Beranda / CEO / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 001 [Salah Menduga]

Share

Jebakan Cinta Sang Pewaris
Jebakan Cinta Sang Pewaris
Penulis: Kikan Selviani Putri

Chapter 001 [Salah Menduga]

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 09:23:48

“Hhh .…”

Valerie menarik napas tajam, sebuah desahan halus lolos dari bibirnya. Suara itu seperti undangan tanpa kata, ia membiarkan sentuhan Aldrich menghangatkan kulitnya. Menarik napas dalam-dalam, ia mencoba mengenyahkan rasa sakit hati yang terus membayanginya.

Suara detak jam di suite hotel mewah di tengah kota Paris menjadi satu-satunya penanda waktu yang terus berjalan, sementara ia merasa dunia seolah berhenti.

Di luar jendela besar, Menara Eiffel berdiri anggun, dikelilingi kerlip cahaya malam.

Namun, pemandangan itu tak seberapa dibandingkan intensitas tatapan pria di depannya yang sulit diabaikan.

“Kamu yakin ingin melanjutkan ini?” Aldrich bertanya pelan.

Mata Aldrich menelisik dalam, seakan mampu melihat semua luka dan rasa sakit yang disembunyikan Valerie di balik sikap tenangnya.

Valerie mengangguk, mencoba menyembunyikan kekacauan emosinya. “Iya … aku butuh ini. Aku butuh … sesuatu untuk melupakan semuanya,” jawabnya.

Tatapan Valerie penuh keyakinan. Hatinya sedikit ragu. Ia merasa sedikit aneh berada dalam situasi ini dengan seorang pria yang begitu tampan. Valerie yakin, pria ini adalah seorang gigolo.

Aldrich hanya tersenyum tipis. Lalu, ia mendekat. Bibirnya menyentuh lembut leher Valerie. Menyesap aroma vanila yang memabukkan dari sana. Sentuhannya lembut namun intens, membuat Valerie menahan napas.

“Aku akan membuatmu merasa lebih baik,” bisiknya, suaranya terdengar dalam dan menggetarkan.

Valerie tak bisa menahan senyumnya, meski sedikit getir. “Kamu sering mengatakan ini kepada klien, ya?” tanyanya, sedikit bercanda namun ada nada serius di baliknya.

Valerie menatap Aldrich dengan sedikit waspada, mencoba menebak reaksinya.

Aldrich hanya menaikkan alisnya sedikit, namun tak ada respons verbal darinya. Ia malah mendekatkan wajahnya lagi, menyapu bibirnya di sepanjang bahu Valerie.

“Apa itu penting?” tanya Aldrich lembut, hampir berbisik.

Valerie tergelak kecil, walau hatinya sedikit sakit dengan kenyataan itu. “Tidak juga. Selama kamu bisa mengalihkan pikiranku … itu sudah cukup,” jawabnya dengan nada ringan, mencoba menutupi perasaannya.

Valerie tahu, malam ini hanyalah pelarian. Namun, ia tetap ingin merasa diinginkan walau hanya sesaat.

Mereka terdiam sejenak, saling memandang dengan intensitas yang semakin dalam. Valerie merasakan ada sesuatu yang berbeda. Namun, ia mengabaikannya.

Valerie membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan yang Aldrich berikan. Ia berusaha mengabaikan luka hatinya yang belum sepenuhnya sembuh dari pengkhianatan mantannya. Sekilas, ia menatap otot-otot Aldrich yang terbentuk sempurna. Ia terpesona.

“Apa kamu selalu seintim ini dengan … klien?” Valerie bertanya lagi dengan nada bercanda.

Valerie merasakan kecemburuan yang tak masuk akal. Ia bahkan tidak mengenal pria ini dengan baik.

Aldrich benar-benar melebihi ekspektasinya tentang gigolo. Valerie jadi ingin tahu, apa semua gigolo memang seperti Aldrich?

