Share

5. Belenggu Emosi

Author: Kristalbee
last update Last Updated: 2024-10-15 17:48:46

Bara melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas normal, dia menyalip satu per satu kendaraan dengan lihai. Pria itu dipenuhi kabut emosi. Bara sudah berkeliling mencari Sheila. Namun, hingga petang ini, Bara tak kunjung menemukan wanita yang membuatnya tidak mempedulikan dirinya sendiri.

Bara menepi, ia memukul setir mobil dengan kondisi buku-buku jari yang penuh akan darah yang mengering.

"Sheila!" erang Bara.

"Aku terjebak denganmu!" geram Bara frustasi.

Sebenarnya mudah saja jika Bara ingin segera menemukan Sheila, dia tinggal mengerahkan anak buahnya. Namun, dia terlanjur marah dan bertekad menemukan Sheila sendiri.

**

Sheila melangkah lemas dengan kedua mata merah dan sembab. Langkah kaki menggiringnya ke sebuah gang sempit yang diterangi cahaya temaram. Sheila bahkan bingung ingin kemana. Jika dia pulang, Sheila takut keluarganya akan terseret dalam permasalahannya. Hatinya masih tersayat perih ketika mengingat respon Bryan yang tidak peduli lagi dengannya.

"Cantik," sapa seorang pria memegang pundak Sheila.

Sheila terpelonjak kaget lalu menepis tangan itu kasar.

"Siapa kamu?!" tanya Sheila mendelik pada pria dengan tato di lengan juga tindik di telinganya.

Pria itu tidak menjawab. Dia justru melayangkan tatapan kurang ajar dengan memandang Sheila dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sheila risih dan segera berbalik, tapi pria itu lebih dulu mencekalnya.

"Jangan harap lo bisa pergi, sebelum gue seneng-seneng sama tubuh lo!" tegas Pria itu.

"Lepasin!" pinta Sheila menghentakkan tangannya.

"Kyaaa!" jerit Sheila ketika Pria itu menghantamkan tubuhnya ke dinding pembatas.

Pria itu menjilat bibir bawahnya seraya menatap lapar ke arah Sheila. Otak Sheila mendadak kosong, Sheila ketakutan untuk kali ini Sheila sangat mengharapkan Bara datang menolongnya meskipun rasanya mustahil.

Bara ... tolong aku. 

"Tolong-tolong!" teriak Sheila matanya memanas dan penglihatannya memburam.

Pria itu tersenyum meremehkan.

"Percuma! Gak akan ada yang bakal bantuin lo di gang sempit dan terpencil ini!"

Pria itu merobek baju atas Sheila membuat Sheila memekik dan menyilangkan tangan menutupi dadanya.

"Gue gak sabar buat rasain itu," kata Pria itu mencoba menyingkirkan tangan Sheila. 

"Jangan!"

Sheila menangis sesenggukan, andai dia tidak mencoba kabur, ini pasti tidak akan terjadi. Jika saja Sheila bisa memutar waktu. Sheila akan memilih benar-benar pergi ke toko kuenya.

"Singkirkan tanganmu dari istriku bangsat!" kelakar Bara menarik Pria itu dan menghempaskannya. 

Sejenak Sheila merasa aman, dia memeluk dirinya sendiri.

Iris mata Bara menggelap menatap Pria itu. Bara menghajar Pria itu brutal.

"Kau harus mati!" desis Bara yang menduduki perut Pria itu dan memukul wajahnya kuat.

Sheila bergegas menghampiri Bara ketika Bara hilang kendali dan terus mengumpat.

"Bara hentikan!" Sheila berusaha menarik Bara dan memeluk Bara dari belakang melihat preman itu terkapar tak berdaya dalam kondisi mengenaskan. Matanya bengkak, hidung serta sudut bibirnya berdarah. 

"Kau melindungi si berengsek ini, Shei?!" murka Bara.

Sheila menggeleng dengan air mata yang terus mengalir.

"T-tidak, aku tidak mau k-kamu masuk penjara nanti," kata Sheila bibirnya bergetar.

Emosi Bara mereda, dia berbalik dan memeluk Sheila erat. Mencium puncak kepala Sheila berkali-kali.

Beruntung Sheila membawa tas kecil yang dulu Bara beri penyadap suara sehingga Bara bisa mendengar suara Sheila. Ternyata keberadaan Sheila tidak jauh dari tempat mobilnya berhenti.

