Home / Rumah Tangga / Jerat Cinta CEO Posesif / 6. Dibawah Kuasa Bara

Share

6. Dibawah Kuasa Bara

Author: Kristalbee
last update Last Updated: 2024-11-07 12:16:32

Buliran bening terus menetes dari pelupuk mata Sheila. Bara terus melumat bibirnya hingga terasa sedikit bengkak. Dia tidak bisa lepas karena kedua lengan kokoh Bara menahan tangannya. Bara menghentikan ciumannya lalu menatap Sheila dengan hasrat yang membara. 

"Sudah siap melihat diriku yang sebenarnya Shei?" tanya Bara bernada rendah berhasil membuat tubuh Sheila meremang. 

Dia memandang Bara gamang. "B-bara, aku belum siap. Aku takut," lirihnya dengan suara bergetar. 

"Takut?” tanya Bara terdengar mengejek. Dimana Sheila yang menantangku beberapa detik yang lalu?" sindirnya tersenyum miring. 

"A-aku tidak bermaksud," cicit Sheila. Sungguh dia benar-benar takut merasakan aura kelam suaminya. 

"Jangan harap aku akan berubah pikiran dengan wajah memelasmu itu!" kelakar Bara.

Dengan satu tarikan Bara merobek piyama Sheila.

"Bara!" pekik Sheila menutupi dadanya. 

Pria itu mengabaikan teriakan Sheila, matanya tertuju pada tubuh atas Sheila yang membuatnya kian bergairah.

Bara mencium bibir Sheila lembut lalu turun ke leher menghisap kulitnya meninggalkan jejak merah di sana. Sheila melenguh dengan napas menderu. Bara dengan cepat melepas kaitan bra itu. Dia tertegun melihat keindahan tubuh istrinya. Sheila tersentak ketika bibir Bara mencium dadanya, dia tidak mampu menolaknya. 

Sheila meremat spreinya saat Bara memainkan puncaknya dengan ujung lidah dengan gerakan menggoda. Tanpa sadar, Sheila melengkungkan punggungnya. Dia mulai terbakar gairah ditambah satu tangan Bara yang aktif meremas yang satunya menghadirkan sensasi nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sheila merasa area bawahnya basah sekarang.

Bara naik memastikan kondisi Sheila. Pria itu menjilat bibir bawahnya melihat Sheila berusaha mengatur napasnya.

Wanita itu terlihat menikmati walau awalnya menolak sentuhannya.

"Terima setiap gerakanku Shei, agar kau tidak tersiksa," kata Bara.

Bara memegang wajah Sheila menyambar bibir ranum itu lagi. Dia begitu menggilai bibir Sheila yang lembut dan terasa manis. Ciuman Bara kian menuntut tapi Sheila menahan kuat dirinya untuk tidak membalas, meski ciuman itu membuatnya terlena. 

Napas keduanya saling memburu diiringi jantung berdebar dan gelora yang membuncah. Bara membuka retsleting celananya, miliknya sudah menegang dan ingin segera dimanjakan. Bara dengan cepat menurunkan celana Sheila.

Sheila menjambak kuat rambut Bara ketika milik Bara menerobos masuk ke bagian sensitifnya. Dengan satu hentakan kuat tubuh mereka telah menyatu diiringi teriakan kesakitan Sheila juga geraman dari Bara.

"Tahan, Shei. Setelah ini, kau akan menikmatinya." Bara mulai bergerak maju mundur. Sheila kehilangan konsentrasi, rangsangan ini benar-benar membuatnya lemah. Bara terlihat gagah dengan rambut acak-acakan yang sialnya tampak seksi di mata Sheila.

Bara mempercepat temponya dan Sheila terus menahan rasa sakit akibat gesekan benda asing di dalam tubuhnya. Bara menggeram dan Sheila menjerit saat mereka mencapai puncak. Bara menyandarkan kepalanya di pundak Sheila. Napas mereka saling beradu. 

"Ini baru permulaan, Shei," bisik Bara.

Sheila menoleh kaget pada Bara.

"Cu-kup, ini sakit. Aku mohon pelan-pelan," pinta Sheila parau tapi terlambat Bara sudah berada di atasnya lagi. Sheila nyaris tak melihatnya bergerak tadi. Bara mengulum senyum. 

"Kau berada di bawah kendaliku!"

