Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 001 [Salah Menduga]

Share

Jebakan Cinta Sang Pewaris
Jebakan Cinta Sang Pewaris
Author: Kikan Selviani Putri

Chapter 001 [Salah Menduga]

last update Last Updated: 2024-11-25 09:23:48

“Hhh .…”

Valerie menarik napas tajam, sebuah desahan halus lolos dari bibirnya. Suara itu seperti undangan tanpa kata, ia membiarkan sentuhan Aldrich menghangatkan kulitnya. Menarik napas dalam-dalam, ia mencoba mengenyahkan rasa sakit hati yang terus membayanginya.

Suara detak jam di suite hotel mewah di tengah kota Paris menjadi satu-satunya penanda waktu yang terus berjalan, sementara ia merasa dunia seolah berhenti.

Di luar jendela besar, Menara Eiffel berdiri anggun, dikelilingi kerlip cahaya malam.

Namun, pemandangan itu tak seberapa dibandingkan intensitas tatapan pria di depannya yang sulit diabaikan.

“Kamu yakin ingin melanjutkan ini?” Aldrich bertanya pelan.

Mata Aldrich menelisik dalam, seakan mampu melihat semua luka dan rasa sakit yang disembunyikan Valerie di balik sikap tenangnya.

Valerie mengangguk, mencoba menyembunyikan kekacauan emosinya. “Iya … aku butuh ini. Aku butuh … sesuatu untuk melupakan semuanya,” jawabnya.

Tatapan Valerie penuh keyakinan. Hatinya sedikit ragu. Ia merasa sedikit aneh berada dalam situasi ini dengan seorang pria yang begitu tampan. Valerie yakin, pria ini adalah seorang gigolo.

Aldrich hanya tersenyum tipis. Lalu, ia mendekat. Bibirnya menyentuh lembut leher Valerie. Menyesap aroma vanila yang memabukkan dari sana. Sentuhannya lembut namun intens, membuat Valerie menahan napas.

“Aku akan membuatmu merasa lebih baik,” bisiknya, suaranya terdengar dalam dan menggetarkan.

Valerie tak bisa menahan senyumnya, meski sedikit getir. “Kamu sering mengatakan ini kepada klien, ya?” tanyanya, sedikit bercanda namun ada nada serius di baliknya.

Valerie menatap Aldrich dengan sedikit waspada, mencoba menebak reaksinya.

Aldrich hanya menaikkan alisnya sedikit, namun tak ada respons verbal darinya. Ia malah mendekatkan wajahnya lagi, menyapu bibirnya di sepanjang bahu Valerie.

“Apa itu penting?” tanya Aldrich lembut, hampir berbisik.

Valerie tergelak kecil, walau hatinya sedikit sakit dengan kenyataan itu. “Tidak juga. Selama kamu bisa mengalihkan pikiranku … itu sudah cukup,” jawabnya dengan nada ringan, mencoba menutupi perasaannya.

Valerie tahu, malam ini hanyalah pelarian. Namun, ia tetap ingin merasa diinginkan walau hanya sesaat.

Mereka terdiam sejenak, saling memandang dengan intensitas yang semakin dalam. Valerie merasakan ada sesuatu yang berbeda. Namun, ia mengabaikannya.

Valerie membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan yang Aldrich berikan. Ia berusaha mengabaikan luka hatinya yang belum sepenuhnya sembuh dari pengkhianatan mantannya. Sekilas, ia menatap otot-otot Aldrich yang terbentuk sempurna. Ia terpesona.

“Apa kamu selalu seintim ini dengan … klien?” Valerie bertanya lagi dengan nada bercanda.

Valerie merasakan kecemburuan yang tak masuk akal. Ia bahkan tidak mengenal pria ini dengan baik.

Aldrich benar-benar melebihi ekspektasinya tentang gigolo. Valerie jadi ingin tahu, apa semua gigolo memang seperti Aldrich?

