Share

9. Dibandingkan

Penulis: Kristalbee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-09 08:11:13

"Bara! Kamu benar-benar menikah?" Bara memejam mendengar lengkingan suara ibunya.

"Astaga! Iya, Ma," jawab Bara menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Ya, ampun! Dasar anak nakal! Siang ini, kamu datang ke rumah bawa istri kamu!" perintah Elisa.

"Tapi, Ma. Aku masih di kantor, nanti malam saja ya," terang Bara.

"Kamu bantah Mama?"

Bara menghembuskan napas kasar. "Iya, Ma. Aku ke sana sekarang," pungkas Bara seketika panggilannya terputus sepihak. 

"Surat pengunduran diri, Bryan," gumam Bara melihat amplop di sudut mejanya. Dia meremat kertas itu lalu melemparnya ke tempat sampah.

"Bagus, tahu diri juga dia!"

**

Sheila tengah menyirami bunga-bunga di taman belakang. Kedua sudut bibirnya melengkung melihat bunga mawar merah yang tumbuh cantik di sini. Sheila tidak menyangka Bara menyiapkan semua ini untuknya. Ternyata, Bara mencoba mencari tahu kesukaannya. Tipikal pria yang romantis, pikirnya. 

"Dasar bucin," gumam Sheila senyumnya kian merekah.

Sheila terkesiap, selang yang dia pegang terlempar akibat pelukan tiba-tiba dari belakang.

"Shei ...." Suara serak Bara membuat Sheila merinding. 

Sheila menoleh kikuk, "Kenapa kamu sudah pulang?"

"Aku merindukanmu, sayang," ungkap Bara menekan hidungnya ke leher Sheila. Bara suka sekali menghirup aroma tubuh Sheila. Harum dan menenangkan.

"Gombal!"

Bara mengaitkan jari Sheila diantara jemarinya, mengajak Sheila duduk di kursi. Sheila kaget Bara merebahkan kepala di pangkuannya.

Bara memandang wajah Sheila dari bawah, begitu cantik. Sheila juga tak lepas mengamati paras Bara. Tatapan lekat Bara membuat jantung Sheila berdetak cepat.

"Mama, ingin kita makan siang bersama," ucap Bara.

"Sekarang?"

"Tahun depan, Shei!" seru Bara jengah merotasikan matanya.

"Oh. Kalau begitu, ayo siap-siap," ajak Sheila.

Bara memiringkan tubuhnya memeluk pinggang Sheila erat.

"Eh! Lepaskan aku," kata Sheila mencoba menguraikan tangan Bara.

"Tidak mau! Terlanjur nyaman," balas Bara.

Bara membenamkan wajah di perut Sheila. Dia dengan sengaja menggesekkan hidungnya membuat Sheila tertawa karenanya.

"Bara, geli," kekeh Sheila.

"Lagi?" Bara makin usil, dia semakin gencar menggelitiki tubuh Sheila.

"Berhenti!" Tawa Sheila menguar dan menular pada Bara.

Senyuman Sheila selalu membuat Bara berdebar. Semua yang ada dalam diri Sheila membuat Bara begitu mencintainya. Bukan hanya sekedar obsesi tapi juga sebagai cinta sejati.

"Apa aku terlalu egois demi mendapatkan wanita secantik dirimu?"

Sheila berhenti tertawa, tatapan dalam Bara sanggup menenggelamkannya tapi rasa ragu terselip di hatinya. Apa Bara tulus mencintainya?

**

Sheila menatap takjub bangunan mewah nan kokoh di depannya. Dia juga melihat nama RODRIGUEZ yang terletak di tengah-tengah pagar rumah keluarga Bara. Sheila tidak menyangka, ini bahkan seperti istana negeri dongeng──bergaya ala Eropa.

"Butuh berapa pelayan untuk membersihkan rumah ini?" 

Bara tersenyum melihat kepolosan Sheila. "Apa tidak ada pertanyaan lain?" 

Sheila terkekeh geli, dia juga tidak tahu mengapa melontarkan pertanyaan itu. Sheila menatap tangan Bara yang perlahan mengisi sela-sela jarinya. Menyalurkan rasa hangat di telapak tangannya.

