“Hadirin sekalian, izinkan saya perkenalkan pasangan suami-istri, Tuan Rasendriya Tristan Malik dan Nyonya Alba Ayuningtyas Malik.”
Semua orang bersorak untuk kami. Mereka semua bahagia, sedangkan diriku hanya berdiri mematung, masih terkejut dengan yang baru saja terjadi.
“Kamu baik-baik saja?” Pak Malik melihatku dengan wajah cemas.
Bapak berani tanya tentang keadaanku? Sadar Pak! Karena siapa aku jadi seperti ini?!
Pak Malik segera merengkuh diriku ke dalam pelukannya, lalu dia mengangkat tangan kiri sebagai tanda untuk Dewi bahwa beliau membutuhkan bantuan.
“Apa yang Bapak butuhkan?” tanya Dewi.
Wanita itu dengan sigap datang ke tempat kami setelah Pak Malik memanggilnya.
“Tolong perbaiki riasan istriku.” Ada kekhawatiran dalam setiap kata yang beliau ucapkan.
Istri? Pandai juga dia beradaptasi dengan status baru kami.
“Baik, Pak.”
***
Mereka m
“Sebaiknya Bapak memberi saya penjelasan yang masuk akal, atau ruangan ini akan banjir.”Aku mengancam Pak Malik dengan berdiri di bawah sprinkler sambil memegang korek api. Benda ini aku gunakan untuk mengaktifkan sprinkler apabila ucapan si Bos tidak memuaskan.“Alba, turun dulu ya,” bujuknya.“TIDAK MAU!” Saat ini aku berada di atas kursi yang ditumpuk dengan meja rias.Amarah yang membakar dada tak dapat dihentikan. Hal ini disebabkan karena aku dan Pak Malik harus menggunakan kamar yang sama di malam pertama.“Kita kan hanya menikah kontrak, tidak perlu berbagi kamar!” pekikku.“Kita bisa membicarakannya.” Pak Malik mengangkat kedua tangannya, beliau masih memintaku untuk turun.Apa lagi yang mau dibicarakan? Sudah jelas dia mau mengambil keuntungan pribadi dalam situasi ini.“Mama yang mengatur semua ini melalui Pak Michael. Aku pun tidak dapat berbuat banyak.”Jika dilihat dari raut wajah Pak Malik, sepertinya beliau tidak berbohong. Namun, tetap saja aku tidak terima.“Bapak k
Aku merasakan sesuatu yang aneh, seperti seseorang sedang menggosok keningku dengan sikat yang halus, sangat menggelikan membuatku terpaksa membuka mata untuk melihat situasi saat ini.“Apa yang terjadi?” ucapku lirih.Mataku melotot menyaksikan apa yang ada di didepanku. Terdapat seseorang dengan dada tanpa pakaian tersaji dengan jelas. Ototnya terbentuk dengan baik dan indah untuk dilihat. Lelaki ini pasti sudah melatih tubuhnya sejak lama.“Selamat pagi.” Sebuah kecupan mendarat di keningku.Aku langsung mendongak untuk mendongak wajah orang tersebut. Ternyata dia adalah Pak Malik. Wajahnya terlihat lelah disertai dengan kantung mata yang hitam serta bulu-bulu halus di sekitar rahang.“Jadi itu yang membuatku merasa seperti sedang digosok pakai sikat,” ucapku dengan suara rendah.Kepala ini terasa tak nyaman akibat minum terlalu banyak tadi malam. Aku perlu meminum air putih untuk menenangkan pikiran dan menyatukan kembali nyawa yang tercerai-berai.“Alba….” Suara Pak Malik terden
Aku tak ingin menahan diri lebih lama lagi. Hati ini bisa meledak jika tidak segera mendapat jawaban. Maka setelah Pak Michael dan staf lain pergi, diriku langsung menyerang Pak Malik dengan pertanyaan secara bertubi-tubi.“Pak, sebenarnya apa yang terjadi antara kita tadi malam. Bagaimana bisa tidur bersama, bahkan tanpa mengenakan pakaian yang benar. Dan kenapa Bapak mengatakan hal yang aneh kepada Pak Michael?”Pak Malik yang sedang memilih makanan untuk sarapan langsung menghentikan aktivitasnya ketika mendengar pertanyaanku yang berentet seperti gerbong kereta api. Setelah itu, beliau langsung mendekat.“Jangan ke sini, Pak!”Aku takut dia melakukan sesuatu yang buruk padaku mengingat saat ini aku belum memakai pakaian dan hanya bisa menyembunyikan diri di balik selimut.“Memangnya kenapa kalau ke sana? Kamu ingin mendengar jawaban atas pertanyaanmu, bukan?” Dia tak menuruti perkataanku dan tetap meneruskan langkahnya.Oh Tuhan! Tolong hamba. Lelaki ini berani merayap ke ranjang
Dalam sebulan waktu terakhir, sikap Pak Malik banyak menunjukkan perubahan. Setelah diingat-ingat, beliau mulai berubah semenjak kami berdua terkurung di dalam lift, beberapa jam sebelum beliau melakukan kencan buta dengan Nona Rosiana dari Onenabe.Dahulu beliau selalu bersikap sopan dan segan padaku. Namun, sekarang dia selalu mencuri kesempatan untuk memelukku dari belakang, baik ketika sedang di kantor maupun di luar jam kerja.“Alba, aku pulang.” Pak Malik masuk ke kamar hotel dengan membawa dua kantong makanan di tangan.Satu lagi perubahan yang beliau miliki. Sekarang dia tidak pernah menyebut dirinya ‘saya’, tetapi ‘aku’.“Kamu pasti belum makan siang, kan?”Dia membuka kantong makanan yang berisi nasi kuning dalam bentuk tumpeng mini dengan lauk ayam bumbu rujak, sate ayam madura, dan rawon. Beliau tahu betul kalau lidahku lebih cocok memakan menu nusantara daripada makanan luar.“Buka mulutmu, aaa….”Perubahan Pak Malik yang lain ialah beliau ringan tangan untuk menyuapiku.
