Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 056 [PENGHANGAT RANJANG]

Share

Chapter 056 [PENGHANGAT RANJANG]

last update Last Updated: 2024-12-23 14:39:19

“Hah...”

Valerie menghela napas panjang sebelum membuka pintu apartemennya. Aldrich baru saja pergi, meninggalkan aroma parfumnya yang masih melekat di udara.

Perasaan Valerie sedikit tak enak. Dia tahu jika teman-temannya akan bertanya setelah ini.

Klik.

Pintu terbuka, dan benar saja akan tebakannya beberapa saat lalu.

“Apa yang kalian lihat?” tanyanya, memicingkan mata ke arah teman-temannya yang tengah menatapnya dengan senyum penuh arti.

Luna langsung menghampirinya, mengambil dua kantong besar berisi camilan dari tangan Valerie dan membawanya ke dapur.

“Jadi, siapa pria tadi? Itu Aldrich, kan?” tanyanya, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

Valerie menghela napas lagi, menatap teman-temannya yang jelas-jelas menunggu jawaban.

“Ya, dia Aldrich,” katanya akhirnya, berusaha terdengar santai.

“Damn! Kau tidak bilang kalau dia setampan itu!” seru Hanna, hampir memekik.

Megan dan Luna mengangguk cepat, setuju tanpa ragu.

“Lalu bagaimana ceritanya dia sampai mengantarkan camilan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 057 [KADO UNTUK MEGAN]

    “Megan.”Valerie memanggil dengan lembut, membuat tiga pasang mata di ruangan itu beralih padanya. Sudah hampir pukul tiga dini hari, tetapi keempat sahabat itu masih terjaga, menikmati malam penuh canda tawa.“Kenapa kalian menatapku seperti itu?” tanya Megan, mengernyit curiga melihat senyum-senyum penuh arti dari ketiga sahabatnya.Valerie tertawa kecil, lalu berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Beberapa saat kemudian, ia kembali dengan sebuah kotak persegi yang diikat pita dua warna, hitam dan pink, tampak elegan namun menggoda.“Kami punya sesuatu untukmu,” kata Valerie sambil mengangkat kotak itu di depan Megan. Ia menatap Luna dan Hanna sekilas, meminta persetujuan sebelum menyerahkannya. Setelah mendapat anggukan semangat dari keduanya, Valerie menyodorkan kotak itu kepada Megan.“Apa ini?” Megan menerima kado tersebut dengan mata yang tiba-tiba berkaca-kaca. Ia mencoba menahan emosinya, tapi jelas hadiah itu mengharukannya.“Bukalah, kau akan tahu,” ujar Luna dengan senyum

    Last Updated : 2024-12-24
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 058 [LEBIH CANTIK SAAT MALU]

    “Hoam!”Valerie menutup mulutnya dengan punggung tangan, sementara tangan lainnya memegang gelas kopi instan. Matanya terasa berat, tubuhnya lelah, dan pikiran masih berputar pada malam sebelumnya, ketika teman-temannya membuatnya begadang hingga hampir pagi.Langkahnya sedikit melambat saat akan memasuki lift, ketika tiba-tiba suara berat berbisik di dekat telinganya.“Morning, babe.”Valerie nyaris menjatuhkan kopinya. Ia menoleh cepat, dan di sana, Aldrich berdiri dengan senyum yang membuat hatinya seketika berdebar.Valerie tidak melihat jika ada pria itu sebelumnya di lift. “Kau mengagetkanku!” serunya dengan nada setengah berbisik, takut suara mereka menarik perhatian rekan-rekan kerja lainnya.Aldrich terkekeh pelan, tatapannya bergantian memeriksa gelas kopi di tangan Valerie dan lingkaran gelap di bawah matanya. “Sepertinya kau tidak tidur semalam?” tanyanya, nada suaranya terdengar seperti setengah cemas, setengah menggoda.Valerie mendesah panjang, bahunya meluruh lelah.

