Share

10. Pergi

Penulis: Kristalbee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-10 12:21:52

"Jaga-ja──" 

Sheila melotot geram. Benar dugaannya, Bara mengecup bibirnya tanpa izin.

"Barbar!" teriak Sheila melihat Bara berlari meninggalkannya.

"Haha!" Tawa berat Bara menggema di area dapur.

Sheila mengejar Bara dan hendak memukulnya Bara tapi tidak jadi. 

"Ampun, Shei!" Bara mengangkat dua jari membentuk huruf V.  

Sheila terkekeh geli, ekspresi wajah Bara berhasil menggelitiknya. "Sejak kapan seekor Harimau berubah menjadi seekor Kucing?" dengus Sheila mencubit pipi Bara.

Bara mengendikan bahu, dia lantas mengambil clemek berwarna merah muda dan memakainya. Pria gagah itu berkacak pinggang.

"Cocok tidak?" tanya Bara mengangkat kedua lengan berniat memamerkan ototnya.

Sheila menggeleng dan terkekeh pelan. 

"Tidak masalah, yang penting aku cocok jadi suamimu," ucap Bara percaya diri.

"Iya-iya," balas Sheila mulai menyiapkan bahan-bahan dari kulkas.

Bara mengambil satu bungkus tepung terigu lalu membukanya kasar.

"Uhuk!" Bara terbatuk, tangannya mengibaskan tepung yang menguap di udara.

"Astaga! Pelan-pelan bukanya." Sheila tertawa melihat wajah Bara yang penuh tepung.

"Tinggal aku goreng," gurau Sheila meratakan tepung di wajah Bara.

"Kau berani melakukannya?" Bara menoel hidung Sheila. Ia menampakkan raut sangarnya membuat nyali Sheila menciut.

Sheila meringis sambil menggeleng polos. "Coba tutup mata dulu," perintah Sheila pada Bara. Tak disangka pria itu menurut. Sheila mengeluarkan ponselnya.

"Bagus," puji Sheila melihat hasil fotonya.

Bara terbelalak mendengar suara jepretan kamera.

"Astaga! Hapus Shei," titah Bara berat.

"Tidak," tolak Sheila men-zoom detail paras Bara.

"Ini lucu, manusia salju," kekeh Sheila membuat Bara menatapnya tajam.

"Olaf?!" tanya Bara meninggi.

"Itu boneka salju," tepis Sheila.

"Shei, aku tidak suka disamakan," peringat Bara bersidekap tangan bersandar pada meja dapur.

"Kau marah?" tanya Sheila memegang wajah Bara.

"Sini-sini aku bersihin, sayangnya aku," lirih Sheila menghilangkan noda putih di pipi Bara.

"Bilang apa?" tanya Bara.

"Tampan," Sheila mengusap-usap pipi Bara. Kedua sudut bibir Bara terangkat membentuk lengkungan.

"Nah begitu, sekali-kali puji suaminya," timpal Bara.

"Ayo kita buat! Kapan selesainya kalau bercanda terus?" omel Sheila mulai fokus membuat adonannya.

"Iya, istriku yang bawel!" Bara mendaratkan ciuman di pipi Sheila.

Sekitar 50 menit berlalu, bolu buatan Sheila dan Bara sudah jadi. Terakhir, mereka menambahkan parutan keju sebagai topping. 

"Akhirnya, sudah jadi," ucap Sheila tersenyum pada Bara.

"Ayo, kasih ke Mama," ajak Bara.

"Lebih baik kau saja. Nanti Mama tidak suka jika tau kue ini buatanku," cemas Sheila. 

Bara paham akan perasaan Sheila, ia lantas berjalan lebih dulu sedangkan Sheila memberi jarak dengan Bara.

"Bolu kesukaan, Mama," ucap Bara menghampiri Elisa.

Elisa langsung berdiri, wajahnya berseri.

"Cantik sekali tampilannya," puji Elisa kagum.

Elisa langsung mengambil satu potongan bolu itu. Awalnya Elisa sangat menikmati karena rasanya yang lembut juga takaran keju yang pas di lidahnya.