Bara kembali menggerakan tubuhnya brutal dia bahkan mencium Sheila tanpa ingin memberi jeda untuk bernapas barang sedetik pun. Pria itu dikuasai kabut gairahnya. Malam ini Bara akan menuntaskan hasratnya yang kian memuncak. Tidak peduli dengan suara isakan yang berganti desahan dan jeritan yang memintanya untuk berhenti. Sheila merintih dibawah kungkungannya, Sheila tidak berdaya untuk melawannya dan ini yang Bara inginkan. Sheila memang harus tunduk padanya.

**

Hawa panas menjalar ke kulit Bara. Pria itu terusik dan membuka kedua matanya perlahan. Rupanya tubuh Sheila menggigil dan wanita itu memeluknya begitu erat. Bara menempelkan tangannya ke kening Sheila.

"Shei, kau demam," gumam Bara kaget.

Bara kian panik saat wajah Sheila memucat. Dia melihat ke arah jam, pukul tujuh pagi. Pria itu hendak menggendong Sheila tapi detik selanjutnya Bara tersadar, dirinya dan Sheila masih dalam keadaan polos.

"Astaga!"

Bara turun dan mengambil pakaiannya di dalam lemari.

"Shei, pakailah," perintah Bara sudah bersiap memakaikan baju untuk Sheila.

"A-aku bisa memakainya sendiri," tolak Sheila merampas bajunya.

Bara berdecak kasar. Padahal kondisi Sheila terlihat lemas dan untuk duduk saja membutuhkan waktu cukup lama. 

"Berbaliklah!" perintah Sheila merasa risih dengan Bara yang menatapnya intens bercampur cemas.

"Untuk apa? Aku sudah melihat semuanya," balas Bara enteng. Sudut bibirnya melengkung mengingat setiap jengkal tubuh Sheila yang sangat menggoda untuk disentuh. 

"Bara!" geram Sheila bersemu malu mengingat pergulatan panas itu.

"Iya-iya, Shei," jawab Bara dengan kekehannya dan berbalik menghadap jendela. Bara menyesal karena kalah melawan hasratnya dan membuat Sheila kewalahan, dia sadar semalam dirinya begitu liar. Lihat saja, seluruh tubuh Sheila hampir penuh dengan jejak kemerahan karena ulahnya.

"Sudah selesai?" tanya Bara melirik lewat ekor matanya.

"Sudah," kata Sheila.

Bara berbalik dan membungkukan badannya membuat Sheila mengernyit.

"Ma-mau apa?" tanya Sheila grogi saat wajah Bara sangat dekat dengannya.

"Membawamu ke rumah sakit," jawab Bara.

"Tidak perlu, nanti aku juga sembuh," ketus Sheila.

"Kalau begitu aku panggil Dokter saja," pungkas Bara meraih ponsel miliknya.

Sheila memperhatikan Bara yang mulai keluar dari ruangan. Tubuhnya terasa kaku dan pegal apalagi di area sensitifnya. Sheila merasa jika Bara akan segera selesai namun ternyata belum, Bara seolah tidak pernah merasa puas. Dan itu benar-benar menguras habis tenaganya. 

"Mari, Dok," kata Bara mempersilahkan Dokter Hesti masuk. Dokter Hesti adalah Dokter pribadi keluarganya.

"Ya ampun!" seru Sheila terbelalak.

Bara ini sengaja atau memang bagaimana? Di saat Dokter Hesti masuk, Sheila baru menyadari jika keadaan kamarnya masih berantakan, sprei kusut serta pakaian semalam masih tersebar di lantai. Mau ditaruh dimana wajahnya?

Pria ini gila! geramnya. 

Rasanya Sheila ingin menjerit dan mengumpat pada Bara, tapi Sheila sadar. Itu tidak boleh! Nanti dia dosa.

Sheila semakin malu ketika Dokter Wanita itu tersenyum padanya. Pasti karena ada tanda merah di lehernya. Ciuman panas semalam masih sangat membekas bagi Sheila. Cepat-cepat Sheila mengenyahkan pikiran itu dan turut mengumbar senyum kecil.

"Dok, cepat periksa istri saya," pinta Bara tergesa. 

"Baik." Dokter pun mulai memeriksa detak jantung Sheila lalu mengeluarkan termometer dan melihat suhu tubuh yang muncul di sana.

"Demamnya cukup tinggi. Sepertinya Nyonya Sheila syok dan kelelahan. Apa belakangan ini ada yang membuat anda stres?" tanya Dokter Hesti.