"Kau bisa menghitungnya saat kita masuk," pungkas Bara tersenyum. 

Mata Sheila berbinar, desain rumah ini begitu khas. Warna emas nyaris mendominasi barang-barang di sini. 

"Shei, apa benda-benda di rumah ini lebih menarik dariku?" tanya Bara dengan nada cemburunya.

"Semua barang-barang di sini begitu unik. Aku belum pernah melihatnya," puji Sheila mengedarkan pandangannya.

"Ya, karena rata-rata barang ini langka," sahut Bara sedikit kesal. 

Bara dan Sheila sudah berada di ruang makan. Kedua orang tua Bara langsung berdiri melihat kedatangan Bara dan Sheila. Jantung Sheila berdebar kencang tatkala semua pasang mata tersorot padanya. Sheila merasa seperti seorang musuh yang harus dilenyapkan. Menyadari kegugupan istrinya Bara berbisik pelan. 

"Ada aku di sini," ucapnya membuat Sheila mendongak, teduhnya tatapan Bara berhasil mencairkan ketegangan dalam dirinya. 

Mata Bara memicing menyadari seseorang yang sangat dia hindari.

"Monica," gumamnya melihat Monica duduk di sebelah Elisa. 

"Hai, Bara," sapa Monica ramah berjalan menghampiri Bara.

"Aku sudah memiliki istri!" tegas Bara saat Monica hendak memeluknya. 

Monica berhenti kikuk sedangkan Sheila menahan senyum melihat ekspresi wanita itu. 

Dasar Wanita genit! batin Sheila.

"Ah, iya. Aku lupa, maafkan aku." Monica berusaha tersenyum menutupi rasa malunya. Monica kembali ke tempat duduknya dengan perasaan marah ditolak Bara mentah-mentah.

"Pa, Ma. Perkenalkan ini Sheila, istriku," kata Bara.

Sheila mengulurkan tangan pada Ayah Bara. Robert tersenyum menyambut Sheila. 

"Selamat, kamu telah menjadi bagian dari keluarga Rodriguez," kata Robert tulus seraya memeluk Sheila.

Benak Sheila menghangat, dugaanya salah. Walau wajah Robert terlihat garang tapi ternyata mertuanya ini begitu baik dan mau menerimanya.

Sheila beralih pada Elisa──Ibu Bara. 

"Saya Sheila, Ma," ucap Sheila dengan uluran tangan yang tidak dibalas oleh Elisa. Wanita paruh baya itu justru menyilangkan tangan dan menatap Sheila remeh.

"Biasa saja. Monica jauh lebih berkelas daripada kamu!” hina Elisa memperhatikan Sheila yang memakai dress selutut simpel berwarna putih.

Sheila menelan ludahnya berat menyadari kehadirannya belum diterima baik oleh Elisa. Sheila bisa memaklumi itu, mengingat ini baru pertama kali pertemuan mereka. Mungkin keluarga Bara juga syok seperti dia karena pernikahan yang mendadak ini. 

"Mama bingung, apa istimewanya Wanita ini?" tanya Elisa membuat Sheila menunduk. 

Sheila makin merasa tidak pantas sekarang. Jadi, Sheila diundang di sini hanya untuk dibandingkan?

Rahang Bara mengetat. "Sheila jauh lebih baik daripada Monica yang bahkan tidak bisa memasak," sindir Bara telak.

"Itu dulu," sahut Monica.

"Lalu sekarang?!" tanya Bara menantang.

"Bukankah kau sangat khawatir jika kulit mulusmu itu terciprat minyak panas?" Suara Bara meninggi dengan nada sindiran yang begitu jelas.

Monica merengut sebal. Apa yang dikatakan Bara memang benar namun menurutnya itu tidak perlu dipermasalahkan mengingat dia dan Bara berasal dari keluarga kaya. Dia bisa dengan mudah menyuruh koki pribadi untuk menyiapkan makanan tanpa repot-repot memasak sendiri. 

"Ma, Bara sudah dewasa. Pasti ada sesuatu dalam diri Sheila yang membuat Bara menyukainya." Robert berusaha menjadi penengah.

