Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 050 [TIDAK SAAT HANYA ADA KITA]

Share

Chapter 050 [TIDAK SAAT HANYA ADA KITA]

last update Last Updated: 2024-12-21 20:48:23

“Astaga, kenapa sulit sekali untuk fokus!”

Valerie mengetik dengan ritme cepat, mencoba mengalihkan perhatiannya dari semua hal yang berbau Aldrich. Tetapi, fakta bahwa ia masih bisa mencium aroma khas pria itu pada dirinya membuatnya hampir kehilangan konsentrasi.

“Kenapa dia selalu membuat segalanya lebih rumit?”

Ia menghela napas, melirik jam di laptopnya. Presentasi rapat pagi ini sudah hampir selesai disiapkan, namun pikirannya tetap terganggu.

“Dia bosmu, Valerie. Fokus. Jangan sampai ada yang salah hari ini.”

Ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. “Masuk,” katanya tanpa menoleh.

Pintu terbuka, dan suara langkah yang sudah terlalu familiar membuat tubuhnya sedikit menegang. Aldrich masuk dengan percaya diri, membawa cangkir kopi di tangannya.

Tatapan Valerie langsung terangkat, bertemu dengan senyum kecil pria itu yang entah kenapa selalu terasa berbahaya.

“Aku hanya ingin memastikan kau sudah siap,” katanya ringan.

Valerie mengangkat satu alis. “Aku selalu siap, Tuan Aldri
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 051 [30 MENIT ATAU SEUMUR HIDUP]

    Valerie menepuk-nepuk pipinya pelan, mencoba menenangkan diri setelah kejadian barusan. “Dia benar-benar tidak punya malu!” pikirnya sambil menghela napas panjang. Ia segera melangkah cepat menuju ruang kerjanya, berusaha menghindari tatapan siapa pun yang mungkin curiga.Sesampainya di ruang kerja, Valerie menutup pintu rapat-rapat dan menyandarkan punggungnya ke pintu. Jantungnya masih berdetak cepat. Ia menunduk, menatap ujung sepatunya, sambil berusaha memahami perasaannya sendiri.“Kenapa aku harus terjebak dengan pria seperti itu?” gumamnya pelan, mengacak rambutnya dengan frustrasi. Namun, bayangan wajah Aldrich dan cara dia memandangnya tadi terus muncul di benaknya. Valerie menggelengkan kepala keras-keras. “Fokus, Valerie. Jangan biarkan dia mengendalikanmu!”Ia kembali duduk di mejanya, mencoba melanjutkan pekerjaannya. Namun, pikirannya terus melayang pada Aldrich. Bagaimana pria itu dengan mudah menggoda, membuat dirinya terpojok, tapi tetap merasa aman dalam pelukann

    Last Updated : 2024-12-22
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 052 [PARTNER RANJANG]

    “Ini hasil laporannya, Tuan.”Bastian menerima map cokelat yang disodorkan Jacob, orang kepercayaannya. Dengan tenang, pria paruh baya itu membuka map tersebut, matanya tajam meneliti dokumen dan foto-foto yang terlampir di dalamnya.“Nona Valerie sudah dua kali terlihat menginap di mansion Tuan Aldrich,” ujar Jacob, menunjuk salah satu foto yang menunjukkan Valerie sedang masuk ke mansion tersebut.Bastian mengangguk pelan, ekspresinya sulit ditebak. Namun, ada sedikit senyum kepuasan di wajahnya. “Sepertinya mereka benar-benar menjalani perjodohan ini dengan baik. Aku sempat khawatir Valerie akan mencoba kabur lagi, atau lebih buruk, kembali pada mantan kekasihnya.”Jacob tetap berdiri tegak, menunggu instruksi lebih lanjut.“Bagus, Jacob. Kerja yang baik,” lanjut Bastian sambil menutup map itu. “Namun, jangan lengah. Terus pantau mereka. Aku ingin tahu setiap detail, sekecil apa pun. Jika ada sesuatu yang mencurigakan atau keluar dari rencana, segera laporkan padaku.”“Baik, Tuan

    Last Updated : 2024-12-23
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 053 [KADO TIDAK TERDUGA]

