Share

Teman Lama

Author: Mumtaza wafa
last update Last Updated: 2022-09-22 15:47:37

“Dok, waktunya visit,” Arunika yang sedang menatap layar ponselnya langsung menatap Gina, asistennya.

Melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, Arunika segera memasukkan ponselnya ke dalam jas yang ia gunakan. Mengambil beberapa susu kotak yang biasa dia simpan untuk pasien kecilnya sebelum keluar dari ruangan. Gina mengekori dokter spesialis anak itu menyusuri lorong rumah sakit menuju ruang anak.

Seperti kebanyakan rumah sakit, ruangan anak-anak adalah ruang yang paling ramai. Tentu saja, tangisan anak-anak lebih mendominasi di ruangan tersebut. Sampai di ruang Anggrek, suara tangis menyambutnya. Arunika tersenyum. Melirik ke arah papan nama yang terpasang di bagian depan ranjang, lalu menghampiri pasien yang tengah menangis.

“Halo anak pintar, kenapa menangis?” sapa Arunika lembut pada pasien yang tengah di gendong Ibunya.

“Minta pulang, Dok,”

“Intan,” Gina membisikkan pada Arunika nama pasien itu.

“Intan, kalau mau pulang, Intan harus sembuh dulu ya, sayang. Intan harus kuat dulu. Yuk Dokter lihat dulu, nanti dokter kasih hadiah.”

Arunika menunjukkan susu kotak yang tadi ia bawa dari ruang praktiknya kepada Intan, membuat gadis kecil itu berhenti menangis.

“Dokter! Aku mau juga.”

Arunika menatap Samuel, lalu tersenyum. Anak itu sudah di rawat 2 Minggu karena leukositnya yang tinggi.

“Boleh, tapi bergantian, ya. Nanti dokter datangi kalian satu-satu. Oke?”

Anak-anak mengangguk. Ada sekitar 4 anak yang di rawat di ruang ini dengan beberapa macam penyakit yang dia derita.

“Intan, Dokter periksa dulu, ya?!” Gadis berusia sekitar 5 tahunan itu mengangguk malu-malu.

“Wah bagus sekali, hari ini Intan makan banyak, ya? Semoga besok sudah bisa pulang dan bisa main lagi sama teman-teman di rumah. Ini hadiahnya buat Intan karena sudah pandai hari ini.” Arunika menyerahkan satu kotak susu untuk Intan dan di sambut riang oleh gadis itu.

“Bilang apa sama Bu dokter?” ibu intan bertanya pada gadis itu.

“Terima kasih, Dokter cantik.”

Arunika dan Gina tersenyum melihat tingkah anak itu, lalu mereka beralih lagi ke pasien berikutnya. Ada Samuel yang berusia 7 tahun, Fara berusia 3 tahun dan satu orang balita bernama Baim. Arunika merasa senang ketika berinteraksi dengan anak-anak. Itulah yang membuatnya mengambil spesialis anak.

“Setelah ini apa lagi, Gin?” Tanya Arunika setelah jam visitnya selesai.

“Setelah jam istirahat ada pertemuan dengan pasien, Dok.”

Arunika mengangguk, “bagaimana kalau kita makan dulu? Saya lapar, mumpung belum azan.”

“Siap, Dok! Mau saya pesankan sekalian?”

“Tidak perlu! Saya ingin makan di kantin.”

Gina mengikuti Arunika yang berjalan lebih dulu. Arunika tersenyum ketika beberapa perawat menyapanya.

Kantin terlihat lenggang. Arunika memesan beberapa makanan untuk makan siangnya, begitu pula Gina. Mereka duduk di bangku panjang yang tersedia disana sembari menunggu pesanan mereka datang.

“Berapa pasien lagi kira-kira, Gin?” tanya Arunika membuka obrolan.

“Tadi sih, masih ada sekitar 5 lagi, Dok.”

Arunika mengangguk. “Ada visit ke ruang bayi juga nanti, Dok.”

“Ibumu sudah sehat, Gin?”

