Dalam pengembaraannya, beberapa kali Jejaka harus bentrok dengan orang-orang dari golongan hitam, beberapa orang diantaranya adalah para begal yang Jejaka lumpuhkan dengan sangat mudahnya. Jejakapun memperkenalkan namanya sebagai Jejaka Emas. Kini nama Jejaka Emas mulai diperbincangkan oleh banyak orang dan menjadi buah bibir dimana-mana, semakin banyak pendekar-pendekar golongan hitam yang ditundukkan dan orang-orang yang telah banyak di tolong Jejaka, semakin masyur nama Jejaka Emas dikalangan persilatan maupun kalangan masyarakat awam. Banyak dari tokoh-tokoh aliran hitam papan atas yang kini memburu sosok Jejaka Emas, karena keberadaan Jejaka Emas dianggap membahayakan bagi golongan mereka.“Ah...! Bisa modar kalau kepanasan seperti ini. Sebaiknya aku beristirahat barang sejenak. Ah... di depan sana ada sebuah pohon. Kukira cukup untuk beristirahat barang sejenak," cucu Begawan Tapa Pamungkas ini tersenyum senang dengan mata memandang tak berkedip ke arah yang dimaksud.Habis berk
Tanpa sadar Jejaka pun segera mencium tubuhnya sendiri. Namun sama sekali tidak tercium bau bangkai pada tubuhnya. Ia hanya mencium bau kecut, karena hampir dua hari belum mandi. Menyadari ucapan orang tua berpakaian biru itu tidak benar, Jejaka pun lalu tersenyum."Maaf, Orang Tua! Apa tidak salah penciumanmu? Mana mungkin aku yang masih muda, berbau bangkai? Kalau kau mungkin pantas. Umurmu saja sudah berbau tanah? Sebab kau sudah tua peot lagi. Rasa-rasanya untuk membawa tubuh kurusmu saja kau tak sanggup. Jadi wajar saja kalau kaulah yang berbau bangkai, Orang Tua!" balas si pemuda tenang.Orang tua berpakaian biru itu melotot garang. Tampak sekali kalau hatinya gusar mendengar ucapan pemuda di hadapannya."Jadi, kau tidak mempercayai ramalanku, Bocah?" desis si tua ini."Ah...! Bukan begitu. Mana berani sih aku tidak mempercayai ramalanmu. Cuma seperti yang kukatakan tadi, ramalanmu terbalik. Bukannya aku yang bau bangkai. Tapi kau, Orang Tua!" kata Jejaka seraya sunggingkan seny
Wesss! Wesss! Brakkk...!!!Batang pohon di belakang Jejaka tadi kontan tumbang, dan jatuh berdebam ke tanah. Seketika debu-debu membubung tinggi memenuhi tempat itu.Melihat serangan pertamanya dapat dihindari dengan mudah, Peramal Darah pun jadi gusar bukan main. Dan dikawal bentakan nyaring, begitu kakinya menjejak tanah kembali diterjangnya Jejaka. Seketika tubuh tinggi kurusnya telah berubah jadi bayangan biru, terus merangsek Jejaka."Hea...! Hea...!"Peramal Darah berkah-kali mencoba dengan jurus-jurus tipuan. Namun, sayangnya Jejaka selalu saja dapat menghindarinya dengan mudah. Malah kalau si pemuda itu mau, tak jarang banyak kesempatan lowong untuk melancarkan serangan balik. Maka, hal ini pulalah yang membuat kemarahan Peramal Darah makin menggelegak"Setan alas! Jangan dikira kau sudah di atas angin hingga tak mau balas seranganku, Bocah! Bagaimanapun juga, kau harus modar di tangan ku, Bocah! Heaaa...!"Peramal Darah terus menekan pertahanan Jejaka. Tangan kanannya membent
Malam berselimut awan, menutupi bintang yang seharusnya bertaburan di angkasa. Gemericik air di Brojogan Setu terdengar sampai jauh keluar hutan luas yang mengelilinginya. Sebuah hutan yang ditumbuhi pohon-pohon besar dan menjulang tinggi ke angkasa. Seolah-olah, ingin menggapai cakrawala.Sementara tak jauh dari aliran Brojogan Setu terdengar suara teriakan seperti orang berlatih silat. Memang di sebuah tanah datar yang tak begitu luas, seorang gadis berusia kira-kira delapan belas tahun lengah memantapkan jurus-jurusnya. Wajahnya berbentuk bulat telur dengan kulit putih bersih. Rambutnya yang hitam lurus dikuncir dua ke belakang. Sedang tubuhnya yang tinggi ramping dibalut pakaian ringkas warna hijau."Hea...! Hea...!"Dengan sebilah pedang di tangan kanan, gadis cantik itu meliuk-liuk indah serta berkelebat ke sana kemari. Seolah-olah ada musuh di hadapannya, pedangnya terus mengibas-ngibas laksana seekor kupu-kupu yang tengah menghisap madu bunga. Meski terk