    “Ah, ini.”Valerie sedang menyiapkan dokumen dan laptopnya di ruang rapat ketika Aldrich masuk dengan langkah santai. Pria itu mengenakan setelan jas biru tua yang pas di tubuhnya, membuat seluruh peserta rapat—terutama wanita—tidak bisa menahan diri untuk melirik. Namun, Aldrich hanya memusatkan perhatiannya pada satu orang: Valerie.“Dia tampan sekali.”“Benar, aku penasaran wanita seperti apa yang akan menjadi pendampingnya.”“Aku juga, tetapi lelaki seperti dia, seringkali berganti pasangan. Seperti berganti pakaian.”Bisik wanita-wanita itu yang dapat Aldrich dengar meski samar. Aldrich melangkah mendekat, berdiri di belakang Valerie yang sedang memeriksa slide presentasi di layar besar. Tanpa peringatan, Aldrich membungkuk, menyandarkan lengannya di kursi Valerie, lalu berbisik di telinganya.“Semangat, aku akan memberimu hadiah yang tidak bisa kau tolak jika rapat hari ini berhasil.” Valerie membeku sejenak, wajahnya memanas. “Tuan Aldrich,” bisiknya tajam, melirik pria itu.

    Last Updated : 2024-12-23
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 054 [HANYA AKU]

    “Bukalah.”Aldrich menyodorkan kotak persegi berukuran sedang yang dihias dengan pita satin elegan. Di atas kotak itu, tertera logo sebuah brand terkenal yang Valerie tahu harganya pasti tidak murah.“Kau tidak serius memberiku lingerie, kan?” Valerie melotot, mengingat candaan Aldrich saat masih di kantor tadi.Aldrich tertawa lepas, suara tawanya memenuhi ruang mobil. Ia melepaskan sebelah tangannya dari kemudi untuk menutup mulut menggunakan punggung tangannya, seolah menahan diri agar tidak terlalu keras tertawa.“Buka saja, Babe,” jawab Aldrich dengan santai. “Kau akan tahu setelah melihatnya.”Mata Valerie menyipit penuh kecurigaan. “Kau terlihat sangat mencurigakan,” katanya sambil memegang kotak itu erat.Aldrich meliriknya sekilas, senyuman menggoda masih terukir di wajahnya. “Jika itu memang lingerie, aku akan merasa sangat kecewa jika kau menolak memakainya malam ini.”Valerie memutar bola matanya dengan dramatis. “Kalau ini benar lingerie, kau tidak akan bisa melihatku mem

    Last Updated : 2024-12-23
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 055 [PRIA UTAMA DI FILM DRAMA]

    Di apartemennya, Valerie mencoba menenangkan diri, namun tawa riuh dari teman-temannya di ruang tamu segera mengalihkan perhatian.“Valerie! Kau akhirnya datang!” seru Megan dengan senyum lebar, langsung melompat dari sofa untuk menghampirinya.“Lama sekali! Apa Aldrich menahanmu terlalu lama?” goda Hanna dengan tatapan jahil.Valerie menahan napas sejenak sebelum menghela napas panjang. Ia melepas sepatu dengan gerakan lelah, lalu meletakkan kotak hadiah di meja. “Tak usah tanya, kalian tidak akan percaya apa yang terjadi.”Mata Luna langsung tertuju pada kotak itu. “Apa itu?” tanyanya penuh rasa ingin tahu. “Hadiah dari si bos tampanmu?”Valerie mendesah. Tidak mungkin ia menjelaskan semuanya—pertemuan pertamanya dengan Aldrich di Paris, bagaimana ia salah menduga bahwa pria itu adalah seorang gigolo yang ia bayar hanya untuk melupakan sakit hatinya karena Charlos. Serta perjodohan konyol yang diatur Ayahnya. Itu semua terlalu memalukan untuk dibahas, bahkan dengan teman-temannya.

    Last Updated : 2024-12-23
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 056 [PENGHANGAT RANJANG]

    “Hah...”Valerie menghela napas panjang sebelum membuka pintu apartemennya. Aldrich baru saja pergi, meninggalkan aroma parfumnya yang masih melekat di udara.Perasaan Valerie sedikit tak enak. Dia tahu jika teman-temannya akan bertanya setelah ini. Klik. Pintu terbuka, dan benar saja akan tebakannya beberapa saat lalu. “Apa yang kalian lihat?” tanyanya, memicingkan mata ke arah teman-temannya yang tengah menatapnya dengan senyum penuh arti.Luna langsung menghampirinya, mengambil dua kantong besar berisi camilan dari tangan Valerie dan membawanya ke dapur. “Jadi, siapa pria tadi? Itu Aldrich, kan?” tanyanya, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.Valerie menghela napas lagi, menatap teman-temannya yang jelas-jelas menunggu jawaban. “Ya, dia Aldrich,” katanya akhirnya, berusaha terdengar santai.“Damn! Kau tidak bilang kalau dia setampan itu!” seru Hanna, hampir memekik.Megan dan Luna mengangguk cepat, setuju tanpa ragu.“Lalu bagaimana ceritanya dia sampai mengantarkan camilan

