Beranda / Pernikahan / Jerat Dendam CEO Kejam / Bab 15. Tangisan Misterius

Share

Bab 15. Tangisan Misterius

Penulis: Mbak Ai
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-04 06:59:35

Ivy sudah terisak-isak selama dua puluh menit sejak mengetahui rahasia yang selama ini Noah sembunyikan darinya. Dan entah mengapa, semua kekesalannya pada Noah membuatnya sangat mengerti.

Ia pun juga akan membenci orang yang menghancurkan keluarganya hingga membuat semuanya meninggal. Ia jadi tak mengira seberapa kesepiannya Noah selama ini….

“Aku ingin memeluknya,” ucap Ivy dengan bibir yang masih gemetar karena menangis.

Sebagai orang yang mengalami kekerasan dari ayahnya dan seberapa sering ia dikurung di kamarnya sendirian, ia bisa memahami perasaan Noah. Dan mungkin, Noah menjalani hari dengan lebih buruk daripada dirinya.

“Aku bahkan tak akan terkejut kalau Noah membunuhku.”

Ivy terus berbicara dengan dirinya sendiri. Semua ini terlalu mengejutkan, juga menyedihkan.

Ivy berada di titik ingin membantu Noah, tapi satu-satunya bantuan yang bisa membahagiakan Noah adalah kepergiannya.

“Coba deh dengar. Ada suara menangis, Pak.”

Ivy masih menundukkan wajahnya dalam-dalam saat menden
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 16. Jatuh Hati

    Ivy tak pernah bergerak secepat ini dalam hidupnya. Ketika Pak Fian dan Bi Wina menuruni tangga menuju ruang keamanan, Ivy ikut mengekor. Kemudian berlarian kecil dengan susah payah menuju sumber listrik di sebelah rumah.Ada begitu banyak saluran listrik yang berada di depannya dan ia tak memiliki ide bagian mana yang seharusnya dipotong untuk menyelamatkannya. Tanpa pikir panjang, ia menekan tombol mati lalu menggunting semua kabel di depannya dan melarikan diri.Sayup-sayup ia mendengar seruan Bi Wina. Ivy sedang sembunyi di balik tiang ruang tengah dan melihat Bi Wina berlarian menuju sumber listrik.“Pak! Kabelnya rusak semua!”Tak lama kemudian, Pak Fian turut berlarian mengejar Bi Wina. Ivy menggunakan kesempatan itu untuk memasuki ruang keamanan. Ia membuka laptop dan mencari akses jaringan tempat CCTV terhubung.Ivy mengeksploitasi celah keamanan dan memasang malware yang mampu merusak rekaman video. Virus itu pasti menghancurkan semua rekaman sehingga ia akan aman.Selanjut

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 17. Mengulang Malam Pertama

    “Untuk sementara tinggallah di sini.”Ivy yang baru duduk di tepi ranjang, mengangguk kaku. “Ya....”Noah masih berdiri di depannya. Kedua tangan sibuk mengendurkan dasi yang melilit erat di leher. Dalam sekejap Ivy berdiri untuk membantunya.“Biar aku lepasin.”Entah keberanian dari mana ia bisa berhadapan dengan Noah dalam jarak yang cukup dekat. Ia sudah mengantisipasi apabila Noah akan mendorongnya, tetapi nyatanya Noah tetap diam dan mengizinkannya melepaskan dasi.“Makasih,” ucapnya, pendek.Ivy tersenyum malu-malu. “Sama-sama.”Kemudian, Ivy meletakkan dasi itu di meja sebelah tempat tidur. Kepalanya terus berputar untuk mencari topik pembicaraan karena baru kali ini mereka berada di ruang kamar yang sama setelah kejadian di Seoul.“Berapa lama kita di sini?” tanya Ivy pada akhirnya.Sebenarnya, Ivy masih terkejut saat Noah tiba-tiba mengajaknya ke hotel setelah kejadian kabel putus di rumah. Noah terus berkata kalau keadaan rumah sedang berbahaya. Dan Ivy tak tahu kalau tindak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 18. Misi Baru