Sheila melirik sinis ke arah Bara sementara Bara pura-pura tidak melihatnya.

Huh! Apa dia mendadak amnesia?! gerutu Sheila dalam hati.

"Saya memang banyak fikiran hari-hari ini Dokter," ungkap Sheila lelah.

Dokter Hesti mengangguk.

"Anda harus istirahat yang cukup Nyonya. Tolong perhatikan pola makan anda, jangan sampai telat makan karena hal itu yang membuat tubuh anda lemas," urai Dokter Hesti.

Beliau mulai mengeluarkan beberapa obat dari dalam tasnya.

"Saya akan memberi obat juga vitamin agar Anda cepat pulih. Anda harus makan makanan yang bergizi dan minum banyak air putih," tutur Dokter Hesti.

"Baik Dok," jawab Sheila.

"Berikan obat yang terbaik Dokter," timpal Bara.

"Tentu saja Tuan. Anda perhatian sekali, anda pasti sangat mencintai istri anda," puji Dokter Hesti membuat Sheila menghembuskan napas panjang.

‘Jika aku tidak mencintainya, aku tidak akan melakukan hal nekat dengan merebutnya di hari pernikahannya!’ batin Bara namun Pria itu hanya menampilkan senyum tipis.

Dokter Hesti mulai menjelaskan kapan dan berapa obat yang harus diminum Sheila kepada Bara. 

"Kalau begitu saya permisi Tuan. Lekas sembuh Nyonya Sheila," pamit Dokter Hesti.

"Terima kasih, Dok," ucap Sheila.

Bara duduk di pinggir ranjang membelai lembut pipi Sheila. Sementara Sheila memejamkan mata dan memalingkan wajah. Berusaha menghindari kontak mata dengan Bara.

"Shei, kau marah?" tanya Bara mengerut bingung.

Hening.

"Aku harus apa? Supaya kau tidak marah?" bujuk Bara dengan suara lembutnya.

Belum ada jawaban.

"Apa kau sakit karena aku?"

Pertanyaan itu membuat Sheila tertarik membalasnya dan tanpa sadar otaknya kembali memutar kejadian semalam. Dia menoleh ke arah Bara.

"Dasar Barbar!" rutuk Sheila.

"Apa barusan? Kau mengataiku? Suamimu sendiri?!" tanya Bara tidak percaya denga ucapan Sheila, lelaki itu terkejut.

"Iya Barbar!" seru Sheila lebih keras meski dengan suara serak.

Bara tergelak, suara tawanya menggema mengisi ruangan. Alih-alih merasa jengkel, panggilan itu justru membuat Bara senang. Bara menganggap itu panggilan sayang lain untuknya.

"Ya, aku akui. Kau memang benar," pungkas Bara masih dengan tawa yang semakin membuat lelaki itu tampan.

"Badanku rasanya remuk dan pegal karena ulahmu!" omel Sheila memasang raut wajah marah.

"Benarkah?" Sebelah alis Bara berjengit.

"Tengkuraplah, biar aku memijatnya," perintah Bara.

Sheila menggeleng, ia takut Bara justru melakukannya lagi.

"Sejak kapan profesimu berubah Barbar?" tanya Sheila perempuan itu menggenggam erat selimut yang menutupi hingga lehernya. Menolak halus sentuhan Bara yang akan memegang pundaknya.

"Sejak aku bersamamu, dan hanya bersamamu," ungkap Bara sungguh-sungguh.

Perubahan sikap Bara sangat kontras bila dibandingkan tadi malam. Sheila bahkan hanyut menyelami manik mata Bara. Mengagumi setiap inchi paras Bara yang menawan.

"Shei, apa sekarang kau mulai jatuh cinta padaku?" tanya Bara.