Aldrich tersenyum misterius, membiarkan pertanyaan itu mengambang tanpa jawaban. “Malam ini, hanya ada kamu di pikiranku,” bisiknya, membuat Valerie tersipu.

Valerie tertawa kecil, mencoba menutup rasa malu dan sedikit kepercayaan diri yang mulai tumbuh. “Kamu benar-benar tahu bagaimana membuat seseorang merasa istimewa, ya?” katanya.

Aldrich tidak menjawab. Ia hanya menyelipkan rambut Valerie ke belakang telinga. Meskipun tidak dalam kondisi mabuk, keduanya tenggelam dalam malam yang memabukkan.

“Kamu sangat profesional dalam pekerjaan ini,” ujarnya sambil tersenyum, seolah mengingatkan dirinya sendiri bahwa ini hanyalah kesepakatan satu malam.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Aldrich menariknya lebih dekat, seolah ingin memberinya ketenangan tanpa harus banyak bicara. Sentuhan dan kehangatannya membuat Valerie merasa dihargai. Namun di sisi lain, ada perasaan konyol yang membuatnya merasa bodoh karena mengingat pria ini adalah seseorang yang disewanya.

Pagi harinya, Valerie bangun dan menatap Aldrich yang masih terlelap di sampingnya. Ia menatap wajahnya dengan sedikit perasaan bersalah, tapi juga lega. Di sebelahnya, ada amplop yang telah ia siapkan tadi malam.

Valerie menarik napas dalam, meyakinkan dirinya bahwa ini adalah pilihan yang benar. Setelahnya, Valerie bangkit dan berpakaian dengan hati-hati, berusaha tidak membangunkan Aldrich.

Dia masih harus mengejar penerbangan kembali ke Indonesia.

Sebelum pergi, Valerie meletakkan amplop berisi uang di atas meja samping tempat tidur.

Kemudian, Valerie berbisik pelan, “Terima kasih untuk malam tadi.”

Tanpa menoleh lagi, Valerie meninggalkan kamar, membawa serta segala perasaan yang bercampur aduk di hatinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Wi2t(MACAN)
wkwkwk wah Aldrich dikira gglo. apes bner hbis pake ditinggal kabur.
goodnovel comment avatar
Yu.Az.
Puasa, di suguhi panas-panas wkwkwkw
goodnovel comment avatar
Alusha Veyya
Baru babbh awall udh serru bgt, sukaaa ......️
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 002 [Bertemu Kembali]

    “Sial, aku terlambat!” Valerie, wanita berusia 23 tahun itu mempercepat langkah kakinya, sesekali ia melirik jam di pergelangan tangan. Ia tiba di sebuah gedung perkantoran dengan perasaan campur aduk. Penerbangan panjang dari Paris tak mampu mengalihkan pikirannya dari malam terakhirnya di kota tersebut. Mengingat gigolo malam itu membuat hatinya berdenyut aneh—antara malu, kecewa, dan rasa rindu yang tak masuk akal. Namun, Valerie segera menepis pikirannya. Hari ini, ia harus bersikap profesional. Wawancara kerja di perusahaan IT ternama ini adalah kesempatan besar, setelah ia memilih untuk kabur dari rumah karena sang Daddy yang mengatur perjodohan untuknya. Hell, ia baru saja dikhianati oleh dua orang terpercaya sekaligus. Pacar dan sahabatnya. Dan sekarang ia tidak akan membiarkan pikirannya kacau hanya karena kenangan sesaat dengan seorang pria. Saat Valerie memasuki ruang resepsionis, ia disambut oleh suasana modern dengan kaca-kaca besar yang memantulkan sinar ma

    Last Updated : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 003 [Diterima Bekerja]