Bara menangkup wajah Sheila. "Coba kau pikirkan Shei, jika aku tidak datang tepat waktu. Dia mungkin telah melecehkanmu! Kau bisa bayangkan, betapa hancurnya aku kalau hal itu sampai terjadi?" ungkap Bara sorot matanya begitu cemas.

Sheila terisak kuat, bahunya bergetar. Apa Bara sepeduli itu padanya? Rasa sesal dengan cepat menggeroti hatinya.

Tak lama, Anton dan Angga tiba di tempat kejadian dengan tergesa.

"Urus sampah meresahkan ini!" perintah Bara dingin.

"Kurang ajar!" umpat Bara ketika baju bagian atas Sheila robek, Bara melepas jasnya lalu menggendong Sheila ke dalam mobil. Sikap Bara yang tenang dan perhatian justru menghadirkan kecurigaan di benak Sheila. 

Sheila pikir Bara akan marah, membentaknya ataupun melakukan hal kasar, tapi nyatanya Bara tak seburuk yang Sheila kira. 

Bara baru saja duduk di mobil dan membuat degup jantung Sheila berdetak kencang. Sheila menunduk melihat jas hitam yang dia pakai. Wangi maskulin menyeruak ke dalam hidungnya. Aroma yang membuat Sheila selalu teringat dengan Bara.

Sheila menoleh saat Bara belum juga melajukan mobilnya. Bara meremat kuat setiran dengan napas memburu.

Sheila baru menyadari ada luka di tangan Bara. Bahkan bercak merah terlihat kontras di lengan kemeja putih Bara. Sheila menyentuhnya membawa tangan Bara ke arahnya.

"I-ini kenapa?" tanya Sheila cemas.

Bara menyentak tangan Sheila.

"Apa pedulimu!" bentak Bara.

Sheila menelan ludahnya berat.

"Maaf," lirih Sheila.

Bara mencengkeram dagu Sheila memaksa Sheila menatapnya.

"Maafmu tidak berguna!" 

Bara mendekatkan wajahnya, Sheila bahkan sampai menahan napas ketika jarak Bara begitu dekat. Bara menatap bibir Sheila yang seolah menggodanya. Namun, Bara dengan cepat menjauhkan wajahnya dan duduk dengan posisi semula.

"Tepis jauh pikiranmu untuk pergi dariku, karena aku jamin, kau tidak akan bisa!" tukas Bara.

"Bersiaplah, aku akan menghukummu di rumah," peringat Bara dingin berhasil membuat Sheila membeku.

**

"Mau kemana?" protes Bara ketika Sheila membuka pintu mobil sendiri dan berlari masuk rumah mendahuluinya.

"Mengambil kotak P3K," jawab Sheila membuat Bara mempercepat langkah untuk menyusulnya.

Sheila membawa kotak P3K dan menggandeng tangan Bara untuk masuk ke dalam kamar.

"Ini harus diobati, takut infeksi," kata Sheila mengambil kapas yang sudah ia beri alkohol untuk membersikan luka itu. Lalu Sheila mengoleskan kapas yang sudah dia beri obat merah.

Bara menatap Sheila, rasa senang mengisi rongga hatinya. Sheila tampak khawatir dan hati-hati dalam mengobatinya. Bara tersenyum tipis.

"Sudah selesai," kata Sheila tersenyum manis namun Bara justru memasang raut datar. Bara menarik tangannya kasar dari Sheila, walau sempat terkejut tapi Sheila bisa memakluminya.

Bara keluar dari kamar sementara Sheila masuk ke kamar mandi.

Beberapa menit berlalu. Sheila baru selesai mandi. Pandangan Sheila langsung mendapati Bara yang berdiri seraya membawa nampan berisi makanan dan minuman.

"Makan! Aku tidak ingin kau lemas nanti!" kata Bara ambigu.

Nanti? Apanya yang nanti? tanya Sheila dalam hati.

"Shei, kau tidak dengar? Makan sekarang!" titah Bara melihat Sheila melamun.

Sheila menerimanya lalu duduk, dia mulai menyendok nasi tapi hanya seujung sendok. Sheila tidak selera makan dan atensinya tertuju pada Bara, Pria itu duduk di pinggir ranjang, memunggunginya.

Aneh, Sheila jadi memikirkan, katanya Bara akan menghukumnya. Tapi Pria itu masih terdiam. Bukan begitu, Sheila sebenarnya tidak mengharapkan itu. Ia hanya was-was saja.