"Buatan Sheila," cetus Bara tiba-tiba.

"Uhuk-uhuk!" Elisa tersedak. Ia lantas mengambil tisu untuk mengelap bibirnya.

"Pantas saja, rasanya tidak enak," keluh Elisa menaruh kembali potongan bolunya.

Monica yang penasaran ikut berdiri. "Masa sih, Tan?" tanya Monica, ia turut mencicipinya.

"Terlalu banyak keju, membuatku ingin muntah," ejek Monica menutup mulutnya.

"Jaga bicaramu!" gertak Bara lugas kepada Monica.

Tatapan Elisa mengarah pada Sheila. 

"Usahamu sia-sia, Sheila! Sulit untuk meluluhkan hati saya. Karena kau bukan tipe menantu idaman saya!" tegas Elisa.

Kalimat demi kalimat itu menyakiti hati Sheila. Namun, Sheila tetap bungkam.

"Kamu tidak secantik Monica. Lihat! Dia modis dan seksi sementara kamu. Nilai saja sendiri penampilanmu!" 

Monica tersenyum puas ketika Elisa membelanya di depan Sheila. Ya, harusnya Sheila sadar diri. Dia sama sekali tidak pantas bersama Bara. Kasta sosial mereka terbilang sangat jauh.

"Cukup, Ma. Tolong hargai, Sheila," pinta Bara menahan amarah.

"Wanita rendahan seperti ini kau bela?"

Tangan Bara mengepal, sudah cukup kesabarannya. "Apa yang Mama katakan itu tidak benar!" kelakar Bara.

"Apa gunanya terlihat cantik di luar tapi busuk di dalam?!" sindir Bara pada Monica.

Bara menarik tangan Sheila mengajaknya pergi dengan paksa.

"Hebat sekali kau Sheila, kau sudah membuat Bara berubah!" Elisa menatap kepergian Bara dan Sheila dengan kebencian. 

"Bagaimana pun caranya, kita harus membuat Bara membenci, Sheila!" geram Elisa.

**

Sheila menghentakkan tangannya dari cekalan Bara begitu keduanya berada di luar rumah.

"Bara, sikapmu tidak sopan! Dia ibumu!" tegur Sheila.

"Aku emosi, Shei. Kau berharga untukku dan aku tidak akan membiarkan orang lain menyakitimu, termasuk Mamaku. Ucapan Mama tadi keterlaluan." Sorot mata Bara menajam.

"Bara, kamu harus minta maaf," pinta Sheila lembut.

"Kita pergi," ajak Bara mengabaikan ucapan Sheila. 

"Tidak," tolak Sheila tetap pada posisinya.

Bara menghembuskan napas kasar. "Aku akan minta maaf, tapi tidak sekarang, Shei!" ucap Bara penuh ketegasan.

"Kenapa harus menunda?"

"Supaya Mama memikirkan tentang ucapannya. Kau tidak serendah itu, kau sempurna di mataku,” ucap Bara tulus. 

Sepuluh menit berlalu, keduanya sama-sama diam. Sheila yang masih terpaku dengan kata-kata Elisa yang terngiang di kepalanya. Sementara Bara berusaha mengontrol emosinya.

"Kejadian tadi jangan dipikirkan. Aku memang sering bertengkar dengan Mama. Mama selalu posesif ke aku dari kecil," jelas Bara.

Pantas saja, kamu juga sama, batin Sheila. 

"Kita mau kemana?" tanya Sheila lantaran jalan yang dilalui tidak mengarah ke rumah mereka.

Bara meraih tangan Sheila, menyelipkan jemarinya. Pria itu lantas mencium tangan Sheila.

"Nanti juga tau," balasnya.

Jalan yang Bara lalui membuat Sheila akhirnya tahu tujuan Bara. Mobil Bara menepi dan berhenti. Pria itu turun──mengitari mobilnya dan membukakan pintu untuk Sheila. 