    “Jadi, itu alasan saya ingin bergabung di perusahaan ini,” ucap Valerie, menjawab pertanyaan Aldrich dengan suara yang tenang namun penuh keyakinan.Aldrich memiringkan kepala sedikit, memperhatikan wanita di depannya dengan intensitas yang tidak sepenuhnya ia sadari. “Valerie,” katanya, suaranya terdengar lebih lembut dari yang ia maksudkan. “Kau terlihat… siap untuk kesempatan ini.”Tatapannya tanpa sengaja turun ke jemari Valerie yang tampak meremas clutch-nya dengan gugup. Gerakan kecil itu tidak terlewat dari matanya, memberi kesan bahwa di balik sikap percaya dirinya, ada kelembutan yang sengaja ia sembunyikan. Valerie segera sedikit menegakkan tubuh, berusaha memperkuat auranya yang profesional. Ia tidak ingin Aldrich, atau siapa pun, melihat sisi rentannya. “Terima kasih,” jawabnya dengan nada yang terdengar mantap, meskipun di dalam hatinya ada gejolak yang sulit ia abaikan.Mata mereka bertemu untuk beberapa detik, masing-masing mencoba membaca pikiran yang tersembunyi di

    Last Updated : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 004 [Kesalahan Pertama]

    Hari-hari awal Valerie sebagai sekretaris CEO terasa seperti ujian mental. Jadwal Aldrich yang padat, rapat yang tak ada habisnya, dan tuntutan perfeksionisme membuatnya bekerja ekstra keras.Namun, kejadian memalukan di hari ketiga membuatnya ingin menggali lubang dan menghilang.Saat itu Valerie tengah sibuk menyortir email ketika Aldrich memintanya untuk mengirimkan daftar belanja pribadi kepada asisten rumah tangganya. Daftar itu sederhana. Hanya berisi bahan makanan, beberapa botol anggur, dan satu catatan tambahan yang nyaris luput dari perhatian Valerie. Karena terburu-buru, dia salah menekan tombol dan mengirimkan email itu ke seluruh divisi perusahaan. Dampaknya langsung terasa. Ponsel Valerie berbunyi tanpa henti, kolega mulai berbisik-bisik, dan beberapa bahkan tertawa terbahak-bahak. Baru saat itulah Valerie membuka kembali email yang ia kirimkan dan membaca bagian akhirnya: PS: Jangan lupa beli almond milk, bukan susu sapi biasa. Saya tidak mau jerawatan saat meeting b

    Last Updated : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 005 [Fakta Mengejutkan]

    “Jadi, Aldrich...” Suara berat Bastian terdengar dari telepon, bercampur antara bingung dan terkejut. "Kau CEO HC Group?""Benar, Pak Bastian," jawab Aldrich dengan santai, namun suaranya memancarkan dominasi. "Dan Valerie sekarang bekerja sebagai sekretaris saya. Sangat berbakat sekali putri Anda."Valerie, yang duduk di seberang meja, hampir tersedak napasnya.Sejenak, hanya ada keheningan di ujung telepon. Kemudian Bastian tertawa lega. "Baiklah kalau begitu. Saya senang dia tidak bekerja di tempat sembarangan."Setelah percakapan selesai, Aldrich menyerahkan ponsel Valerie kembali. Namun, senyum kecil di wajahnya penuh dengan ejekan terselubung. "Kau tidak perlu menyembunyikan apa pun dariku, Valerie."Valerie memicingkan matanya, mencoba menahan kekesalannya. Dengan nada berbisik tajam, ia menjawab, "Pak Aldrich, Anda tidak seharusnya ikut campur!""Oh?" Aldrich menyandarkan punggungnya dengan santai ke kursi, tatapannya tajam namun penuh permainan. "Jadi, ini rahasia? Dan siapa

    Last Updated : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 006 [Ajakan Kerjasama?]

