Share

10. Pergi

Penulis: Kristalbee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-10 12:21:52

"Jaga-ja──" 

Sheila melotot geram. Benar dugaannya, Bara mengecup bibirnya tanpa izin.

"Barbar!" teriak Sheila melihat Bara berlari meninggalkannya.

"Haha!" Tawa berat Bara menggema di area dapur.

Sheila mengejar Bara dan hendak memukulnya Bara tapi tidak jadi. 

"Ampun, Shei!" Bara mengangkat dua jari membentuk huruf V.  

Sheila terkekeh geli, ekspresi wajah Bara berhasil menggelitiknya. "Sejak kapan seekor Harimau berubah menjadi seekor Kucing?" dengus Sheila mencubit pipi Bara.

Bara mengendikan bahu, dia lantas mengambil clemek berwarna merah muda dan memakainya. Pria gagah itu berkacak pinggang.

"Cocok tidak?" tanya Bara mengangkat kedua lengan berniat memamerkan ototnya.

Sheila menggeleng dan terkekeh pelan. 

"Tidak masalah, yang penting aku cocok jadi suamimu," ucap Bara percaya diri.

"Iya-iya," balas Sheila mulai menyiapkan bahan-bahan dari kulkas.

Bara mengambil satu bungkus tepung terigu lalu membukanya kasar.

"Uhuk!" Bara terbatuk, tangannya mengibaskan tepung yang menguap di udara.

"Astaga! Pelan-pelan bukanya." Sheila tertawa melihat wajah Bara yang penuh tepung.

"Tinggal aku goreng," gurau Sheila meratakan tepung di wajah Bara.

"Kau berani melakukannya?" Bara menoel hidung Sheila. Ia menampakkan raut sangarnya membuat nyali Sheila menciut.

Sheila meringis sambil menggeleng polos. "Coba tutup mata dulu," perintah Sheila pada Bara. Tak disangka pria itu menurut. Sheila mengeluarkan ponselnya.

"Bagus," puji Sheila melihat hasil fotonya.

Bara terbelalak mendengar suara jepretan kamera.

"Astaga! Hapus Shei," titah Bara berat.

"Tidak," tolak Sheila men-zoom detail paras Bara.

"Ini lucu, manusia salju," kekeh Sheila membuat Bara menatapnya tajam.

"Olaf?!" tanya Bara meninggi.

"Itu boneka salju," tepis Sheila.

"Shei, aku tidak suka disamakan," peringat Bara bersidekap tangan bersandar pada meja dapur.

"Kau marah?" tanya Sheila memegang wajah Bara.

"Sini-sini aku bersihin, sayangnya aku," lirih Sheila menghilangkan noda putih di pipi Bara.

"Bilang apa?" tanya Bara.

"Tampan," Sheila mengusap-usap pipi Bara. Kedua sudut bibir Bara terangkat membentuk lengkungan.

"Nah begitu, sekali-kali puji suaminya," timpal Bara.

"Ayo kita buat! Kapan selesainya kalau bercanda terus?" omel Sheila mulai fokus membuat adonannya.

"Iya, istriku yang bawel!" Bara mendaratkan ciuman di pipi Sheila.

Sekitar 50 menit berlalu, bolu buatan Sheila dan Bara sudah jadi. Terakhir, mereka menambahkan parutan keju sebagai topping. 

"Akhirnya, sudah jadi," ucap Sheila tersenyum pada Bara.

"Ayo, kasih ke Mama," ajak Bara.

"Lebih baik kau saja. Nanti Mama tidak suka jika tau kue ini buatanku," cemas Sheila. 

Bara paham akan perasaan Sheila, ia lantas berjalan lebih dulu sedangkan Sheila memberi jarak dengan Bara.

"Bolu kesukaan, Mama," ucap Bara menghampiri Elisa.

Elisa langsung berdiri, wajahnya berseri.

"Cantik sekali tampilannya," puji Elisa kagum.

Elisa langsung mengambil satu potongan bolu itu. Awalnya Elisa sangat menikmati karena rasanya yang lembut juga takaran keju yang pas di lidahnya.