    Last Updated : 2024-12-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 059 [HANYA BAGIAN DARI RENCANA]

    “Val, duluan ya!” Jenny melambaikan tangan, bersiap meninggalkan meja kerja.“Oh iya,” jawab Valerie sambil menyusun laporan ke dalam map berwarna-warni. Ia mengurutkannya dengan rapi, dimulai dari laporan prioritas tinggi berwarna merah, laporan penting dengan warna kuning, hingga laporan reguler di map biru. Fokusnya total, memastikan tak ada yang tertinggal.Jenny kembali menghampiri meja Valerie. “Kamu mau dibawain sesuatu nggak, Val?” tanyanya ramah.Valerie tersenyum kecil sambil merapikan map terakhir. “Nggak perlu, Mbak. Aku juga udah selesai kok.”Wajah Jenny berbinar. “Kalau gitu, barengan aja yuk!” ajaknya antusias.Refleks, Valerie menolak. Ia teringat janji makan siangnya dengan Aldrich. “Nggak, Mbak. Mbak duluan aja. Aku nggak apa-apa, kok.”Jenny menaikkan alis, memasang ekspresi penasaran. “Hmm... kamu mau makan siang sama gebetan ya? Ngaku aja deh. Siapa? Aku kenal?” desaknya dengan senyum penuh arti.Valerie membuka mulut, hendak memberi penjelasan, tetapi sebuah su

    Last Updated : 2024-12-26
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 060 [PUJIAN]

    “Tambahkan lagi untuknya,” kata Aldrich dengan nada tegas namun santai saat melihat pelayan hanya memberikan satu irisan daging sapi panggang ke piring Valerie.Mereka saat ini sedang mengantri makan siang prasmanan dengan meja panjang berlapis kain putih elegan. Piring saji berkilau memantulkan cahaya lampu gantung di atasnya. Ada berbagai pilihan hidangan, dari salad segar, daging panggang beraroma rempah, hingga aneka lauk khas Eropa dan Asia. Para pelayan berpakaian rapi berdiri di belakang meja, siap membantu para tamu.Disudut ruangan juga tersedia aneka dessert lengkap. Dari pada kantin perusahaan, ini sudah seperti restoran hotel bintang lima.Pelayan itu mengangguk cepat, sedikit bingung, tetapi tetap mengambil satu potong daging lagi dengan penjepit perak dan meletakkannya di piring Valerie. “Ah? Baik, Tuan.”Valerie memutar tubuhnya, menatap Aldrich tajam. “Itu sudah cukup,” katanya dengan suara pelan namun penuh tekanan. Ia merasa risih menjadi perhatian orang lain.Na

    Last Updated : 2024-12-27
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 061 [SURVEI LAPANGAN]

    Aldrich menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap Valerie dengan senyum jahil yang mulai terbentuk di wajahnya. Ia tidak langsung menjawab, hanya memainkan map di tangannya seolah sedang memikirkan sesuatu yang serius.“Apa?” Valerie menatapnya dengan dahi berkerut.“Tidak apa-apa,” jawab Aldrich santai, namun tatapan matanya jelas mengatakan sesuatu yang berbeda. “Aku hanya berpikir, apakah kau benar-benar mempersiapkan ini dengan baik, atau hanya ingin membuatku terkesan?”Valerie mendengus kecil, mengabaikan komentar itu meskipun pipinya sedikit memanas. “Tentu saja aku profesional, Tuan Aldrich.”Aldrich terkekeh pelan, lalu bersandar lebih dekat, membuat jarak di antara mereka semakin tipis. “Bagus. Karena aku suka jika sekretarisku tidak hanya profesional, tapi juga memikirkan hal-hal lain... seperti bagaimana membuatku tidak bisa berpaling darinya.”Valerie menegang sejenak, merasa napasnya hampir tercekat. “Tuan Aldrich,” katanya dengan nada tegas, mencoba mengembalikan pembic

    Last Updated : 2024-12-28
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 062 [MANDI BERSAMA]

    “Ah, lelah sekali!”Valerie menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang empuk, membiarkan kepenatan hari itu meluruh sejenak. Setelah survei panjang yang menguras energi, ia merasa benar-benar kelelahan. qKali ini, ia memutuskan untuk tidak kembali ke mansion Aldrich. Bukan karena dia tidak nyaman, tetapi karena Aldrich pasti akan menemukan cara untuk mengganggunya—entah dengan godaan atau ‘aktivitas panjang yang melelahkan’ dan tak akan membiarkannya terlelap.“Sepertinya aku harus berendam.” pikir Valerie sambil menutup matanya sejenak, membayangkan betapa nikmatnya tenggelam dalam kehangatan air dan busa sabun yang menenangkan.Tak ingin membuang waktu, Valerie bangkit dari ranjang, melepas blazer kerjanya dan berjalan ke kamar mandi. Ia membuka pintu kaca kamar mandinya, menyalakan lampu dengan nuansa kekuningan yang lembut.Kran bathtub segera diputar ke mode air hangat, uap tipis mulai memenuhi ruangan kecil itu. Valerie mengambil botol sabun cair favoritnya dari rak—aroma melati dan