“Alhamdulillah, Dok. Berkat bantuan dokter kemarin, Ibu saya sudah mendapat pengobatan yang lebih baik. Sekarang tinggal rawat jalan saja.”

Ibu Gina sakit kanker payudara. Memang belum begitu parah, namun jika terlambat akan berakibat fatal. Awalnya Bu Yanti, yang merupakan ibu Gina menolak berobat dikarenakan tidak mempunyai BPJS. Biaya berobat sangat tinggi membuat wanita itu enggan ke dokter spesialis dan memilih untuk berobat secara herbal.

Akhirnya, Gina yang sempat putus asa menceritakan keadaannya kepada Arunika. Dokter muda itu berhasil membujuk sang ibu untuk berobat ke medis dibantu biaya dan menyuruh Gina untuk mengurus BPJS untuk ibunya.

“Boleh saya bergabung?”

Arunika dan Gina menoleh ke arah sumber suara. Gina sempat kaget dengan kedatangan Dokter yang terkenal pendiam itu, padahal bangku lain masih banyak kosong, tapi tumben sekali lelaki itu mau bergabung dengan dokter lainnya.

“Silakan, Dok.” Arunika tampak biasa saja. Berbeda dengan Gina yang lebih salah tingkah.

Kalandra. Dokter muda yang sering menjadi topik hangat di kalangan para perawat wanita. Pasalnya dokter tampan itu sangat pendiam dan penyendiri. Jarang bergabung dengan rekan kerjanya.

“Terima Kasih.”

Mereka saling diam. Menikmati makan siang yang tadi mereka pesan. Kalandra memperhatikan Arunika yang tengah menikmati makan siangnya. Soto babat dengan seporsi nasi hangat.

“Apa kabar Aksara? Sehat?”

“Alhamdulillah sehat, Dok.” Arunika menatap Kalandra, lalu kembali menunduk mendapati lelaki itu masih menatapnya intens.

“Kita sedang di luar tugas. Kamu bisa memanggil saya seperti biasanya.”

“Iya, Mas.”

Gina tersedak mendengar percakapan dua orang berbeda kelamin itu. Arunika menyodorkan air mineral kepada Gina.

“Minum, Gin.”

Buru-buru Gina minum, lalu memandang Arunika dan Kalandra bergantian. Penasaran. Isi kepalanya begitu banyak pertanyaan apa hubungan keduanya. Gina menggeleng, bukan urusannya.

“Mas Kala,” Arunika menatap laki-laki yang usianya lima tahun di atasnya itu. “Terima kasih. Berkat Mas rekomendasi Mas Kala, aku bisa bekerja di sini. Padahal Mas tahu, kalau kota ini penuh kenangan buruk buatku.”

“Run, masa lalu itu bukan untuk di jauhi, tapi untuk di hadapi. Ku harap, kamu sudah move on tentang masa yang dulu.”

Gina masih tak mengerti tentang obrolan mereka. Gina juga baru paham kalau Arunika dan Kalandra saling mengenal. Sebenarnya, Gina ingin sekali pergi dari sana. Bagaimana tidak? Dua orang itu seperti tak menganggapnya ada. Gina tak merasa kesal. Sungguh. Hanya sepertinya mereka sedang membahas soal pribadi. Gina merasa tak enak hati.

Gina merapikan bekas makannya dan berniat ingin pergi. Akan tetapi tangan Arunika mencegahnya.

“Duduk, Gin!” perintah Arunika membuatnya mengurungkan niat. “Tetap di sini agar tidak menjadi fitnah.”

Gina mengangguk patuh. Kalandra tersenyum. Wanita itu masih sama. Didikan Imam ternyata berhasil membuat Arunika menjadi pribadi yang lebih berhati-hati. Terutama ketika berinteraksi dengan lawan jenis, walaupun mereka telah lama mengenal.

“Insya Allah, sudah, Mas.”

“Baguslah. Beri kesempatan kepada orang lain untuk lebih dekat dengan kamu.”