    "Arghhht!" Valerie berteriak sambil menjambak rambutnya sendiri, frustrasi. Setelah meninggalkan ruangan Aldrich dengan langkah tergesa dan pintu yang sengaja ia banting keras, ia berakhir di tangga darurat. Tempat yang sunyi itu menjadi pelarian sesaat dari kekacauan pikirannya.Ia menarik napas panjang, tapi udara yang ia hirup terasa berat, penuh dengan rasa frustrasi yang tak tertahankan. Tangannya gemetar memegang pegangan tangga, sementara matanya mulai berkaca-kaca.Valerie merasa marah. Ayahnya telah mengatur hidupnya tanpa sedikit pun mempertimbangkan perasaannya, memperlakukannya seperti pion dalam permainan bisnis. Ia juga bingung, karena Aldrich—pria yang ia kira gigolo saat di Paris—ternyata sudah mengenalnya sejak saat itu. Lebih buruk lagi, Aldrich adalah calon suami yang dijodohkan untuknya."Hell!" pikirnya pahit. Ia kabur dari rumah untuk menghindari perjodohan yang diatur ayahnya, tapi malah menghabiskan malam bersama pria itu. Ironisnya, saat itu ia sempat menga

    Last Updated : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 007 [Menyusun Rencana]

    Hari itu, setelah menyegel aliansi canggung mereka, Valerie dan Aldrich sepakat untuk bertemu setelah jam kerja di sebuah kafe kecil di pinggiran kota. Valerie memilih tempat yang jauh dari keramaian kantor atau lingkungan bisnis, memastikan privasi mereka.Setelah menunggu beberapa saat, Aldrich muncul, mengenakan setelan santai tanpa dasi. Ia melirik sekeliling sebelum berjalan ke meja Valerie. "Pilihan tempat yang menarik," komentarnya saat duduk."Aku tidak ingin orang-orang membicarakan ini," jawab Valerie datar sambil mengaduk kopinya. "Kita di sini untuk rencana. Jadi, apa yang kau punya?"Aldrich mengangkat alis, sedikit tersenyum melihat Valerie yang langsung to the point. "Langsung ke inti, ya? Baiklah. Pertama-tama, kita perlu mempelajari apa yang sebenarnya diinginkan oleh kedua pihak keluarga kita.""Apa maksudmu? Bukannya jelas? Ayahku ingin aku menikah dengan pewaris HC group, dan kau jelas adalah alat untuk itu," jawab Valerie tajam.Aldrich mengangguk. "Itu kelihatan

    Last Updated : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 008 [KENAPA KAU HARUS TAMPAN, ALDRICH?]

    "Ah, akhirnya!" Valerie mendesah sambil merebahkan diri di ranjang apartemennya. Matanya menatap kosong ke langit-langit yang bercahaya lembut, sementara pikirannya melayang ke kejadian-kejadian yang baru saja berlalu. Ruangan itu tenang, nyaris terlalu sunyi, meskipun deru samar kendaraan dari luar masih terdengar."Paris..." gumamnya pelan, mengingat malam itu.Bayangan kamar hotel megah yang pernah ia tempati bersama Aldrich tiba-tiba muncul. Ranjang besar dengan seprai putih beraroma lavender, jendela kaca lebar yang menghadap gemerlap menara Eiffel, dan keheningan yang terasa begitu menusuk. Saat itu, ia masih mengira Aldrich adalah pria biasa—atau lebih tepatnya, gigolo mahal yang bisa ia bayar untuk melupakan kesedihannya."Lucu sekali," katanya sambil tertawa kecil, namun ada kepahitan di ujung suaranya. "Gigolo yang ternyata seorang bos besar. Apa lagi kejutan yang kau simpan, Aldrich? Ah... dia juga calon yang Ayah pilihkan.”Valerie mendesah sekali lagi, sebelum memili

    Last Updated : 2024-12-13
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 009 [TIDAK KALAH OLEH WAKTU... ATAU PESONAMU]