"Buatan Sheila," cetus Bara tiba-tiba.

"Uhuk-uhuk!" Elisa tersedak. Ia lantas mengambil tisu untuk mengelap bibirnya.

"Pantas saja, rasanya tidak enak," keluh Elisa menaruh kembali potongan bolunya.

Monica yang penasaran ikut berdiri. "Masa sih, Tan?" tanya Monica, ia turut mencicipinya.

"Terlalu banyak keju, membuatku ingin muntah," ejek Monica menutup mulutnya.

"Jaga bicaramu!" gertak Bara lugas kepada Monica.

Tatapan Elisa mengarah pada Sheila. 

"Usahamu sia-sia, Sheila! Sulit untuk meluluhkan hati saya. Karena kau bukan tipe menantu idaman saya!" tegas Elisa.

Kalimat demi kalimat itu menyakiti hati Sheila. Namun, Sheila tetap bungkam.

"Kamu tidak secantik Monica. Lihat! Dia modis dan seksi sementara kamu. Nilai saja sendiri penampilanmu!" 

Monica tersenyum puas ketika Elisa membelanya di depan Sheila. Ya, harusnya Sheila sadar diri. Dia sama sekali tidak pantas bersama Bara. Kasta sosial mereka terbilang sangat jauh.

"Cukup, Ma. Tolong hargai, Sheila," pinta Bara menahan amarah.

"Wanita rendahan seperti ini kau bela?"

Tangan Bara mengepal, sudah cukup kesabarannya. "Apa yang Mama katakan itu tidak benar!" kelakar Bara.

"Apa gunanya terlihat cantik di luar tapi busuk di dalam?!" sindir Bara pada Monica.

Bara menarik tangan Sheila mengajaknya pergi dengan paksa.

"Hebat sekali kau Sheila, kau sudah membuat Bara berubah!" Elisa menatap kepergian Bara dan Sheila dengan kebencian. 

"Bagaimana pun caranya, kita harus membuat Bara membenci, Sheila!" geram Elisa.

**

Sheila menghentakkan tangannya dari cekalan Bara begitu keduanya berada di luar rumah.

"Bara, sikapmu tidak sopan! Dia ibumu!" tegur Sheila.

"Aku emosi, Shei. Kau berharga untukku dan aku tidak akan membiarkan orang lain menyakitimu, termasuk Mamaku. Ucapan Mama tadi keterlaluan." Sorot mata Bara menajam.

"Bara, kamu harus minta maaf," pinta Sheila lembut.

"Kita pergi," ajak Bara mengabaikan ucapan Sheila. 

"Tidak," tolak Sheila tetap pada posisinya.

Bara menghembuskan napas kasar. "Aku akan minta maaf, tapi tidak sekarang, Shei!" ucap Bara penuh ketegasan.

"Kenapa harus menunda?"

"Supaya Mama memikirkan tentang ucapannya. Kau tidak serendah itu, kau sempurna di mataku,” ucap Bara tulus. 

Sepuluh menit berlalu, keduanya sama-sama diam. Sheila yang masih terpaku dengan kata-kata Elisa yang terngiang di kepalanya. Sementara Bara berusaha mengontrol emosinya.

"Kejadian tadi jangan dipikirkan. Aku memang sering bertengkar dengan Mama. Mama selalu posesif ke aku dari kecil," jelas Bara.

Pantas saja, kamu juga sama, batin Sheila. 

"Kita mau kemana?" tanya Sheila lantaran jalan yang dilalui tidak mengarah ke rumah mereka.

Bara meraih tangan Sheila, menyelipkan jemarinya. Pria itu lantas mencium tangan Sheila.

"Nanti juga tau," balasnya.

Jalan yang Bara lalui membuat Sheila akhirnya tahu tujuan Bara. Mobil Bara menepi dan berhenti. Pria itu turun──mengitari mobilnya dan membukakan pintu untuk Sheila. 