    Sudah satu bulan berlalu sejak Ivy menjadi istri yang sesungguhnya dari Noah. Terkadang, Ivy masih tak menyangka kalau mereka sudah seperti pasangan normal. Ya, meskipun mereka hanya melakukannya satu kali.“Mungkin saat itu Noah sedang stres,” pikirnya sewaktu bertanya-tanya tentang alasan Noah.Yang jelas, tak mungkin Noah melakukannya dengan penuh perasaan. Buktinya, Noah tak pernah menyentuhnya lagi.Noah bahkan lebih sering membuat jarak darinya. Dulu, mereka sudah cukup jauh. Dan sekarang menjadi kian berjarak.Seperti saat ini. Noah yang baru pulang setelah satu minggu ada pekerjaan di Malaysia.“Capek ya?” Ivy meletakkan teh hangat di meja.Noah tak membalas. Matanya bahkan tetap lurus pada televisi di depannya. Ivy pun mengambil duduk di sebelah Noah.“Noah….”Ivy baru memanggil namanya, tetapi Noah sudah mematikan televisi dan beranjak pergi. Sikap Noah yang sangat menghindarinya membuat Ivy kesal sendiri.“Apa kau sebegitu bencinya padaku sampai tak mau berbicara denganku?!

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 19. Hangatnya Hati yang Dingin

    Tokyo di bulan Desember seperti berada di dunia lain. Salju menumpuk di semua tempat. Ivy melihat beberapa petugas kebersihan terus sibuk bekerja menyingkirkan salju-salju di jalanan.“Hacim!”Ivy bersin untuk yang sepuluh kalinya. Kedua tangannya mengeratkan mantel cokelat dengan tubuh gemetar.Ah, jari-jemarinya seperti mati rasa karena ia tak mengenakan sarung tangan. Ia memang tak memilikinya dan tak sempat membeli di bandara karena Noah terus berjalan dengan cepat hingga ia takut ketinggalan.“Ini.”Ivy yang sibuk menggosok kedua tangannya untuk mencari kehangatan langsung termenung saat melihat Noah menjulurkan syal hitam yang semula berada di lehernya.“Pakailah sebelum kau mati kedinginan,” ucapnya.Akan tetapi, Ivy tak langsung menerimanya. Ia menatap Noah yang kini lehernya mulai memerah karena terkena angin musim dingin.“Tidak perlu. Kau juga kedinginan,” tolak Ivy pada akhirnya.Noah berdecak, “Ya sudah.”Noah melilitkan syal itu kembali ke lehernya. Kemudian ia menatap p

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 20. Harapan Palsu

    Pesta yang menjadi kedok perjanjian bisnis itu berlangsung megah di sebuah hotel bintang lima tak jauh dari tempat Noah dan Ivy menginap. Semenjak masuk ke lobi, Noah sudah menggenggam tangannya erat-erat.Mereka memang harus berakting sebagai suami-istri yang harmonis dan penuh cinta apabila di tempat umum, terutama acara penting yang membawa nama perusahaan Noah.“Itu dia. Pak Mikail. Dia memiliki jaringan bisnis yang luas di bidang hotel dan pariwisata. Bisnisnya sudah menjalar di seluruh dunia,” bisik Noah sambil menunjuk seorang lelaki berkumis putih yang berjarak lima meter dari tempat mereka berdiri.“Aku penasaran. Jika dia orang Indonesia, kenapa repot-repot mengadakan pesta di Tokyo?” balas Ivy.“Hotel ini adalah miliknya. Pesta ini diselenggarakan sebagai tanda Grand Opening. Banyak pebisnis yang diundang dan ingin datang demi menjalin kerja sama. Dia orang sibuk dan jarang sekali memiliki waktu luang sehingga banyak yang menggunakan kesempatan ini untuk mengajukan kolabora

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 21. Terperangkap Siasat Musuh