Related chapters

  • Jerat Cinta CEO Posesif   7. Salah Paham

    Kalimat itu membuat aliran darah Sheila berdesir. Dadanya berdebar, sebuah rasa yang menghadirkan kebimbangan di benaknya. Sheila menahan napas ketika Bara semakin merunduk bahkan hampir menyentuh bibirnya. "Tuan, hari ini ada rapat pen──"Anton berhenti berbicara ketika dia hampir masuk ke kamar Bara. Matanya melebar, Anton menelan ludahnya kasar. Pria itu segera berbalik badan. Refleks, Sheila berapaling muka sedangkanBara segera menegakkan punggungnya. "Siapa yang menyuruhmu masuk? Kenapa tidak mengetuk pintu?" gertak Bara dengan intonasi suara beratnya. Dari kerutan yang kentara di dahinya──jelas menunjukan jika Bara marah karena momen romantisnya terganggu."Ma-maaf, saya lancang Tuan, tapi pintu ini tidak ditutup tadi." Anton tergagap, aura Bara mengintimidasinya.Bara mendengus, dia beralih menatap Sheila hangat sembari mengusap puncak kepala Sheila."Aku tinggal dulu, hanya sebentar, Shei," ucap Bara lembut.Sheila mengangguk kecil. Dalam hati Sheila sangat berterima kasih

    Last Updated : 2024-11-08
  • Jerat Cinta CEO Posesif   8. Barbar Posesif

    Bara berada di ruang olahraga miliknya yang terletak di lantai dua. Dia terus meninju samsak di depannya secara brutal. Bara tidak habis pikir, Sheila begitu keras kepala. Alih-alih meminta maaf, Sheila terus menyanggah ucapannya. "Argh!" teriaknya. "Sheila ... Apa sesulit itu kau membalas perasaanku?" erang Bara frustasi. Jujur saja dia belum pernah jatuh hati sedalam ini.Bara berhenti dengan napas yang terengah-engah. Pelampiasannya cukup berpengaruh, emosinya perlahan mereda. Matanya terpejam lama merasakan butiran keringat menetes ke lehernya.Perasaannya mulai tenang. Bara akui dirinya egois karena terlalu menuntut Sheila. Harusnya dia sadar perasaan tidak bisa dipaksa secepat yang dia inginkan. "Aku harus sabar, ini hanya masalah waktu," gumamnya. Bara berdiri dan berjalan cepat menemui Sheila yang berada di kamar utama lantai tiga. Bara memegang kenop pintu sembari mengayunkannya pelan."Shei," panggil Bara lembut.Pandangan Bara menyapu ke seluruh penjuru, tapi Sheila t

    Last Updated : 2024-11-08
  • Jerat Cinta CEO Posesif   9. Dibandingkan

    "Bara! Kamu benar-benar menikah?" Bara memejam mendengar lengkingan suara ibunya."Astaga! Iya, Ma," jawab Bara menjauhkan ponselnya dari telinga."Ya, ampun! Dasar anak nakal! Siang ini, kamu datang ke rumah bawa istri kamu!" perintah Elisa."Tapi, Ma. Aku masih di kantor, nanti malam saja ya," terang Bara."Kamu bantah Mama?"Bara menghembuskan napas kasar. "Iya, Ma. Aku ke sana sekarang," pungkas Bara seketika panggilannya terputus sepihak. "Surat pengunduran diri, Bryan," gumam Bara melihat amplop di sudut mejanya. Dia meremat kertas itu lalu melemparnya ke tempat sampah."Bagus, tahu diri juga dia!"**Sheila tengah menyirami bunga-bunga di taman belakang. Kedua sudut bibirnya melengkung melihat bunga mawar merah yang tumbuh cantik di sini. Sheila tidak menyangka Bara menyiapkan semua ini untuknya. Ternyata, Bara mencoba mencari tahu kesukaannya. Tipikal pria yang romantis, pikirnya. "Dasar bucin," gumam Sheila senyumnya kian merekah.Sheila terkesiap, selang yang dia pegang te

    Last Updated : 2024-11-09
  • Jerat Cinta CEO Posesif   10. Pergi

    "Jaga-ja──" Sheila melotot geram. Benar dugaannya, Bara mengecup bibirnya tanpa izin."Barbar!" teriak Sheila melihat Bara berlari meninggalkannya."Haha!" Tawa berat Bara menggema di area dapur.Sheila mengejar Bara dan hendak memukulnya Bara tapi tidak jadi. "Ampun, Shei!" Bara mengangkat dua jari membentuk huruf V. Sheila terkekeh geli, ekspresi wajah Bara berhasil menggelitiknya. "Sejak kapan seekor Harimau berubah menjadi seekor Kucing?" dengus Sheila mencubit pipi Bara.Bara mengendikan bahu, dia lantas mengambil clemek berwarna merah muda dan memakainya. Pria gagah itu berkacak pinggang."Cocok tidak?" tanya Bara mengangkat kedua lengan berniat memamerkan ototnya.Sheila menggeleng dan terkekeh pelan. "Tidak masalah, yang penting aku cocok jadi suamimu," ucap Bara percaya diri."Iya-iya," balas Sheila mulai menyiapkan bahan-bahan dari kulkas.Bara mengambil satu bungkus tepung terigu lalu membukanya kasar."Uhuk!" Bara terbatuk, tangannya mengibaskan tepung yang menguap di