    Last Updated : 2024-12-23
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 057 [KADO UNTUK MEGAN]

    “Megan.”Valerie memanggil dengan lembut, membuat tiga pasang mata di ruangan itu beralih padanya. Sudah hampir pukul tiga dini hari, tetapi keempat sahabat itu masih terjaga, menikmati malam penuh canda tawa.“Kenapa kalian menatapku seperti itu?” tanya Megan, mengernyit curiga melihat senyum-senyum penuh arti dari ketiga sahabatnya.Valerie tertawa kecil, lalu berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Beberapa saat kemudian, ia kembali dengan sebuah kotak persegi yang diikat pita dua warna, hitam dan pink, tampak elegan namun menggoda.“Kami punya sesuatu untukmu,” kata Valerie sambil mengangkat kotak itu di depan Megan. Ia menatap Luna dan Hanna sekilas, meminta persetujuan sebelum menyerahkannya. Setelah mendapat anggukan semangat dari keduanya, Valerie menyodorkan kotak itu kepada Megan.“Apa ini?” Megan menerima kado tersebut dengan mata yang tiba-tiba berkaca-kaca. Ia mencoba menahan emosinya, tapi jelas hadiah itu mengharukannya.“Bukalah, kau akan tahu,” ujar Luna dengan senyum

    Last Updated : 2024-12-24
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 058 [LEBIH CANTIK SAAT MALU]

    “Hoam!”Valerie menutup mulutnya dengan punggung tangan, sementara tangan lainnya memegang gelas kopi instan. Matanya terasa berat, tubuhnya lelah, dan pikiran masih berputar pada malam sebelumnya, ketika teman-temannya membuatnya begadang hingga hampir pagi.Langkahnya sedikit melambat saat akan memasuki lift, ketika tiba-tiba suara berat berbisik di dekat telinganya.“Morning, babe.”Valerie nyaris menjatuhkan kopinya. Ia menoleh cepat, dan di sana, Aldrich berdiri dengan senyum yang membuat hatinya seketika berdebar.Valerie tidak melihat jika ada pria itu sebelumnya di lift. “Kau mengagetkanku!” serunya dengan nada setengah berbisik, takut suara mereka menarik perhatian rekan-rekan kerja lainnya.Aldrich terkekeh pelan, tatapannya bergantian memeriksa gelas kopi di tangan Valerie dan lingkaran gelap di bawah matanya. “Sepertinya kau tidak tidur semalam?” tanyanya, nada suaranya terdengar seperti setengah cemas, setengah menggoda.Valerie mendesah panjang, bahunya meluruh lelah.

    Last Updated : 2024-12-25

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 148

    “Ada apa ini?”Suara berat Aldrich menggema di ruangan. Langkahnya terhenti begitu melihat Alicia terduduk di lantai, separuh tubuhnya basah kuyup, sementara para karyawan berusaha menahan tawa mereka.Alicia, yang masih sibuk mengatur emosinya, segera berusaha bangkit. Tatapannya beralih pada Aldrich, berharap pria itu akan menolongnya. Namun, Aldrich hanya menatapnya dengan ekspresi datar selama sepersekian detik sebelum perhatiannya beralih kepada Valerie, yang baru saja keluar dari ruangannya.“Selamat pagi, Pak Aldrich. Anda sudah datang?” sapa Valerie dengan senyum tipis, seolah tidak terjadi apa-apa.Sudut bibir Aldrich berkedut. Wanita itu benar-benar tahu cara bermain peran. Dengan wajahnya yang tenang dan sedikit jahil, Valerie paling cantik saat seperti ini. Alicia, yang tidak terima melihat interaksi itu, segera membuka mulutnya dengan nada memanas. “Ini semua salah Valerie, Pak! Dia yang mendorong saya!” serunya, berusaha menuntut pembelaan.Aldrich mengangkat alisnya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 147