Arunika menaikkan sebelah alisnya, menatap Kalandra penuh tanya, sementara Gina berusaha pura-pura tak mendengar.

Mereka teman bermain saat kecil dulu. Kalandra, Aksara dan Arunika. Hidup bertetangga membuat mereka akrab, sama seperti kedua orang tuanya yang sudah menganggap seperti saudara sendiri.

Sejak ketiganya menempuh pendidikan di pesantren, Kalandra lebih menjaga jarak dengan Arunika, begitu pula ketika Arunika beranjak balig memilih untuk tidak terlalu dekat dengan pria itu. Keduanya sudah paham jika mereka bukan mahram, tak lagi bisa seperti dulu. Akan tetapi, Kalandra dan Aksara tetap berteman dekat karena mereka juga menempuh pendidikan di pesantren yang sama. Begitu pula ketika masuk ke perguruan tinggi, mereka seperti anak kembar yang tak terpisahkan. Arunika hanya sesekali saja ikut bergabung dengan mereka karena ada Aksara, kakak lelakinya.

“Dulu, aku pernah kehilangan satu kesempatan. Tapi, tidak dengan kali ini.” Kalandra menatap Arunika Tajam.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Daanii Irsyad Aufa
fight for runi ya kalandra
goodnovel comment avatar
Senja
kok pandangan tajam??harusnya kan cinta ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jerat Cinta Mantan Istri   Bertahan

    Mahesa bergeming. Tatapannya kosong meski di depannya Aruna yang sedang berenang berteriak memanggilnya untuk bergabung. Ingatannya masih pada anak laki-laki yang bersama dengan Arunika beberapa hari lalu. Beribu pertanyaan dalam kepala terus berputar. Apakah Arunika mempunyai anak ketika bersamanya dulu? Bukankah dulu mereka bersepakat untuk menunda momongan hingga Arunika lulus kuliah? Persyaratan itu Arunika ajukan ketika dirinya melamar wanita itu.Seperti benang kusut, Mahesa sedang tak bisa berpikir jernih. Jika memang bocah kecil itu anaknya, bukankah akan menjadi lebih baik untuk mereka kembali berhubungan? Sayangnya, Arunika pergi begitu saja ketika ia melontarkan pertanyaan itu. Ketika hendak mengejar Arunika, dirinya mendapatkan tatapan tajam dari istrinya. Ya, dia masih mempunyai istri dan anak yang saat itu tengah terluka karena jatuh dari perosotan. Sebenarnya, luka yang Aruna alami tak terlalu parah, hanya lecet. Tapi, Dania begitu berlebihan menanggapinya.“Papa!” Aru

    Last Updated : 2022-09-23
  • Jerat Cinta Mantan Istri   Curhatan Sahabat Lama

    Bersikap tenang terhadap masalah, bukan berarti Arunika tak berbuat apa-apa. Sejak kedatangannya ke kota ini, seakan ingatannya dikembalikan kepada 5 tahun lalu. Bukan karena belum melupakan, Arunika bukan tipe orang yang berlarut dalam masalah, justru masalah yang membuatnya akan lebih bersikap dewasa. Arunika menghirup aroma kopi di depannya. Harum dan menenangkan. Entahlah, dia juga tak paham sejak kapan menjadi penyuka kopi. Dulu, ketika masih remaja, Arunika sering di minta tolong membuatkan kopi untuk Aksara dan Kalandra ketika berkumpul di rumahnya. Arunika tak suka rasa kopi yang pahit. “Aku masih tidak menyangka kamu banyak berubah, Na.” Ucap Arunika kepada Hasna, teman satu kampusnya dulu sebelum kepindahannya ke Yogya.“Kamu tidak pernah memberi kabar,” Hasna merengut. Arunika memegang tangan Hasna sambil tersenyum. “Alhamdulillah, bukankah sekarang kita sudah bertemu? Aku senang kamu sudah menikah.”Hasna tersenyum malu. Dulu, mereka begitu akrab. Bak anak kembar, merek