Aldrich tersenyum misterius, membiarkan pertanyaan itu mengambang tanpa jawaban. “Malam ini, hanya ada kamu di pikiranku,” bisiknya, membuat Valerie tersipu.

Valerie tertawa kecil, mencoba menutup rasa malu dan sedikit kepercayaan diri yang mulai tumbuh. “Kamu benar-benar tahu bagaimana membuat seseorang merasa istimewa, ya?” katanya.

Aldrich tidak menjawab. Ia hanya menyelipkan rambut Valerie ke belakang telinga. Meskipun tidak dalam kondisi mabuk, keduanya tenggelam dalam malam yang memabukkan.

“Kamu sangat profesional dalam pekerjaan ini,” ujarnya sambil tersenyum, seolah mengingatkan dirinya sendiri bahwa ini hanyalah kesepakatan satu malam.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Aldrich menariknya lebih dekat, seolah ingin memberinya ketenangan tanpa harus banyak bicara. Sentuhan dan kehangatannya membuat Valerie merasa dihargai. Namun di sisi lain, ada perasaan konyol yang membuatnya merasa bodoh karena mengingat pria ini adalah seseorang yang disewanya.

Pagi harinya, Valerie bangun dan menatap Aldrich yang masih terlelap di sampingnya. Ia menatap wajahnya dengan sedikit perasaan bersalah, tapi juga lega. Di sebelahnya, ada amplop yang telah ia siapkan tadi malam.

Valerie menarik napas dalam, meyakinkan dirinya bahwa ini adalah pilihan yang benar. Setelahnya, Valerie bangkit dan berpakaian dengan hati-hati, berusaha tidak membangunkan Aldrich.

Dia masih harus mengejar penerbangan kembali ke Indonesia.

Sebelum pergi, Valerie meletakkan amplop berisi uang di atas meja samping tempat tidur.

Kemudian, Valerie berbisik pelan, “Terima kasih untuk malam tadi.”

Tanpa menoleh lagi, Valerie meninggalkan kamar, membawa serta segala perasaan yang bercampur aduk di hatinya.

Bab terkait

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 002 [Bertemu Kembali]

    “Sial, aku terlambat!” Valerie, wanita berusia 23 tahun itu mempercepat langkah kakinya, sesekali ia melirik jam di pergelangan tangan. Ia tiba di sebuah gedung perkantoran dengan perasaan campur aduk. Penerbangan panjang dari Paris tak mampu mengalihkan pikirannya dari malam terakhirnya di kota tersebut. Mengingat gigolo malam itu membuat hatinya berdenyut aneh—antara malu, kecewa, dan rasa rindu yang tak masuk akal. Namun, Valerie segera menepis pikirannya. Hari ini, ia harus bersikap profesional. Wawancara kerja di perusahaan IT ternama ini adalah kesempatan besar, setelah ia memilih untuk kabur dari rumah karena sang Daddy yang mengatur perjodohan untuknya. Hell, ia baru saja dikhianati oleh dua orang terpercaya sekaligus. Pacar dan sahabatnya. Dan sekarang ia tidak akan membiarkan pikirannya kacau hanya karena kenangan sesaat dengan seorang pria. Saat Valerie memasuki ruang resepsionis, ia disambut oleh suasana modern dengan kaca-kaca besar yang memantulkan sinar ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 003 [Diterima Bekerja]

    “Jadi, itu alasan saya ingin bergabung di perusahaan ini,” ucap Valerie, menjawab pertanyaan Aldrich dengan suara yang tenang namun penuh keyakinan.Aldrich memiringkan kepala sedikit, memperhatikan wanita di depannya dengan intensitas yang tidak sepenuhnya ia sadari. “Valerie,” katanya, suaranya terdengar lebih lembut dari yang ia maksudkan. “Kau terlihat… siap untuk kesempatan ini.”Tatapannya tanpa sengaja turun ke jemari Valerie yang tampak meremas clutch-nya dengan gugup. Gerakan kecil itu tidak terlewat dari matanya, memberi kesan bahwa di balik sikap percaya dirinya, ada kelembutan yang sengaja ia sembunyikan. Valerie segera sedikit menegakkan tubuh, berusaha memperkuat auranya yang profesional. Ia tidak ingin Aldrich, atau siapa pun, melihat sisi rentannya. “Terima kasih,” jawabnya dengan nada yang terdengar mantap, meskipun di dalam hatinya ada gejolak yang sulit ia abaikan.Mata mereka bertemu untuk beberapa detik, masing-masing mencoba membaca pikiran yang tersembunyi di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 004 [Kesalahan Pertama]