    Valerie melangkah masuk ke lobi perusahaan dengan penuh percaya diri. Sepasang kaki jenjangnya yang terbungkus stiletto hitam mengayun anggun, berpadu dengan rok pensil selutut yang membentuk lekuk tubuhnya. Blus putih berpotongan rapi membalut tubuh rampingnya dengan sempurna, dipermanis dengan blazer tipis yang menggantung di lengannya. Rambut panjangnya yang bergelombang jatuh sempurna di bahu, mempertegas aura elegan seorang wanita yang tahu betul caranya membawa diri.Namun, baru saja ia hendak menuju ruangannya, suara nyaring yang sudah tak asing lagi terdengar memenuhi ruangan.“Kau datang ke perusahaan ini seolah milik ayahmu saja!”Valerie menghela napas pelan sebelum mengangkat dagunya sedikit. Di hadapannya berdiri Alicia, dengan ekspresi sinis dan tangan yang terlipat di dada. Wanita itu mengenakan gaun ketat berwarna merah marun, dengan potongan rendah yang menonjolkan setiap lekuk tubuhnya. Rambut panjang lurusnya tergerai, dengan riasan yang sedikit berlebihan untuk

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 146

    Valerie berdiri di depan pantry dengan wajah sedikit mengantuk, mengenakan kemeja Aldrich yang kebesaran di tubuhnya. Kancing atas terbuka, memperlihatkan sedikit tulang selangkanya yang indah, sementara ujung kemeja jatuh hingga pertengahan pahanya. Rambut panjangnya berantakan, bukti dari malam yang panjang dan panas bersama Aldrich.“Garam, penyedap... apalagi ya?” gumamnya pelan, mengetuk-ngetukkan jari di meja sambil berpikir.Dia bukan seseorang yang ahli dalam memasak. Seumur hidupnya, selalu ada pelayan atau chef yang menyiapkan makanan untuknya. Namun, setelah hidup mandiri dan semakin dekat dengan Aldrich, Valerie merasa ingin mencoba sesuatu yang baru—termasuk membuat nasi goreng dadakan pagi ini.Lagipula, Aldrich juga pernah memasakkan sesuatu untuknya. Rasanya tidak adil jika dia hanya menerima tanpa memberi balasan.Menghela napas, Valerie membuka kulkas, mengeluarkan beberapa bahan yang menurutnya bisa digunakan. Dia menatap bawang merah dan bawang putih di tangannya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 145

    Aldrich menyeringai kembali, matanya berbinar penuh hasrat. Tanpa ragu, ia menarik tengkuk Valerie, memperdalam ciuman mereka setelah mendengar wanita itu mengatakan tidak akan pulang malam ini.Ciumannya semakin dalam, semakin menuntut. Aldrich melumat bibir Valerie dengan intensitas yang membuat napas mereka saling bercampur. Tangannya merambat ke punggung Valerie, menekan tubuhnya lebih erat ke dadanya yang bidang.Saat Valerie mulai kehilangan kendali, Aldrich pun melepaskan ciumannya, hanya untuk menurunkan bibirnya ke rahang Valerie, menelusuri garis lembutnya sebelum akhirnya mendarat di leher jenjang wanita itu. Ia mengecapnya pelan, kemudian menggigit kecil, menikmati bagaimana tubuh Valerie menegang di bawah sentuhannya."Vanila yang kurindukan," bisiknya, suaranya serak dan dalam, menggema di kulit Valerie, membuat bulu kuduknya meremang.Tanpa memberi kesempatan Valerie untuk berpikir, Aldrich kemudian melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu dan dengan mudah merebah

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 144

    "Kau benar-benar tidak tertarik padaku?" tanya Aldrich, suaranya lebih dalam dari biasanya.Menatap Valerie dengan mata yang sulit ditebak. Ada keraguan, ada penasaran, dan sedikit—hanya sedikit—kesedihan yang terselip di sana.Valerie terkekeh, nada tawanya sedikit berat karena efek alkohol yang mulai menguasai dirinya. Ia mengangkat gelas wine ke dahinya, membiarkan dinginnya menyentuh kulitnya sejenak sebelum matanya terpejam. Beberapa detik berlalu, lalu ia membuka matanya lagi, menatap Aldrich dengan sorot yang sulit diartikan."Aku suka," katanya, suaranya samar dan menggoda.Aldrich mencondongkan tubuhnya ke depan, ekspresinya berubah serius. "Lalu mengapa kau menolakku?" tanyanya, ada nada sedih.Valerie tersenyum miring, lalu mencondongkan tubuhnya juga, jari-jarinya menyentuh bahu Aldrich dengan lembut. "Dengar," katanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan. Ia kemudian meletakkan gelasnya ke atas meja, seolah ingin lebih fokus pada percakapan mereka. "Kau itu lelaki pil