    Ivy merasa terjebak. Karena tangisan yang tak bisa dibendung, serta rasa takut ketahuan Ezra tentang rahasia pernikahannya, membuat ia berakhir di bar bersama pria dengan rambut panjang yang hampir menyentuh bahu ini.Sudah dua puluh menit Ivy terus terisak dan Ezra yang duduk di sampingnya masih setia mendampingi.“A—aku tidak minum alkohol,” tolak Ivy saat Ezra mendorong segelas vodka untuknya.“Baiklah.”Gelas itu ditarik kembali, lalu dihabiskan dalam sekali tandas. Ivy masih berusaha menghapus air matanya dengan sapu tangan yang sebelumnya diberikan Ezra.“Kau benar-benar telah menyia-nyiakan hidupmu dengan menikahi Noah,” celetuk Ezra.Ivy tak menggubrisnya. Toh, Ezra tak mengetahui kalau hidupnya sebelum menikah dengan Noah bahkan lebih buruk.“Tolong... tolong jangan katakan pada siapapun apa yang kau dengar hari ini,” ucap Ivy dengan gugup sampai-sampai membuatnya tergagap.Ezra mengerutkan dahinya. “Yang mana ya? Tentang suamimu yang bermesraan dengan putri Pak Mikail atau t

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 22. Siasat Setan Licik

    Ivy yakin kalau Ezra adalah manusia paling aneh di muka bumi.“Aku menang lagi!” Ezra tertawa girang saat lemparan dadu menunjuk empat angkah. Tangannya bergerak cepat menjalankan bidaknya sampai ke garis akhir.“Aku menang lagi! Hahaha!”Ivy memijat keningnya yang kini berdenyut nyeri karena teriakan Ezra selama setengah jam terakhir.“Aku masih tak habis pikir kau menahanku di sini hanya untuk menemanimu main monopoli,” desis Ivy.Saat di dalam lift, Ivy mengira hidupnya sudah berakhir. Ia hanya bisa membayangkan hal buruk.Kepalanya sudah dipenuhi dengan bayangan Samuel yang melecehkannya selama di Seoul. Dan, ia mengira Ezra akan melakukan hal yang sama.Nyatanya, Ezra langsung mengeluarkan permainan monopoli dari dalam kopernya setelah menguncinya di kamar hotel.“Aku sudah menang dua kali. Aku sangat jagoan, kan? Kau payah sekali,” ucap Ezra dengan senyuman sombong.“Ini hanya game! Apa pentingnya menang dan kalah?” tanya Ivy, terheran-heran.“Ini penting! Lihatlah!” Ezra menunj

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 23. Di Antara Dua Pilihan

    “Kau yakin ini akan berhasil?” “Iya, percaya saja padaku.”Ivy masih berdiri diam saat tangan Ezra sibuk dengan rambutnya. Gerakannya lurus tadi sudah diacak-acak.Tampilan Ivy di cermin persis seperti orang yang baru bangun tidur.“Aku terlihat jelek sekali,” keluhnya.“Ini belum selesai.” Ezra menyentuh bibir Ivy dengan jempolnya. Ivy sontak melangkah mundur, tapi pinggangnya ditahan oleh Ezra.“Tenang saja, aku tak akan macam-macam. Aku tak tertarik dengan istri orang.”Ivy masih menatap Ezra dengan tajam, tapi akhirnya tetap menurut karena tak mau membuang waktu lebih lama.Noah sudah menunggunya di lobi dan ia tak ingin membuat Noah semakin marah. Apalagi dengan rencana gila Ezra.“Sudah,” cetus Ezra setelah berhasil mengusap lipstik Ivy hingga berantakan ke sudut bibir.“Ini untuk apa sih?” tanyanya, keheranan.“Aku tak percaya kau masih belum sadar juga. Ternyata kau hanya perempuan polos.” Ivy merotasikan bola matanya malas. Semua ucapan Ezra terdengar konyol.“Sudah! Aku m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13

Bab terbaru

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 49: Identitas Yang Terbongkar

