyata bisa menjadi dewi penolongnya.Saat ini Serra sedang menata meja barunya yang ditempatkan tepat disamping meja sekretaris utama. Dia tak peduli dengan tatapan meremehkan Cindy karena mejanya memang tidak sebesar milik wanita itu. "Setelan baju dan tas yang cukup bagus, tapi jika hanya bermodal itu kau tak akan bisa mendapatkan presdir kita!" cibir Cindy yang tadi sempat melihat Serra ada di dekapan Reynard. Sang presdir idolanya bahkan tak pernah melihat ke arahnya walau ia sudah berusaha tampil sempurna.
"Tuan Muda berkata jika kami harus bisa membuat anda tampil sempurna malam ini. Tapi saya rasa tanpa perawatan dari kami pun anda terlihat sangat sempurna Nona," ujar salah satu spa therapist yang saat ini sedang memijat kakinya. "Terimakasih, anda sangat berlebihan," sahut Serra masih canggung. Orang orang itu melayaninya dengan sangat baik, dirinya seperti diratukan saat ini Baru sekali dia melakukan perawatan diri selengkap ini. Bukannya senang, Serra malah merasa janggal dengan apa yang di lakukan Reynard padanya. Pria itu memintanya pulang hanya untuk perawatan tubuh dan wajah. Ia yakin jika semua orang yang ditugaskan melayaninya adalah profesional dengan bayaran sangat mahal. Dan bagaimana pria itu bisa memikirkan hal seperti ini untuknya?"Anda tahu? Tuan Muda sendiri yang memilih semua bahan yang kami gunakan untuk perawatan anda. Dia memilih bahan istimewa untuk wanita yang istimewa."Jika wanita lain mungkin akan merasa tersanjung dengan apa yang dilakukan iblis itu unt
"TIDAKK...!"Giorgio langsung memasang badan dengan berdiri di depan Serra ketika mendengar lengkingan suara yang sangat di kenalnya. Dia tahu bagaimana karakter wanita yang sedang berjalan menghampirinya.Watak Kathleen berubah total ketika sudah merambah dunia keartisan. Gadis periang dan lembut itu hanyalah masa lalu untuknya, karena Kathleen sudah berubah menjadi gadis temperamen, sangat egois dan cenderung liar."Wanita berengsek! Sudah aku duga, kau pasti akan mengincar calon suamiku! Dasar murahan, aku bunuh kau!"Kathleen merangsek maju dan mendorong tubuh Gio agar tidak menghalanginya. Wanita itu ingin meraih tubuh Serra, kemarahan terlihat dari rautnya. Kath tidak bisa terima ketika melihat kekasihnya melindungi wanita lain dan mengabaikannya. Bagaimanapun dia masih menjadi pemilik seorang Giorgio Alexander. Mereka masih terikat dalam tali pertunangan!Beberapa saat yang lalu ia mendengar Dexter mengatakan jika malam ini akan ada acara tahunan pengusaha. Dia yakin jika Gio
Malam menjelang. Jane Wilson menatap lingkungan sekitar tempat dia duduk kini, lima menit yang lalu dia memutuskan duduk di luar kamar rawat Naina untuk sekedar menikmati secangkir kopi. Dia hanya takut jika aroma kopi yang kuat bisa mengganggu istirahat putri bungsunya. Kebetulan saat sudah berada diluar kamar Serra menelponnya. Putri sulungnya tidak dapat datang ke rumah sakit karena menghadiri sebuah acara.Di saat seperti ini Jane teringat kepada orang tua kandung kedua putrinya, masa lalu yang tetap ia tutup rapat hingga kini. Dulu dia pernah berjanji untuk menjaga Serra dan Naina bahkan dengan nyawanya. Tapi nyatanya saat ini Naina tergeletak tak berdaya di atas ranjang pasien, dengan keadaan yang tidak baik baik saja.Selalu saja hatinya terasa nyeri ketika mengingat semuanya. Dua gadis yang diasuhnya - terutama Serra- berjuang keras untuk bisa keluar dari semua ini. Jika Naina mempunyai tekad yang kuat untuk sembuh maka Serra mati matian mencari uang untuk biaya perawatan a