Sheila meletakkan piring cukup kasar di nakas, menimbulkan dentingan bunyi sendok dan piring cukup keras.

"Seharusnya aku tidak pernah bertemu denganmu, Bara!" sungut Sheila. 

Mungkin ini saatnya menanamkan kebencian pada Bara. 

Bara berdiri, jantung Sheila berdebar kencang. Tuhan, sepertinya Sheila salah langkah! Tatapan mata Bara menguliti keberaniannya. 

"Kau benar-benar membuatku marah, Shei!" gertak Bara, rahangnya mengeras. Sheila harus diberi pelajaran. Sudah cukup Bara bersabar. Percuma Bara berusaha menahan amarahnya, karena Sheila justru memancingnya.

Bara melepas satu per satu kancing kemejanya seraya berjalan mendekati Sheila.

Bara menyeringai. "Aku tarik ucapanku kemarin. Rasanya terlalu lama menunggumu untuk menyerahkan dirimu padaku. Jadi aku percepat saja," kata Bara melepas bajunya memperlihatkan tubuh berototnya. 

Sheila terpaku melihat pemandangan itu, Bara memang memikat. Tapi, ayolah, ia tidak boleh tergoda. Sheila berlari menuju pintu.

Bara menutup pintu itu cepat, memutar kunci dan membuang kuncinya ke atas lemari.

"Mau kemana istriku?" suara bariton Bara membuat tubuh Sheila gemetar saat Bara lengan kokoh Bara mengurungnya di sisi pintu. 

Ditambah manik mata hitam Bara yang menyiratkan Pria itu sangat menginginkannya sekarang. Wajah Sheila memucat.

Baru begini saja kamu sudah menciut takut! Sok-sok'an mau menantangku! 

Bara tersenyum puas ketika buliran keringat menetes dari dahi Sheila.

"Aku akan mengambil hakku sekarang!" tekan Bara membuat napas Sheila memburu ketika tubuh mereka saling bersentuhan. Sheila tidak bisa membayangkan betapa perkasanya Bara nanti.

"S-sakit," rintih Sheila saat Bara meremas lengannya, Bara juga menancapkan kukunya di kulit Sheila.

"Ini tidak sebanding dengan rasa kecewa saya!" seru Bara.

"Saya bersikap baik, tapi kau malah memilih pergi!" kesal Bara suaranya meninggi.

"Itu salahmu, karena merebut aku dari Bryan!" balas Sheila menatap nyalang Bara.

Bara geram, giginya saling bergemelutuk rapat bahkan dalam keadaan tersudut Sheila masih saja terus menantangnya.

"Tidak ada yang salah Sheila! Karena saya akan membuatnya benar!" pungkas Bara.

"Dasar keras kepala!" rutuk Sheila sementara Bara terus menatap dalam manik mata Sheila. Bara mendengus kasar.

"Ceraikan aku!" desak Sheila.

Kedua mata Bara membelalak, kalimat itu menyulut emosinya. Tangan Bara sudah terangkat, tetapi detik berikutnya, tangan itu terhenti dan mengepal di udara. Bara hampir saja kelepasan ingin menampar Sheila.

"Argh!" erang Bara mengacak rambutnya.

"Kenapa? Kamu takut? Dimana Bara yang tidak takut apapun itu?"

Merasa tertantang Bara mencium bibir Sheila ganas. Bahkan hingga mengeluarkan setitik darah di bibir pucat itu.

Perih, batin Sheila.

Bara tersenyum sinis melihat bibir Sheila yang membengkak. Sementara air mata Sheila terus mengalir membasahi pipi.

Bara mengangkat tubuh Sheila tanpa beban, lebih tepatnya Bara memanggul Sheila di pundaknya

"Turunkan aku!" pekik Sheila memukul punggung Bara.

Bara kemudian menghempas tubuh Sheila ke ranjang dan merangkak naik menindih Sheila.

"Tidak ada kata ampun untuk malam ini! Kau akan menjadi istriku seutuhnya!" seru Bara matanya berkilat penuh gairah.

