Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 006 [Ajakan Kerjasama?]

Share

Chapter 006 [Ajakan Kerjasama?]

last update Last Updated: 2024-11-25 10:12:21

"Arghhht!"

Valerie berteriak sambil menjambak rambutnya sendiri, frustrasi. Setelah meninggalkan ruangan Aldrich dengan langkah tergesa dan pintu yang sengaja ia banting keras, ia berakhir di tangga darurat. Tempat yang sunyi itu menjadi pelarian sesaat dari kekacauan pikirannya.

Ia menarik napas panjang, tapi udara yang ia hirup terasa berat, penuh dengan rasa frustrasi yang tak tertahankan. Tangannya gemetar memegang pegangan tangga, sementara matanya mulai berkaca-kaca.

Valerie merasa marah. Ayahnya telah mengatur hidupnya tanpa sedikit pun mempertimbangkan perasaannya, memperlakukannya seperti pion dalam permainan bisnis. Ia juga bingung, karena Aldrich—pria yang ia kira gigolo saat di Paris—ternyata sudah mengenalnya sejak saat itu.

Lebih buruk lagi, Aldrich adalah calon suami yang dijodohkan untuknya.

"Hell!" pikirnya pahit.

Ia kabur dari rumah untuk menghindari perjodohan yang diatur ayahnya, tapi malah menghabiskan malam bersama pria itu. Ironisnya, saat itu ia sempat mengagumi tubuh tegap dan wajah tampan Aldrich, mengira dia hanya seorang gigolo.

Cerita hidupnya kini terasa seperti novel roman yang terlalu dramatis.

Valerie mengepalkan tangannya, menekan semua emosi itu ke dalam. Dengan napas yang tersengal, ia mencoba memaksa dirinya untuk tetap tegar.

"Aku tidak akan menyerah begitu saja," gumamnya, nadanya pelan tetapi penuh tekad. "Mereka mungkin punya rencana, tapi aku juga punya caraku sendiri," tambahnya dengan desakan keras pada dirinya sendiri.

Namun, mengingat penalti kontrak lima ratus juta yang mengikatnya pada pekerjaannya saat ini membuat Valerie kembali mendesah panjang.

"Aku tidak mungkin sembarangan berhenti dari pekerjaan ini," bisiknya, suara hampir tenggelam dalam ruangan yang sepi. "Dan ayah... dia pasti tidak akan menyerah menjodohkan aku dengan siapa pun yang dia pilih."

Setelah beberapa saat berdiam diri, Valerie menghapus air mata yang hampir jatuh. Ia memutuskan untuk meninggalkan tangga darurat, meskipun pikirannya masih berkecamuk.

Jika Aldrich merasa berada di atas angin, maka ia tidak akan tinggal diam.

•••

Ketika Valerie mendekati ruangannya, ia berhenti mendadak. Aldrich berdiri di depan pintu, menunggunya dengan tangan terlipat santai di dada.

"Apa lagi sekarang?" Valerie menyergah, suaranya tajam dengan sedikit getar yang menandakan emosinya belum sepenuhnya mereda.

Aldrich mengangkat bahu santai, meskipun tatapan matanya tajam dan penuh maksud. "Aku hanya ingin memastikan kau tidak menyimpan kemarahanmu terlalu lama. Itu tidak baik untuk kesehatanmu."

Valerie mendengus sinis. "Lucu sekali kau peduli tentang kesehatanku," balasnya dingin. "Apa kau juga peduli pada pendapatku sebelum semua ini terjadi?"

Aldrich mengangguk perlahan, senyum tipisnya tetap terukir. "Aku peduli, Valerie. Tapi bukan berarti aku bisa mengubah apa yang sudah diputuskan oleh keluargamu dan keluargaku."

Valerie menatapnya tajam, menahan amarah yang kembali menyeruak. "Kau tahu tentang ini sejak awal, bukan? Kau tahu aku tidak tahu apa-apa, dan kau membiarkan aku terlihat bodoh."