Bara mengulurkan tangan membuat Sheila langsung meraihnya. Langkah keduanya mengayun menuju bibir pantai. Aroma khas pantai juga pasir putih halus yang dipijaknya memberi ketenangan. Warna jingga berpadu rona kemerahan yang membentang di langit menyambut kedatangan mereka. Senja, lukisan semesta yang selalu memanjakan mata.  

"Selain suka senja, aku juga menyukaimu. Ralat mencintaimu," ungkap Bara dengan tangan memeluk erat pinggang Sheila.

"Rasamu ke aku bagaimana?" tanya Bara pelan membalikan tubuh Sheila agar menghadapnya.

Jantung Sheila berdebar kencang mendengarnya. Desiran ombak seolah mewakili aliran darahnya.

"Ada," jawab Sheila.

"Berapa persen?" tanya Bara.

"Em, rahasia," jawab Sheila membuat Bara menggendongnya. Pria itu memutar tubuhnya membuat Sheila refleks memeluk erat leher Bara.

Seumur hidupnya, baru Bara yang memperlakukan dirinya istimewa. Bahkan bersama Bryan, rasanya tak seindah ini. Sheila terbuai dalam manisnya sikap Bara. Tawa mereka berbaur sebelum akhirnya suara berat Bara terdengar menuntut.

"Berapaa?!" Bara menghentikan gerakannya. Manik matanya menatap Sheila dalam-dalam penuh harapan.

"50 persen," jawab Sheila hati-hati.

Tiba-tiba Bara menurunkan Sheila, seolah tidak puas dengan jawaban istrinya. Ketegangan tergambar jelas di raut wajah Sheila. Apa Bara marah dengan pengakuannya?

Bara memegang wajah Sheila dengan satu tangan merengkuh erat pinggang Sheila.

"Shei, ayo ...." Bara menggantung kalimatnya. 

Satu alis Sheila terangkat, penasaran. "Mau apa?”

“Making love,” jawab Bara serak. 

Bab terkait

  • Jerat Cinta CEO Posesif   11. Cemburu

    Kedua mata Sheila melebar mendengar keinginan Bara. "A-aku tidak bisa," lirih Sheila. Dia menatap manik mata Bara cemas."Kenapa?" tanya Bara kecewa Sheila menolaknya.Sheila menggigit bibirnya, "Pagi tadi aku ... datang bulan," kata Sheila.Maaf, aku terpaksa bohong, batin Sheila. Dia masih takut dengan Bara bila menyangkut urusan ranjang. Jujur saja, Sheila masih belum siap melayani Bara sepenuhnya.Bara mengusap pipi Sheila. "Jika memang iya, kenapa kau terlihat gusar?" tanya Bara menyelidik."Takut kamu marah," lirih Sheila.Bara memeluk Sheila, "Aku ini suamimu. Apa aku terlihat menyeramkan?" gerutunya mendadak emosi sendiri.Sheila tersenyum, "Sedikit, kamu kan Barbar!" imbuh Sheila membuat Bara mengeratkan pelukannya. Pria itu menunduk menciumi puncak kepala Sheila gemas. Sheila mendongak membuat ciuman Bara mendarat di keningnya."Tapi ... apa alasanmu menyukaiku, Bara? Kenapa bisa yakin denganku? Padahal kita belum saling mengenal." Sheila selalu bertanya-tanya, apa yang mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Jerat Cinta CEO Posesif   12. Diculik

    "Shei, jangan menggodaku. Kau membuat konsentrasiku buyar," peringat Bara namun dia justru terpesona meneliti paras cantik Sheila. Sheila memundurkan wajahnya hendak bangkit dari pangkuan Bara. "Eits! Tidak semudah itu keluar dariku Sayang," sergah Bara mendekap pinggang ramping Sheila. "Apalagi? Bukankah aku hanya akan mengganggumu?! Lepaskan aku!" kesal Sheila merajuk."Aku belum selesai." Bara memiringkan wajah, mendaratkan kecupan singkat di bibir Sheila. Kali ini Bara berubah dominan. Bara menjelajahi rahang Sheila, mengecupi lehernya membuat Sheila mendesis pelan. Ciuman ini begitu memabukan. Bara kembali naik melumat bibir Sheila. Memagutnya lembut dan penuh perasaan. Bara menekan tengkuk leher Sheila berniat memperdalam ciumannya.Sheila membuka mulutnya memberi akses lidah Bara untuk masuk. Ciuman ini terasa membakar, Bara semakin bernafsu menciumnya. Basah dan panas. Kedunya berhenti, saling menatap dengan kilatan mata penuh gairah. "Mau lagi?" tanya Bara dengan binar d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Jerat Cinta CEO Posesif   13. Hampir Celaka