Bara mengulurkan tangan membuat Sheila langsung meraihnya. Langkah keduanya mengayun menuju bibir pantai. Aroma khas pantai juga pasir putih halus yang dipijaknya memberi ketenangan. Warna jingga berpadu rona kemerahan yang membentang di langit menyambut kedatangan mereka. Senja, lukisan semesta yang selalu memanjakan mata.  

"Selain suka senja, aku juga menyukaimu. Ralat mencintaimu," ungkap Bara dengan tangan memeluk erat pinggang Sheila.

"Rasamu ke aku bagaimana?" tanya Bara pelan membalikan tubuh Sheila agar menghadapnya.

Jantung Sheila berdebar kencang mendengarnya. Desiran ombak seolah mewakili aliran darahnya.

"Ada," jawab Sheila.

"Berapa persen?" tanya Bara.

"Em, rahasia," jawab Sheila membuat Bara menggendongnya. Pria itu memutar tubuhnya membuat Sheila refleks memeluk erat leher Bara.

Seumur hidupnya, baru Bara yang memperlakukan dirinya istimewa. Bahkan bersama Bryan, rasanya tak seindah ini. Sheila terbuai dalam manisnya sikap Bara. Tawa mereka berbaur sebelum akhirnya suara berat Bara terdengar menuntut.

"Berapaa?!" Bara menghentikan gerakannya. Manik matanya menatap Sheila dalam-dalam penuh harapan.

"50 persen," jawab Sheila hati-hati.

Tiba-tiba Bara menurunkan Sheila, seolah tidak puas dengan jawaban istrinya. Ketegangan tergambar jelas di raut wajah Sheila. Apa Bara marah dengan pengakuannya?

Bara memegang wajah Sheila dengan satu tangan merengkuh erat pinggang Sheila.

"Shei, ayo ...." Bara menggantung kalimatnya. 

Satu alis Sheila terangkat, penasaran. "Mau apa?”

“Making love,” jawab Bara serak. 

Bab terkait

  • Jerat Cinta CEO Posesif   11. Cemburu

    Kedua mata Sheila melebar mendengar keinginan Bara. "A-aku tidak bisa," lirih Sheila. Dia menatap manik mata Bara cemas."Kenapa?" tanya Bara kecewa Sheila menolaknya.Sheila menggigit bibirnya, "Pagi tadi aku ... datang bulan," kata Sheila.Maaf, aku terpaksa bohong, batin Sheila. Dia masih takut dengan Bara bila menyangkut urusan ranjang. Jujur saja, Sheila masih belum siap melayani Bara sepenuhnya.Bara mengusap pipi Sheila. "Jika memang iya, kenapa kau terlihat gusar?" tanya Bara menyelidik."Takut kamu marah," lirih Sheila.Bara memeluk Sheila, "Aku ini suamimu. Apa aku terlihat menyeramkan?" gerutunya mendadak emosi sendiri.Sheila tersenyum, "Sedikit, kamu kan Barbar!" imbuh Sheila membuat Bara mengeratkan pelukannya. Pria itu menunduk menciumi puncak kepala Sheila gemas. Sheila mendongak membuat ciuman Bara mendarat di keningnya."Tapi ... apa alasanmu menyukaiku, Bara? Kenapa bisa yakin denganku? Padahal kita belum saling mengenal." Sheila selalu bertanya-tanya, apa yang mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Jerat Cinta CEO Posesif   12. Diculik

    "Shei, jangan menggodaku. Kau membuat konsentrasiku buyar," peringat Bara namun dia justru terpesona meneliti paras cantik Sheila. Sheila memundurkan wajahnya hendak bangkit dari pangkuan Bara. "Eits! Tidak semudah itu keluar dariku Sayang," sergah Bara mendekap pinggang ramping Sheila. "Apalagi? Bukankah aku hanya akan mengganggumu?! Lepaskan aku!" kesal Sheila merajuk."Aku belum selesai." Bara memiringkan wajah, mendaratkan kecupan singkat di bibir Sheila. Kali ini Bara berubah dominan. Bara menjelajahi rahang Sheila, mengecupi lehernya membuat Sheila mendesis pelan. Ciuman ini begitu memabukan. Bara kembali naik melumat bibir Sheila. Memagutnya lembut dan penuh perasaan. Bara menekan tengkuk leher Sheila berniat memperdalam ciumannya.Sheila membuka mulutnya memberi akses lidah Bara untuk masuk. Ciuman ini terasa membakar, Bara semakin bernafsu menciumnya. Basah dan panas. Kedunya berhenti, saling menatap dengan kilatan mata penuh gairah. "Mau lagi?" tanya Bara dengan binar d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Jerat Cinta CEO Posesif   13. Hampir Celaka