    Ivy tahu kalau riwayatnya sudah tamat saat kelepasan memanggil Ezra di situ rahasia.Ezra bukan orang bodoh yang akan diam saja identitasnya terungkap, pasti dia juga akan melakukan segalanya untuk mengungkap identitasnya.“Apa aku mengaku saja sebelum dia tahu lebih dulu?” gumam Ivy, kebingungan.“Jangan pikirkan tentang Clara.”Noah yang baru masuk kabar tiba-tiba bersuara hingga membuat Ivy menoleh padanya.“Kau terlihat sangat khawatir dan gugup. Tenang, Sayang.”Noah mengelus puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang, membuat hati Ivy terenyuh.Di antara beribu masalah yang datang, setidaknya saat ini ia memiliki Noah di sisinya.“Iya,” balas Ivy dengan mencoba tersenyum.“Apa kau mau jalan-jalan? Aku bisa memesan tiket-”Ucapan Noah terpotong oleh nada dering ponsel Ivy yang berada tepat di sebelah laptop. Sontak Ivy segera beranjak dan mengambil ponselnya saat menyadari kalau Ezra yang menelfonnya.“Aku angkat telepo dulu,” pamit Ivy.Jantung Ivy berdebar kian kencang saat kel

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 48: Ruang Obrolan Rahasia

    Ivy tak pernah mengira kalau pengkhiatan akan sesakit ini. Sejak pulang dari kafe, ia lebih banyak diam dan meminta Noah benar-benar memberinya waktu sendiri.Maka, di sinilah ia sekarang. Di depan laptop yang sudah lama tak ia gunakan.“Aku pasti sudah gila,” gumam Ivy sambil menggigit bibir bawahnya.Ia ingin menyadap ponsel Clara. Suatu hal yang tak pernah ia kira akan terjadi.“Aku harus melakukannya untuk membuktikan ucapan Clara,” yakin Ivy.Jauh di dalam hati kecilnya, ia masih tak percaya dengan semua ucapan dan sikap Clara. Oleh karena itu, ia berharap menemukan kenyataan lain; Clara sedang bercanda, misalnya.Hanya perlu menunggu beberapa detik hingga Ivy bisa mengakses semua ruang obrolan Clara.“Nasibmu jelek sekali.”Dahi Ivy berkerut kala melihat satu pesan baru dari seseorang bernama Rere. Ivy pun segera mengekliknya untuk membuat seluruh percakapan.“Kakakmu sangat egois sekali. Aku prihatin mendengar ceritamu.”Setiap Ivy membaca semua pesan yang dikirim Clara untuk R

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 47: Pertengkaran Saudara

    “Sayang, kau harus makan.”Noah meletakkan bubur di nakas sebelah tempat tidur. Tangannya mengelus bahu Ivy yang memunggunginya, tapi Ivy tetap tak bereaksi.“Ivy.”Ivy hanya menggeleng dan mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya.“Aku di ruang kerja, kalau kau butuh apa-apa… datanglah. Jangan lupa dimakan.”Noah tak bisa melakukan apa-apa selain memberikan waktu dan ruang bagi Ivy untuk sendiri.Sudah hampir semingu Ivy terlihat seperti mayat hidup. Ia belum bisa berdamai dengan kenyataan kalau Clara tak menyayanginya dan bahkan berusaha untuk menyakitinya dengan menggoda Noah.“Bagaimana bisa semua ini terjadi?” Hanya iu yang terus bernaung di benak dan pikiran Ivy.“Apa rasa sayangku padanya kurang sampai dia tega melakukannya?”Lagi-lagi Ivy menangis.Dadanya terasa sangat sesak dan sakit hingga ia kesulitan bernapas. Tubuhnya bahkan ikut lemas dan tak bertenaga.Ia sering merasakan sakit. Hidupnya dilalui dengan siksaan, tapi baru kali ini ia merasa begitu tersiksa padahal ta