    Hari-hari awal Valerie sebagai sekretaris CEO terasa seperti ujian mental. Jadwal Aldrich yang padat, rapat yang tak ada habisnya, dan tuntutan perfeksionisme membuatnya bekerja ekstra keras.Namun, kejadian memalukan di hari ketiga membuatnya ingin menggali lubang dan menghilang.Saat itu Valerie tengah sibuk menyortir email ketika Aldrich memintanya untuk mengirimkan daftar belanja pribadi kepada asisten rumah tangganya. Daftar itu sederhana. Hanya berisi bahan makanan, beberapa botol anggur, dan satu catatan tambahan yang nyaris luput dari perhatian Valerie. Karena terburu-buru, dia salah menekan tombol dan mengirimkan email itu ke seluruh divisi perusahaan. Dampaknya langsung terasa. Ponsel Valerie berbunyi tanpa henti, kolega mulai berbisik-bisik, dan beberapa bahkan tertawa terbahak-bahak. Baru saat itulah Valerie membuka kembali email yang ia kirimkan dan membaca bagian akhirnya: PS: Jangan lupa beli almond milk, bukan susu sapi biasa. Saya tidak mau jerawatan saat meeting b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 005 [Fakta Mengejutkan]

    “Jadi, Aldrich...” Suara berat Bastian terdengar dari telepon, bercampur antara bingung dan terkejut. "Kau CEO HC Group?""Benar, Pak Bastian," jawab Aldrich dengan santai, namun suaranya memancarkan dominasi. "Dan Valerie sekarang bekerja sebagai sekretaris saya. Sangat berbakat sekali putri Anda."Valerie, yang duduk di seberang meja, hampir tersedak napasnya.Sejenak, hanya ada keheningan di ujung telepon. Kemudian Bastian tertawa lega. "Baiklah kalau begitu. Saya senang dia tidak bekerja di tempat sembarangan."Setelah percakapan selesai, Aldrich menyerahkan ponsel Valerie kembali. Namun, senyum kecil di wajahnya penuh dengan ejekan terselubung. "Kau tidak perlu menyembunyikan apa pun dariku, Valerie."Valerie memicingkan matanya, mencoba menahan kekesalannya. Dengan nada berbisik tajam, ia menjawab, "Pak Aldrich, Anda tidak seharusnya ikut campur!""Oh?" Aldrich menyandarkan punggungnya dengan santai ke kursi, tatapannya tajam namun penuh permainan. "Jadi, ini rahasia? Dan siapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 006 [Ajakan Kerjasama?]

    "Arghhht!" Valerie berteriak sambil menjambak rambutnya sendiri, frustrasi. Setelah meninggalkan ruangan Aldrich dengan langkah tergesa dan pintu yang sengaja ia banting keras, ia berakhir di tangga darurat. Tempat yang sunyi itu menjadi pelarian sesaat dari kekacauan pikirannya.Ia menarik napas panjang, tapi udara yang ia hirup terasa berat, penuh dengan rasa frustrasi yang tak tertahankan. Tangannya gemetar memegang pegangan tangga, sementara matanya mulai berkaca-kaca.Valerie merasa marah. Ayahnya telah mengatur hidupnya tanpa sedikit pun mempertimbangkan perasaannya, memperlakukannya seperti pion dalam permainan bisnis. Ia juga bingung, karena Aldrich—pria yang ia kira gigolo saat di Paris—ternyata sudah mengenalnya sejak saat itu. Lebih buruk lagi, Aldrich adalah calon suami yang dijodohkan untuknya."Hell!" pikirnya pahit. Ia kabur dari rumah untuk menghindari perjodohan yang diatur ayahnya, tapi malah menghabiskan malam bersama pria itu. Ironisnya, saat itu ia sempat menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 007 [Menyusun Rencana]