    Kring!Alarm Valerie berbunyi nyaring, memecah keheningan pagi yang tenang. Dengan mata setengah tertutup, ia meraba-raba meja kecil di samping tempat tidurnya, mencari tombol mati pada jam itu. Begitu berhasil, ia kembali membenamkan dirinya ke dalam selimut, berharap bisa mencuri beberapa menit lagi dalam kehangatan kasurnya.Namun, ketenangan itu hanya bertahan sesaat.Drrt... drrt...Ponselnya mulai bergetar di atas meja. Valerie mendesah panjang, memutar badan untuk meraih ponsel, tetapi getaran itu tak kunjung berhenti.“Siapa sih pagi-pagi begini?” gerutunya setengah mengantuk, memaksakan mata untuk menatap layar ponsel. Namun begitu melihat nama yang tertera, kantuknya langsung hilang.Gigolo tampan.Nama itu selalu membuat darahnya berdesir—campuran antara rasa kesal dan gugup. Aldrich, bosnya sekaligus pria yang entah bagaimana selalu berhasil membuatnya merasa tak terkendali. Terlebih setelah ia mengetahui bahwa pria itu adalah lelaki yang di jodohkan Ayahnya dalam pernikah

    Last Updated : 2024-12-13

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 184

    Jennifer menggigit kukunya sembari berjalan mondar-mandir di ruang tamunya. Tatapannya terpaku pada layar televisi yang terus menayangkan berita tentang penangkapan Charlos."Bodoh!" gerutunya gemas, menggertakkan gigi.Dia menghela napas kasar, satu tangan bertolak pinggang sementara tangan lainnya meremas rambutnya sendiri. "Tenang, Jenn… Charlos tidak akan bisa menyeretmu secara langsung. Kau tidak akan masuk penjara," ucapnya, mencoba menenangkan diri.Tapi rasa panik tetap menggigitnya.Rencana menculik dan menyebarkan video editan Valerie—semua itu adalah idenya. Namun, Jennifer tidak pernah menyangka Charlos akan sebodoh itu hingga tertangkap dengan begitu mudah."Sial! Aku harus kabur!"Tanpa membuang waktu, Jennifer bergegas mengeluarkan koper, memasukkan barang-barang berharganya dengan terburu-buru. Tangannya gemetar saat mengambil paspor dan uang tunai yang sudah ia simpan sejak lama untuk keadaan darurat seperti ini.Namun sebelum koper itu penuh, suara ketukan keras men

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 183

    Valerie berlari secepat yang dia bisa, napasnya memburu. Lorong rumah sakit terasa semakin panjang dan mencekam. Dia bisa mendengar langkah kaki berat yang mengejarnya, mendekat semakin cepat.Saat menoleh ke belakang, mata Valerie melebar melihat Charlos yang semakin dekat. Wajah pria itu dipenuhi amarah dan obsesinya yang semakin tak terkendali.“Berhenti, Valerie!” seru Charlos, suaranya menggema di lorong kosong.Tapi Valerie tidak mau berhenti. Dia mempercepat langkahnya, menyeberangi koridor lain, mencari tempat yang bisa dia gunakan untuk bersembunyi. Namun, di tikungan berikutnya, tubuhnya ditarik kasar.“Akh—!” Valerie hampir menjerit, tetapi Charlos buru-buru membekap mulutnya dengan tangan.“Jangan melawan,” bisik Charlos dengan nada mengancam. “Kita perlu bicara, Valerie. Kau pikir bisa lari dariku?”Valerie meronta, mencoba melepaskan diri, tetapi cengkeraman Charlos begitu kuat.Sebelum Charlos bisa membawanya pergi lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki cepa

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 182

    “Sebentar,” katanya sebelum keluar dari ruangan untuk menerima panggilan.Sementara itu, Valerie kembali menatap ayahnya. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh perlahan. “Ayah… bertahanlah, ya,” bisiknya.Ia ingin berbagi kabar tentang kehamilannya. Tentang bagaimana dia kini mengandung cucu Bastian. Tapi kapan waktu yang tepat? Ayahnya masih terbaring lemah di sini, sementara hidupnya sendiri masih dipenuhi ketidakpastian.Tiba-tiba, Valerie merasakan pusing yang aneh. Pandangannya sedikit berputar, dan ia harus memejamkan mata sejenak untuk meredakan rasa tidak nyaman itu.“Aku harus kuat,” gumamnya pelan.Namun, sebelum ia bisa benar-benar menenangkan diri, Aldrich kembali masuk dengan ekspresi yang lebih serius dari sebelumnya.“Ada apa?” tanya Valerie, mencoba membaca raut wajah pria itu.Aldrich ragu sejenak sebelum akhirnya berbicara. “Ada masalah di perusahaan. Aku harus pergi sebentar.”“Lagi?” tanya Valerie menghela, menatapnya dalam diam. Di satu sisi, ia ingin