    Bara berdiri dengan raut wajah tersenyum senang. Dia tengah menjabat tangan seorang investor yang resmi bergabung dalam pembangunan villa di salah satu kawasan wisata sedang populer tapi masih kurang dalam sarana infrastruktur."Senang bekerja sama dengan anda, Mr. Bara," puji Adam, seorang pria berusia 50 tahun. "Begitu juga saya. Terima kasih Mr. Adam," balas Bara.Satu per satu dari mereka keluar dari ruang meeting. Sementara Bara masih ada di sana bersama Calvin."Rapat ini berjalan sesuai dengan harapan," ucap Bara puas. Dia yakin dengan adanya pembangunan di desa yang lumayan terpencil itu akan mendatangkan banyak wisatawan. Mereka pasti akan terpana dengan keindahan pantai juga pasir putihnya yang berdampak pada keuntungan besar bagi perusahaan juga masyarakat yang tinggal di sekitarnya.Bara yang hanyut dalam bayangannya dikejutkan getaran ponsel di saku celananya. Tatapannya menajam disertai kedua alis yang hampir menyatu kala membaca pesan dari nomor asing itu. Tidak Dik

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Jerat Cinta CEO Posesif   14. Candu

    "Kita pasti hidup bahagia."Bara membawa Sheila keluar dari gedung yang terbengkalai yang tampak berantakan dan dipenuhi sarang laba-laba karena pembangunannya tidak dilanjutkan. Calvin membukakan pintu mobil. Bara merendahkan tubuhnya untuk mendudukkan Sheila."Aku ingin pulang," lirih Sheila parau dalam dekapan Bara."Iya. Kita memang akan pulang," jawab Bara mengusap punggung Sheila."Tidak. Aku ingin pulang ke rumahku," tukas Sheila. Dia merindukan orang tuanya, dia ingin merasakan kehangatan rumahnya, tempat di mana dia dibesarkan dengan kasih sayang."Kita akan ke sana," ucap Bara tenang. Gurat ketakutan dari wajah Sheila adalah hal yang membuat Bara murka. Sial! Miliknya terluka. Kalian akan menyesal karena berurusan denganku!**"Calvin. Perketat keamanan di sini!" perintah Bara lugas. "Siap, Bos."Bara menggandeng tangan Sheila dan berdiri di depan pintu lalu menekan bel. Laras membuka pintu rumahnya, terkejut dengan kedatangan Sheila dan Bara yang tiba-tiba."Sheila," gum

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Jerat Cinta CEO Posesif   15. Milikku Seutuhnya

    "Bara ...." Suara rintihan Sheila terdengar menggairahkan. Bibir ranumnya membuat Bara ingin menyesapnya lagi. "Katakan jika kau juga menginginkanku," pinta Bara, matanya yang menggelap tampak berkilat.Sheila mencengkeram sprei erat ketika tangan Bara menelusuri belahan dadanya lalu menangkupnya dengan satu tangan. Meremasnya begitu lembut, memberikan sensasi yang tak tertahankan. Setiap sentuhannya dipenuhi cinta dan gairah. Rasa panas menyelubungi dirinya."Sheila, menyerahlah dengan setiap gerakanku," desis Bara.Napas hangat Bara membelai halus kulitnya, lidah Bara menjejalah di lehernya. Nadi Sheila berpacu, dia sedikit terkejut saat lengan kekar itu mencubit pelan di puncaknya, memilin lalu menariknya. Mengirimkan denyut membutuhkan. "Ahh!" Sheila mendesah. Sentuhan Bara menyiksa, membakar gairahnya. Bara menyeringai nakal menatap Sheila yang dipenuhi buliran keringat. Sheila tampak kewalahan dengan kenikmatan yang menggerogoti tubuhnya. Dia menatap sayu Bara, pria itu menun