Aldrich menatapnya dengan serius kali ini. "Aku tahu. Dan aku tahu kau merasa dikhianati. Tapi dengarkan aku, Valerie. Aku juga tidak suka dengan cara mereka melibatkan kita dalam permainan bisnis ini."

"Dan kau pikir aku suka?" Valerie memotong cepat, nadanya menyiratkan sindiran tajam. "Aku adalah orang yang dijebak di sini, Aldrich. Tidak ada yang memintaku untuk memberi pendapat."

Aldrich menarik napas panjang. Kali ini, suaranya lebih lembut. "Kau bukan satu-satunya yang dijebak. Aku juga tidak punya pilihan. Tapi kita bisa mencoba mencari jalan keluar bersama. Kau tahu aku tidak seburuk itu."

Valerie mendengus. "Tidak seburuk itu? Kau menyuruhku untuk menyerah begitu saja, dan kau bilang kau tidak seburuk itu?"

"Aku tidak memintamu menyerah," Aldrich membalas cepat. "Aku hanya ingin kita melihat ini dengan kepala dingin. Aku tahu kau marah, dan kau berhak marah. Tapi ada cara lain selain melawan semua ini dengan emosi."

Valerie menatapnya lama, mencoba menilai ketulusan di balik kata-kata itu. Namun, ia tetap menjaga sikapnya. "Apa rencanamu, Aldrich? Karena aku tidak akan tunduk pada permainan ini."

Aldrich tersenyum kecil, kali ini lebih tenang. "Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan? Kita bekerja sama untuk memastikan perjodohan ini tidak berjalan sesuai keinginan mereka, tapi tanpa membuat kekacauan yang merugikan kita berdua."

Valerie menyipitkan mata, memeriksa tawaran itu dari segala sudut. "Dan apa untungnya untukmu?"

"Untungnya?" Aldrich melangkah mendekat, matanya tajam tetapi tidak mengintimidasi. "Aku mendapatkan kembali kendali atas hidupku, sama seperti yang kau inginkan. Jadi, bagaimana? Apa kau tertarik untuk menjalin aliansi sementara denganku?"

Valerie terdiam, mencerna tawaran itu. Ia tahu risiko bekerja sama dengan Aldrich, tetapi melawan sendirian akan jauh lebih sulit. Akhirnya, ia menghela napas panjang dan menjawab dengan tegas. "Baik. Tapi jika kau mencoba memanfaatkan situasi ini, Aldrich, aku tidak akan tinggal diam."

Aldrich tersenyum tipis, mengulurkan tangan. "Sepakat, Valerie?"

Valerie ragu sejenak sebelum menerima uluran itu. "Sepakat. Tapi jangan pikir aku akan mempercayaimu sepenuhnya."

Aldrich tertawa kecil. "Itu yang membuat ini semakin menarik."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wi2t(MACAN)
kasihan vale hidupnya sdh diatur ayahnya. tp kmbli lg, seorang ayah pasti ingin yg terbaik utk anaknya, dan berharap anaknya slu mnemukan kbhgiaan. Terkadang anak pun tk menyadari. Aldrich mah pura2 tk bisa mengubah kputusan klrga, bilang sj bhwa kau jtuh cinta dn mnginginkn vale. hehehe
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 007 [Menyusun Rencana]

    Hari itu, setelah menyegel aliansi canggung mereka, Valerie dan Aldrich sepakat untuk bertemu setelah jam kerja di sebuah kafe kecil di pinggiran kota. Valerie memilih tempat yang jauh dari keramaian kantor atau lingkungan bisnis, memastikan privasi mereka.Setelah menunggu beberapa saat, Aldrich muncul, mengenakan setelan santai tanpa dasi. Ia melirik sekeliling sebelum berjalan ke meja Valerie. "Pilihan tempat yang menarik," komentarnya saat duduk."Aku tidak ingin orang-orang membicarakan ini," jawab Valerie datar sambil mengaduk kopinya. "Kita di sini untuk rencana. Jadi, apa yang kau punya?"Aldrich mengangkat alis, sedikit tersenyum melihat Valerie yang langsung to the point. "Langsung ke inti, ya? Baiklah. Pertama-tama, kita perlu mempelajari apa yang sebenarnya diinginkan oleh kedua pihak keluarga kita.""Apa maksudmu? Bukannya jelas? Ayahku ingin aku menikah dengan pewaris HC group, dan kau jelas adalah alat untuk itu," jawab Valerie tajam.Aldrich mengangguk. "Itu kelihatan

    Last Updated : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 008 [KENAPA KAU HARUS TAMPAN, ALDRICH?]