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 46: Hancurnya Kepercayaan

    Ivy tersentak saat pintu kamar ditutup dengan keras oleh Noah. Namun, ia sudah menduganya.“Jelaskan padaku,” pinta Noah dengan rahang sempurna mengeras.“Aku tahu kalau kau akan salah paham. Tapi sungguh, tak ada apa-apa denganku dan Ezra,” terang Ivy, seyakin mungkin.“Kalau kau tahu aku akan salah paham, kenapa kau tetap melakukannya? Kau bilang hanya butuh waktu sebentar untuk cari angin! Kenapa malah menginap di tempatnya?!”Ivy bisa melihat otot-otot di leher Noah karena pekikannya yang makin meninggi.“Kami tidak sengaja bertemu! Demi Tuhan, aku dan Ezra tak berbuat apapun!”“Bagaimana kau bisa membuktikannya?!”Dengan kesadaran penuh, Ivy membuka satu per satu kancing baju tidurnya hingga membuat mata Noah membelalak.“Kau bisa melihat kalau tak ada jejak apapun di tubuhku.”Noah menghela napas panjang. Ia mendekat dan kembali mengancing satu per satu.“Kau tak perlu melakukannya,” ucap Noah dengan suara yang lebih rendah.“Kau bilang aku harus membuktikannya.” Ivy masih bersi

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 45: Membuka Tabir

    Semua yang Ivy khawatirkan terjadi. Noah sudah berada di depan gerbang saat ia baru turun dari mobil Ezra.“Kemana saja kau?” tanyanya dengan dingin.Tatapan mata Noah yang dipenuhi dengan bara membuat tenggorokan Ivy tercekat. Ia tak bisa mengeluarkan satu kata pun.“Kenapa kau bersamanya?” tanyanya sekali lagi, bahkan dengan suara yang dalam.“Aku-”“Dia bermalam di rumahku.”Ivy memejamkan matanya saat Ezra menyahuti pertanyaan Noah. Membuat tatapan Noah jauh lebih menusuk.Ya Tuhan.Tatapan Noah itu mengingatkannya saat malam pertama. Tidak. Bahkan lebih buruk lagi.Mata Noah kali ini hanya menunjukkan kemarahan, tapi juga kekecewaan dan kepedihan.Yang mana hal itu makin membuatnya kehilangan kata-kata, apalagi saat Noah menarik tangannya untuk masuk ke dalam rumah.“Masuk.”“Noah….”Tangan Noah dingin.Sangat…. dingin.Seolah-olah ia sudah berdiri di depan rumah, menunggunya semalaman untuk pulang.Sesampainya di ruang tamu, Ivy melihat Clara baru menuruni tangga dengan mata yan

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 44: Perdebatan Konyol Ezra

    Malam ini Ezra memang terlihat berbeda. Tak ada kekonyolan sedikit pun yang tercetak di wajahnya.Ezra sangat dingin, persis seperti Noah. Hal itu membuat Ivy jadi makin canggung.“Istirahatlah di sini dulu,” ucap Ezra seraya membukakan pintu ruang kamar di lantai satu.Kamar itu cukup besar dan bersih seperti tak pernah disentuh. Ivy segera mengira kalau itu memang kamar tamu.“Aku baik-baik saja. Aku tadi hanya ingin berkeliling mencari udara segar dan-”“Kau tak perlu berbohong kepadaku di saat aku sudah tahu busuknya Noah dan buruknya sikap dia padamu.” Ezra memotong ucapan Ivy dengan kesal.Ivy meringis canggung. Andai saja Ezra tahu kalau dirinya yang baru saja menampar Noah, dua kali.“Noah sudah baik padaku. Jangan khawatir.”Ivy memilih berjalan menjauh karena sadar perdebatan dengan Ezra hanyalah sebuah kesia-siaan.“Kau ini sangat keras kepala,” gumam Ezra sebelum kembali menggendongnya paksa dan masuk ke dalam kamar.Ivy memekik kaget saat tubuhnya dijatuhkan di atas kasur