Related chapters

  • Jerat Cinta CEO Posesif   6. Dibawah Kuasa Bara

    Buliran bening terus menetes dari pelupuk mata Sheila. Bara terus melumat bibirnya hingga terasa sedikit bengkak. Dia tidak bisa lepas karena kedua lengan kokoh Bara menahan tangannya. Bara menghentikan ciumannya lalu menatap Sheila dengan hasrat yang membara. "Sudah siap melihat diriku yang sebenarnya Shei?" tanya Bara bernada rendah berhasil membuat tubuh Sheila meremang. Dia memandang Bara gamang. "B-bara, aku belum siap. Aku takut," lirihnya dengan suara bergetar. "Takut?” tanya Bara terdengar mengejek. Dimana Sheila yang menantangku beberapa detik yang lalu?" sindirnya tersenyum miring. "A-aku tidak bermaksud," cicit Sheila. Sungguh dia benar-benar takut merasakan aura kelam suaminya. "Jangan harap aku akan berubah pikiran dengan wajah memelasmu itu!" kelakar Bara.Dengan satu tarikan Bara merobek piyama Sheila."Bara!" pekik Sheila menutupi dadanya. Pria itu mengabaikan teriakan Sheila, matanya tertuju pada tubuh atas Sheila yang membuatnya kian bergairah.Bara mencium bib

    Last Updated : 2024-11-07
  • Jerat Cinta CEO Posesif   7. Salah Paham

    Kalimat itu membuat aliran darah Sheila berdesir. Dadanya berdebar, sebuah rasa yang menghadirkan kebimbangan di benaknya. Sheila menahan napas ketika Bara semakin merunduk bahkan hampir menyentuh bibirnya. "Tuan, hari ini ada rapat pen──"Anton berhenti berbicara ketika dia hampir masuk ke kamar Bara. Matanya melebar, Anton menelan ludahnya kasar. Pria itu segera berbalik badan. Refleks, Sheila berapaling muka sedangkanBara segera menegakkan punggungnya. "Siapa yang menyuruhmu masuk? Kenapa tidak mengetuk pintu?" gertak Bara dengan intonasi suara beratnya. Dari kerutan yang kentara di dahinya──jelas menunjukan jika Bara marah karena momen romantisnya terganggu."Ma-maaf, saya lancang Tuan, tapi pintu ini tidak ditutup tadi." Anton tergagap, aura Bara mengintimidasinya.Bara mendengus, dia beralih menatap Sheila hangat sembari mengusap puncak kepala Sheila."Aku tinggal dulu, hanya sebentar, Shei," ucap Bara lembut.Sheila mengangguk kecil. Dalam hati Sheila sangat berterima kasih

    Last Updated : 2024-11-08
  • Jerat Cinta CEO Posesif   8. Barbar Posesif

    Bara berada di ruang olahraga miliknya yang terletak di lantai dua. Dia terus meninju samsak di depannya secara brutal. Bara tidak habis pikir, Sheila begitu keras kepala. Alih-alih meminta maaf, Sheila terus menyanggah ucapannya. "Argh!" teriaknya. "Sheila ... Apa sesulit itu kau membalas perasaanku?" erang Bara frustasi. Jujur saja dia belum pernah jatuh hati sedalam ini.Bara berhenti dengan napas yang terengah-engah. Pelampiasannya cukup berpengaruh, emosinya perlahan mereda. Matanya terpejam lama merasakan butiran keringat menetes ke lehernya.Perasaannya mulai tenang. Bara akui dirinya egois karena terlalu menuntut Sheila. Harusnya dia sadar perasaan tidak bisa dipaksa secepat yang dia inginkan. "Aku harus sabar, ini hanya masalah waktu," gumamnya. Bara berdiri dan berjalan cepat menemui Sheila yang berada di kamar utama lantai tiga. Bara memegang kenop pintu sembari mengayunkannya pelan."Shei," panggil Bara lembut.Pandangan Bara menyapu ke seluruh penjuru, tapi Sheila t

    Last Updated : 2024-11-08
  • Jerat Cinta CEO Posesif   9. Dibandingkan

    "Bara! Kamu benar-benar menikah?" Bara memejam mendengar lengkingan suara ibunya."Astaga! Iya, Ma," jawab Bara menjauhkan ponselnya dari telinga."Ya, ampun! Dasar anak nakal! Siang ini, kamu datang ke rumah bawa istri kamu!" perintah Elisa."Tapi, Ma. Aku masih di kantor, nanti malam saja ya," terang Bara."Kamu bantah Mama?"Bara menghembuskan napas kasar. "Iya, Ma. Aku ke sana sekarang," pungkas Bara seketika panggilannya terputus sepihak. "Surat pengunduran diri, Bryan," gumam Bara melihat amplop di sudut mejanya. Dia meremat kertas itu lalu melemparnya ke tempat sampah."Bagus, tahu diri juga dia!"**Sheila tengah menyirami bunga-bunga di taman belakang. Kedua sudut bibirnya melengkung melihat bunga mawar merah yang tumbuh cantik di sini. Sheila tidak menyangka Bara menyiapkan semua ini untuknya. Ternyata, Bara mencoba mencari tahu kesukaannya. Tipikal pria yang romantis, pikirnya. "Dasar bucin," gumam Sheila senyumnya kian merekah.Sheila terkesiap, selang yang dia pegang te