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Jerat Cinta CEO Posesif   16. Tersipu

    Sheila berjalan ke dapur sembari memegang liontinnya. Kalung ini terasa sangat istimewa, setiap kali membaca nama Bara dan dirinya. Benaknya menghangat, darahnya berdesir tiap kali menyelami tatapan teduh Bara. Topeng wajah dingin dan watak keras kepala Bara nyatanya tak berlaku untuknya. "Baru bangun udah senyum-senyum sendiri. Cerita sini sama Mama," goda Laras yang membuat Sheila berlari kecil memeluknya."Ma, dia sangat manis. Padahal kemarin bukan hari ulang tahunku, tapi Mas Bara memberiku hadiah ini." Sheila mengangkat liontinnya, Laras ikut menyentuhnya."Indah, sangat cocok untukmu," puji Laras."Apa Bara belum bangun?" tanyanya lalu dibalas gelengan oleh Sheila."Belum. Dia masih tidur, padahal Mas Bara harus berangkat ke kantor. Aku ingin membangunkannya, tapi aku tidak tega karena dia tidur seperti bayi, sangat pulas," jelas Sheila sembari membayangkan wajah Bara yang terlelap.Baik Sheila dan Laras sama-sama tertawa. "Dasar kamu ini! Dia itu suami kamu," tegur Laras den

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Jerat Cinta CEO Posesif   17. Kebencian Sheila

    "Ayo, peluk aku, She," pinta Bryan dengan senyum miring. Sheila bergidik ngeri, tangannya bergerak meraih gagang pintu berusaha membukanya tapi terkunci."Jangan menatapku seperti itu. Aku ini bukan monster." Bryan berdiri sedangkan Sheila beringsut menuju jendela kamar.Bagaimana dia masuk?Di luar penjagaannya diperketat. Lalu, mengapa Bryan bisa dengan mudah masuk ke rumah ini? Bahkan menyusup ke kamarnya? Benak Sheila dipenuhi tanda tanya. "Pergi!" usirnya menepis tangan Bryan. "Sst! Pelankan suaramu, nanti semua orang di rumah ini bisa dengar," peringat Bryan dengan telunjuk di depan bibirnya."Kamu takut ketahuan? Takut mereka akan menghajarmu?!" Bryan menyugar rambutnya dengan jari. "Itu akan menjadi senjata makan tuan.""Maksudmu?" "Pikirkan saja. Apa yang dilakukan oleh seorang pria dan wanita di kamar? Mereka akan mengira kita berbuat macam-macam, tapi kalau itu maumu. Silahkan saja," jelas Bryan membuat Sheila merasa seperti orang bodoh yang gegabah dalam mengambil kep

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Jerat Cinta CEO Posesif   18. Pria Menyebalkan

    Karpet merah terbentang dari luar pintu masuk hingga ke dalam. Satu per satu tamu undangan mulai berdatangan. Diantara sekian banyak orang yang hadir, Sheila merasa jika setiap langkah kakinya bersama Bara menjadi sorotan. Sheila seharusnya tidak kaget mengingat suaminya adalah seorang pengusaha terkenal dan disegani di kalangan banyak orang. Hanya saja, Sheila belum terbiasa dengan semua ini."Abaikan tatapan mereka. Tatap aku jika kau merasa gugup," lirih Bara."Bara," sapa pria dengan tuxedo berwarna navy. Parasnya tampan, dengan tinggi sekitar 180 cm. Dia tampak gagah dan berwibawa, tetapi raut wajahnya terkesan dingin. "Gerald. Biasanya kau datang lebih awal daripada aku.""Dia terlalu lama menungguku," terang seorang gadis bersurai hitam lurus bergaun pink selutut dengan pita di belakang punggungnya.Gadis itu berhasil mencuri perhatian Bara.Bara menyenggol lengan Gerald."Dia siapa?" tanyanya menyelidik."Perkenalkan aku Nara," ujar Nara."Salam kenal, saya Bara. Ini istri sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17

