Sidang yang berlangsung beberapa kali selama sekitar tiga bulan akhirnya selesai. Hakim memutuskan Afnan Projects jatuh kembali ke tangan Shakir, begitu pula rumah Kelapa Gading dan harta kekayaan mereka lainnya.Niko diputuskan menjadi tersangka utama dan harus menjalani hukuman selama 15 tahun. Begitu pula Fara dan Sella yang dijatuhi masa percobaan selama dua tahun. Setelah sempat menolak, Sella akhirnya menyerahkan diri ke polisi bersama Fara kala itu.“Fara,” panggil Sarah sambil merangkulnya. Fara tidak bisa membalas pelukan wanita itu karena tangannya di borgol. “Kamu harus kuat di dalam sana,” pesan Sarah sambil mengelus punggungnya.Di balik punggung Sarah, ada Shakir yang tengah menggendong Attar dan Ryan yang sudah kembali berdiri gagah. Ryan maju dan ikut mengelus bahu Fara. Mereka berharap elusan itu mampu mengalirkan energi baik pada menantu mereka.“Iya, Ma,” sahut Fara. “Mama dan Papa jaga kesehatan. Jangan berantem lagi ya.”Sarah yang hampir saja menangis jadi tertaw
Dua tahun kemudian…Fara mengajak Shakir dan keluarganya untuk berlibur ke Dieng, Wonosobo. Ini adalah perjalanan pertama keluarga konglomerat itu ke tempat wisata lokal. Biasanya, luar negeri seperti Paris, Belanda, Turki, Amerika yang selalu menjadi pilihan mereka.Fara bersikeras membawa mereka ke Dieng. Dia menjanjikan homestay yang nyaman, pemandangan gunung dan lembah yang memukau, serta udara dingin yang membawa oksigen bersih. Semua diurus oleh wanita itu.Homestay ini terdiri dari dua lantai dan dilengkapi dengan furnitur sederhana. Tidak semahal yang ada di rumah Kelapa Gading, tapi tetep berkualitas baik.Ada juga halaman yang luas di sekitar homestay dan di sana orangtua Shakir sedang menyiapkan barbeque.Attar yang sudah berusia empat tahun, terus menempeli Sarah yang sibuk membantu Ryan. Bocah kecil itu selalu bertanya macam-macam dan tidak akan berhenti bicara sebelum mendapat jawaban yang memuaskan.Sementara Fara baru saja keluar dari kamar mandi. Dia menyembunyikan t
"Aku berjanji akan selalu ada di sampingmu."Begitu janji Fara pada Shakir saat pernikahan mereka. Pria itu selalu tersenyum saat menatapnya. Matanya selalu berbinar setiap kali tatapan mereka bertemu."Aku tak akan melepaskan kamu, Shakir." Ucapan yang selalu Fara ulang-ulang setiap kali mereka berbicara. Fara meyakini ucapan yang ini akan dia tepati. Dia tidak boleh pergi sebelum mendapatkan sesuatu, bukan?Sudah hampir satu tahun mereka bersama dan tinggal bersama kedua orangtua Shakir. Rumah mewah yang mempekerjakan banyak asisten rumah tangga ini menetapkan peraturan untuk setiap anggota keluarganya yaitu wajib makan malam bersama. Walaupun Shakir belum sampai di rumah dan mertuanya tidak menyukainya, Fara tetap harus hadir di meja makan. "Kandungan kamu sudah berapa bulan, Fara?" tanya mertua laki-lakinya, Ryan.Kini dia sedang ada di meja makan bersama kedua mertuanya tanpa kehadiran Shakir."Masuk sembilan bulan, Pa. Beberapa minggu lagi aku akan melahirkan.""Shakir akan sib
Ada stok permen mint yang selalu dibawa Fara dalam tasnya untuk menghilangkan bau nikotin pada mulutnya. Dia mengambil satu dan memakannya saat mobil mulai masuk ke dalam gerbang rumah. Walaupun hari ini dia tidak merokok, dia tetap merasa khawatir bau itu akan tercium saat Shakir mendekatinya.Wanita berkaki jenjang itu langsung masuk kamar dan membersihkan dirinya dengan mandi. Asistennya sudah menyiapkan bathub dengan air susu setelah dia memintanya saat masih di perjalanan beberapa menit yang lalu. Dia merendam dirinya di dalam bathub sambil mencium aroma mawar dari lilin di sebelahnya.Matanya terpejam, menikmati aroma susu yang bercampur dengan mawar dan kehangatan air yang merendam tubuhnya. Tendangan kecil dari bayi di dalam perut mengukir senyum di bibirnya. Dia menyayangi bayi ini, sekalipun ayah kandungnya tidak akan pernah mempedulikannya."Sayang," panggil seseorang membuat Fara terbangun. Rupanya dia tertidur. Entah sudah berapa lama."Hai, Mas Shakir," sapanya sambil me