    Last Updated : 2024-11-09
  • Jerat Cinta CEO Posesif   10. Pergi

    "Jaga-ja──" Sheila melotot geram. Benar dugaannya, Bara mengecup bibirnya tanpa izin."Barbar!" teriak Sheila melihat Bara berlari meninggalkannya."Haha!" Tawa berat Bara menggema di area dapur.Sheila mengejar Bara dan hendak memukulnya Bara tapi tidak jadi. "Ampun, Shei!" Bara mengangkat dua jari membentuk huruf V. Sheila terkekeh geli, ekspresi wajah Bara berhasil menggelitiknya. "Sejak kapan seekor Harimau berubah menjadi seekor Kucing?" dengus Sheila mencubit pipi Bara.Bara mengendikan bahu, dia lantas mengambil clemek berwarna merah muda dan memakainya. Pria gagah itu berkacak pinggang."Cocok tidak?" tanya Bara mengangkat kedua lengan berniat memamerkan ototnya.Sheila menggeleng dan terkekeh pelan. "Tidak masalah, yang penting aku cocok jadi suamimu," ucap Bara percaya diri."Iya-iya," balas Sheila mulai menyiapkan bahan-bahan dari kulkas.Bara mengambil satu bungkus tepung terigu lalu membukanya kasar."Uhuk!" Bara terbatuk, tangannya mengibaskan tepung yang menguap di

    Last Updated : 2024-11-10
  • Jerat Cinta CEO Posesif   11. Cemburu

    Kedua mata Sheila melebar mendengar keinginan Bara. "A-aku tidak bisa," lirih Sheila. Dia menatap manik mata Bara cemas."Kenapa?" tanya Bara kecewa Sheila menolaknya.Sheila menggigit bibirnya, "Pagi tadi aku ... datang bulan," kata Sheila.Maaf, aku terpaksa bohong, batin Sheila. Dia masih takut dengan Bara bila menyangkut urusan ranjang. Jujur saja, Sheila masih belum siap melayani Bara sepenuhnya.Bara mengusap pipi Sheila. "Jika memang iya, kenapa kau terlihat gusar?" tanya Bara menyelidik."Takut kamu marah," lirih Sheila.Bara memeluk Sheila, "Aku ini suamimu. Apa aku terlihat menyeramkan?" gerutunya mendadak emosi sendiri.Sheila tersenyum, "Sedikit, kamu kan Barbar!" imbuh Sheila membuat Bara mengeratkan pelukannya. Pria itu menunduk menciumi puncak kepala Sheila gemas. Sheila mendongak membuat ciuman Bara mendarat di keningnya."Tapi ... apa alasanmu menyukaiku, Bara? Kenapa bisa yakin denganku? Padahal kita belum saling mengenal." Sheila selalu bertanya-tanya, apa yang mem

    Last Updated : 2024-11-11
  • Jerat Cinta CEO Posesif   12. Diculik

    "Shei, jangan menggodaku. Kau membuat konsentrasiku buyar," peringat Bara namun dia justru terpesona meneliti paras cantik Sheila. Sheila memundurkan wajahnya hendak bangkit dari pangkuan Bara. "Eits! Tidak semudah itu keluar dariku Sayang," sergah Bara mendekap pinggang ramping Sheila. "Apalagi? Bukankah aku hanya akan mengganggumu?! Lepaskan aku!" kesal Sheila merajuk."Aku belum selesai." Bara memiringkan wajah, mendaratkan kecupan singkat di bibir Sheila. Kali ini Bara berubah dominan. Bara menjelajahi rahang Sheila, mengecupi lehernya membuat Sheila mendesis pelan. Ciuman ini begitu memabukan. Bara kembali naik melumat bibir Sheila. Memagutnya lembut dan penuh perasaan. Bara menekan tengkuk leher Sheila berniat memperdalam ciumannya.Sheila membuka mulutnya memberi akses lidah Bara untuk masuk. Ciuman ini terasa membakar, Bara semakin bernafsu menciumnya. Basah dan panas. Kedunya berhenti, saling menatap dengan kilatan mata penuh gairah. "Mau lagi?" tanya Bara dengan binar d