Bab terbaru

  • Jerat Cinta CEO Posesif   51. Ketakutan

    "Tolong ...." rintih Sheila lemah, satu tangannya menekan luka di perutnya dengan perasaan putus asa. Darah terus mengalir dari sana membuat wajah Sheila begitu pucat. Dia berusaha menyeret tubuhnya untuk mencari pintu keluar."Saat kau menemukan jalan keluar, semuanya sudah terlambat Sheila. Kau akan mati kehabisan darah!" seru sosok itu tanpa belas kasihan."Mas Bara tolong aku ... sakit Mas, ini sakit ..." ucap Sheila perih.Bara terbangun mendengar rintihan Sheila. Dia melihat wajah Sheila sudah dipenuhi dengan peluh keringat. "Astaga." Istrinya pasti sedang bermimpi buruk. "Shei, bangun... sayang buka matamu, aku di sini," ucap Bara tenang tepat di samping telinga Sheila.Sheila tersadar, tangisnya pecah saat melihat Bara ada di dekatnya. Dia langsung memeluk leher Bara erat. Hanya mimpi namun terasa begitu nyata. Sheila terisak di pelukan Bara."Tenang, Sayang. Aku tidak akan membiarkan satu orang pun melukaimu dan calon anak kita. Memangnya mimpi apa tadi?'' Sheila semakin m

  • Jerat Cinta CEO Posesif   50. Halo Papa

    Monica membuka pintu apartemen setelah mendapat telfon dari Kevin. Saat pria itu akan melangkah masuk, dia menahan tubuh Kevin. Matanya memicing melihat Kevin menyunggingkan senyum penuh arti."Mau apa?" ketus Monica."Aku kemari karena merindukanmu Mona. Apa aku tidak boleh masuk?" rayu Kevin menyentuh pipi Monica membuat wanita itu menyingkir.Kevin langsung menyandarkan tubuhnya di sofa dengan kaki di angkat ke atas meja. Seolah-olah tempat ini adalah miliknya. "Ambilkan aku minum," pintanya.Monica menatap sinis Kevin yang semena-mena padanya."Gunakan tangan dan kakimu yang masih berfungsi itu. Kau pikir aku pelayan?!" sahut Monica kesal, ia paling benci disuruh-suruh.Kevin menghela napas berat. "Kau tau apa kabar paling indah hari ini?""Apa?""Aku bertemu Sheila tadi, dia sangat cantik tidak heran bila Bara mencintainya," puji Kevin sambil tersenyum membayangkan paras Sheila. Pesona istri orang memang luar biasa, batinnya. "Cantik? Apa matamu rusak?!" maki Monica. Mendengar

  • Jerat Cinta CEO Posesif   49. Hamil

    Sheila mendesah pelan di sela ciuman mereka. "Uh, Barbar," lenguhnya saat bibir Bara menjelajah ke lehernya dengan gerakan tangan yang terus meraba punggungnya. Bara yang sudah diselubungi gairahnya langsung menggendong Sheila seperti koala. Dia membawa Sheila ke ranjang tanpa melepas ciuman panasnya. Bara membaringkan Sheila lalu menindihnya. Menciumi Sheila liar hingga suara kecapannya terdengar menggema di kamar ini."Huh." Bara menyudahi aksinya pria itu tersenyum melihat wajah Sheila yang memerah. Ekspresi Sheila saat ini begitu seksi dengan bibir terbuka dan mata sayu yang membuat Bara tidak tahan untuk menyerang bibir ranumnya lagi.Sheila mengusap rahang tegas Bara. Dia menyentuh dada bidang Bara lalu membalikkan posisi, Sheila menumpukan wajahnya di sana.Bara menjengitkan sebelah alisnya saat Sheila tidak melakukan apa-apa dan hanya memandangnya kagum.Tangan Bara sudah menyusup ke punggung Sheila melepaskan kaitan branya. Sedangkan Sheila tersenyum malu dengan reaksi tidak