Bara mengacungkan jempol. Ayahnya ini memang tahu betul wataknya.

"Papa, benar," puji Bara. Keduanya lalu melakukan tos layaknya seseorang yang telah berhasil bekerja sama.

"Dasar! Ayah dan anak sama saja!" dengus Elisa.

**

"Sepertinya Mama kamu tidak setuju dengan pernikahan kita," cetus Sheila ketika dirinya melihat Elisa mengobrol asik dengan Monica di kursi pinggir kolam renang.

Bara menepuk bahu Sheila lalu mengusapnya. "Semua ucapan Mama yang tidak baik. Jangan dimasukkan hati. Ini hanya masalah waktu," jelas Bara berusaha menghibur Sheila.

Sheila mengangguk pelan. Raut sedihnya perlahan memudar.

"Mama, suka kue apa?" tanya Sheila menghadap Bara.

"Dia suka bolu keju," jawab Bara.

"Oh, ya? Kok sama?" Sheila merasa senang mendengarnya. Ada satu persamaan di antara dirinya dengan Ibu Bara.

"Iya, Mama pecinta keju," ungkap Bara.

"Hm, bagaimana kalau aku membuatkannya?" usul Sheila, ada binar harapan di matanya.

"Kau bisa?"

"Kamu lupa, aku punya usaha kue. Tentu saja aku bisa." Sheila begitu yakin mengatakannya.

"Baiklah, aku siap menjadi asistenmu," tawar Bara tersenyum penuh arti membuat Sheila curiga dengan gelagat Bara.

"Tapi tidak gratis," kata Bara membuat Sheila mengerutkan dahi.

"Mau dibayar berapa?" tanya Sheila.

"Bukan uang," kata Bara seraya menggeleng.

"Ih! Jangan minta yang aneh-aneh!" peringat Sheila menepuk lengan kekar Bara.

"Tutup mata," pinta Bara.

Bara berdecak. "Aku menyuruhmu menutup mata, bukan menutup mulut!" sinis Bara membuat Sheila menurunkan telapak tangannya.

"Ge'er sekali! Memangnya aku mau menciummu?" sindir Bara.

Bab terkait

  • Jerat Cinta CEO Posesif   10. Pergi

    "Jaga-ja──" Sheila melotot geram. Benar dugaannya, Bara mengecup bibirnya tanpa izin."Barbar!" teriak Sheila melihat Bara berlari meninggalkannya."Haha!" Tawa berat Bara menggema di area dapur.Sheila mengejar Bara dan hendak memukulnya Bara tapi tidak jadi. "Ampun, Shei!" Bara mengangkat dua jari membentuk huruf V. Sheila terkekeh geli, ekspresi wajah Bara berhasil menggelitiknya. "Sejak kapan seekor Harimau berubah menjadi seekor Kucing?" dengus Sheila mencubit pipi Bara.Bara mengendikan bahu, dia lantas mengambil clemek berwarna merah muda dan memakainya. Pria gagah itu berkacak pinggang."Cocok tidak?" tanya Bara mengangkat kedua lengan berniat memamerkan ototnya.Sheila menggeleng dan terkekeh pelan. "Tidak masalah, yang penting aku cocok jadi suamimu," ucap Bara percaya diri."Iya-iya," balas Sheila mulai menyiapkan bahan-bahan dari kulkas.Bara mengambil satu bungkus tepung terigu lalu membukanya kasar."Uhuk!" Bara terbatuk, tangannya mengibaskan tepung yang menguap di