    Last Updated : 2024-11-10
  • Jerat Cinta CEO Posesif   11. Cemburu

    Kedua mata Sheila melebar mendengar keinginan Bara. "A-aku tidak bisa," lirih Sheila. Dia menatap manik mata Bara cemas."Kenapa?" tanya Bara kecewa Sheila menolaknya.Sheila menggigit bibirnya, "Pagi tadi aku ... datang bulan," kata Sheila.Maaf, aku terpaksa bohong, batin Sheila. Dia masih takut dengan Bara bila menyangkut urusan ranjang. Jujur saja, Sheila masih belum siap melayani Bara sepenuhnya.Bara mengusap pipi Sheila. "Jika memang iya, kenapa kau terlihat gusar?" tanya Bara menyelidik."Takut kamu marah," lirih Sheila.Bara memeluk Sheila, "Aku ini suamimu. Apa aku terlihat menyeramkan?" gerutunya mendadak emosi sendiri.Sheila tersenyum, "Sedikit, kamu kan Barbar!" imbuh Sheila membuat Bara mengeratkan pelukannya. Pria itu menunduk menciumi puncak kepala Sheila gemas. Sheila mendongak membuat ciuman Bara mendarat di keningnya."Tapi ... apa alasanmu menyukaiku, Bara? Kenapa bisa yakin denganku? Padahal kita belum saling mengenal." Sheila selalu bertanya-tanya, apa yang mem

    Last Updated : 2024-11-11
  • Jerat Cinta CEO Posesif   12. Diculik

    "Shei, jangan menggodaku. Kau membuat konsentrasiku buyar," peringat Bara namun dia justru terpesona meneliti paras cantik Sheila. Sheila memundurkan wajahnya hendak bangkit dari pangkuan Bara. "Eits! Tidak semudah itu keluar dariku Sayang," sergah Bara mendekap pinggang ramping Sheila. "Apalagi? Bukankah aku hanya akan mengganggumu?! Lepaskan aku!" kesal Sheila merajuk."Aku belum selesai." Bara memiringkan wajah, mendaratkan kecupan singkat di bibir Sheila. Kali ini Bara berubah dominan. Bara menjelajahi rahang Sheila, mengecupi lehernya membuat Sheila mendesis pelan. Ciuman ini begitu memabukan. Bara kembali naik melumat bibir Sheila. Memagutnya lembut dan penuh perasaan. Bara menekan tengkuk leher Sheila berniat memperdalam ciumannya.Sheila membuka mulutnya memberi akses lidah Bara untuk masuk. Ciuman ini terasa membakar, Bara semakin bernafsu menciumnya. Basah dan panas. Kedunya berhenti, saling menatap dengan kilatan mata penuh gairah. "Mau lagi?" tanya Bara dengan binar d

    Last Updated : 2024-11-11
  • Jerat Cinta CEO Posesif   13. Hampir Celaka

    Bara berdiri dengan raut wajah tersenyum senang. Dia tengah menjabat tangan seorang investor yang resmi bergabung dalam pembangunan villa di salah satu kawasan wisata sedang populer tapi masih kurang dalam sarana infrastruktur."Senang bekerja sama dengan anda, Mr. Bara," puji Adam, seorang pria berusia 50 tahun. "Begitu juga saya. Terima kasih Mr. Adam," balas Bara.Satu per satu dari mereka keluar dari ruang meeting. Sementara Bara masih ada di sana bersama Calvin."Rapat ini berjalan sesuai dengan harapan," ucap Bara puas. Dia yakin dengan adanya pembangunan di desa yang lumayan terpencil itu akan mendatangkan banyak wisatawan. Mereka pasti akan terpana dengan keindahan pantai juga pasir putihnya yang berdampak pada keuntungan besar bagi perusahaan juga masyarakat yang tinggal di sekitarnya.Bara yang hanyut dalam bayangannya dikejutkan getaran ponsel di saku celananya. Tatapannya menajam disertai kedua alis yang hampir menyatu kala membaca pesan dari nomor asing itu. Tidak Dik