    Bara berdiri dengan raut wajah tersenyum senang. Dia tengah menjabat tangan seorang investor yang resmi bergabung dalam pembangunan villa di salah satu kawasan wisata sedang populer tapi masih kurang dalam sarana infrastruktur."Senang bekerja sama dengan anda, Mr. Bara," puji Adam, seorang pria berusia 50 tahun. "Begitu juga saya. Terima kasih Mr. Adam," balas Bara.Satu per satu dari mereka keluar dari ruang meeting. Sementara Bara masih ada di sana bersama Calvin."Rapat ini berjalan sesuai dengan harapan," ucap Bara puas. Dia yakin dengan adanya pembangunan di desa yang lumayan terpencil itu akan mendatangkan banyak wisatawan. Mereka pasti akan terpana dengan keindahan pantai juga pasir putihnya yang berdampak pada keuntungan besar bagi perusahaan juga masyarakat yang tinggal di sekitarnya.Bara yang hanyut dalam bayangannya dikejutkan getaran ponsel di saku celananya. Tatapannya menajam disertai kedua alis yang hampir menyatu kala membaca pesan dari nomor asing itu. Tidak Dik

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Jerat Cinta CEO Posesif   14. Candu

    "Kita pasti hidup bahagia."Bara membawa Sheila keluar dari gedung yang terbengkalai yang tampak berantakan dan dipenuhi sarang laba-laba karena pembangunannya tidak dilanjutkan. Calvin membukakan pintu mobil. Bara merendahkan tubuhnya untuk mendudukkan Sheila."Aku ingin pulang," lirih Sheila parau dalam dekapan Bara."Iya. Kita memang akan pulang," jawab Bara mengusap punggung Sheila."Tidak. Aku ingin pulang ke rumahku," tukas Sheila. Dia merindukan orang tuanya, dia ingin merasakan kehangatan rumahnya, tempat di mana dia dibesarkan dengan kasih sayang."Kita akan ke sana," ucap Bara tenang. Gurat ketakutan dari wajah Sheila adalah hal yang membuat Bara murka. Sial! Miliknya terluka. Kalian akan menyesal karena berurusan denganku!**"Calvin. Perketat keamanan di sini!" perintah Bara lugas. "Siap, Bos."Bara menggandeng tangan Sheila dan berdiri di depan pintu lalu menekan bel. Laras membuka pintu rumahnya, terkejut dengan kedatangan Sheila dan Bara yang tiba-tiba."Sheila," gum

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Jerat Cinta CEO Posesif   15. Milikku Seutuhnya

    "Bara ...." Suara rintihan Sheila terdengar menggairahkan. Bibir ranumnya membuat Bara ingin menyesapnya lagi. "Katakan jika kau juga menginginkanku," pinta Bara, matanya yang menggelap tampak berkilat.Sheila mencengkeram sprei erat ketika tangan Bara menelusuri belahan dadanya lalu menangkupnya dengan satu tangan. Meremasnya begitu lembut, memberikan sensasi yang tak tertahankan. Setiap sentuhannya dipenuhi cinta dan gairah. Rasa panas menyelubungi dirinya."Sheila, menyerahlah dengan setiap gerakanku," desis Bara.Napas hangat Bara membelai halus kulitnya, lidah Bara menjejalah di lehernya. Nadi Sheila berpacu, dia sedikit terkejut saat lengan kekar itu mencubit pelan di puncaknya, memilin lalu menariknya. Mengirimkan denyut membutuhkan. "Ahh!" Sheila mendesah. Sentuhan Bara menyiksa, membakar gairahnya. Bara menyeringai nakal menatap Sheila yang dipenuhi buliran keringat. Sheila tampak kewalahan dengan kenikmatan yang menggerogoti tubuhnya. Dia menatap sayu Bara, pria itu menun