  • Jerat Cinta CEO Posesif   11. Cemburu

    Kedua mata Sheila melebar mendengar keinginan Bara. "A-aku tidak bisa," lirih Sheila. Dia menatap manik mata Bara cemas."Kenapa?" tanya Bara kecewa Sheila menolaknya.Sheila menggigit bibirnya, "Pagi tadi aku ... datang bulan," kata Sheila.Maaf, aku terpaksa bohong, batin Sheila. Dia masih takut dengan Bara bila menyangkut urusan ranjang. Jujur saja, Sheila masih belum siap melayani Bara sepenuhnya.Bara mengusap pipi Sheila. "Jika memang iya, kenapa kau terlihat gusar?" tanya Bara menyelidik."Takut kamu marah," lirih Sheila.Bara memeluk Sheila, "Aku ini suamimu. Apa aku terlihat menyeramkan?" gerutunya mendadak emosi sendiri.Sheila tersenyum, "Sedikit, kamu kan Barbar!" imbuh Sheila membuat Bara mengeratkan pelukannya. Pria itu menunduk menciumi puncak kepala Sheila gemas. Sheila mendongak membuat ciuman Bara mendarat di keningnya."Tapi ... apa alasanmu menyukaiku, Bara? Kenapa bisa yakin denganku? Padahal kita belum saling mengenal." Sheila selalu bertanya-tanya, apa yang mem

  • Jerat Cinta CEO Posesif   12. Diculik

    "Shei, jangan menggodaku. Kau membuat konsentrasiku buyar," peringat Bara namun dia justru terpesona meneliti paras cantik Sheila. Sheila memundurkan wajahnya hendak bangkit dari pangkuan Bara. "Eits! Tidak semudah itu keluar dariku Sayang," sergah Bara mendekap pinggang ramping Sheila. "Apalagi? Bukankah aku hanya akan mengganggumu?! Lepaskan aku!" kesal Sheila merajuk."Aku belum selesai." Bara memiringkan wajah, mendaratkan kecupan singkat di bibir Sheila. Kali ini Bara berubah dominan. Bara menjelajahi rahang Sheila, mengecupi lehernya membuat Sheila mendesis pelan. Ciuman ini begitu memabukan. Bara kembali naik melumat bibir Sheila. Memagutnya lembut dan penuh perasaan. Bara menekan tengkuk leher Sheila berniat memperdalam ciumannya.Sheila membuka mulutnya memberi akses lidah Bara untuk masuk. Ciuman ini terasa membakar, Bara semakin bernafsu menciumnya. Basah dan panas. Kedunya berhenti, saling menatap dengan kilatan mata penuh gairah. "Mau lagi?" tanya Bara dengan binar d

  • Jerat Cinta CEO Posesif   13. Hampir Celaka

    Bara berdiri dengan raut wajah tersenyum senang. Dia tengah menjabat tangan seorang investor yang resmi bergabung dalam pembangunan villa di salah satu kawasan wisata sedang populer tapi masih kurang dalam sarana infrastruktur."Senang bekerja sama dengan anda, Mr. Bara," puji Adam, seorang pria berusia 50 tahun. "Begitu juga saya. Terima kasih Mr. Adam," balas Bara.Satu per satu dari mereka keluar dari ruang meeting. Sementara Bara masih ada di sana bersama Calvin."Rapat ini berjalan sesuai dengan harapan," ucap Bara puas. Dia yakin dengan adanya pembangunan di desa yang lumayan terpencil itu akan mendatangkan banyak wisatawan. Mereka pasti akan terpana dengan keindahan pantai juga pasir putihnya yang berdampak pada keuntungan besar bagi perusahaan juga masyarakat yang tinggal di sekitarnya.Bara yang hanyut dalam bayangannya dikejutkan getaran ponsel di saku celananya. Tatapannya menajam disertai kedua alis yang hampir menyatu kala membaca pesan dari nomor asing itu. Tidak Dik

  • Jerat Cinta CEO Posesif   14. Candu

    "Kita pasti hidup bahagia."Bara membawa Sheila keluar dari gedung yang terbengkalai yang tampak berantakan dan dipenuhi sarang laba-laba karena pembangunannya tidak dilanjutkan. Calvin membukakan pintu mobil. Bara merendahkan tubuhnya untuk mendudukkan Sheila."Aku ingin pulang," lirih Sheila parau dalam dekapan Bara."Iya. Kita memang akan pulang," jawab Bara mengusap punggung Sheila."Tidak. Aku ingin pulang ke rumahku," tukas Sheila. Dia merindukan orang tuanya, dia ingin merasakan kehangatan rumahnya, tempat di mana dia dibesarkan dengan kasih sayang."Kita akan ke sana," ucap Bara tenang. Gurat ketakutan dari wajah Sheila adalah hal yang membuat Bara murka. Sial! Miliknya terluka. Kalian akan menyesal karena berurusan denganku!**"Calvin. Perketat keamanan di sini!" perintah Bara lugas. "Siap, Bos."Bara menggandeng tangan Sheila dan berdiri di depan pintu lalu menekan bel. Laras membuka pintu rumahnya, terkejut dengan kedatangan Sheila dan Bara yang tiba-tiba."Sheila," gum