    Last Updated : 2024-11-13
  • Jerat Cinta CEO Posesif   14. Candu

    "Kita pasti hidup bahagia."Bara membawa Sheila keluar dari gedung yang terbengkalai yang tampak berantakan dan dipenuhi sarang laba-laba karena pembangunannya tidak dilanjutkan. Calvin membukakan pintu mobil. Bara merendahkan tubuhnya untuk mendudukkan Sheila."Aku ingin pulang," lirih Sheila parau dalam dekapan Bara."Iya. Kita memang akan pulang," jawab Bara mengusap punggung Sheila."Tidak. Aku ingin pulang ke rumahku," tukas Sheila. Dia merindukan orang tuanya, dia ingin merasakan kehangatan rumahnya, tempat di mana dia dibesarkan dengan kasih sayang."Kita akan ke sana," ucap Bara tenang. Gurat ketakutan dari wajah Sheila adalah hal yang membuat Bara murka. Sial! Miliknya terluka. Kalian akan menyesal karena berurusan denganku!**"Calvin. Perketat keamanan di sini!" perintah Bara lugas. "Siap, Bos."Bara menggandeng tangan Sheila dan berdiri di depan pintu lalu menekan bel. Laras membuka pintu rumahnya, terkejut dengan kedatangan Sheila dan Bara yang tiba-tiba."Sheila," gum

    Last Updated : 2024-11-13

Latest chapter

  • Jerat Cinta CEO Posesif   32. Ide Gila

    Tanpa pikir panjang Sheila bergegas menuju lokasi itu. Sheila sampai di sana dengan piyama merahnya yang membara seperti amarahnya saat ini. Dia berhenti di depan pintu di mana dua orang berbadan besar menghalangi langkahnya."Tunggu sebentar, apakah anda bisa menunjukkan kartu anggota untuk masuk kemari?"Anggota? Oh, Sheila tahu tempat ini hanya dipakai oleh orang-orang elit."Suamiku ada di dalam sana. Jadi biarkan aku masuk!" hardik Sheila."Tidak bisa!""Oh jadi begitu? Kamu tidak akan tau seberapa kuat tenaga wanita saat marah!" Sheila menaikkan baju lengannya.Sheila memutar lengannya lalu meninju perut pria itu. Ketika pria yang satunya berusaha memegang tangannya, Sheila dengan cepat menginjak kaki pria itu dan meninju wajahnya.Sheila berlari masuk, dentuman musik yang keras menyambutnya membuat Sheila merasa pusing mendengarnya. Pandangannya mengedar mencari Bara. Sheila terbelalak melihat Bara tengah duduk diapit oleh dua orang wanita. Dari raut wajahnya Bara begitu menik

  • Jerat Cinta CEO Posesif   31. Egois

    Setelah melihat Sheila pergi, Bara langsung mendorong Monica."Kau kasar sekali!" protes Monica yang terjatuh di lantai mengusap pinggulnya. Padahal sedikit lagi bibirnya menyentuh bibir Bara. Sedikit lagi."Giliranmu pergi!" tegas Bara dingin.Monica memberengut. Dia memang tidak pernah dihargai oleh Bara. Jelas-jelas pria itu duluan yang bersikap manis padanya. Lalu, mengapa sikapnya berubah drastis? Sifat Bara jauh lebih ekstrim jika dibandingkan dengan perubahan cuaca."Keluar atau aku panggil Satpam untuk menyeretmu pergi!" Kedua mata Monica membelalak."Bukankah tadi kau bersikap baik padaku?" protes Monica."Satu!" Bara mulai memberi aba-aba."Oh, jangan bilang kau hanya memanfaatkanku?""Dua!""Oke! Tapi aku tidak akan menyerah!" tegas Monica.Bara menyandarkan punggungnya di kursi. Dia mulai frustasi, hatinya menjadi khawatir pada Sheila. Kesedihan di sorot mata bening itu tercetak nyata. Bara rindu senyum Sheila. Dia rindu merayu Sheila hingga pipi wanita itu bersemu. Namun