    Last Updated : 2024-12-29
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 063 [SEDIKIT MEMANJAKANMU]

    “Hhh...”Valerie menahan desahan yang hampir lolos saat tangan Aldrich menggosok punggungnya dengan gerakan lembut namun penuh kendali. Sensasi itu mengalir ke seluruh tubuhnya, membuatnya sulit untuk tetap tenang.“Kau menyukainya, kan?” bisik Aldrich, nada menggoda terdengar jelas di telinganya.Valerie hanya terdiam, menolak memberikan respons yang bisa membuat Aldrich semakin besar kepala. Namun keheningannya justru membuat pria itu semakin percaya diri.Aldrich mendekatkan wajahnya, bibirnya menyentuh pundak Valerie yang terbuka. Ciuman kecil itu mendarat lembut, namun panasnya seolah membakar kulit Valerie. Dari pundaknya, Aldrich perlahan naik ke leher jenjang Valerie, menelusurinya dengan napas hangat dan ciuman yang lebih dalam.Aroma vanilla yang menempel di kulit Valerie membuat Aldrich tersenyum samar. “Kau wangi sekali,” gumamnya, bibirnya masih menempel di leher Valerie. Ia menyesap aroma itu seolah candu, rakus namun tetap terkendali.“Ahh....”Desahan kecil akhirnya

    Last Updated : 2024-12-30
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 064 [PELAYANAN EKSLUSIF]

    “Angkat kepalamu sedikit,” ucap Aldrich lembut namun tegas.Pada akhirnya, Valerie menyerah pada keinginan pria itu yang bersikeras mengeringkan rambutnya. Duduk di tepi ranjang dengan handuk kimono membalut tubuhnya, Valerie menatap cermin di hadapannya. Rambut basahnya yang terurai kini berada di tangan Aldrich. Dia menggerakkan hair dryer dengan gerakan terampil, seolah-olah sudah terbiasa melakukannya.“Hm....”Udara hangat dari hair dryer menyapu rambut Valerie, menciptakan sensasi nyaman yang membuat matanya perlahan terasa berat. Dia merapatkan kimono di tubuhnya, memastikan tidak ada bagian yang terbuka terlalu banyak, meskipun Aldrich tampaknya tidak peduli dengan hal itu.Aldrich sesekali mencuri pandang ke arah Valerie melalui pantulan cermin. Ketika tatapan mereka bertemu, ia tersenyum lembut.“Kau ahli sekali,” Valerie tiba-tiba berkomentar, memecah keheningan. Matanya tetap tertutup setengah, suara hair dryer mengiringi pembicaraan mereka. “Apa kau sering melakukan ini

    Last Updated : 2024-12-31

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 148

    “Ada apa ini?”Suara berat Aldrich menggema di ruangan. Langkahnya terhenti begitu melihat Alicia terduduk di lantai, separuh tubuhnya basah kuyup, sementara para karyawan berusaha menahan tawa mereka.Alicia, yang masih sibuk mengatur emosinya, segera berusaha bangkit. Tatapannya beralih pada Aldrich, berharap pria itu akan menolongnya. Namun, Aldrich hanya menatapnya dengan ekspresi datar selama sepersekian detik sebelum perhatiannya beralih kepada Valerie, yang baru saja keluar dari ruangannya.“Selamat pagi, Pak Aldrich. Anda sudah datang?” sapa Valerie dengan senyum tipis, seolah tidak terjadi apa-apa.Sudut bibir Aldrich berkedut. Wanita itu benar-benar tahu cara bermain peran. Dengan wajahnya yang tenang dan sedikit jahil, Valerie paling cantik saat seperti ini. Alicia, yang tidak terima melihat interaksi itu, segera membuka mulutnya dengan nada memanas. “Ini semua salah Valerie, Pak! Dia yang mendorong saya!” serunya, berusaha menuntut pembelaan.Aldrich mengangkat alisnya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 147