    Last Updated : 2022-09-23
  • Jerat Cinta Mantan Istri   Mantan Kakak Ipar

    “Arunika?!”“Kak Mayra?”Keduanya sama-sama terkejut. Mayra menghambur ke pelukan mantan istri adiknya itu. Melepas rindu yang selama bertahun-tahun terpendam. Arunika terharu, ternyata mantan kakak iparnya itu masih begitu menyayanginya. Dulu, Mayra yang menjadi garda terdepan membelanya ketika Mahesa ketahuan mempunyai wanita lain di belakang Arunika. Menghiburnya dikala sedih, Mayra pula yang sempat membujur Arunika untuk tidak meninggalkan Mahesa dan meminta memaafkan adiknya itu. “Apa tidak bisa di perbaiki lagi hubungan kalian, Run?” tanya Mayra yang masih membujuk Arunika tak menggugat Mahesa kala itu.Arunika menggeleng, “maaf, Kak. Dari awal sebelum menikah, aku telah mengajukan syarat dan Mahesa telah menyetujuinya. Kami sudah tanda tangan di atas materai.”“Kak Mayra apa kabar?” Arunika melepaskan pelukannya. “Ini?” tatapannya tertuju pada Sandy, anak kedua Mayra.“Ini Sandy, anak kedua Kakak. Alhamdulillah kakak baik, Run.”Arunika mengangguk. “Silakan duduk, Kak.”Mayra

    Last Updated : 2022-09-26
  • Jerat Cinta Mantan Istri   Hati yang Terluka

    Mahesa tertegun melihat postingan instagram milik Mayra. Foto Mayra dengan Arunika berlatar sebuah kafe yang ia lumayan hafal tempatnya. Ternyata Mayra telah bertemu dengan mantan istrinya. Mahesa menekan tombol love pada postingan, lalu melihat foto yang ternyata sudah di tandai dengan akun Instagram Arunika. Ia menekan profil wanita itu, ternyata di privasi. Tangan itu menekan menu “Follow” yang tertera disana. Mahesa mengingat ketika dulu datang mengajak pacaran Arunika, dia di tolak mentah-mentah oleh ayah wanita itu. Malah ia mendapat siraman rohani dan di ajak bertobat. Besoknya, ia di tertawakan oleh teman-temannya. Tak sampai di sana, tekad Mahesa untuk memiliki Arunika masih sangat menggebu. Satu Minggu setelah penolakan dia datang kembali ke rumah Arunika. “Ada apa lagi datang kemari?” tanya Imam kala itu ketika Mahesa datang lagi ke kediamannya. “Jika memang saya tak di perbolehkan pacaran dengan Arunika, saya sekarang datang berniat untuk melamar, Om.”Imam mengembuskan

    Last Updated : 2022-09-26
  • Jerat Cinta Mantan Istri   Tamu dari Jauh

    Arunika membuka media sosialnya. Banyak notifikasi yang masuk, perizinan untuk mengikuti akunnya dan juga beberapa DM yang masuk. Giandara Mahesa ingin mengikuti Anda.Arunika memilih mengabaikannya. Ia tak mau perasaannya terganggu gara-gara lelaki itu. Lalu jarinya dengan cekatan melihat DM yang masuk, lalu menekan satu nama tertera disana.Dania. Apakah kalian telah bersekongkol untuk merebut Mahesa dari kami? Ingat Arunika, kalian telah lama bercerai, tak ada sedikit pun celah untuk masuk ke dalam rumah tanggaku.Senyum sinis tersungging dari bibirnya. Tak ada niat sedikit pun, Arunika keluar dari aplikasi itu. Tak ada untung baginya berhubungan dengan orang-orang yang telah menyakitinya dulu. Baginya, yang terpenting sekarang adalah bagaimana ia tetap bersikap tenang. Setelah ini ia yakin, Dania akan sering mengirimnya pesan lewat aplikasi itu. Begitu takutkah ia? Tak ingatkah dia dulu yang mengambil Mahesa dari sisinya? Ah, bukan. Lebih tepatnya mereka sama. Sampah memang coco

    Last Updated : 2022-09-27
  • Jerat Cinta Mantan Istri   Anak Siapa?