    Last Updated : 2024-11-11
  • Jerat Cinta CEO Posesif   13. Hampir Celaka

    Bara berdiri dengan raut wajah tersenyum senang. Dia tengah menjabat tangan seorang investor yang resmi bergabung dalam pembangunan villa di salah satu kawasan wisata sedang populer tapi masih kurang dalam sarana infrastruktur."Senang bekerja sama dengan anda, Mr. Bara," puji Adam, seorang pria berusia 50 tahun. "Begitu juga saya. Terima kasih Mr. Adam," balas Bara.Satu per satu dari mereka keluar dari ruang meeting. Sementara Bara masih ada di sana bersama Calvin."Rapat ini berjalan sesuai dengan harapan," ucap Bara puas. Dia yakin dengan adanya pembangunan di desa yang lumayan terpencil itu akan mendatangkan banyak wisatawan. Mereka pasti akan terpana dengan keindahan pantai juga pasir putihnya yang berdampak pada keuntungan besar bagi perusahaan juga masyarakat yang tinggal di sekitarnya.Bara yang hanyut dalam bayangannya dikejutkan getaran ponsel di saku celananya. Tatapannya menajam disertai kedua alis yang hampir menyatu kala membaca pesan dari nomor asing itu. Tidak Dik

    Last Updated : 2024-11-13

Latest chapter

  • Jerat Cinta CEO Posesif   51. Ketakutan

    "Tolong ...." rintih Sheila lemah, satu tangannya menekan luka di perutnya dengan perasaan putus asa. Darah terus mengalir dari sana membuat wajah Sheila begitu pucat. Dia berusaha menyeret tubuhnya untuk mencari pintu keluar."Saat kau menemukan jalan keluar, semuanya sudah terlambat Sheila. Kau akan mati kehabisan darah!" seru sosok itu tanpa belas kasihan."Mas Bara tolong aku ... sakit Mas, ini sakit ..." ucap Sheila perih.Bara terbangun mendengar rintihan Sheila. Dia melihat wajah Sheila sudah dipenuhi dengan peluh keringat. "Astaga." Istrinya pasti sedang bermimpi buruk. "Shei, bangun... sayang buka matamu, aku di sini," ucap Bara tenang tepat di samping telinga Sheila.Sheila tersadar, tangisnya pecah saat melihat Bara ada di dekatnya. Dia langsung memeluk leher Bara erat. Hanya mimpi namun terasa begitu nyata. Sheila terisak di pelukan Bara."Tenang, Sayang. Aku tidak akan membiarkan satu orang pun melukaimu dan calon anak kita. Memangnya mimpi apa tadi?'' Sheila semakin m

  • Jerat Cinta CEO Posesif   50. Halo Papa

    Monica membuka pintu apartemen setelah mendapat telfon dari Kevin. Saat pria itu akan melangkah masuk, dia menahan tubuh Kevin. Matanya memicing melihat Kevin menyunggingkan senyum penuh arti."Mau apa?" ketus Monica."Aku kemari karena merindukanmu Mona. Apa aku tidak boleh masuk?" rayu Kevin menyentuh pipi Monica membuat wanita itu menyingkir.Kevin langsung menyandarkan tubuhnya di sofa dengan kaki di angkat ke atas meja. Seolah-olah tempat ini adalah miliknya. "Ambilkan aku minum," pintanya.Monica menatap sinis Kevin yang semena-mena padanya."Gunakan tangan dan kakimu yang masih berfungsi itu. Kau pikir aku pelayan?!" sahut Monica kesal, ia paling benci disuruh-suruh.Kevin menghela napas berat. "Kau tau apa kabar paling indah hari ini?""Apa?""Aku bertemu Sheila tadi, dia sangat cantik tidak heran bila Bara mencintainya," puji Kevin sambil tersenyum membayangkan paras Sheila. Pesona istri orang memang luar biasa, batinnya. "Cantik? Apa matamu rusak?!" maki Monica. Mendengar