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Jerat Cinta CEO Posesif   16. Tersipu

    Sheila berjalan ke dapur sembari memegang liontinnya. Kalung ini terasa sangat istimewa, setiap kali membaca nama Bara dan dirinya. Benaknya menghangat, darahnya berdesir tiap kali menyelami tatapan teduh Bara. Topeng wajah dingin dan watak keras kepala Bara nyatanya tak berlaku untuknya. "Baru bangun udah senyum-senyum sendiri. Cerita sini sama Mama," goda Laras yang membuat Sheila berlari kecil memeluknya."Ma, dia sangat manis. Padahal kemarin bukan hari ulang tahunku, tapi Mas Bara memberiku hadiah ini." Sheila mengangkat liontinnya, Laras ikut menyentuhnya."Indah, sangat cocok untukmu," puji Laras."Apa Bara belum bangun?" tanyanya lalu dibalas gelengan oleh Sheila."Belum. Dia masih tidur, padahal Mas Bara harus berangkat ke kantor. Aku ingin membangunkannya, tapi aku tidak tega karena dia tidur seperti bayi, sangat pulas," jelas Sheila sembari membayangkan wajah Bara yang terlelap.Baik Sheila dan Laras sama-sama tertawa. "Dasar kamu ini! Dia itu suami kamu," tegur Laras den

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Jerat Cinta CEO Posesif   17. Kebencian Sheila

    "Ayo, peluk aku, She," pinta Bryan dengan senyum miring. Sheila bergidik ngeri, tangannya bergerak meraih gagang pintu berusaha membukanya tapi terkunci."Jangan menatapku seperti itu. Aku ini bukan monster." Bryan berdiri sedangkan Sheila beringsut menuju jendela kamar.Bagaimana dia masuk?Di luar penjagaannya diperketat. Lalu, mengapa Bryan bisa dengan mudah masuk ke rumah ini? Bahkan menyusup ke kamarnya? Benak Sheila dipenuhi tanda tanya. "Pergi!" usirnya menepis tangan Bryan. "Sst! Pelankan suaramu, nanti semua orang di rumah ini bisa dengar," peringat Bryan dengan telunjuk di depan bibirnya."Kamu takut ketahuan? Takut mereka akan menghajarmu?!" Bryan menyugar rambutnya dengan jari. "Itu akan menjadi senjata makan tuan.""Maksudmu?" "Pikirkan saja. Apa yang dilakukan oleh seorang pria dan wanita di kamar? Mereka akan mengira kita berbuat macam-macam, tapi kalau itu maumu. Silahkan saja," jelas Bryan membuat Sheila merasa seperti orang bodoh yang gegabah dalam mengambil kep

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Jerat Cinta CEO Posesif   18. Pria Menyebalkan

    Karpet merah terbentang dari luar pintu masuk hingga ke dalam. Satu per satu tamu undangan mulai berdatangan. Diantara sekian banyak orang yang hadir, Sheila merasa jika setiap langkah kakinya bersama Bara menjadi sorotan. Sheila seharusnya tidak kaget mengingat suaminya adalah seorang pengusaha terkenal dan disegani di kalangan banyak orang. Hanya saja, Sheila belum terbiasa dengan semua ini."Abaikan tatapan mereka. Tatap aku jika kau merasa gugup," lirih Bara."Bara," sapa pria dengan tuxedo berwarna navy. Parasnya tampan, dengan tinggi sekitar 180 cm. Dia tampak gagah dan berwibawa, tetapi raut wajahnya terkesan dingin. "Gerald. Biasanya kau datang lebih awal daripada aku.""Dia terlalu lama menungguku," terang seorang gadis bersurai hitam lurus bergaun pink selutut dengan pita di belakang punggungnya.Gadis itu berhasil mencuri perhatian Bara.Bara menyenggol lengan Gerald."Dia siapa?" tanyanya menyelidik."Perkenalkan aku Nara," ujar Nara."Salam kenal, saya Bara. Ini istri sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17