    Arunika memijat pelipisnya. Di depannya seorang ibu dengan anak balita yang masih berusia 2 tahun. Ibu itu mengeluh ketika anaknya sama sekali tidak mau makan, tetapi minum susu hingga enam botol Lebih.“Ibu, untuk anak usia 1 tahun, yang utama itu adalah makanan, bukan lagi susu.”“Tapi anak saya tidak mau makan, Dok.”“Itu karena anak Ibu terlalu kenyang dengan susu. Apalagi Ibu memberikan susu cokelat. Kandungannya tak lagi susu murni loh, Bu. Malah lebih banyak gula yang terkandung di dalamnya, itulah kenapa anak Ibu lebih cepat kenyang minum susu.”“Anak saya kalau tak di kasih mengamuk, Dok.”“Anak Ibu masih kecil, Loh. Masih bisa Ibu kontrol untuk makan, tidur dan lainnya. Anak yang harus mengikuti ibunya, bukan malah sebaliknya. Kuncinya itu ada pada Ibu sendiri, harus tegas dan konsisten memberi asupan makan yang baik untuk anak Ibu.”“Bagaimana ya, Dok. Anak saya selalu melepeh makanan, tidak mau mengunyah.”“Sedikit saya jelaskan ya, Bu. Anak itu mempunyai beberapa motorik.

    Last Updated : 2022-09-28
  • Jerat Cinta Mantan Istri   Mahesa Murka

    Mahesa berkali-kali memukul setir mobilnya. Segala umpatan keluar dari mulutnya. Ia tak terima. Sungguh. Penyesalan itu hinggap di hatinya begitu dalam. Apa lagi tadi Aksa berbicara tentang jodoh Arunika? Hah! Dia benar-benar kesal. Seharusnya Arunika memberinya kesempatan kedua. Seharusnya ia lebih berhak untuk kembali pada wanita itu. Bukankah dulu mereka pernah satu ranjang, bahkan pernah bersama di bawah selimut. Egonya menolak Arunika dekat dengan lelaki mana pun. Mahesa membunyikan klakson berkali-kali. Berharap mobil di depannya segera melaju. Bukankah sudah lampu hijau? Lama sekali. Mahesa membunyikan klakson lagi dengan tak sabar. Umpatan demi umpatan keluar dari mulutnya. Nafasnya kembali lega ketika mobil di depannya mulai berjalan. Dengan tak sabar, Mahesa menginjak pedal melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. “Ada apa?” tanya Mayra melihat kedatangan adiknya dengan wajah memerah menahan amarah. “Kakak tahu kalau Arunika sudah punya penggantiku?” Mayra mengernyit,

    Last Updated : 2022-09-28
  • Jerat Cinta Mantan Istri   Tidak Peka

    Arunika menatap langit senja dari balik balkon ruang praktiknya. Ruang praktiknya tak terlalu besar, namun cukup nyaman untuk di jadikan tempat bersantai. Jadwal praktiknya sudah habis, namun ia masih ingin sekadar duduk disana menikmati senja yang sebentar lagi akan pergi. Ia tak menampik, bahwa segala sesuatu yang terjadi pada hidupnya sudah menjadi jalan takdir yang di tetapkan oleh Allah.Berkali-kali dia menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Tak bisa di ingkari, terkadang ia menyesal. Bagaimana tidak, hidupnya jadi serumit ini. “Astagfirullah,” lirih Arunika. Bukankah dia harus ikhlas menerima takdir? Walaupun terkadang seolah takdir itu mempermainkannya. Dulu, dia pernah memimpikan pernikahan yang indah seperti kedua orang tuanya. Kisah yang sama pula terjadi dengan kakaknya, Aksara. Hanya bedanya, Rinjani, istri Aksara meninggal. Sedangkan nasibnya tragis karena menjanda karena di selingkuhi. Arunika melirik jam yang melingkar di pergelangan ya tangannya. Sudah menjel