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 143

    "Aku tidak tahan!"Valerie hampir saja berdiri, tapi sebelum dia sempat menggeser kursinya, Jennifer dan Charlos sudah lebih dulu bangkit. Wanita itu menempel mesra di lengan Charlos, tangannya melingkar erat seolah menandai kepemilikannya.Valerie menyipitkan mata, mengamati keduanya yang berjalan keluar dari kafe dengan penuh percaya diri, seakan tak peduli dengan tatapan orang-orang sekitar. Jennifer bahkan tertawa kecil sambil menepuk dada Charlos sebelum mereka benar-benar menghilang di balik pintu kaca."Akhirnya mereka pergi juga," keluh Valerie, lalu menjatuhkan dirinya kembali ke kursi dengan napas panjang.Aldrich, yang sejak tadi menyaksikan reaksinya dengan ekspresi terhibur, terkekeh santai. "Apa kau juga ingin pergi? Tidak perlu menebak, mereka pasti berakhir di hotel malam ini."Valerie menoleh cepat, menatap Aldrich dengan wajah setengah kesal. "Aku tidak peduli!" ketusnya, memutar bola mata.Tapi Aldrich tidak tertipu. Dia melihat bagaimana Valerie meneguk minumannya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 142

    “Aku tidak tahu mengapa bisa sebuta itu dan menyukai dia!” keluh Valerie, sebelum meneguk minumannya dengan gerakan cepat dan kesal.Di hadapannya, Aldrich hanya terkekeh kecil. Saat pelayan datang membawa cangkir espresso keduanya, ia mengangguk singkat sebagai tanda terima kasih, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada Valerie.“Wajar saja jika manusia khilaf,” komentarnya santai, nada suaranya penuh hiburan melihat ekspresi kesal Valerie.Valerie menghela napas panjang, lalu diam-diam mengangguk, mengakui kebenaran ucapan Aldrich. Dahulu, ia benar-benar menganggap Charlos sebagai pria baik. Seseorang yang ia pikir akan selalu ada untuknya. Namun kenyataannya, pria itu dengan mudah mengkhianatinya, memilih sahabatnya sendiri, Jennifer—dan meninggalkan Valerie begitu saja.Dan sekarang? Mendengar sendiri rencana busuk serta percakapan menjijikkan antara Charlos dan Jennifer membuatnya ingin menertawakan dirinya sendiri. Dulu, ia begitu bodoh hingga menangisi pria brengsek seperti

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 141

    "Jadi?" Charlos menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Jennifer dengan penuh selidik. "Apa rencanamu?"Jennifer tersenyum kecil, matanya bersinar licik. Dengan gerakan anggun, ia mengaduk kopinya perlahan sebelum menjawab, "Kita akan memainkan kesetiaan sebagai senjata. Buat Aldrich percaya bahwa Valerie masih mencintaimu, bahwa hubungan kalian belum benar-benar berakhir."Charlos mengangkat alis, belum sepenuhnya yakin. "Dan kau yakin itu akan berhasil?"Jennifer tertawa pelan, suara lembutnya penuh racun. "Tentu saja." Ia menatap Charlos tajam. "Valerie meninggalkanmu karena perselingkuhanmu denganku. Sekarang, bagaimana jika Aldrich berpikir Valerie masih berharap kembali padamu? Pria sepertinya tak akan tahan dengan pengkhianatan. Dia pasti akan membenci Valerie."Charlos mengusap dagunya, perlahan senyum terbentuk di wajahnya. Membayangkan skenario itu, membayangkan Valerie yang kaya raya dan terluka, kembali dalam genggamannya, terdengar sangat menarik.Dulu, ia meningga

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 140

    “Kau tersenyum?” tanya Valerie tak percaya.Aldrich baru saja memintanya menemani lembur, tapi tiba-tiba pria itu malah sibuk dengan ponselnya, mengabaikan Valerie yang menunggu dengan tumpukan berkas di depan. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00, kantor mulai sepi, hanya tersisa mereka berdua di ruangan ini.Aldrich yang baru saja menerima pesan dari mata-matanya tentang pergerakan Charlos dan Jennifer terkekeh pelan. Ia mengunci ponselnya dan meletakkannya di atas meja sebelum menatap Valerie dengan senyum yang membuat wanita itu kesal sekaligus penasaran.“Maaf, babe. Aku terlalu fokus.” Suaranya terdengar ringan, tapi ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya.Valerie mendengus, lalu melipat tangan di depan dada, sikapnya seperti seseorang yang sedang merajuk. Namun, detik berikutnya, ia tersadar akan reaksinya sendiri. Mengapa ia bisa bertingkah seperti ini di depan Aldrich dengan begitu alami? Padahal, saat pria itu menyatakan perasaannya, ia dengan tegas menolak.Namun kini, me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status