    Valerie melangkah masuk ke lobi perusahaan dengan penuh percaya diri. Sepasang kaki jenjangnya yang terbungkus stiletto hitam mengayun anggun, berpadu dengan rok pensil selutut yang membentuk lekuk tubuhnya. Blus putih berpotongan rapi membalut tubuh rampingnya dengan sempurna, dipermanis dengan blazer tipis yang menggantung di lengannya. Rambut panjangnya yang bergelombang jatuh sempurna di bahu, mempertegas aura elegan seorang wanita yang tahu betul caranya membawa diri.Namun, baru saja ia hendak menuju ruangannya, suara nyaring yang sudah tak asing lagi terdengar memenuhi ruangan.“Kau datang ke perusahaan ini seolah milik ayahmu saja!”Valerie menghela napas pelan sebelum mengangkat dagunya sedikit. Di hadapannya berdiri Alicia, dengan ekspresi sinis dan tangan yang terlipat di dada. Wanita itu mengenakan gaun ketat berwarna merah marun, dengan potongan rendah yang menonjolkan setiap lekuk tubuhnya. Rambut panjang lurusnya tergerai, dengan riasan yang sedikit berlebihan untuk

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 146

    Valerie berdiri di depan pantry dengan wajah sedikit mengantuk, mengenakan kemeja Aldrich yang kebesaran di tubuhnya. Kancing atas terbuka, memperlihatkan sedikit tulang selangkanya yang indah, sementara ujung kemeja jatuh hingga pertengahan pahanya. Rambut panjangnya berantakan, bukti dari malam yang panjang dan panas bersama Aldrich.“Garam, penyedap... apalagi ya?” gumamnya pelan, mengetuk-ngetukkan jari di meja sambil berpikir.Dia bukan seseorang yang ahli dalam memasak. Seumur hidupnya, selalu ada pelayan atau chef yang menyiapkan makanan untuknya. Namun, setelah hidup mandiri dan semakin dekat dengan Aldrich, Valerie merasa ingin mencoba sesuatu yang baru—termasuk membuat nasi goreng dadakan pagi ini.Lagipula, Aldrich juga pernah memasakkan sesuatu untuknya. Rasanya tidak adil jika dia hanya menerima tanpa memberi balasan.Menghela napas, Valerie membuka kulkas, mengeluarkan beberapa bahan yang menurutnya bisa digunakan. Dia menatap bawang merah dan bawang putih di tangannya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 145

    Aldrich menyeringai kembali, matanya berbinar penuh hasrat. Tanpa ragu, ia menarik tengkuk Valerie, memperdalam ciuman mereka setelah mendengar wanita itu mengatakan tidak akan pulang malam ini.Ciumannya semakin dalam, semakin menuntut. Aldrich melumat bibir Valerie dengan intensitas yang membuat napas mereka saling bercampur. Tangannya merambat ke punggung Valerie, menekan tubuhnya lebih erat ke dadanya yang bidang.Saat Valerie mulai kehilangan kendali, Aldrich pun melepaskan ciumannya, hanya untuk menurunkan bibirnya ke rahang Valerie, menelusuri garis lembutnya sebelum akhirnya mendarat di leher jenjang wanita itu. Ia mengecapnya pelan, kemudian menggigit kecil, menikmati bagaimana tubuh Valerie menegang di bawah sentuhannya."Vanila yang kurindukan," bisiknya, suaranya serak dan dalam, menggema di kulit Valerie, membuat bulu kuduknya meremang.Tanpa memberi kesempatan Valerie untuk berpikir, Aldrich kemudian melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu dan dengan mudah merebah

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 144

    "Kau benar-benar tidak tertarik padaku?" tanya Aldrich, suaranya lebih dalam dari biasanya.Menatap Valerie dengan mata yang sulit ditebak. Ada keraguan, ada penasaran, dan sedikit—hanya sedikit—kesedihan yang terselip di sana.Valerie terkekeh, nada tawanya sedikit berat karena efek alkohol yang mulai menguasai dirinya. Ia mengangkat gelas wine ke dahinya, membiarkan dinginnya menyentuh kulitnya sejenak sebelum matanya terpejam. Beberapa detik berlalu, lalu ia membuka matanya lagi, menatap Aldrich dengan sorot yang sulit diartikan."Aku suka," katanya, suaranya samar dan menggoda.Aldrich mencondongkan tubuhnya ke depan, ekspresinya berubah serius. "Lalu mengapa kau menolakku?" tanyanya, ada nada sedih.Valerie tersenyum miring, lalu mencondongkan tubuhnya juga, jari-jarinya menyentuh bahu Aldrich dengan lembut. "Dengar," katanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan. Ia kemudian meletakkan gelasnya ke atas meja, seolah ingin lebih fokus pada percakapan mereka. "Kau itu lelaki pil