Bab terbaru

  • Jerat Cinta CEO Posesif   32. Ide Gila

    Tanpa pikir panjang Sheila bergegas menuju lokasi itu. Sheila sampai di sana dengan piyama merahnya yang membara seperti amarahnya saat ini. Dia berhenti di depan pintu di mana dua orang berbadan besar menghalangi langkahnya."Tunggu sebentar, apakah anda bisa menunjukkan kartu anggota untuk masuk kemari?"Anggota? Oh, Sheila tahu tempat ini hanya dipakai oleh orang-orang elit."Suamiku ada di dalam sana. Jadi biarkan aku masuk!" hardik Sheila."Tidak bisa!""Oh jadi begitu? Kamu tidak akan tau seberapa kuat tenaga wanita saat marah!" Sheila menaikkan baju lengannya.Sheila memutar lengannya lalu meninju perut pria itu. Ketika pria yang satunya berusaha memegang tangannya, Sheila dengan cepat menginjak kaki pria itu dan meninju wajahnya.Sheila berlari masuk, dentuman musik yang keras menyambutnya membuat Sheila merasa pusing mendengarnya. Pandangannya mengedar mencari Bara. Sheila terbelalak melihat Bara tengah duduk diapit oleh dua orang wanita. Dari raut wajahnya Bara begitu menik

  • Jerat Cinta CEO Posesif   31. Egois

    Setelah melihat Sheila pergi, Bara langsung mendorong Monica."Kau kasar sekali!" protes Monica yang terjatuh di lantai mengusap pinggulnya. Padahal sedikit lagi bibirnya menyentuh bibir Bara. Sedikit lagi."Giliranmu pergi!" tegas Bara dingin.Monica memberengut. Dia memang tidak pernah dihargai oleh Bara. Jelas-jelas pria itu duluan yang bersikap manis padanya. Lalu, mengapa sikapnya berubah drastis? Sifat Bara jauh lebih ekstrim jika dibandingkan dengan perubahan cuaca."Keluar atau aku panggil Satpam untuk menyeretmu pergi!" Kedua mata Monica membelalak."Bukankah tadi kau bersikap baik padaku?" protes Monica."Satu!" Bara mulai memberi aba-aba."Oh, jangan bilang kau hanya memanfaatkanku?""Dua!""Oke! Tapi aku tidak akan menyerah!" tegas Monica.Bara menyandarkan punggungnya di kursi. Dia mulai frustasi, hatinya menjadi khawatir pada Sheila. Kesedihan di sorot mata bening itu tercetak nyata. Bara rindu senyum Sheila. Dia rindu merayu Sheila hingga pipi wanita itu bersemu. Namun

  • Jerat Cinta CEO Posesif   30. Kecewa

    Berulang kali Sheila menghirup napasnya dalam-dalam, meyakinkan jika semuanya baik-baik saja. Dia memegang daun pintu itu perlahan lalu menutupnya pelan. Sheila terkejut saat mata tajam Bara tertuju padanya. "Dasar wanita murahan, kenapa kau ada disini?" sapa Bara dengan nada menghina. Sheila tertohok, kalimat itu kembali mengiris hatinya, namun Bara mengatakan itu di luar kesadarannya. Pria itu berada di bawah pengaruh alkohol. Sheila menulikan pendengarannya menganggap itu hanyalah angin lalu."Pergilah! Aku tidak membutuhkanmu!" bentak Bara membuat Sheila berlari menghamburkan diri memeluk Bara."Aku mencintaimu, jangan seperti ini," lirih Sheila mengeratkan pelukannya tapi Bara dengan mudah menghempaskannya. "Aku sangat muak padamu!" rutuk Bara melihat Sheila terjatuh di lantai. Bara mencengkeram rahang Sheila membuat sekujur tubuh Sheila menegang."Polos tapi penipu!" rutuk Bara menyentak dagu Sheila.Tubuh Bara ambruk, tapi Sheila memeluknya. Dia tidak akan membiarkan wajah B