  • Jerat Cinta CEO Posesif   15. Milikku Seutuhnya

    "Bara ...." Suara rintihan Sheila terdengar menggairahkan. Bibir ranumnya membuat Bara ingin menyesapnya lagi. "Katakan jika kau juga menginginkanku," pinta Bara, matanya yang menggelap tampak berkilat.Sheila mencengkeram sprei erat ketika tangan Bara menelusuri belahan dadanya lalu menangkupnya dengan satu tangan. Meremasnya begitu lembut, memberikan sensasi yang tak tertahankan. Setiap sentuhannya dipenuhi cinta dan gairah. Rasa panas menyelubungi dirinya."Sheila, menyerahlah dengan setiap gerakanku," desis Bara.Napas hangat Bara membelai halus kulitnya, lidah Bara menjejalah di lehernya. Nadi Sheila berpacu, dia sedikit terkejut saat lengan kekar itu mencubit pelan di puncaknya, memilin lalu menariknya. Mengirimkan denyut membutuhkan. "Ahh!" Sheila mendesah. Sentuhan Bara menyiksa, membakar gairahnya. Bara menyeringai nakal menatap Sheila yang dipenuhi buliran keringat. Sheila tampak kewalahan dengan kenikmatan yang menggerogoti tubuhnya. Dia menatap sayu Bara, pria itu menun

  • Jerat Cinta CEO Posesif   16. Tersipu

    Sheila berjalan ke dapur sembari memegang liontinnya. Kalung ini terasa sangat istimewa, setiap kali membaca nama Bara dan dirinya. Benaknya menghangat, darahnya berdesir tiap kali menyelami tatapan teduh Bara. Topeng wajah dingin dan watak keras kepala Bara nyatanya tak berlaku untuknya. "Baru bangun udah senyum-senyum sendiri. Cerita sini sama Mama," goda Laras yang membuat Sheila berlari kecil memeluknya."Ma, dia sangat manis. Padahal kemarin bukan hari ulang tahunku, tapi Mas Bara memberiku hadiah ini." Sheila mengangkat liontinnya, Laras ikut menyentuhnya."Indah, sangat cocok untukmu," puji Laras."Apa Bara belum bangun?" tanyanya lalu dibalas gelengan oleh Sheila."Belum. Dia masih tidur, padahal Mas Bara harus berangkat ke kantor. Aku ingin membangunkannya, tapi aku tidak tega karena dia tidur seperti bayi, sangat pulas," jelas Sheila sembari membayangkan wajah Bara yang terlelap.Baik Sheila dan Laras sama-sama tertawa. "Dasar kamu ini! Dia itu suami kamu," tegur Laras den

  • Jerat Cinta CEO Posesif   17. Kebencian Sheila

    "Ayo, peluk aku, She," pinta Bryan dengan senyum miring. Sheila bergidik ngeri, tangannya bergerak meraih gagang pintu berusaha membukanya tapi terkunci."Jangan menatapku seperti itu. Aku ini bukan monster." Bryan berdiri sedangkan Sheila beringsut menuju jendela kamar.Bagaimana dia masuk?Di luar penjagaannya diperketat. Lalu, mengapa Bryan bisa dengan mudah masuk ke rumah ini? Bahkan menyusup ke kamarnya? Benak Sheila dipenuhi tanda tanya. "Pergi!" usirnya menepis tangan Bryan. "Sst! Pelankan suaramu, nanti semua orang di rumah ini bisa dengar," peringat Bryan dengan telunjuk di depan bibirnya."Kamu takut ketahuan? Takut mereka akan menghajarmu?!" Bryan menyugar rambutnya dengan jari. "Itu akan menjadi senjata makan tuan.""Maksudmu?" "Pikirkan saja. Apa yang dilakukan oleh seorang pria dan wanita di kamar? Mereka akan mengira kita berbuat macam-macam, tapi kalau itu maumu. Silahkan saja," jelas Bryan membuat Sheila merasa seperti orang bodoh yang gegabah dalam mengambil kep