    Hari itu, setelah menyegel aliansi canggung mereka, Valerie dan Aldrich sepakat untuk bertemu setelah jam kerja di sebuah kafe kecil di pinggiran kota. Valerie memilih tempat yang jauh dari keramaian kantor atau lingkungan bisnis, memastikan privasi mereka.Setelah menunggu beberapa saat, Aldrich muncul, mengenakan setelan santai tanpa dasi. Ia melirik sekeliling sebelum berjalan ke meja Valerie. "Pilihan tempat yang menarik," komentarnya saat duduk."Aku tidak ingin orang-orang membicarakan ini," jawab Valerie datar sambil mengaduk kopinya. "Kita di sini untuk rencana. Jadi, apa yang kau punya?"Aldrich mengangkat alis, sedikit tersenyum melihat Valerie yang langsung to the point. "Langsung ke inti, ya? Baiklah. Pertama-tama, kita perlu mempelajari apa yang sebenarnya diinginkan oleh kedua pihak keluarga kita.""Apa maksudmu? Bukannya jelas? Ayahku ingin aku menikah dengan pewaris HC group, dan kau jelas adalah alat untuk itu," jawab Valerie tajam.Aldrich mengangguk. "Itu kelihatan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 008 [KENAPA KAU HARUS TAMPAN, ALDRICH?]

    "Ah, akhirnya!" Valerie mendesah sambil merebahkan diri di ranjang apartemennya. Matanya menatap kosong ke langit-langit yang bercahaya lembut, sementara pikirannya melayang ke kejadian-kejadian yang baru saja berlalu. Ruangan itu tenang, nyaris terlalu sunyi, meskipun deru samar kendaraan dari luar masih terdengar."Paris..." gumamnya pelan, mengingat malam itu.Bayangan kamar hotel megah yang pernah ia tempati bersama Aldrich tiba-tiba muncul. Ranjang besar dengan seprai putih beraroma lavender, jendela kaca lebar yang menghadap gemerlap menara Eiffel, dan keheningan yang terasa begitu menusuk. Saat itu, ia masih mengira Aldrich adalah pria biasa—atau lebih tepatnya, gigolo mahal yang bisa ia bayar untuk melupakan kesedihannya."Lucu sekali," katanya sambil tertawa kecil, namun ada kepahitan di ujung suaranya. "Gigolo yang ternyata seorang bos besar. Apa lagi kejutan yang kau simpan, Aldrich? Ah... dia juga calon yang Ayah pilihkan.”Valerie mendesah sekali lagi, sebelum memili

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 009 [TIDAK KALAH OLEH WAKTU... ATAU PESONAMU]

    Kring!Alarm Valerie berbunyi nyaring, memecah keheningan pagi yang tenang. Dengan mata setengah tertutup, ia meraba-raba meja kecil di samping tempat tidurnya, mencari tombol mati pada jam itu. Begitu berhasil, ia kembali membenamkan dirinya ke dalam selimut, berharap bisa mencuri beberapa menit lagi dalam kehangatan kasurnya.Namun, ketenangan itu hanya bertahan sesaat.Drrt... drrt...Ponselnya mulai bergetar di atas meja. Valerie mendesah panjang, memutar badan untuk meraih ponsel, tetapi getaran itu tak kunjung berhenti.“Siapa sih pagi-pagi begini?” gerutunya setengah mengantuk, memaksakan mata untuk menatap layar ponsel. Namun begitu melihat nama yang tertera, kantuknya langsung hilang.Gigolo tampan.Nama itu selalu membuat darahnya berdesir—campuran antara rasa kesal dan gugup. Aldrich, bosnya sekaligus pria yang entah bagaimana selalu berhasil membuatnya merasa tak terkendali. Terlebih setelah ia mengetahui bahwa pria itu adalah lelaki yang di jodohkan Ayahnya dalam pernikah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13