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 43: Kembang Api dan Bom Waktu

    Kembang api yang semula memenuhi hati Ivy atas pernyataan cinta Noah berubah menjadi ledakan hebat selayaknya bom yang meluluhlantakkan setelah mendengar ucapan Noah.“A… apa maksudmu?” ucapnya dengan terbata.“Clara menggodaku saat di dapur dan dia juga menjelekkanmu-”Logika Ivy tak bisa berjalan baik. Ucapan Noah adalah sebuah kemustahilan hingga tangannya bergerak cepat menampar Noah.“Ivy?!”Noah menatapnya dengan mata membulat kaget. Tak percaya bahwa Ivy yang selama ini penuh dengan ketenangan mampu menamparnya saat ia mengatakan hal yang sejujurnya.“Apa ini cara barumu untuk menghancurkanku?” desis Ivy dengan napas naik turun.“Apa maksudmu?!” Suara Noah ikut meninggi mendengarnya.“Kau membuatku terlena, lalu menjatuhkanku dengan cara menjelekkan adikku! Kau tahu… kau sangat licik! Aku kira kau tak akan sekejam itu. Aku kira kau-”“Aku mengatakan yang sebenarnya, Ivy!”Noah mengguncang kedua bahu Ivy demi menyadarkannya pada kenyataan, tapi Ivy menepis kasar tangannya.“Jang

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 42: Ungkapan Cinta

    Ivy tak tidur. Saat Noah membisikkan panggilan sayang padanya, rasa kantuknya sudah terbang ke antah berantah.Ia yakin kalau Noah sudah berubah dan ia ingin kembali membicarakan tentang perasaan padanya sekali lagi. Karena sikap Noah telah melambungkan harapannya.Ia menunggu di kamar selama lima menit…Sepuluh menit….Bahkan sudah dua puluh menit, Noah tak kunjung kembali.“Sebenarnya dia kemana?” gumam Ivy.Ivy menyibakkan selimutnya, lalu berjalan keluar kamar. Ia berniat mencari keberadaan Noah. Mungkin saja ia berada di ruang kantornya untuk mengambil beberapa berkas.“Aku harus memarahinya kalau dia tetap bekerja selarut ini,” gumamnya.Saat Ivy membuka pintu, ruang kerja Noah diliputi kegelapan. Artinya, Noah tak berada di sana.“Lalu di mana dia?”Ivy tak tahan untuk berdecak, kebingungan. Ia segera menutup kembali pintu kantor Noah, lalu berjalan menuruni tangga.Kakinya masih terlalu sakit digerakkan sehingga setiap langkah yang tercipta terasa berat. Ia bahkan ingin menyer

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 41: Munculnya Harapan

    Ivy kira Noah akan kembali dingin setelah perbincangan mereka di halaman belakang rumah. Ia sudah siap dengan sikap Noah yang kejam seperti sebelumnya, tapi rupanya ia salah besar.Noah masih tetap manis. Dia tak menghindar sama sekali.Awalnya, Ivy mengira kalau Noah akan bersikap baik untuk berakting di depang Clara. Namun, dia tetap lembut bahkan hanya saat ada mereka berdua saja.“Noah.”Noah sedang sibuk dengan laptopnya saat Ivy memanggil dengan penuh keraguan.“Ada apa?” sahut Noah sambil meletakkan laptop yang sebelumnya dipangku di paha ke atas kasur.Lagi-lagi itu adalah pemandangan aneh. Sudah beberapa hari ini Noah membawa pekerjaannya di kamar, padahal biasanya ia selalu menghabiskan waktu lama berkutat dengan pekerjaannya di dalam ruang kerja.“Tidak. Tidak apa-apa,” balas Ivy dengan menggeleng.Noah mengerutkan dahinya. “Kenapa? Ada sesuatu yang mengganggu?”Ivy menggigit bibirnya, berpikir lebih dalam untuk mengutarakan isi hatinya atau tidak.“Kenapa, Ivy?” tanya Noah

DMCA.com Protection Status