Bab terbaru

  • Jerat Cinta CEO Posesif   19. Amarah

    "Iya. Kenapa wajahmu cemberut?" tanya Bara."Aku takut ada yang merebutmu," ungkap Sheila. Ya, dia merasa gelisah ketika memergoki para tamu wanita mencuri-curi pandang pada suaminya. Bara menangkup pipi Sheila gemas. "Itu tidak akan terjadi. Di hatiku sudah tidak ada tempat lagi, semuanya untukmu. Pikiranku selalu dipenuhi tentangmu. Bagaimana mungkin orang lain bisa masuk jika kunci itu ada pada dirimu?"Sheila mengulum senyum, Bara menunduk menyatukan kening mereka."Tidak ada yang bisa menggantikanmu. Percayalah." Ungkapan Bara menenangkan batin Sheila, pipinya bersemu. Gerald bersidekap tangan masih setia berdiri di tempatnya. Berada disini sungguh membosankan! Seharusnya dia tidak datang ke pesta. Jika bukan karena rengekan Nara, dia tidak akan terjebak diantara pasangan yang saling jatuh cinta dengan tatapan memuja. Contohnya Bara, pria itu bucin akut pada Sheila. "Gerald, aku ingin seperti mereka. Ajari aku!" pinta Nara antusias menarik-narik tangan Gerald. Ya Tuhan, bisak

  • Jerat Cinta CEO Posesif   18. Pria Menyebalkan

    Karpet merah terbentang dari luar pintu masuk hingga ke dalam. Satu per satu tamu undangan mulai berdatangan. Diantara sekian banyak orang yang hadir, Sheila merasa jika setiap langkah kakinya bersama Bara menjadi sorotan. Sheila seharusnya tidak kaget mengingat suaminya adalah seorang pengusaha terkenal dan disegani di kalangan banyak orang. Hanya saja, Sheila belum terbiasa dengan semua ini."Abaikan tatapan mereka. Tatap aku jika kau merasa gugup," lirih Bara."Bara," sapa pria dengan tuxedo berwarna navy. Parasnya tampan, dengan tinggi sekitar 180 cm. Dia tampak gagah dan berwibawa, tetapi raut wajahnya terkesan dingin. "Gerald. Biasanya kau datang lebih awal daripada aku.""Dia terlalu lama menungguku," terang seorang gadis bersurai hitam lurus bergaun pink selutut dengan pita di belakang punggungnya.Gadis itu berhasil mencuri perhatian Bara.Bara menyenggol lengan Gerald."Dia siapa?" tanyanya menyelidik."Perkenalkan aku Nara," ujar Nara."Salam kenal, saya Bara. Ini istri sa

  • Jerat Cinta CEO Posesif   17. Kebencian Sheila

    "Ayo, peluk aku, She," pinta Bryan dengan senyum miring. Sheila bergidik ngeri, tangannya bergerak meraih gagang pintu berusaha membukanya tapi terkunci."Jangan menatapku seperti itu. Aku ini bukan monster." Bryan berdiri sedangkan Sheila beringsut menuju jendela kamar.Bagaimana dia masuk?Di luar penjagaannya diperketat. Lalu, mengapa Bryan bisa dengan mudah masuk ke rumah ini? Bahkan menyusup ke kamarnya? Benak Sheila dipenuhi tanda tanya. "Pergi!" usirnya menepis tangan Bryan. "Sst! Pelankan suaramu, nanti semua orang di rumah ini bisa dengar," peringat Bryan dengan telunjuk di depan bibirnya."Kamu takut ketahuan? Takut mereka akan menghajarmu?!" Bryan menyugar rambutnya dengan jari. "Itu akan menjadi senjata makan tuan.""Maksudmu?" "Pikirkan saja. Apa yang dilakukan oleh seorang pria dan wanita di kamar? Mereka akan mengira kita berbuat macam-macam, tapi kalau itu maumu. Silahkan saja," jelas Bryan membuat Sheila merasa seperti orang bodoh yang gegabah dalam mengambil kep