Bab terbaru

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 036 [JEBAKAN MENGGIURKAN]

    “Kau tidak ingin mencoba permen tadi?” tanya Aldrich sambil memperhatikan Valerie yang sibuk menghabiskan minuman hangatnya.Valerie mengangkat alis, menatapnya sekilas. “Permen yang tadi? Ah, itu bukan seleraku,” jawabnya santai.Aldrich mengangguk kecil, tapi sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk senyum yang sulit ditebak. “Apa kau yakin?” tanyanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih menggoda.Valerie menaruh gelasnya di atas meja dengan pelan. Tatapannya kini penuh kecurigaan. “Kenapa kau tersenyum seperti itu? Mencurigakan sekali,” katanya, setengah waspada.Aldrich tidak menjawab. Sebagai gantinya, dia meraba saku celananya dan mengeluarkan sesuatu. Valerie memperhatikan gerakannya dengan tatapan heran, sampai Aldrich menyodorkan sebuah permen yang tadi dia beli di supermarket.“Kubilang ini bukan selera—” Valerie berhenti bicara. Wajahnya seketika memerah saat menyadari apa yang ia pegang. Rasa mabuk yang masih samar di kepalanya kini tergantikan oleh gelombang panas y

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 035 [MANSION ALDRICH]

    Aldrich tidak membawa Valerie pulang ke apartemen seperti sebelumnya. Sebaliknya, pria itu membelokkan mobil sportnya ke sebuah jalan yang dikelilingi pepohonan rindang, menuju mansion pribadinya.Valerie tertegun ketika mobil memasuki area mansion Aldrich. Pagar tinggi berlapis besi dengan ornamen ukiran klasik terbuka otomatis, memperlihatkan jalan masuk lebar yang diapit oleh taman lanskap yang begitu rapi. Lampu-lampu taman tersebar dengan pencahayaan hangat, menerangi hamparan rumput hijau dan bunga-bunga berwarna-warni yang tertata sempurna.Di ujung jalan, berdiri sebuah bangunan megah tiga lantai dengan arsitektur modern klasik. Pilar-pilar tinggi menghiasi teras depan, dengan pintu utama besar yang terbuat dari kayu mahoni berukir, memberikan kesan mewah namun tetap elegan.Saat mobil berhenti di depan pintu utama, Valerie membuka mulutnya sedikit, terpana. Namun, sebelum dia sempat berkata apa-apa, beberapa maid dengan seragam rapi berbaris menyambut mereka. Para maid memb

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 034 [PERMEN STRAWBERRY]

    “Tunggu, tunggu. Hentikan mobilnya!”Valerie merengek tiba-tiba saat mereka baru setengah jalan.Aldrich mengerutkan kening, mengarahkan mobil ke pinggir jalan di dekat sebuah pom bensin. Dia menoleh cepat ke arah Valerie, yang terlihat pucat sambil memegangi perutnya.“Ada apa? Katakan sesuatu,” desak Aldrich, cemas.“Perutku terasa aneh. Aku ingin muntah,” gumam Valerie lemas.Aldrich menghela napas panjang sambil menyapu wajahnya dengan telapak tangan. Dengan cepat, dia keluar dari mobil dan membuka pintu di sisi Valerie. “Ayo turun, kau butuh udara,” katanya tegas, membantu Valerie melepas sabuk pengamannya.Begitu Valerie berdiri, detik berikutnya dia langsung membungkuk dan memuntahkan isi perutnya.“Huek!”Aldrich berdiri di sampingnya tanpa ragu sedikit pun. Dia meraih rambut Valerie dengan lembut agar tidak menutupi wajahnya dan mengusap punggung wanita itu dengan gerakan pelan.“Rasanya tak nyaman,” keluh Valerie di sela-sela napasnya yang berat.“Tenang saja, sebentar lagi

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 033 [MILIKMU?]