  • Jerat Cinta CEO Posesif   49. Hamil

    Sheila mendesah pelan di sela ciuman mereka. "Uh, Barbar," lenguhnya saat bibir Bara menjelajah ke lehernya dengan gerakan tangan yang terus meraba punggungnya. Bara yang sudah diselubungi gairahnya langsung menggendong Sheila seperti koala. Dia membawa Sheila ke ranjang tanpa melepas ciuman panasnya. Bara membaringkan Sheila lalu menindihnya. Menciumi Sheila liar hingga suara kecapannya terdengar menggema di kamar ini."Huh." Bara menyudahi aksinya pria itu tersenyum melihat wajah Sheila yang memerah. Ekspresi Sheila saat ini begitu seksi dengan bibir terbuka dan mata sayu yang membuat Bara tidak tahan untuk menyerang bibir ranumnya lagi.Sheila mengusap rahang tegas Bara. Dia menyentuh dada bidang Bara lalu membalikkan posisi, Sheila menumpukan wajahnya di sana.Bara menjengitkan sebelah alisnya saat Sheila tidak melakukan apa-apa dan hanya memandangnya kagum.Tangan Bara sudah menyusup ke punggung Sheila melepaskan kaitan branya. Sedangkan Sheila tersenyum malu dengan reaksi tidak

  • Jerat Cinta CEO Posesif   48. Restu

    Elisa menghembuskan napas berat setelah mendengar pertanyaan Bara. Sejujurnya, dia masih kesal dengan Sheila yang secara tidak langsung mengubah sikap Bara. Namun, demi putra kesayangannya, ia berusaha untuk lapang dada."Panggil Sheila ke sini," pintanya dengan suara parau.Bara mengangguk lalu berjalan keluar. Sheila bangkit dari duduknya saat Bara membuka pintu."Gimana kondisi Mama?" tanyanya dengan sorot mata cemas."Mama cari kamu, Shei." Ucap Bara membuat Sheila terdiam.Bara menggenggam tangan Sheila yang meragu, dia tahu terselip ketakutan di benak istrinya."Aku boleh masuk?""Iya. Gak apa-apa, Sayang," ucap Bara menatap Sheila teduh.Sheila dan Elisa saling bersitatap membuat Sheila merunduk takut dan tanpa sadar mengeratkan genggamannya. Elisa tersenyum melihat keduanya. Jika diperhatikan, mereka memang sangat serasi. Kenapa dia baru menyadarinya?"She, kemari lebih dekat. Jangan takut," pinta Elisa lembut. Sheila menoleh sebentar pada Bara dan lelaki itu membawa Sheila m

  • Jerat Cinta CEO Posesif   47. Pulang

    "Aku bercanda, Shei! Hahaha!" Tawa Bara memudarkan raut tegang di wajah Sheila. "Jahat!" seru Sheila kesal membuang muka.Bara menarik dagu Sheila dengan telunjuknya. Dia tidak bisa menahan senyumnya melihat wajah Sheila tertekuk masam. Bibirnya mengerucut lucu membuat Bara ingin menciumnya. "Jangan marah. Lagi pula bibir kamu mungil, Sayang, aku gak akan tega masukinnya." Bara mencium kening Sheila yang membuat wanita itu mendorong dada Bara agar menjauh."Jangan dibahas lagi," pinta Sheila sinis lalu melipat tangannya.Pria itu menoel-noel pipi Sheila yang cemberut. "Ayo belanja, beli apa pun yang kamu mau," bujuk Bara yang dibalas gelengan oleh Sheila, dia memilih berganti posisi duduk memunggungi suaminya.Bara menumpukan dagunya di pundak Sheila lalu berbisik lembut. "Ayo ke pantai."Sheila menoleh membuat hidung mereka bersentuhan. Sebenarnya dia sama sekali tidak marah, hanya sedikit terkejut dengan permintaan suaminya. Sheila juga merasa kesal lantaran tontonan favoritnya di

  • Jerat Cinta CEO Posesif   46. Terlalu Menggoda

    Sheila mematut dirinya di depan cermin dengan dress ketat keemasan sebatas paha dan sedikit memperlihatkan belahan dadanya. Sheila paham betul jika Bara menyukainya berpenampilan seksi begini, tentunya hanya untuk Bara seorang. Suaminya jelas akan marah jika dia mengenakan gaun ini ke tempat umum. Sheila keluar kamar dengan high heelsnya, melangkah pelan menaiki tangga menuju rooftop. Pria tampan dengan kemeja putih itu tampak tertegun menatap penampilan istrinya. Lengan kemejanya digulung hingga siku menampakkan otot-ototnya yang tercetak jelas. Wajah yang semula tampak datar itu berubah menjadi senyum yang merekah ketika Sheila datang. Matanya terkunci pada Sheila seutuhnya. Semilir angin menerbangkan beberapa helai rambutnya."Perfect," puji Bara ketika Sheila melangkah anggun mendekati Bara. Bara menarik kursi mempersilahkan Sheila duduk. Meja yang dihias dengan mewah dan elegan. Bara memegang gelas mengajak Sheila bersulang. Suara dentingan gelas terdengar lirih. Setelah meneg