  • Jerat Cinta CEO Posesif   16. Tersipu

    Sheila berjalan ke dapur sembari memegang liontinnya. Kalung ini terasa sangat istimewa, setiap kali membaca nama Bara dan dirinya. Benaknya menghangat, darahnya berdesir tiap kali menyelami tatapan teduh Bara. Topeng wajah dingin dan watak keras kepala Bara nyatanya tak berlaku untuknya. "Baru bangun udah senyum-senyum sendiri. Cerita sini sama Mama," goda Laras yang membuat Sheila berlari kecil memeluknya."Ma, dia sangat manis. Padahal kemarin bukan hari ulang tahunku, tapi Mas Bara memberiku hadiah ini." Sheila mengangkat liontinnya, Laras ikut menyentuhnya."Indah, sangat cocok untukmu," puji Laras."Apa Bara belum bangun?" tanyanya lalu dibalas gelengan oleh Sheila."Belum. Dia masih tidur, padahal Mas Bara harus berangkat ke kantor. Aku ingin membangunkannya, tapi aku tidak tega karena dia tidur seperti bayi, sangat pulas," jelas Sheila sembari membayangkan wajah Bara yang terlelap.Baik Sheila dan Laras sama-sama tertawa. "Dasar kamu ini! Dia itu suami kamu," tegur Laras den

  • Jerat Cinta CEO Posesif   15. Milikku Seutuhnya

    "Bara ...." Suara rintihan Sheila terdengar menggairahkan. Bibir ranumnya membuat Bara ingin menyesapnya lagi. "Katakan jika kau juga menginginkanku," pinta Bara, matanya yang menggelap tampak berkilat.Sheila mencengkeram sprei erat ketika tangan Bara menelusuri belahan dadanya lalu menangkupnya dengan satu tangan. Meremasnya begitu lembut, memberikan sensasi yang tak tertahankan. Setiap sentuhannya dipenuhi cinta dan gairah. Rasa panas menyelubungi dirinya."Sheila, menyerahlah dengan setiap gerakanku," desis Bara.Napas hangat Bara membelai halus kulitnya, lidah Bara menjejalah di lehernya. Nadi Sheila berpacu, dia sedikit terkejut saat lengan kekar itu mencubit pelan di puncaknya, memilin lalu menariknya. Mengirimkan denyut membutuhkan. "Ahh!" Sheila mendesah. Sentuhan Bara menyiksa, membakar gairahnya. Bara menyeringai nakal menatap Sheila yang dipenuhi buliran keringat. Sheila tampak kewalahan dengan kenikmatan yang menggerogoti tubuhnya. Dia menatap sayu Bara, pria itu menun

  • Jerat Cinta CEO Posesif   14. Candu

    "Kita pasti hidup bahagia."Bara membawa Sheila keluar dari gedung yang terbengkalai yang tampak berantakan dan dipenuhi sarang laba-laba karena pembangunannya tidak dilanjutkan. Calvin membukakan pintu mobil. Bara merendahkan tubuhnya untuk mendudukkan Sheila."Aku ingin pulang," lirih Sheila parau dalam dekapan Bara."Iya. Kita memang akan pulang," jawab Bara mengusap punggung Sheila."Tidak. Aku ingin pulang ke rumahku," tukas Sheila. Dia merindukan orang tuanya, dia ingin merasakan kehangatan rumahnya, tempat di mana dia dibesarkan dengan kasih sayang."Kita akan ke sana," ucap Bara tenang. Gurat ketakutan dari wajah Sheila adalah hal yang membuat Bara murka. Sial! Miliknya terluka. Kalian akan menyesal karena berurusan denganku!**"Calvin. Perketat keamanan di sini!" perintah Bara lugas. "Siap, Bos."Bara menggandeng tangan Sheila dan berdiri di depan pintu lalu menekan bel. Laras membuka pintu rumahnya, terkejut dengan kedatangan Sheila dan Bara yang tiba-tiba."Sheila," gum