    “Halo?”Suara Valerie terdengar serak, diselingi tawa kecil yang samar. Sudah tiga puluh menit berlalu sejak ia mulai merasa dunia seakan berputar akibat minuman beralkohol yang ia pesan sendiri. Namun, senyum lebar tetap menghiasi wajahnya yang memerah. Valerie sedikit membungkuk, melawan keseimbangannya sendiri, saat menerima panggilan dari Aldrich.Di seberang telepon, Aldrich langsung menyadari suara musik yang memekakkan telinga. Rahangnya mengeras. Samar-samar, ia juga menangkap suara seorang pria di latar belakang.“Kau mabuk?” tanya Aldrich tajam, nada khawatir bercampur kesal.Valerie tertawa, menggoyangkan tubuhnya tanpa peduli. Sebelah tangannya menepuk pipi seorang pria yang mendadak merangkul pinggangnya. “Aku tidak mabuk. Untuk apa kau bertanya?” jawab Valerie, suaranya terdengar main-main.Aldrich menarik napas panjang, menahan amarah yang membuncah. Namun, mendengar suara Valerie yang terdengar tidak seperti dirinya, amarah itu berubah menjadi kegelisahan. Tanpa berk

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 032 [LAKI-LAKI YANG SINGGANG]

    Mobil sedan hitam itu berhenti di depan sebuah gedung modern dengan neon sign yang berkelap-kelip mencolok. Musik bass berdentum lembut, meski dari luar hanya samar-samar terdengar. Antrian orang-orang tampak memanjang di depan pintu masuk, kebanyakan dari mereka berpakaian modis, mencerminkan kehidupan malam kota yang mewah dan energik.Valerie keluar dari mobil dengan anggun, derap high heels-nya memantul di trotoar. Luna menyusul dengan langkah cepat, lalu merangkul lengan Valerie sambil tersenyum lebar. “Kita pasti jadi pusat perhatian,” bisiknya.Senyum simpul Valerie tak luntur. Dengan penuh percaya diri, ia berjalan mendekati pintu masuk. Gaun hitam mini yang ia kenakan memeluk tubuhnya dengan sempurna, mengundang lirikan diam-diam dari pria-pria yang berdiri di antrean. Sorot mata mereka mengikuti setiap gerakan Valerie—dari helai rambut yang melambai lembut, hingga lekuk kaki jenjangnya yang berpadu indah dengan high heels bertali. Namun Valerie hanya menatap lurus ke dep

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 031 [AJAKAN CLUBBING]

    [“Clubbing?”]Valerie menatap pesan yang baru saja masuk ke ponselnya dari Luna, sahabatnya. Di hadapannya, layar laptop menampilkan deretan angka-angka yang harus ia susun ke dalam laporan keuangan bulanan. Tumpukan berkas tergeletak rapi di samping laptop, sementara tangan Valerie lincah memegang pulpen, mencoret-coret beberapa angka yang perlu diperbaiki. Layar spreadsheet penuh dengan data yang perlu ia susun, dan kepalanya sudah mulai terasa penat.“Huh,” desahnya pelan sambil bersandar sejenak di kursinya.Ia melepas kacamata baca yang bertengger di hidungnya, lalu meraih ponsel. Jari telunjuknya dengan cepat membalas pesan dari Luna. Sebelum itu, Valerie melirik kanan-kiri dengan waspada, memastikan tidak ada satu pun rekan kerja yang memperhatikannya, terutama Aldrich, bosnya yang selalu muncul tiba-tiba.“Aku sibuk,” balas Valerie singkat.Tak butuh waktu lama, layar ponselnya kembali menyala. Pesan balasan dari Luna muncul lagi dengan cepat, membuat Valerie mendecak pelan