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 181

    Mobil masih melaju dengan kecepatan stabil, membawa Aldrich dan Valerie menjauh dari kekacauan di rumah sakit. Valerie duduk diam di kursinya, masih memegang erat tangan Aldrich, seolah takut jika melepaskannya, semua ini hanya akan menjadi mimpi buruk yang belum berakhir.Aldrich menoleh ke arahnya, merasakan bagaimana jari-jari Valerie menggenggamnya begitu erat. "Apa yang ingin kau katakan tadi?" tanyanya, suaranya lebih lembut dari biasanya.Valerie menatapnya, keragu-raguan tergambar jelas di wajahnya. Ia menelan ludah, mengumpulkan keberanian. Ini adalah saat yang tepat. Ia ingin mengatakan segalanya. Bahwa ia hamil. Bahwa ada kehidupan yang tumbuh di dalam dirinya, anak mereka.Tapi sebelum kata-kata itu sempat keluar dari bibirnya, ponselnya tiba-tiba berdering keras, memecah keheningan. Valerie tersentak, seolah tersadar kembali ke dunia nyata. Ia menoleh ke layar ponsel, dan jantungnya seakan berhenti berdetak.Bastian.Dengan cepat, ia mengangkat panggilan itu. "Ayah?"Su

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 180

    Aldrich membawa Valerie dalam gendongannya, langkahnya cepat dan penuh kewaspadaan. Ia tahu mereka belum sepenuhnya aman. Jika ada anak buah Charlos di sini, kemungkinan ada lebih banyak lagi di luar.Saat mereka mencapai lorong menuju pintu keluar darurat, Valerie meremas bahunya. "Aldrich... bagaimana kalau mereka masih ada di luar?"Aldrich menegang, lalu menurunkannya dengan hati-hati. Tatapan matanya tajam saat menatap pintu di depan mereka. "Aku akan pastikan kita keluar dari sini dengan selamat."Ia merogoh ponselnya dan menekan tombol panggilan cepat. "Kirim mobil ke pintu keluar darurat rumah sakit. Aku butuh pengawalan sekarang juga."Valerie menelan ludah. Nafasnya masih belum stabil setelah kejadian tadi. "Aldrich... aku takut."Aldrich menatapnya dalam, lalu mengusap pipinya dengan lembut. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu lagi."Saat ia mendekat ke pintu, langkahnya melambat. Jantung Valerie berdegup kencang. Aldrich mengintip melalui celah pintu dan melihat

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 179

    Valerie berlari tanpa henti, jantungnya berdegup liar seiring langkah kakinya yang beradu dengan lantai rumah sakit. Nafasnya tersengal, tetapi ia tidak berani berhenti. Di belakangnya, suara pria-pria itu kembali terdengar, mengejarnya seperti pemangsa yang tidak akan melepaskan buruannya.Aku harus keluar dari sini!Pikirnya lagi. Ia berbelok di persimpangan lorong, mencoba mencari jalan keluar. Tapi di saat yang sama, salah satu pria pengejarnya muncul dari sisi lain lorong.Sial! Mereka menyebar!Valerie merunduk, menyelinap ke dalam ruang peralatan kebersihan sebelum pria itu bisa melihatnya. Ia menutup pintu pelan dan menahan napas, tubuhnya gemetar.Di luar, suara langkah kaki mendekat."Dia pasti di sekitar sini! Cek semua ruangan!"Valerie menggigit bibirnya, meremas bajunya sendiri untuk menahan ketakutan. Jika mereka menemukannya di ruangan sempit ini, tidak ada jalan keluar.Drrt… Drrt…Ponselnya bergetar. Valerie terkejut dan dengan cepat membungkam ponselnya, tapi suara