"Kami cek pembukaan ya, Bu," ujar dokter Ardi yang segera datang setelah dihubungi IGD.Fara masih melampiaskan rasa sakitnya pada genggaman tangan Shakir."Pak, istrinya dipandu untuk atur napas ya biar tenaganya gak habis karena kesakitan," pinta seorang perawat yang tengah mempersiapkan peralatan pemeriksaan.Shakir mengangguk. Dia menatap Fara yang tengah memejamkan matanya menahan sakit. Ini genggaman terkuat Fara yang dia rasakan selama mengenal wanita ini."Sayang," panggilnya sambil mengelap keringat di dahi Fara dengan tangannya yang lain. "Kita napas seperti yang diajarkan Coach Tita, yuk?"Fara masih terpejam menahan sakit, tapi dia mengangguk. Di sela-sela kesibukannya sebagai Direktur Utama, Shakir selalu rutin menemani Fara yoga kehamilan sejak trimester kedua. Pria itu menyimak dengan baik pelajaran yang diberikan Coach Tita karena dia ingin menjadi suami berguna saat istrinya melahirkan.Walaupun pada akhirnya Fara memutuskan ingin melahirkan secara sesar, Shakir tidak
Attar Sulaiman Afnan adalah nama yang dipilih Fara untuk anaknya. Dia terpaksa menggunakan nama keluarga Shakir di belakang nama anaknya karena didesak oleh Ryan. Mertua laki-lakinya itu ingin nama belakangnya dijadikan nama keluarga keturunannya.Sejak Attar selesai dibersihkan hingga Fara sudah masuk ke kamar inap untuk pemulihan, Shakir tidak bisa berhenti tersenyum. Matanya berbinar-binar memandangi wajah Attar. Sesekali dia juga berdebat dengan ayahnya yang sama-sama ingin menggendong Attar.Namun, kehangatan di kamar itu tidak bisa membuat hati Sarah mencair. Wanita itu menggeleng setiap kali mendengar Ryan dan Shakir adu mulut. Dia duduk di sisi kiri Fara sambil melipat kedua tangannya di depan dada."Shakir, Papa, biarkan Attar istirahat. Kalo kalian rebutin terus, dia gak bisa istirahat, lho," ujar Sarah.Shakir dan Ryan saling menatap. Kemudian, Ryan segera menuruti ucapan istrinya. Dia menaruh Attar di boks bayi yang ada di sisi kanan ranjang Fara."Papa itu datang ke sini
Attar tidur dengan tenang setelah perut kecilnya penuh. Fara menimang Attar dalam gendongannya sambil bersenandung pelan. Sementara Shakir terus menatap pintu di hadapannya.Hasil tes DNA akan keluar pagi ini. Shakir menyempatkan diri untuk melihat hasilnya di laboratorium RS. Niko, Sarah, Ryan, dan Sella juga ada di sini.Selain Niko yang bekerja di perusahaan Shakir, Sella juga memiliki hubungan yang spesial dengan Sarah. Pelanggan salon Sella adalah sosialita kelas atas. Tujuan mereka pergi ke salon bukan hanya untuk mempercantik diri, tapi juga membangun hubungan dengan wanita kaya lainnya.Sella banyak mendapatkan info-info bermanfaat dari para wanita kaya yang hobi bergosip saat melakukan perawatan. Dari sanalah dia tahu bagaimana cara mendekati keluarga Shakir. Jika ingin merebut harta keluarga ini, Niko berpendapat bahwa mereka harus menyerang dari dalam.Beberapa menit kemudian, pintu itu terbuka. Seorang petugas lab yang memegang amplop berdiri di sana. Shakir otomatis berdi
Attar menangis dengan kencang. Sementara Fara terduduk dengan lesu. Fara sudah lupa berapa hari dia tidak keramas, bahkan hari ini dia baru sempat mandi satu kali.Ada suara gaduh dari luar pintu. Tak lama kemudian, pintu kamar dibuka dengan kasar. Sarah muncul bersama Shakir. Wajah wanita itu merah."Ma, sudah, Ma," pinta Shakir yang masih bertahan menggunakan nada yang lemah lembut. Padahal guratan kemarahan ada di wajahnya saat Sarah tidak mau mendengarnya.Sarah menatap Fara dengan tajam. Matanya bergerak-gerak antara Fara dan Attar. Sementara itu, Shakir segera menggendong Attar dan menenangkan bayinya."Kamu tuh udah gak ikut makan malam bareng. Anak nangis, kamu gak ngapa-ngapain! Suami kamu baru pulang kerja udah harus ngurus bayi. Terus kerjaan kamu apa?" Sarah mencaci maki Fara."Ma, stop, please? Fara butuh istirahat." Shakir membela Fara. Attar mulai tenang dalam dekapannya.Fara mengerutkan dahinya pada Sarah. Tangannya mengepal. "Maaf, Ma."Namun, hanya itu yang keluar d