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 030 [MENYEBALKAN, GILA]

    “Val!”Suara panggilan itu membuat langkah Valerie terhenti. Pagi itu, ia baru saja melangkah melewati lobi utama kantor. Penampilannya rapi seperti biasa—blazer hitam dipadu dengan blouse berwarna gading yang tersemat rapi di bawah pinggang celana panjangnya. Rambut panjangnya digerai dengan sedikit gelombang di ujung, dan sepatu hak tingginya berbunyi nyaring setiap kali ia melangkah. Valerie menoleh dan mendapati seorang pria dengan ransel yang hampir lepas dari bahunya, berlari kecil mengejarnya sambil terengah-engah. Itu Leo—dengan kemeja biru muda yang digulung hingga siku, dasi yang agak miring, dan celana bahan berwarna abu-abu. Berbeda dengan Valerie yang berasal dari tim eksekutif sebagai sekretaris CEO, Leo bekerja di divisi kreatif dan lebih sering tampil santai dibanding karyawan lain.“Leo?” Valerie berkerut keningnya, bingung melihat pria itu berlari seperti dikejar sesuatu.“Selamat pagi, Valerie,” ujar Leo masih sambil berusaha mengatur napasnya yang tak teratur.

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 029 [LEBIH BAIK KAU BENAR-BENAR GIGOLO]

    “Akhirnya sampai!” ujar Valerie dengan nada setengah lega, setengah lelah. Matanya menatap gedung apartemen yang menjulang di hadapannya, lalu bergantian melirik ke arah Aldrich yang duduk di kursi pengemudi.Setelah makan siang bisnis yang lebih mirip ajang drama tadi, Aldrich memutuskan untuk langsung mengantar Valerie pulang. Mereka tak kembali ke kantor, dan Valerie bersumpah, ini mungkin satu-satunya kebaikan pria itu hari ini.“Kau terlihat tidak rela? Apa mungkin kau enggan jauh-jauh dariku?” goda Aldrich, menyeringai seperti biasanya. Nada suaranya santai, tapi matanya berkilat jahil, penuh kepuasan melihat ekspresi Valerie yang jelas terganggu.Valerie mendengus, lalu memutar bola matanya dramatis. “Jelas-jelas aku bahagia sekali karena tidak harus bertemu denganmu setiap detik, Tuan gigolo Sempurna! Ini benar-benar kabar baik untuk kesehatan mentalku.”Aldrich tertawa pelan, tampaknya justru menikmati celotehan Valerie. “Ah, sungguh? Tapi mengapa aku menangkap kesan sebali

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 028 [DALAM MIMPIMU, ALDRICH]

    “Kak Aldrich, bisakah kamu mengantarku pulang?”Bella memasang wajah imut yang sengaja dibuat-buat, kedua tangannya bertaut di depan dada, sementara matanya berkedip-kedip penuh harap. Aldrich hanya melirik sekilas sebelum mengangguk singkat. Seketika, Bella merasa menang. Ia melirik tajam ke arah Valerie, senyum kemenangan terukir di wajahnya. Dengan sengaja, ia menyenggol bahu Valerie saat berjalan menuju mobil sport Aldrich.Saat Bella hendak membuka pintu depan mobil, Aldrich tiba-tiba menahan gerakannya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya sibuk memegang ponsel. Bella tersenyum senang, yakin bahwa Aldrich akan membukakan pintu untuknya. Namun, setelah selesai berbicara di telepon, Aldrich menatap Bella dengan santai.“Aku sudah memesankan taksi online untukmu. Sebentar lagi akan sampai,” katanya tanpa ekspresi, seperti menyampaikan fakta biasa.Rahang Bella nyaris jatuh. Ia menatap Aldrich tak percaya. “T-taksi online?” tanyanya terbata.Aldrich mengangguk santai. “Ya.

DMCA.com Protection Status