  • Jerat Cinta CEO Posesif   29. Pelampiasan

    Tidak ada hal yang lebih menyakitkan daripada kehilangan dan pengkhianatan. Bara. Sheila bersimpuh menahan kaki Bara. "Barbar, dengarkan aku," rintihnya mendongak dengan mata sembabnya.Bara mengetatkan rahangnya, muak menatap wajah Sheila yang basah penuh air mata palsu. Lihatlah, betapa pintar wanita itu mengiba memohon padanya."Singkirkan tanganmu!" maki Bara lantang, dia lantas menarik kakinya kasar membuat Sheila terdorong ke depan. Pria itu benar-benar dibutakan emosi.Sheila segera bangkit menyusul Bara dengan tegesa menuruni anak tangga."Jangan bersikap egois, kemarahanmu tidak akan menyelesaikan semuanya!" jerit Sheila berusaha meredam amarah suaminya.Bara berbalik sambil memegang guci yang berukuran cukup besar."Berhenti!" perintah Bara pada Sheila yang berdiri di anak tangga terakhir."Jangan menyakitinya," ucap Bryan parau, dia menuruni tangga sambil memegangi perutnya yang terasa perih."Kau tidak akan tau hal gila apa yang aku lakukan jika kau terus mengejarku! Me

  • Jerat Cinta CEO Posesif   28. Perselisihan

    Bara tersenyum sambil mengangguk membuat kedua mata Monica berbinar. "Aku akan menunjukkannya." Monica memegang tali gaunnya yang tipis berniat menurunkannya."Kau salah paham." Bara menahan tangan Monica."Aku sama sekali tidak tertarik," ucap Bara datar. Monica mengernyit kesal mendengar respon Bara. "Kau bisa memikat banyak pria di luar sana, kecuali aku." Bara berkata mutlak. Pria itu kembali memasang wajah dingin dan tatapan tajamnya. "Bara! Kau melukai harga diriku!" geramnya dengan wajah memerah diiringi napas memburu.Bara berdecak, "Justru kau yang merendahkan harga dirimu! Keluar!" usir Bara sambil menyeret paksa tangan Monica lalu membanting pintunya kasar. Monica menghentakkan kakinya kesal. "Aku berjanji akan membuatmu menyesal!" jeritnya tepat di depan pintu kamar Bara.**Terhitung sudah lima hari Bryan sering datang mengunjungi Sheila. Tidak ada hal yang mencurigakan. Bryan tetap menjaga batasannya. Namun yang membuat Sheila resah adalah Bara yang tidak bisa dihubu

  • Jerat Cinta CEO Posesif   27. Kepingan Masa Lalu

    Sheila berjalan mendekat guna mengamatinya lebih jelas. Matanya melebar, benda itu tampak tidak asing baginya.Ini mirip seperti milikku dulu, batinnya.Jepit berwarna pink berbentuk pita dengan bunga ungu di atasnya. Sheila bahkan memiliki pasangannya di rumah.Bagaimana mungkin Bara juga memilikinya?Robert menghela napas dan menatap Sheila dalam-dalam. "Sebenarnya Bara berusaha mencari gadis itu, tapi kami kesulitan menemukannya karena Bara tidak tau namanya. Yang dia katakan anak itu manis dengan rambut dikucir dua. Sebelumnya dia tidak pernah merengek namun, saat itu dia malah menangis keras ingin bertemu," jelas Robert semakin menambah rasa penasaran Sheila."Lalu bagaimana, Pa?" tanya Sheila sangat menanti kelanjutannya.Robert tertawa mengingat kejadian itu. "Aku hanya bisa berkata Bara, setiap kau memegangnya. Bayangkan jika gadis kecil itu ada bersamamu. Lalu aku memegang kedua pundaknya meyakinkan dia, suatu saat nanti kalian pasti bertemu.""Bagaimana tanggapannya?" "Dia