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 178

    Valerie duduk di kursi rumah sakit dengan wajah sedikit pucat. Perutnya sudah jauh lebih baik, tapi ada kegelisahan yang mengganggu pikirannya.Ia melirik ponselnya. Tidak ada pesan atau panggilan masuk. Kenapa Aldrich belum menghubunginya lagi?Seorang perawat datang dan tersenyum. "Nona Valerie, dokter sudah siap menemui Anda."Valerie mengangguk dan berdiri, namun perasaan aneh menggelayut di dadanya. Saat melewati lorong rumah sakit, ia merasa ada seseorang yang mengawasinya.Langkahnya melambat. Matanya melirik ke kanan dan kiri, mencoba mencari sumber perasaan tidak nyaman itu.Lalu, di ujung lorong, ia melihat seseorang berdiri dengan jaket hitam dan topi ditarik rendah. Jantungnya mencelos. Orang itu tidak bergerak, tapi seakan menunggu.Valerie menelan ludah. Jangan panik, Valerie. Mungkin itu hanya pengunjung biasa. Tapi entah mengapa, instingnya berkata lain.Ia melanjutkan langkahnya, kali ini lebih cepat. Setiap langkah yang ia ambil, rasa takut dalam dirinya semakin kuat

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 177

    Sementara itu, Aldrich berada di kantornya, menatap layar laptop dengan ekspresi dingin. Sejak pagi, ia terus menerima laporan dari bawahannya tentang gerakan terakhir Charlos. Semua anak buah Charlos yang mencoba membuntuti mereka sudah dilumpuhkan, dan bukti kejahatan pria itu telah dikumpulkan untuk diserahkan ke pihak berwajib.Namun, sebelum ia bisa menghela napas lega, ponselnya bergetar. Nama Lucas, salah satu orang kepercayaannya, muncul di layar."Bos, ada masalah besar."Aldrich mengernyit. "Apa?""Kami baru saja mendapat informasi bahwa Charlos tidak bekerja sendirian. Ada seseorang yang lebih besar di belakangnya, dan mereka baru saja menggerakkan sesuatu yang berbahaya."Dada Aldrich menegang. "Siapa orang itu?"Lucas terdengar ragu sebelum menjawab. "Kami belum bisa memastikan identitasnya, tetapi menurut informasi yang kami dapat, dia jauh lebih berpengaruh daripada Charlos. Dan yang lebih buruk, mereka tahu bahwa Anda sudah mengumpulkan bukti-bukti kejahatan mereka."

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 176

    Pagi harinya, cahaya matahari menembus celah tirai, menciptakan semburat keemasan di dalam kamar. Valerie masih terlelap, napasnya teratur, sementara Aldrich sudah terjaga lebih dulu. Ia bangkit perlahan agar tidak membangunkan Valerie, lalu berjalan keluar kamar. Begitu sampai di ruang kerja, ponselnya bergetar di atas meja. Ia mengangkatnya tanpa ragu.“Tuan, orang-orang Charlos yang membuntuti Anda sudah dibereskan. Mereka tidak akan bisa mendekati Anda ataupun Nona Valerie lagi,” ujar suara tegas dari bawahan kepercayaannya.Aldrich bersandar di kursinya, mengusap dagunya yang mulai berpasir dengan ekspresi penuh pemikiran. "Bagus. Apa ada hal lain?""Ya. Kami telah mengumpulkan semua bukti terkait aktivitas Charlos, termasuk transaksi ilegal yang ia lakukan untuk menjatuhkan Anda dan bukti bahwa ia berusaha mencelakai Nona Valerie. Semua dokumen sudah siap untuk dilaporkan ke pihak berwajib."Aldrich mengangguk puas. "Lakukan segera. Pastikan dia tidak punya celah untuk lolos."

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status