"Hei, ayo kita turun...." Serra seperti tidak mendengar ajakan Gio yang sudah turun dari mobil dan mengulurkan satu tangan untuk membantunya turun.Pandangannya fokus ke arah kilatan kilatan blitz kamera dari para awak media yang diperbolehkan meliput acara. Mereka diperkenankan meliput ataupun mengambil gambar hanya di area depan gedung. Ada rasa ragu dan canggung untuk keluar karena tak terbiasa dengan suasana riuh seperti ini. Hingar bingar kaum jet set yang baru kali ini dia rasakan."Jangan gugup, aku bersamamu. Lagipula mereka tidak akan melihat wajahmu. Kau sudah mengenakan topeng jika kau lupa," ujar Gio yang mengerti dengan apa yang dirasakan Serra.Sebelum pergi ke gedung tempat pertemuan mereka terlebih dulu pergi ke butik ternama untuk membeli topeng yang biasa dijual saat event pesta topeng. Topeng berwarna hitam yang hanya menutupi mata hingga Serra tetap terlihat sangat cantik dan sedikit misterius.Setelah berkali kali menghembuskan nafasnya akhirnya Serra melangkah
Dua bulan sudah berlalu, dan kandungan Serra kini sudah berusia lima bulan. Perutnya yang semakin membesar membuat sang suami bertambah over protektif padanya. Reynard akan selalu menyempatkan diri untuk pulang dan makan siang bersamanya di mansion. Dan untuk urusan di luar kota akan diselesaikan oleh orang orang kepercayaannya."Hei kenapa melamun sayang?" Serra langsung menengok ke arah suara, dan senyumnya mengembang ketika mengetahui siapa yang menyapanya. Dia melihat Mia dan Dimitri sedang berjalan ke arahnya. Akhir akhir ini mertuanya memang jarang berkunjung karena sering melakukan perjalanan bisnis."Mom...Dad! Ya Tuhan, rasanya sudah lama sekali," ujar Serra memeluk ibu mertuanya haru. Air mata tak terasa sudah membasahi pipinya. Mungkin ini pengaruh hormon kehamilan, perasaannya menjadi sangat sensitif. Kemarin saat menelpon Naina pun ia tak kuasa menyembunyikan tangisnya. Adiknya harus menjalani beberapa prosedur medis untuk memastikan jika kanker tak akan tumbuh lagi at
Dua bulan sudah berlalu, dan kandungan Serra kini sudah berusia lima bulan. Perutnya yang semakin membesar membuat sang suami bertambah over protektif padanya. Reynard akan selalu menyempatkan diri untuk pulang dan makan siang bersamanya di mansion. Dan untuk urusan di luar kota akan diselesaikan oleh orang orang kepercayaannya. Pria itu akan selalu berusaha berada di sisi istrinya."Hei kenapa melamun sayang?" Serra langsung menengok ke arah suara, dan senyumnya mengembang ketika mengetahui siapa yang menyapanya. Dia melihat Mia dan Dimitri sedang berjalan ke arahnya. Akhir akhir ini mertuanya memang jarang berkunjung karena sering melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri."Mom...Dad! Ya Tuhan, rasanya sudah lama sekali," ujar Serra memeluk ibu mertuanya haru. Air mata tak terasa sudah membasahi pipinya. Mungkin ini pengaruh hormon kehamilan, akhir akhir ini perasaannya menjadi sangat sensitif. Kemarin saat menelpon Naina pun ia tak kuasa menyembunyikan tangisnya. Dia mendengar