  • Jerat Cinta CEO Posesif   30. Kecewa

    Berulang kali Sheila menghirup napasnya dalam-dalam, meyakinkan jika semuanya baik-baik saja. Dia memegang daun pintu itu perlahan lalu menutupnya pelan. Sheila terkejut saat mata tajam Bara tertuju padanya. "Dasar wanita murahan, kenapa kau ada disini?" sapa Bara dengan nada menghina. Sheila tertohok, kalimat itu kembali mengiris hatinya, namun Bara mengatakan itu di luar kesadarannya. Pria itu berada di bawah pengaruh alkohol. Sheila menulikan pendengarannya menganggap itu hanyalah angin lalu."Pergilah! Aku tidak membutuhkanmu!" bentak Bara membuat Sheila berlari menghamburkan diri memeluk Bara."Aku mencintaimu, jangan seperti ini," lirih Sheila mengeratkan pelukannya tapi Bara dengan mudah menghempaskannya. "Aku sangat muak padamu!" rutuk Bara melihat Sheila terjatuh di lantai. Bara mencengkeram rahang Sheila membuat sekujur tubuh Sheila menegang."Polos tapi penipu!" rutuk Bara menyentak dagu Sheila.Tubuh Bara ambruk, tapi Sheila memeluknya. Dia tidak akan membiarkan wajah B

  • Jerat Cinta CEO Posesif   29. Pelampiasan

    Tidak ada hal yang lebih menyakitkan daripada kehilangan dan pengkhianatan. Bara. Sheila bersimpuh menahan kaki Bara. "Barbar, dengarkan aku," rintihnya mendongak dengan mata sembabnya.Bara mengetatkan rahangnya, muak menatap wajah Sheila yang basah penuh air mata palsu. Lihatlah, betapa pintar wanita itu mengiba memohon padanya."Singkirkan tanganmu!" maki Bara lantang, dia lantas menarik kakinya kasar membuat Sheila terdorong ke depan. Pria itu benar-benar dibutakan emosi.Sheila segera bangkit menyusul Bara dengan tegesa menuruni anak tangga."Jangan bersikap egois, kemarahanmu tidak akan menyelesaikan semuanya!" jerit Sheila berusaha meredam amarah suaminya.Bara berbalik sambil memegang guci yang berukuran cukup besar."Berhenti!" perintah Bara pada Sheila yang berdiri di anak tangga terakhir."Jangan menyakitinya," ucap Bryan parau, dia menuruni tangga sambil memegangi perutnya yang terasa perih."Kau tidak akan tau hal gila apa yang aku lakukan jika kau terus mengejarku! Me

  • Jerat Cinta CEO Posesif   28. Perselisihan

    Bara tersenyum sambil mengangguk membuat kedua mata Monica berbinar. "Aku akan menunjukkannya." Monica memegang tali gaunnya yang tipis berniat menurunkannya."Kau salah paham." Bara menahan tangan Monica."Aku sama sekali tidak tertarik," ucap Bara datar. Monica mengernyit kesal mendengar respon Bara. "Kau bisa memikat banyak pria di luar sana, kecuali aku." Bara berkata mutlak. Pria itu kembali memasang wajah dingin dan tatapan tajamnya. "Bara! Kau melukai harga diriku!" geramnya dengan wajah memerah diiringi napas memburu.Bara berdecak, "Justru kau yang merendahkan harga dirimu! Keluar!" usir Bara sambil menyeret paksa tangan Monica lalu membanting pintunya kasar. Monica menghentakkan kakinya kesal. "Aku berjanji akan membuatmu menyesal!" jeritnya tepat di depan pintu kamar Bara.**Terhitung sudah lima hari Bryan sering datang mengunjungi Sheila. Tidak ada hal yang mencurigakan. Bryan tetap menjaga batasannya. Namun yang membuat Sheila resah adalah Bara yang tidak bisa dihubu

  • Jerat Cinta CEO Posesif   27. Kepingan Masa Lalu

    Sheila berjalan mendekat guna mengamatinya lebih jelas. Matanya melebar, benda itu tampak tidak asing baginya.Ini mirip seperti milikku dulu, batinnya.Jepit berwarna pink berbentuk pita dengan bunga ungu di atasnya. Sheila bahkan memiliki pasangannya di rumah.Bagaimana mungkin Bara juga memilikinya?Robert menghela napas dan menatap Sheila dalam-dalam. "Sebenarnya Bara berusaha mencari gadis itu, tapi kami kesulitan menemukannya karena Bara tidak tau namanya. Yang dia katakan anak itu manis dengan rambut dikucir dua. Sebelumnya dia tidak pernah merengek namun, saat itu dia malah menangis keras ingin bertemu," jelas Robert semakin menambah rasa penasaran Sheila."Lalu bagaimana, Pa?" tanya Sheila sangat menanti kelanjutannya.Robert tertawa mengingat kejadian itu. "Aku hanya bisa berkata Bara, setiap kau memegangnya. Bayangkan jika gadis kecil itu ada bersamamu. Lalu aku memegang kedua pundaknya meyakinkan dia, suatu saat nanti kalian pasti bertemu.""Bagaimana tanggapannya?" "Dia