    Last Updated : 2022-09-29

Latest chapter

  • Jerat Cinta Mantan Istri   Extra part 4- selesai

    "Polisi! Tolong panggil polisi!" Teriak Ratri.Rama menatap Ratri tajam. "Laporkan saja!" Tantang Rama. "Dan saya saya laporkan kalian yang sudah membunuh Dania dan bayinya!"Ratri membeliakkan mata. Rama memeluk jenazah Dania dengan terus memanggil nama wanita itu. Suaranya sangat pilu hingga membuat beberapa orang disana merasa iba. Ada juga beberapa yang berbisik-bisik seakan menanyakan hubungan keduanya.Arunika dan Kalandra memilih mundur dan tak ikut campur urusan mereka. Lagi pula, Arunika sudah tak ada hubungan apa pun dengan mereka, jadi biarlah mereka mengurus sendiri keributan itu.Arunika dapat melihat cinta yang besar dari mata Rama untuk Dania. Sayang sekali, Dania malah memilih cinta yang salah, dan harus berakhir dengan seperti ini. Arunika berharap pernikahannya dengan Kalandra tak akan seperti pernikahannya yang terdahulu.Arunika juga berharap dengan kejadian ini Mahesa akan sadar bahwa yang dilakukannya adalah salah, dan akan memperbaiki kelakuannya. Arunika meliri

  • Jerat Cinta Mantan Istri   Extra part 3

    "Mas," panggil Arunika kepada suaminya. "Dania meninggal," imbuhnya membuat Kalandra sedikit terkejut."Bayinya?"Arunika menggeleng lemah."Innalillahi wainna ilahi rooji'un.""Kita takziah kesana, ya, Mas?"Kalandra mengangguk mengiyakan ajakan wanita yang sudah menjadi istrinya itu. Mereka bersiap untuk menuju rumah Mahesa, sebelumnya menitipkan Tama terlebih dahulu kepada kedua orang tua Kalandra. "Tangan kamu dingin," ucap Kalandra ketika mereka dalam perjalanan menuju rumah duka.Arunika menatap Kalandra, "Aku hanya merasa sangat bersalah, Mas. Aku sudah mendengar dari Dania kalau kandungannya kali ini memang tak baik-baik saja. Dia sangat tertekan dengan pernikahannya."Arunika menunduk sedih. Dapat ia rasakan bagaimana rasanya menjadi Dania. Bedanya, ia tidak dalam keadaan hamil, tentu saja itu yang disyukurinya.Dania mengalami stres berat dan itu sangat bahaya untuk kandungannya, buktinya sekarang dia tak bisa bertahan. Hati Arunika mencelos mengingat anak mereka--Aruna yan

  • Jerat Cinta Mantan Istri   Extra part 2

    "Tolong selamatkan anakku," rintih Dania dengan peluh sudah memenuhi wajahnya.Sial. Mahesa makin panik melihat wajah Dania yang semakin memucat.Kalau saja Mahesa tahu jika sedari tadi Dania menahan nyeri diperutnya. Usia kandungannya memasuki usia delapan bulan, tapi memang kondisinya tak baik-baik saja karena ada pre-emklasia yang disebabkan stres.Harusnya Dania tak usah datang menemui Mahesa jika malah membuat janinnya dalam bahaya. Tapi, Dania masih berharap Mahesa akan meminta maaf padanya, tapi malah lelaki itu meminta kembali dengan sangat angkuh.Dania merasa terhina. Biarpun separuh hatinya masih milik Mahesa, tapi dia tak mau menjatuhkan harga dirinya berulang kali demi mendapat perhatian Mahesa. Pandangan Dania mulai mengabur, ia berusaha menarik napas dalam seperti yang dokter katakan padanya ketika kontraksi datang. Dania sering mengalami kontraksi palsu, dan dokter menyarankan agar dia tak terlalu banyak aktivitas dan banyak pikiran. "Dan, bertahanlah. Sebentar lagi