  • Jerat Cinta CEO Posesif   45. Honeymoon

    Sheila membelai lembut dada Bara yang berkeringat. Wangi parfum bercampur aroma Bara yang khas membuatnya betah dan nyaman berada dalam dekapan hangat suami tampannya. Debar jantung Bara yang tak beraturan membuat Sheila bersemu kala teringat momen panas itu. Ya, mereka bercinta di tengah penerbangannya menuju Bali.Sheila mengangkat wajahnya menatap Bara. "Suami aku ganteng banget," pujinya sambil mengelus rahang tegas itu. Dahi Bara mengerut. "Tumben puji aku, ada maunya pasti," tebaknya menoel hidung Sheila. Sheila menggeleng sambil tersenyum malu. "Gantian, biasanya kan kamu yang selalu bilang aku cantik," jawab Sheila polos. Bara memajukan wajahnya, mengikis jarak di antara mereka. "Karena kau memang cantik Shei, jauh lebih cantik saat naked seperti ini," balas Bara menyeringai."Nakal," cibir Sheila mencubit hidung mancung suaminya."Ahahaha." Bara tertawa lepas membuat Sheila terus tersipu karena tatapan jahil Bara yang meneliti ke arah tubuhnya.**Setelah perjalanan kurang

  • Jerat Cinta CEO Posesif   44. Permainan Panas

    Sheila, kenapa mata aku ditutup segala sih?" protes Kayla berjalan hati-hati dengan Sheila yang memegang tangannya."Sabar dong, Kay," jawab Sheila membuka tali di belakang kepala Kayla. Kayla dibuat takjub saat penutup matanya dibuka. Air danau yang berkilau karena sorot lampu keemasan di sekitarnya tampak sangat indai. Ditambah hiasan berbentuk hati di depannya. Manis sekali, pikirnya."Kayla," panggil Bryan yang berjalan ke arahnya. Tanpa menunggu Bryan sampai di hadapannya Kayla memilih berlari dan langsung merengkuh tubuhnya. Menyalurkan kerinduan dan kecemasan yang beradu satu."Kemana saja kau ini?!" kesal Kayla, dia mendongak dan menyentuh wajah Bryan. Meski ada beberapa lebam di wajahnya. Bryan masih sangat tampan dan berwibawa dengan setelan jas yang membalut tubuh tegapnya.Bryan bersimpuh."Will you marry me?" tanya Bryan serius sambil membuka kotak kecil berisi cincin berlian."Ini tidak lucu," tegur Kayla syok. "Aku tau ini mendadak, tapi bersamamu aku ingin membuka lem

  • Jerat Cinta CEO Posesif   43. Berdamai

    Pagi ini Sheila tengah menyirami bunga mawar di taman belakang rumah. Pinggangnya terlihat ramping memakai dress selutut berwarna putih dengan motif bunga merah muda. "Shei ...."Ketika Sheila berbalik badan, Bara terpesona dengan kecantikannya yang polos dan menawan. Meski ada plester yang menempel di keningnya, itu sama sekali tidak mengurangi kadar kecantikan Sheila.Bara memetik satu mawar dari tangkainya. Tangannya menyingkirkan pelan rambut Sheila lalu menyelipkan mawar merah itu di daun telinganya.Bara menarik pinggang Sheila untuk melihat lebih dekat wajah Sheila yang berseri-seri. Tatapan mata penuh damba dan cinta terpancar dari Bara. "Bahkan jika wajahmu keriput dan rambutmu memutih. Cintaku akan tetap sama." Jemarinya menelusuri paras Sheila.Sheila memukul dada Bara pelan."Dasar gombal ... ayo nikmati waktu hari ini.""Menikmatinya dengan begini?" Bara mencium bibir Sheila. Diamerindukan lumatan lembut dari bibir mungil itu. "Ehm, ssh," desis Sheila lantaran Bara me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status