Adrian terbangun dengan mengerjabkan matanya, indera penciumannya terganggu dengan bau gurih dan wangi masakan. Hal yang ia rindukan setelah sepuluh tahun terakhir ini kehilangan ibunya.Ibunya meninggal tak lama setelah ia kehilangan ayahnya. Dan ayahnya adalah pengganti ayah Serra sebagai pemegsjg tampu tertinggi klan Mendoza, tapi karena membuat sistem yang berbeda ayahnya dibenci dan akhirnya klan terbagi menjadi dua bagian.Karena rasa cintanya pada kedua orang tuanya sampai sekarang Adrian masih terus berusaha meneruskan perjuangan mereka, yaitu mengarahkan klan-nya ke arah yang lebih baik. Dia ingin dunia mengenal nama Mendoza sebagai klan terhormat, bukan sebagai klan kotor penuh kejahatan.Dia masih sangat muda waktu itu, tapi ia beruntung karena didukung oleh orang orang yang masih setia pada ayahnya. Hidupnya selalu penuh ancaman, dan hal itulah yang menempanya menjadi pria yang lebih kuat. Tak sekalipun ia gegabah mengambil tindakan, semua langkahnya selalu penuh perhitung
"Apa? Kak Adrian meminta Deela ikut bekerja dengannya? Jangan bercanda?" ujar Serra tak percaya ketika baru saja suaminya mengatakan jika sahabatnya sudah diminta bekerja menjadi asisten kakak sepupunya."Semalam dia sudah memintanya secara resmi padaku sayang, dia bilang sangat kerepotan jika melakukan perjalanan bisnis tanpa seorang asisten disampingnya. Adrian memperbesar pengaruh bisnis agar lebih mudah mengendalikan sayap kiri klan yang tidak pernah mendukungnya."Serra menghela nafas panjang, pantas saja semalam suaminya bersikukuh meninggalkan Deela. Reynard sengaja meninggalkan Deela agar Adrian bisa mengantarnya pulang, mungkin pria itu ingin hubungan Adrian dan Deela lebih dekat."Bagaimana jika Deela menolak? Dia tak punya pengalaman menjadi asisten pribadi. Jika sedang bekerja maka dia akan menjadi sosok yang perfeksionis," ujar Serra masih khawatir jika kakak sepupu maupun sahabatnya bukanlah partner kerja yang baik "Adrian menawarkan gaji tiga kali lipat lebih besar, se
Setelah sekitar satu setengah jam perjalanan akhirnya Deela bisa bernafas lega, dia sudah sampai di halaman depan area rumah sewanya. Dari balik jendela mobil ia bisa melihat jika kedatangan mereka sangat menarik perhatian penghuni lain area tempat tinggalnya.Wajar saja terjadi karena mobil yang ia tumpangi merupakan salah satu mobil termahal yang hanya beberapa gelintir orang saja memiliki. Dan lamunannya buyar ketika tiba tiba pintu mobil sudah terbuka lebar untuknya. Adrian ternyata sudah berdiri di sisi pintu, pria itu membukakan pintu untuknya! Tapi sejak kejadian di supermarket tadi ia tak berani menatap netra setajam elang itu. Sungguh ia sama sekali tak menduga jika pria itu mau dan mampu mengangkat tubuhnya.Tapi ini bukan negeri dongeng di mana upik abu di gendong pangeran untuk dibawanya ke istana dan kemudian akan hidup berbahagia selamanya. Dia cukup tahu diri tentang siapa dirinya. Adrian adalah pria tampan kaya raya yang tak akan mungkin ia jangkau, pria itu juga t
Deela langsung turun dari mobil ketika mereka berhenti disebuah mini market yang ada di pinggiran kota. Tak peduli dengan suara yang berkali kali memanggilnya, yang ada di otaknya sekarang hanyalah beberapa batang coklat, satu bungkus besar keripik kentang dan sebotol susu pisang dingin yang pasti menyegarkan tenggorokannya.Dan benar saja, tak berapa lama wanita itu sudah memenuhi keranjang belanjanya. Dan Adrian sudah berdiri disamping kasir seakan sedang menantinya. Deela segera mengikuti arah pandang Adrian yang terus saja memandang ke bawah, dan dia berdecak malas ketika menyadari jika ia sedang tidak mengenakan alas kakinya. Kakinya pegal karena seharian ini tak melepas sepatunya. Sepatu yang ia kenakan di kantor adalah sepatu hak yang tak terlalu tinggi, tapi tetap saja tak nyaman jika dikenakan terus menerus. Dan tanpa sadar ia melepas sepatunya tadi di dalam mobil."Kau seperti suku primitif yang baru pertama kali masuk ke dalam toko. Lantainya dingin sekali, kau bisa sakit