  • Jerat Cinta Mantan Istri   Extra Part

    "Kamu tak datang di pernikahan mereka?" Mahesa menggeleng lemas. Dia telah kalah, untuk apa menampakkan muka lagi di depan Arunika dan keluarganya. "Aku akan kesana," ucap Dania.Mahesa menatap Dania tak percaya. "Kamu yakin?"Dania mengangguk yakin. Dia tak ada masalah sama sekali dengan Arunika. Kesalahpahaman mereka sudah selesai, jadi tak ada alasan bagi Dania untuk tak pergi ke pernikahan Arunika dan Kalandra. "Ayo, kita rujuk."Dania bergeming."Kamu dengar? Ayo, rujuk."Dania tertawa mengejek. "Setelah kamu buang, memangnya aku akan sudi kembali sama kamu?" Mahesa membeliakkan mata tak percaya dengan respon Dania. "Maaf, silakan cari wanita lain. Aku tahu kamu menjadikanku sebagai pelarian karena telah patah hati atas pernikahan Arunika.""Aku akan bertanggung jawab dengan anak itu.""Anak yang mana? Aruna anakmu, tentu saja kamu harus bertanggung jawab menafkahinya," tegas Dania.Masih saja Mahesa seenaknya sendiri. Dania pikir, Mahesa akan berubah setelah mendapat pering

  • Jerat Cinta Mantan Istri   Surga Dunia 2

    Kalandra menghampiri Arunika yang tengah membaca buku di balkon kamar yang langsung berhadapan dengan laut luas. Penginapan yang mereka sewa memang terletak di atas pantai. Seperti penginapan terapung. Ada jalan terbuat dari kayu jati yang menghubungkan penginapan ini dengan daratan. “Sibuk?” tanya Kalandra membuat Arunika mengalihkan pandangannya. Menutup buku yang sedang ia baca, pandangan Arunika mengarah pada dua cangkir ditangan lelaki itu.“Kopi?”Kalandra mengangguk, lalu duduk di sebelah Arunika.“Sudah jam 9 kamu mau minum kopi, Mas?”“Sepertinya aku akan bergadang malam ini.”Arunika menatap Kalandra tak paham. “Mungkin kamu juga,” lanjutnya.Arunika menaikkan sebelah alisnya.“Bukankah tamu bulananmu sudah selesai?” Arunika tertegun. Seperti sadar apa yang dimaksud Kalandra, wanita itu segera memalingkan wajahnya dari tatapan lapar Kalandra.“Jadi ... bukankah kita butuh kopi?”Arunika tak menjawab. Jantungnya berdebar kencang.“Kenapa?” tanya Kalandra lirih membuat Aru

  • Jerat Cinta Mantan Istri   Surga Dunia

    “Kamu tahu,” bisik Kalandra saat mereka—dirinya dan Arunika duduk di sebuah pantai. “Aku mencintaimu sejak kita tumbuh dewasa bersama,” lanjutnya sembari menatap Arunika yang juga tengah menatapnya. Wajah Arunika memerah, bukan karena malu, tapi karena cahaya matahari sore yang menyorot ke arahnya. Senja mulai kembali ke peraduannya dan mereka masih duduk di sana untuk menikmati pemandangan sore.“Aku simpan rasa itu hingga nanti datang waktu yang tepat, saat aku meminangmu dan kita menjadi halal untuk mengungkapkan perasaan satu sama lain.” Kalandra mengembuskan napas pelan. Menatap nanar pada matahari yang benar-benar mulai tenggelam di ufuk barat.“Kamu tahu,” lirihnya. “rasanya sangat menyakitkan melihatmu bersanding dengan orang lain. Aku patah hati untuk pertama kalinya.”“Kenapa kamu tak melarangku, Mas?” tanya Arunika.“Aku tak punya hak untuk itu. Memangnya siapa aku? Bahkan selama beberapa tahun kita tak saling menyapa.”“Aku berharap kamu menahanku waktu itu, Mas,” ucap A