"Siapa kau, Orang Tua? Kenapa mengganggu kami berlatih?" tanya Raja Pedang Kupu-kupu berusaha menenangkan dirinya.Melihat kehadiran orang tua renta berpakaian putih-putih yang tidak diketahui sebelumnya, membuat Raja Pedang Kupu-kupu dan Ningrum kagum setengah mati. Betapa tidak? Kehadiran yang tanpa suara itu menandakan kalau lelaki tua ini memiliki ilmu meringankan tubuh yang sudah sangat tinggi. Dan ini membuat mereka merasa harus berhati-hati. Tanpa sadar lelaki setengah baya itu meraba gagang pedang yang terselip di balik pinggang. Sedang Ningrum makin mempererat pegangan pedang di tangan kanannya."Kukira aku harus hati-hati. Melihat kemunculannya yang tidak diketahui, bukan mustahil kalau orang tua renta itu memiliki kepandaian di atasku. Sorot matanya yang tajam jelas membuktikan kalau tenaga dalamnya tinggi sekali," gumam Raja Pedang Kupu-kupu dalam hati"Bukan main kemunculan orang tua renta ini! Kenapa aku maupun Guru tidak dapat mendengar langkah-la
"Kukira jawabanku pun sama dengan Guru, Orang Tua. Sepanjang umur hidupku, rasanya belum pernah aku mendengar orang yang dilahirkan bersama naga," timpal Ningrum."Baiklah kalau kalian memang tidak tahu. Tapi, apakah barangkali kalian dapat membantuku pada siapa aku bertanya?""Keparat! Sudah kubilang tidak tahu, masih saja mengumbar bacot. Apa kau pikir aku takut mendengar nama besarmu, he?!" bentak Raja Pedang Kupu-kupu mengkelap bukan main."Terserah apa katamu. Yang jelas, aku tidak ingin bermusuhan denganmu," jawab Dewa Abadi enteng."Setan alas! Aku jadi ingin lihat apa kehebatanmu juga, sehebat bacotmu?!"Si Raja Pedang Kupu-kupu langsung melompat menyerang dengan jurus-jurus ganas.Dewa Abadi mengeluh dalam hati. Tentu saja ia tidak ingin membiarkan tubuhnya jadi sasaran empuk serangan-serangan Raja Pedang Kupu-kupu. Dengan sedikit memiringkan tubuhnya ke samping, tiba-tiba tepukan tangannya telah bergerak amat cepat. Bahkan sama sek
DEWA ABADI terus berkelebat cepat tanpa tujuan pasti. Ke mana kakinya melangkah, ke situlah arah tujuannya. Sementara dalam pikirannya terus berkecamuk, bagaimana agar secepatnya dapat menemukan pemuda si anak yang terlahir bersama naga yang lahir bersama naga seperti kabar gaib yang diterimanya."Ah...! Kukira ucapan Raja Pedang Kupu-kupu tadi benar. Tak mungkin aku menemukan anak yang terlahir bersama naga. Hm...! Bagaimana ini? Rasanya mustahil. Tapi biar bagaimanapun, aku harus dapat menemukannya. Aku sudah jenuh hidup di dunia ini," desah Dewa Abadi dalam hati.Hampir semalaman tokoh sakti dari Hutan Situ Waras itu menempuh perjalanan yang tak jelas juntrungannya. Dan selama melakukan perjalanan, banyak sudah tokoh sakti dunia persilatan yang dimintai keterangan. Namun, tak ada satu pun yang dapat menunjukkan di mana anak manusia yang dimaksudkan."Sulit! Bagaimana mungkin aku dapat menemukan anak manusia yang kumaksudkan? Dari sekian banyak tokoh dunia per
Namun sewaktu Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi tengah beristirahat setelah melakukan pencarian, tiba-tiba melihat sesosok bayangan putih tengah berkelebat cepat melintasi tempat mereka. Apalagi ketika menyadari ilmu meringankan tubuh bayangan putih yang semula dikira Jejaka tampak demikian hebat. Maka kedua tokoh hitam itu berkesimpulan kalau bayangan yang tengah diikuti itu adalah orang yang tengah dicari. Namun sayangnya di saat tengah melakukan pengejaran terhadap bayangan putih yang sebenarnya Dewa Abadi, mendadak mereka kehilangan jejak. Melihat buruannya lenyap bak ditelan bumi, maka kedua orang itu pun memutuskan untuk beristirahat kembali."Ya ya ya...! Harus kita akui kalau pemuda yang bergelar Jejaka Emas itu hebat. Tapi, aku sedikit pun tidak gentar menghadapinya. Pokoknya, sekarang kita lanjutkan pengejaran. Mungkin pemuda tengik itu telah berhasil mengecoh kita, lalu kembali meneruskan perjalanan," ajak Iblis Muka Bayi."Ya ya ya...! Kalau begitu bua