  • Jerat Cinta CEO Posesif   13. Hampir Celaka

    Bara berdiri dengan raut wajah tersenyum senang. Dia tengah menjabat tangan seorang investor yang resmi bergabung dalam pembangunan villa di salah satu kawasan wisata sedang populer tapi masih kurang dalam sarana infrastruktur."Senang bekerja sama dengan anda, Mr. Bara," puji Adam, seorang pria berusia 50 tahun. "Begitu juga saya. Terima kasih Mr. Adam," balas Bara.Satu per satu dari mereka keluar dari ruang meeting. Sementara Bara masih ada di sana bersama Calvin."Rapat ini berjalan sesuai dengan harapan," ucap Bara puas. Dia yakin dengan adanya pembangunan di desa yang lumayan terpencil itu akan mendatangkan banyak wisatawan. Mereka pasti akan terpana dengan keindahan pantai juga pasir putihnya yang berdampak pada keuntungan besar bagi perusahaan juga masyarakat yang tinggal di sekitarnya.Bara yang hanyut dalam bayangannya dikejutkan getaran ponsel di saku celananya. Tatapannya menajam disertai kedua alis yang hampir menyatu kala membaca pesan dari nomor asing itu. Tidak Dik

  • Jerat Cinta CEO Posesif   12. Diculik

    "Shei, jangan menggodaku. Kau membuat konsentrasiku buyar," peringat Bara namun dia justru terpesona meneliti paras cantik Sheila. Sheila memundurkan wajahnya hendak bangkit dari pangkuan Bara. "Eits! Tidak semudah itu keluar dariku Sayang," sergah Bara mendekap pinggang ramping Sheila. "Apalagi? Bukankah aku hanya akan mengganggumu?! Lepaskan aku!" kesal Sheila merajuk."Aku belum selesai." Bara memiringkan wajah, mendaratkan kecupan singkat di bibir Sheila. Kali ini Bara berubah dominan. Bara menjelajahi rahang Sheila, mengecupi lehernya membuat Sheila mendesis pelan. Ciuman ini begitu memabukan. Bara kembali naik melumat bibir Sheila. Memagutnya lembut dan penuh perasaan. Bara menekan tengkuk leher Sheila berniat memperdalam ciumannya.Sheila membuka mulutnya memberi akses lidah Bara untuk masuk. Ciuman ini terasa membakar, Bara semakin bernafsu menciumnya. Basah dan panas. Kedunya berhenti, saling menatap dengan kilatan mata penuh gairah. "Mau lagi?" tanya Bara dengan binar d

  • Jerat Cinta CEO Posesif   11. Cemburu

    Kedua mata Sheila melebar mendengar keinginan Bara. "A-aku tidak bisa," lirih Sheila. Dia menatap manik mata Bara cemas."Kenapa?" tanya Bara kecewa Sheila menolaknya.Sheila menggigit bibirnya, "Pagi tadi aku ... datang bulan," kata Sheila.Maaf, aku terpaksa bohong, batin Sheila. Dia masih takut dengan Bara bila menyangkut urusan ranjang. Jujur saja, Sheila masih belum siap melayani Bara sepenuhnya.Bara mengusap pipi Sheila. "Jika memang iya, kenapa kau terlihat gusar?" tanya Bara menyelidik."Takut kamu marah," lirih Sheila.Bara memeluk Sheila, "Aku ini suamimu. Apa aku terlihat menyeramkan?" gerutunya mendadak emosi sendiri.Sheila tersenyum, "Sedikit, kamu kan Barbar!" imbuh Sheila membuat Bara mengeratkan pelukannya. Pria itu menunduk menciumi puncak kepala Sheila gemas. Sheila mendongak membuat ciuman Bara mendarat di keningnya."Tapi ... apa alasanmu menyukaiku, Bara? Kenapa bisa yakin denganku? Padahal kita belum saling mengenal." Sheila selalu bertanya-tanya, apa yang mem

DMCA.com Protection Status