  • Jerat Cinta CEO Posesif   48. Restu

    Elisa menghembuskan napas berat setelah mendengar pertanyaan Bara. Sejujurnya, dia masih kesal dengan Sheila yang secara tidak langsung mengubah sikap Bara. Namun, demi putra kesayangannya, ia berusaha untuk lapang dada."Panggil Sheila ke sini," pintanya dengan suara parau.Bara mengangguk lalu berjalan keluar. Sheila bangkit dari duduknya saat Bara membuka pintu."Gimana kondisi Mama?" tanyanya dengan sorot mata cemas."Mama cari kamu, Shei." Ucap Bara membuat Sheila terdiam.Bara menggenggam tangan Sheila yang meragu, dia tahu terselip ketakutan di benak istrinya."Aku boleh masuk?""Iya. Gak apa-apa, Sayang," ucap Bara menatap Sheila teduh.Sheila dan Elisa saling bersitatap membuat Sheila merunduk takut dan tanpa sadar mengeratkan genggamannya. Elisa tersenyum melihat keduanya. Jika diperhatikan, mereka memang sangat serasi. Kenapa dia baru menyadarinya?"She, kemari lebih dekat. Jangan takut," pinta Elisa lembut. Sheila menoleh sebentar pada Bara dan lelaki itu membawa Sheila m

  • Jerat Cinta CEO Posesif   47. Pulang

    "Aku bercanda, Shei! Hahaha!" Tawa Bara memudarkan raut tegang di wajah Sheila. "Jahat!" seru Sheila kesal membuang muka.Bara menarik dagu Sheila dengan telunjuknya. Dia tidak bisa menahan senyumnya melihat wajah Sheila tertekuk masam. Bibirnya mengerucut lucu membuat Bara ingin menciumnya. "Jangan marah. Lagi pula bibir kamu mungil, Sayang, aku gak akan tega masukinnya." Bara mencium kening Sheila yang membuat wanita itu mendorong dada Bara agar menjauh."Jangan dibahas lagi," pinta Sheila sinis lalu melipat tangannya.Pria itu menoel-noel pipi Sheila yang cemberut. "Ayo belanja, beli apa pun yang kamu mau," bujuk Bara yang dibalas gelengan oleh Sheila, dia memilih berganti posisi duduk memunggungi suaminya.Bara menumpukan dagunya di pundak Sheila lalu berbisik lembut. "Ayo ke pantai."Sheila menoleh membuat hidung mereka bersentuhan. Sebenarnya dia sama sekali tidak marah, hanya sedikit terkejut dengan permintaan suaminya. Sheila juga merasa kesal lantaran tontonan favoritnya di

  • Jerat Cinta CEO Posesif   46. Terlalu Menggoda

    Sheila mematut dirinya di depan cermin dengan dress ketat keemasan sebatas paha dan sedikit memperlihatkan belahan dadanya. Sheila paham betul jika Bara menyukainya berpenampilan seksi begini, tentunya hanya untuk Bara seorang. Suaminya jelas akan marah jika dia mengenakan gaun ini ke tempat umum. Sheila keluar kamar dengan high heelsnya, melangkah pelan menaiki tangga menuju rooftop. Pria tampan dengan kemeja putih itu tampak tertegun menatap penampilan istrinya. Lengan kemejanya digulung hingga siku menampakkan otot-ototnya yang tercetak jelas. Wajah yang semula tampak datar itu berubah menjadi senyum yang merekah ketika Sheila datang. Matanya terkunci pada Sheila seutuhnya. Semilir angin menerbangkan beberapa helai rambutnya."Perfect," puji Bara ketika Sheila melangkah anggun mendekati Bara. Bara menarik kursi mempersilahkan Sheila duduk. Meja yang dihias dengan mewah dan elegan. Bara memegang gelas mengajak Sheila bersulang. Suara dentingan gelas terdengar lirih. Setelah meneg