Deela melihat ke arah sekitarnya, dirinya seperti seorang perempuan di sarang penyamun. Dia satu satunya wanita yang ada di tempat ini. Dan seperti biasanya, tak akan ada yang seorang pun memperhatikannya. Dia tak menyalahkan Serra yang terlebih dulu pulang tanpa mengajaknya karena ia yakin situasinya tak memungkinkan untuk pulang bersama sama. Tapi sesaat kemudian dia bisa bernafas dengan lega ketika dua penjaga Jayde's datang menghampirinya."Nona Deela, Nyonya Muda meminta kami untuk mengantar anda pulang. Beliau juga meminta kami membeli ini untuk Nona," ujar salah satu penjaga memberikan satu kantong plastik penuh berisi beberapa anak dan coklat. Serra tahu jika sahabatnya sangat suka dengan cemilan setelah makan malam."Terimakasih, sebaiknya kita pulang sekarang saja. Besok pagi pagi sekali aku harus berangkat kerja, ada tugas yang harus aku selesaikan," sahut Deela sangat bersemangat melihat banyaknya makanan ringan di tangannya.Wanita itu segera mengikuti langkah dua penjag
"Ehh...Tuan Adrian? Saya hanya membawa ini untuk kentang dan sayurannya," ujar Deela dengan menunjukkan dua wadah yang tadi dibawanya. "Tapi tidak begitu dengan yang aku lihat, kembali ke tempatmu sekarang juga.""Memang apa yang sedang anda lihat? Saya disini untuk membantu mereka, bukan sedang menari telanjang dan menggoda mereka!" seru Deela, tanpa sadar matanya menatap tajam pria yang berdiri menjulang didepannya. Dia hanya tidak suka dengan kata kata bernada ancaman yang ditujukan padanya.Tinggi badannya yang hanya sebatas dada pria arogan didepannya membuatnya harus mendongakkan kepala."Turuti kata kataku, atau...""Atau apa? Membunuhku? Kau bukan siapa siapa bagiku! Jadi kau tidak punya hak untuk mengatur hidupku. Jangan kau pikir semua orang harus tunduk di kakimu Tuan Adrian yang terhormat," ujar Deela dengan suara pelan tapi penuh penekanan. Dia bahkan tidak menggunakan kata kata formal lagi pada kakak sahabatnya itu.Sebenarnya Deela sedang menahan rasa takutnya karna sa
"Kau suka?" tanya Gio memeluk istrinya dari belakang. Sekarang mereka berada di sebuah resort pinggir pantai yang ada di Bali. Liburan kali ini adalah hadiah pernikahan mereka dari Mia Alexander."Suka sekali, sudah lama aku ingin kesini. Sayangnya Serra dan kakakmu tak bisa berlibur disini bersama kita.""Mana mau kakakku pergi bersama, dia pasti lebih suka pergi ke pulau tak berpenghuni agar tak ada satupun orang yang bisa mengganggu mereka," ujar Gio yang membuat istrinya tertawa.Gabrielle sangat paham bagaimana watak Reynard karena sudah cukup lama mereka bersahabat. Reynard bukanlah pria yang bisa bersikap hangat ataupun lembut pada wanita. Tapi dia akan benar benar menjaga apa yang sudah ia klaim menjadi miliknya jika sudah menjatuhkan hatinya."Rasanya aku masih tak percaya berada disini bersamamu, bertahun tahun menjadi sahabat kakakmu tapi aku bahkan tak pernah bertemu secara langsung denganmu," ujar Elle mencium sekilas rahang suaminya. Angin pantai di sore hari membuatn