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 143

    "Aku tidak tahan!"Valerie hampir saja berdiri, tapi sebelum dia sempat menggeser kursinya, Jennifer dan Charlos sudah lebih dulu bangkit. Wanita itu menempel mesra di lengan Charlos, tangannya melingkar erat seolah menandai kepemilikannya.Valerie menyipitkan mata, mengamati keduanya yang berjalan keluar dari kafe dengan penuh percaya diri, seakan tak peduli dengan tatapan orang-orang sekitar. Jennifer bahkan tertawa kecil sambil menepuk dada Charlos sebelum mereka benar-benar menghilang di balik pintu kaca."Akhirnya mereka pergi juga," keluh Valerie, lalu menjatuhkan dirinya kembali ke kursi dengan napas panjang.Aldrich, yang sejak tadi menyaksikan reaksinya dengan ekspresi terhibur, terkekeh santai. "Apa kau juga ingin pergi? Tidak perlu menebak, mereka pasti berakhir di hotel malam ini."Valerie menoleh cepat, menatap Aldrich dengan wajah setengah kesal. "Aku tidak peduli!" ketusnya, memutar bola mata.Tapi Aldrich tidak tertipu. Dia melihat bagaimana Valerie meneguk minumannya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 142

    “Aku tidak tahu mengapa bisa sebuta itu dan menyukai dia!” keluh Valerie, sebelum meneguk minumannya dengan gerakan cepat dan kesal.Di hadapannya, Aldrich hanya terkekeh kecil. Saat pelayan datang membawa cangkir espresso keduanya, ia mengangguk singkat sebagai tanda terima kasih, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada Valerie.“Wajar saja jika manusia khilaf,” komentarnya santai, nada suaranya penuh hiburan melihat ekspresi kesal Valerie.Valerie menghela napas panjang, lalu diam-diam mengangguk, mengakui kebenaran ucapan Aldrich. Dahulu, ia benar-benar menganggap Charlos sebagai pria baik. Seseorang yang ia pikir akan selalu ada untuknya. Namun kenyataannya, pria itu dengan mudah mengkhianatinya, memilih sahabatnya sendiri, Jennifer—dan meninggalkan Valerie begitu saja.Dan sekarang? Mendengar sendiri rencana busuk serta percakapan menjijikkan antara Charlos dan Jennifer membuatnya ingin menertawakan dirinya sendiri. Dulu, ia begitu bodoh hingga menangisi pria brengsek seperti

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 141

    "Jadi?" Charlos menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Jennifer dengan penuh selidik. "Apa rencanamu?"Jennifer tersenyum kecil, matanya bersinar licik. Dengan gerakan anggun, ia mengaduk kopinya perlahan sebelum menjawab, "Kita akan memainkan kesetiaan sebagai senjata. Buat Aldrich percaya bahwa Valerie masih mencintaimu, bahwa hubungan kalian belum benar-benar berakhir."Charlos mengangkat alis, belum sepenuhnya yakin. "Dan kau yakin itu akan berhasil?"Jennifer tertawa pelan, suara lembutnya penuh racun. "Tentu saja." Ia menatap Charlos tajam. "Valerie meninggalkanmu karena perselingkuhanmu denganku. Sekarang, bagaimana jika Aldrich berpikir Valerie masih berharap kembali padamu? Pria sepertinya tak akan tahan dengan pengkhianatan. Dia pasti akan membenci Valerie."Charlos mengusap dagunya, perlahan senyum terbentuk di wajahnya. Membayangkan skenario itu, membayangkan Valerie yang kaya raya dan terluka, kembali dalam genggamannya, terdengar sangat menarik.Dulu, ia meningga

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 140

    “Kau tersenyum?” tanya Valerie tak percaya.Aldrich baru saja memintanya menemani lembur, tapi tiba-tiba pria itu malah sibuk dengan ponselnya, mengabaikan Valerie yang menunggu dengan tumpukan berkas di depan. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00, kantor mulai sepi, hanya tersisa mereka berdua di ruangan ini.Aldrich yang baru saja menerima pesan dari mata-matanya tentang pergerakan Charlos dan Jennifer terkekeh pelan. Ia mengunci ponselnya dan meletakkannya di atas meja sebelum menatap Valerie dengan senyum yang membuat wanita itu kesal sekaligus penasaran.“Maaf, babe. Aku terlalu fokus.” Suaranya terdengar ringan, tapi ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya.Valerie mendengus, lalu melipat tangan di depan dada, sikapnya seperti seseorang yang sedang merajuk. Namun, detik berikutnya, ia tersadar akan reaksinya sendiri. Mengapa ia bisa bertingkah seperti ini di depan Aldrich dengan begitu alami? Padahal, saat pria itu menyatakan perasaannya, ia dengan tegas menolak.Namun kini, me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status