  • Jerat Cinta CEO Posesif   45. Honeymoon

    Sheila membelai lembut dada Bara yang berkeringat. Wangi parfum bercampur aroma Bara yang khas membuatnya betah dan nyaman berada dalam dekapan hangat suami tampannya. Debar jantung Bara yang tak beraturan membuat Sheila bersemu kala teringat momen panas itu. Ya, mereka bercinta di tengah penerbangannya menuju Bali.Sheila mengangkat wajahnya menatap Bara. "Suami aku ganteng banget," pujinya sambil mengelus rahang tegas itu. Dahi Bara mengerut. "Tumben puji aku, ada maunya pasti," tebaknya menoel hidung Sheila. Sheila menggeleng sambil tersenyum malu. "Gantian, biasanya kan kamu yang selalu bilang aku cantik," jawab Sheila polos. Bara memajukan wajahnya, mengikis jarak di antara mereka. "Karena kau memang cantik Shei, jauh lebih cantik saat naked seperti ini," balas Bara menyeringai."Nakal," cibir Sheila mencubit hidung mancung suaminya."Ahahaha." Bara tertawa lepas membuat Sheila terus tersipu karena tatapan jahil Bara yang meneliti ke arah tubuhnya.**Setelah perjalanan kurang

  • Jerat Cinta CEO Posesif   44. Permainan Panas

    Sheila, kenapa mata aku ditutup segala sih?" protes Kayla berjalan hati-hati dengan Sheila yang memegang tangannya."Sabar dong, Kay," jawab Sheila membuka tali di belakang kepala Kayla. Kayla dibuat takjub saat penutup matanya dibuka. Air danau yang berkilau karena sorot lampu keemasan di sekitarnya tampak sangat indai. Ditambah hiasan berbentuk hati di depannya. Manis sekali, pikirnya."Kayla," panggil Bryan yang berjalan ke arahnya. Tanpa menunggu Bryan sampai di hadapannya Kayla memilih berlari dan langsung merengkuh tubuhnya. Menyalurkan kerinduan dan kecemasan yang beradu satu."Kemana saja kau ini?!" kesal Kayla, dia mendongak dan menyentuh wajah Bryan. Meski ada beberapa lebam di wajahnya. Bryan masih sangat tampan dan berwibawa dengan setelan jas yang membalut tubuh tegapnya.Bryan bersimpuh."Will you marry me?" tanya Bryan serius sambil membuka kotak kecil berisi cincin berlian."Ini tidak lucu," tegur Kayla syok. "Aku tau ini mendadak, tapi bersamamu aku ingin membuka lem

  • Jerat Cinta CEO Posesif   43. Berdamai

    Pagi ini Sheila tengah menyirami bunga mawar di taman belakang rumah. Pinggangnya terlihat ramping memakai dress selutut berwarna putih dengan motif bunga merah muda. "Shei ...."Ketika Sheila berbalik badan, Bara terpesona dengan kecantikannya yang polos dan menawan. Meski ada plester yang menempel di keningnya, itu sama sekali tidak mengurangi kadar kecantikan Sheila.Bara memetik satu mawar dari tangkainya. Tangannya menyingkirkan pelan rambut Sheila lalu menyelipkan mawar merah itu di daun telinganya.Bara menarik pinggang Sheila untuk melihat lebih dekat wajah Sheila yang berseri-seri. Tatapan mata penuh damba dan cinta terpancar dari Bara. "Bahkan jika wajahmu keriput dan rambutmu memutih. Cintaku akan tetap sama." Jemarinya menelusuri paras Sheila.Sheila memukul dada Bara pelan."Dasar gombal ... ayo nikmati waktu hari ini.""Menikmatinya dengan begini?" Bara mencium bibir Sheila. Diamerindukan lumatan lembut dari bibir mungil itu. "Ehm, ssh," desis Sheila lantaran Bara me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status