  • Jerat Cinta CEO Posesif   26. Bumerang

    "Kenapa kamu seperti ini Yan?'Alih-alih terpengaruh oleh kata-kata Bryan. Sheila justru dibuat kaget dengan sifat Bryan yang berubah drastis, dia berjalan maju mengikis jarak di antara mereka."Kenapa kamu selalu berpikir buruk tentang Bara? Bryan yang aku kenal bukan orang yang seperti ini," lanjutnya. Tatapan Bryan berubah pilu "Haruskah aku menjelaskannya, She?" tanyanya dengan suara rendah. Rasa kecewa dan kesedihan itu sangat kentara dari matanya.Sheila memegang pundak Bryan, memandang sendu pada pria yang dulu selalu mengisi hatinya, mengibur di kala sedih dan memberi warna pada setiap harinya. Yang Sheila tahu Bryan bukan orang yang egois, dia selalu mempedulikan orang lain sebelum dirinya. "Kamu pantas mendapatkan yang lebih baik, Yan. Ini bukan akhir kisah cintamu, kamu harus bangkit dan temukan cinta sejati itu," ucap Sheila penuh perhatian.Pandangan Bryan terarah pada pigura foto Bara. Rahangnya mengetat dan matanya menggelap penuh kebencian."Dia merusak kebahagiaan k

  • Jerat Cinta CEO Posesif   25. Malam Yang Panjang

    Bara memandang Sheila yang duduk di pahanya. Detak jantungnya berdebar tidak karuan. Hawa panas kian menyelubungi dirinya. Mengapa Sheila sangat manis dan seksi secara bersamaan? Bahkan untuk berpaling darinya barang sedetik saja, Bara tidak mau.Sheila menatapnya ragu, lamat-lamat bibir ranumnya yang sedikit bengkak bergerak. "Boleh aku menyentuhnya?"Seharusnya dia langsung menyentuhnya, seperti aku yang langsung menjamah setiap jengkal tubuhnya tanpa menunggu persetujuannya. Tapi, aku tidak bisa membandingkan diriku dengan Sheila. Dia adalah wanita yang lembut dan hati-hati, ucap Bara dalam hati.Bara bangun, sorot matanya menatap sayang pada istri polosnya. Dia mengambil tangan Sheila dan menaruhnya di sana."Sentuh aku di mana pun yang kau mau," bisik Bara serak. Dia menghirup kuat aroma di leher Sheila sambil memejamkan mata menikmati wangi vanila yang menguar di indera penciumannya. Bara melarikan bibirnya di sepanjang kulit leher Sheila dan berakhir mengecup dadanya singkat.

  • Jerat Cinta CEO Posesif   24. Tidak Tahan

    "Barbar," cicit Sheila memegang tangan Bara yang memegang salah satu bukit kembarnya. Pipinya bersemu merasakan napas Bara di lehernya kian memburu."Hm." Balasan bersuara berat itu mengalun rendah di telinganya. Sebelah tangan Bara bergerak naik ke pundaknya. Sheila menoleh lalu menahan tangan Bara yang ingin menurunkan tali lingerinya.Kening Bara mengerut keberatan. "Kau tidak suka aku menyentuhmu?" tanyanya agak tersinggung. Wajahnya yang semula berseri-seri berubah muram.Sheila terkekeh sambilberbalik, dia lantas mengalungkan tangannya di leher Bara. Ia memperhatikan detail ekspresi kesal suaminya."Sudah tidak tahan?" rayu Sheila mengangkat sebelah alisnya. Tangannya turun kemudian melepas dua kancing kemeja Bara. Dia lantas tersenyum jahil membuat Bara menggigit pipi bagian dalamnya, gemas.Bara langsung mendekap erat pinggang Sheila, merapatkan tubuh mereka. Karena itu, Sheila merasa sesuatu yang keras membentur perutnya. Seketika jantungnya berdegup kencang.Bara mengangk

DMCA.com Protection Status