    "Ah, akhirnya!" Valerie mendesah sambil merebahkan diri di ranjang apartemennya. Matanya menatap kosong ke langit-langit yang bercahaya lembut, sementara pikirannya melayang ke kejadian-kejadian yang baru saja berlalu. Ruangan itu tenang, nyaris terlalu sunyi, meskipun deru samar kendaraan dari luar masih terdengar."Paris..." gumamnya pelan, mengingat malam itu.Bayangan kamar hotel megah yang pernah ia tempati bersama Aldrich tiba-tiba muncul. Ranjang besar dengan seprai putih beraroma lavender, jendela kaca lebar yang menghadap gemerlap menara Eiffel, dan keheningan yang terasa begitu menusuk. Saat itu, ia masih mengira Aldrich adalah pria biasa—atau lebih tepatnya, gigolo mahal yang bisa ia bayar untuk melupakan kesedihannya."Lucu sekali," katanya sambil tertawa kecil, namun ada kepahitan di ujung suaranya. "Gigolo yang ternyata seorang bos besar. Apa lagi kejutan yang kau simpan, Aldrich? Ah... dia juga calon yang Ayah pilihkan.”Valerie mendesah sekali lagi, sebelum memili

    Last Updated : 2024-12-13
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 009 [TIDAK KALAH OLEH WAKTU... ATAU PESONAMU]

    Kring!Alarm Valerie berbunyi nyaring, memecah keheningan pagi yang tenang. Dengan mata setengah tertutup, ia meraba-raba meja kecil di samping tempat tidurnya, mencari tombol mati pada jam itu. Begitu berhasil, ia kembali membenamkan dirinya ke dalam selimut, berharap bisa mencuri beberapa menit lagi dalam kehangatan kasurnya.Namun, ketenangan itu hanya bertahan sesaat.Drrt... drrt...Ponselnya mulai bergetar di atas meja. Valerie mendesah panjang, memutar badan untuk meraih ponsel, tetapi getaran itu tak kunjung berhenti.“Siapa sih pagi-pagi begini?” gerutunya setengah mengantuk, memaksakan mata untuk menatap layar ponsel. Namun begitu melihat nama yang tertera, kantuknya langsung hilang.Gigolo tampan.Nama itu selalu membuat darahnya berdesir—campuran antara rasa kesal dan gugup. Aldrich, bosnya sekaligus pria yang entah bagaimana selalu berhasil membuatnya merasa tak terkendali. Terlebih setelah ia mengetahui bahwa pria itu adalah lelaki yang di jodohkan Ayahnya dalam pernikah

    Last Updated : 2024-12-13
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 010 [SEMAKIN SEMANGAT]

    “Pagi, Val!”Valerie mengangguk sambil tersenyum ramah, membalas sapaan beberapa karyawan yang lewat. Sepatu hak rendahnya mengeluarkan suara lembut setiap kali menyentuh lantai, memberikan kesan santai namun tetap anggun. Meski pagi ini dia harus tergesa-gesa, Valerie tetap menjaga wajahnya terlihat tenang.Dia berjalan menuju lift bersama beberapa karyawan lainnya, sesekali melirik ponselnya untuk memastikan tidak ada pesan mendesak dari Aldrich. Saat sampai di depan lift, ia berdiri tenang, menunggu pintu terbuka. Suara obrolan kecil dari karyawan lain memenuhi ruangan, tetapi Valerie hanya fokus pada pikirannya sendiri."Aldrich pasti sudah di ruang rapat. Kalau aku terlambat, dia pasti akan mengomentari penampilanku lagi. Ah, kenapa aku peduli? Yang penting dokumen lengkap."Suara ding dari lift membuyarkan lamunannya. Valerie melangkah masuk bersama beberapa orang lainnya. Tangannya memegang erat tas kulitnya, dan ia bersandar ke dinding lift, menikmati momen singkat untuk me