Senyaman-nyamannya tinggal di kamar hotel, lebih nyaman berada di kamar sendiri karena aku dapat memeluk replika Jin dengan bebas. Dia adalah ‘suamiku’ yang sebenarnya, si lelaki paling tampan di dunia pada abad ini.“Bagaimana kabarmu, kesayanganku?”Seperti magnet yang menarik besi, replika Jin yang aku letakkan di balik pintu masuk langsung menarik bibir ini untuk mengecup. Racun rindu yang menjalar di dada selama satu minggu ini pun telah menemukan penawarnya.TINGG!TINGG!TINGG!Selama berada di Singapura, aku sengaja tidak mengaktifkan jaringan komunikasi di ponselku karena menginginkan ketenangan. Alhasil saat aku menyalakan jaringan nirkabel setelah sampai di Indonesia, pemberitahuan yang masuk pun menumpuk hingga ratusan.“Bu, apakah kita perlu membersihkan video yang beredar di masyarakat?”“Apakah kita perlu mengeluarkan siaran pers?”“Bu, apakah kita perl
Aku ingat betul kalau pada hari itu Pak Malik setuju untuk merahasiakan pernikahan kami. Anehnya ketika rekaman itu diputar tidak ada ucapan beliau yang mengatakan kalau dia bersedia melakukannya.“Saya mau pernikahan ini dirahasiakan dan Bapak harus memberi kompensasi yang besar pada saya setelah perceraian!” Itulah yang aku katakan pada Pak Malik sebelum menandatangani perjanjian perkawinan.Setelah mendengar permintaanku, beliau tidak menjawab dengan kata ‘iya’ maupun ‘tidak’, tetapi dengan pertanyaan ‘Ada lagi?’ dan pada saat itu, aku salah mengartikan jawaban beliau tersebut sebagai sebuah persetujuan.Bodohnya aku karena tidak mengecek dua kali akan jawaban beliau. Lebih bodoh lagi karena diriku tidak membaca kontrak secara lengkap, padahal saat itu beliau menyuruhku untuk memeriksanya.“Kamu baik-baik saja?” tanya Pak Malik.Bagaimana bisa baik-baik saja? Aku telah menandatangani pe
“Eh…, eh, orangnya datang.”Para karyawan Pecitra di lantai 17 langsung balik kanan ke meja kerja masing-masing saat CEO mereka memasuki ruangan. Aku yang berjalan di belakang beliau mendengar dengan jelas kalau mereka sedang bergunjing tentang Pak Malik dan pasangan yang masih dirahasiakan identitasnya.“Panggil Bu Angelic dan Pak Kevin, sekarang,” perintah Pak Bos sebelum beliau memasuki ruangan CEO.“Baik, Pak,” jawabku.Satu minggu kami meninggalkan kantor mengakibatkan banyak pekerjaan terbengkalai dan aku harus segera mengurusnya. Namun, Pak Malik masih berdiri di depan mejaku membuat diri ini tak dapat mengabaikan keberadaan lelaki itu begitu saja.“Ada lagi yang perlu saya lakukan untuk Bapak?”“Kamu bisa menyelesaikan ini sendiri?” Beliau menunjuk tumpukan berkas di mejaku.Untung saja hanya satu minggu. Kalau kami tinggal di Singapura lebih lama lagi, berkas-
Lebih baik aku iyakan saja pertanyaan Pak Malik daripada harus memasak makan malam sendiri untuknya karena aku sudah sangat lelah. Anggap saja sebagai balas budi karena beliau sudah membantuku.“Selamat malam, selamat datang di Dapur Malam, dengan saya Sari, mau pesan makan apa kak?” tanya karyawan restoran yang kami kunjungi.“Kamu punya rekomendasi?”“Kami memiliki paket untuk pasangan, sangat cocok untuk kakak berdua. Menu yang paling banyak dipesan adalah ‘paket cinta sejati menyatukan perbedaan dalam satu nampan’ yang terdiri dari nasi putih, ayam bakar, sate lilit, gudeg, lalapan dan untuk kuahnya kita ada tongseng.Sebagai sajian penutup, Kakak akan mendapatkan nanas bakar dan salad buah. Selain itu, Kakak juga akan mendapat es jeruk gratis karena hidup tidak selalu manis.”Menu macam apa itu? Bulu kudukku langsung berdiri saat mendengarnya.“Kami pesan itu, dua.” Pak Malik langsung melihat ke arahku dengan bangga. Dia pikir yang dia lakukan hebat?Awalnya kami berniat makan m