  • Jerat Cinta CEO Posesif   26. Bumerang

    "Kenapa kamu seperti ini Yan?'Alih-alih terpengaruh oleh kata-kata Bryan. Sheila justru dibuat kaget dengan sifat Bryan yang berubah drastis, dia berjalan maju mengikis jarak di antara mereka."Kenapa kamu selalu berpikir buruk tentang Bara? Bryan yang aku kenal bukan orang yang seperti ini," lanjutnya. Tatapan Bryan berubah pilu "Haruskah aku menjelaskannya, She?" tanyanya dengan suara rendah. Rasa kecewa dan kesedihan itu sangat kentara dari matanya.Sheila memegang pundak Bryan, memandang sendu pada pria yang dulu selalu mengisi hatinya, mengibur di kala sedih dan memberi warna pada setiap harinya. Yang Sheila tahu Bryan bukan orang yang egois, dia selalu mempedulikan orang lain sebelum dirinya. "Kamu pantas mendapatkan yang lebih baik, Yan. Ini bukan akhir kisah cintamu, kamu harus bangkit dan temukan cinta sejati itu," ucap Sheila penuh perhatian.Pandangan Bryan terarah pada pigura foto Bara. Rahangnya mengetat dan matanya menggelap penuh kebencian."Dia merusak kebahagiaan k

  • Jerat Cinta CEO Posesif   25. Malam Yang Panjang

    Bara memandang Sheila yang duduk di pahanya. Detak jantungnya berdebar tidak karuan. Hawa panas kian menyelubungi dirinya. Mengapa Sheila sangat manis dan seksi secara bersamaan? Bahkan untuk berpaling darinya barang sedetik saja, Bara tidak mau.Sheila menatapnya ragu, lamat-lamat bibir ranumnya yang sedikit bengkak bergerak. "Boleh aku menyentuhnya?"Seharusnya dia langsung menyentuhnya, seperti aku yang langsung menjamah setiap jengkal tubuhnya tanpa menunggu persetujuannya. Tapi, aku tidak bisa membandingkan diriku dengan Sheila. Dia adalah wanita yang lembut dan hati-hati, ucap Bara dalam hati.Bara bangun, sorot matanya menatap sayang pada istri polosnya. Dia mengambil tangan Sheila dan menaruhnya di sana."Sentuh aku di mana pun yang kau mau," bisik Bara serak. Dia menghirup kuat aroma di leher Sheila sambil memejamkan mata menikmati wangi vanila yang menguar di indera penciumannya. Bara melarikan bibirnya di sepanjang kulit leher Sheila dan berakhir mengecup dadanya singkat.

  • Jerat Cinta CEO Posesif   24. Tidak Tahan

    "Barbar," cicit Sheila memegang tangan Bara yang memegang salah satu bukit kembarnya. Pipinya bersemu merasakan napas Bara di lehernya kian memburu."Hm." Balasan bersuara berat itu mengalun rendah di telinganya. Sebelah tangan Bara bergerak naik ke pundaknya. Sheila menoleh lalu menahan tangan Bara yang ingin menurunkan tali lingerinya.Kening Bara mengerut keberatan. "Kau tidak suka aku menyentuhmu?" tanyanya agak tersinggung. Wajahnya yang semula berseri-seri berubah muram.Sheila terkekeh sambilberbalik, dia lantas mengalungkan tangannya di leher Bara. Ia memperhatikan detail ekspresi kesal suaminya."Sudah tidak tahan?" rayu Sheila mengangkat sebelah alisnya. Tangannya turun kemudian melepas dua kancing kemeja Bara. Dia lantas tersenyum jahil membuat Bara menggigit pipi bagian dalamnya, gemas.Bara langsung mendekap erat pinggang Sheila, merapatkan tubuh mereka. Karena itu, Sheila merasa sesuatu yang keras membentur perutnya. Seketika jantungnya berdegup kencang.Bara mengangk

DMCA.com Protection Status