  • Jerat Cinta Mantan Istri   Halal 2

    Kalandra memegang kepala Arunika selagi Arunika masih mencium telapak tangannya. Ia berdoa dengan memegang ubun-ubun Arunika.“Allaahumma innii as-aluka khoirohaa, wa khoiro maa jabaltahaa 'alaihi, wa a'uudzu bika min syarrihaa, wa syarri maa jabaltahaa’alaihi.” (Ya Allah, sungguh aku mohon kepada-Mu kebaikan perempuan ini dan apa yang telah Engkau berikan dalam wataknya. Dan aku mohon perlindungan kepada-Mu dari kejelekan perempuan ini dan apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya.)Setelah mengucapkan doa, Arunika mengangkat kepalanya. Ditatapnya Kalandra yang juga tengah menatapnya. Ada perasaan hangat di dadanya, rasa haru yang membuat ia ingin meneteskan air mata, tapi ia tahan mati-matian. “Jangan nangis, nanti make up-nya luntur.” Arunika mengingat kata Hasna yang melarangnya untuk menangis di hari bahagia ini.“Kamu terlihat sangat cantik,” ucap Kalandra membuat Arunika tertunduk malu. Seulas senyum terbit dari bibir tipis Arunika. “Sudah boleh memujimu, kan?”Arunika

  • Jerat Cinta Mantan Istri   Halal

    Kalandra mematut dirinya di depan cermin. Jas abu dengan kemeja putih di dalamnya membuat penampilannya tampak gagah. Jendra berdiri di belakangnya dengan raut tak kalah semringah dengan Kalandra. “Akhirnya kamu yang pemenangnya.” Jendra menepung punggung Kalandra.Lelaki yang tingginya tak jauh lebih tinggi dari Kalandra itu tersenyum bangga. Setelah perjuangan Kalandra selama beberapa tahun, akhirnya lelaki itu mendapatkan buah kesabarannya.“Kamu akan menyusul segera,” hibur Kalandra.“Carikan yang seperti Arunika.”“Tidak ada lagi yang seperti dia.”Jendra mencebik. Entah, perasaannya menguap begitu saja pada Devina sejak wanita itu melakukan hal diluar batas. Jendra mengembuskan napas berat. Deviana. Bagaimana kabarnya? Terakhir bertemu beberapa hari lalu.“Kamu mengkhawatirkan Devina?” tanya Kalandra.“Sedikit.” Jendra menghempaskan bokongnya diatas kasur milik Kalandra.Ketukan pintu membuat Kalandra mengalihkan pandangannya pada kaca di depannya. “Sudah siap?” tanya wanita

  • Jerat Cinta Mantan Istri   Sebentar lagi

    Arunika mengangguk. Tak tampak keraguan sedikit pun dimatanya. Sementara Ratri merasa sedih, menantu yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri akan menjadi milik orang lain.“Kak,” Arunika memanggil Mayra. “Mohon doanya,” lanjutnya.Mayra tersenyum. Walaupun ia juga merasa sedih, Mayra lebih bisa menutupinya. Arunika berhak bahagia atas pilihannya. “Kakak mendoakan yang terbaik untukmu, Run,” ucap Mayra lirih.“Terima kasih.”____________Arunika menatap cermin di depannya. Wajah ayu dengan polesan riasan tipis, membuatnya tampak lebih cantik dari biasanya. Kebaya berbentuk gamis yang ia kenakan tampak indah membungkus tubuhnya. Persiapan yang sangat singkat.Beberapa kali Arunika mengambil napas lalu mengembuskannya. Hari yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, akhirnya ada di depan matanya. Setelah ini, ia berharap tak akan ada lagi masalah yang menderanya. Walaupun ia paham, satu hari setelah hari ini, kehidupannya akan berubah.“Bun.”Arunika mengalihkan pandangannya pada Tama

DMCA.com Protection Status