    Last Updated : 2024-12-13
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 011 [UNDANGAN MAKAN MALAM]

    "Valerie, tolong perjelas lagi soal target jangka pendek." Suara Aldrich terdengar tegas namun santai, memecah kesunyian setelah Valerie menyelesaikan presentasinya.Valerie mengangguk kecil, kembali berdiri dan mengklik slide berikutnya. "Tentu, Pak. Untuk jangka pendek, langkah-langkah ini dirancang agar mulai diterapkan minggu depan. Tim operasional sudah dibriefing, jadi prosesnya bisa langsung dimulai setelah keputusan disepakati hari ini."Aldrich menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Baik. Itu terdengar menjanjikan. Lanjutkan."Valerie mengakhiri presentasi dengan percaya diri. Tepuk tangan singkat dari para direktur mengiringi langkahnya kembali duduk. Namun, ketegangan di pundaknya belum sepenuhnya menghilang. Rapat berakhir tanpa hambatan, dan ia segera membereskan dokumen-dokumennya.Namun, saat Valerie berdiri untuk keluar, suara Aldrich memanggilnya. "Valerie."Nada suaranya rendah tapi cukup menarik perhatian. Valerie menoleh, men

    Last Updated : 2024-12-14
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 012 [MAKAN MALAM]

    Sabtu malam tiba dengan cepat. Valerie berdiri di depan cermin panjang di kamarnya, memastikan gaun pilihannya sudah sempurna. Valerie memilih gaun satin berwarna emerald green dengan potongan klasik yang memeluk tubuhnya dengan anggun. Gaun itu memiliki detail belahan tinggi di sisi kanan dan potongan off-shoulder yang memperlihatkan tulang selangkanya yang indah. Sepasang anting berlian kecil menggantung di telinganya, memberikan kilauan halus saat ia bergerak.Rambutnya dibiarkan tergerai dengan sedikit gelombang alami, membuatnya terlihat elegan namun tidak terlalu berlebihan. Ia melengkapinya dengan sepatu hak tinggi berwarna nude dan clutch kecil senada. Valerie mengambil napas panjang, berusaha menenangkan debar jantungnya. "Santai saja, ini hanya malam formal seperti biasa."Ketika bel apartemennya berbunyi, Valerie berjalan menuju pintu dengan langkah percaya diri. Namun, saat ia membukanya, ia terkejut melihat Aldrich berdiri di sana. Pria itu mengenakan tuksedo hitam kl

    Last Updated : 2024-12-14
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 013 [MENYELAMATKAN DARI CANGGUNG]

    "Aku benar-benar tidak salah pilih. Kalian cocok sekali," kata Bastian dengan nada puas. Matanya berbinar memperhatikan Aldrich yang baru saja dengan santai memindahkan sepotong daging ke piring Valerie.Valerie, yang sedang meraih gelas anggurnya, hampir tersedak mendengar ucapan ayahnya itu. Ia menatap Bastian dengan mata melebar, mencoba memberikan sinyal agar pria itu berhenti. Namun, Bastian tampaknya sengaja mengabaikan ekspresi putrinya."Bisnis dan keluarga memang sering kali berjalan seiring," tambah Bastian, kini dengan senyum yang lebih lebar. Seolah-olah ia baru saja meletakkan potongan puzzle terakhir dari rencana besarnya.Valerie membuka mulut untuk menyanggah, tapi sebelum sempat mengeluarkan kata-kata, suara Aldrich terdengar lebih dulu."Tentu, wajahku memang tidak pernah salah," ujar Aldrich santai, sambil menyunggingkan senyum tipis. Tatapan matanya sekilas beralih ke Valerie yang tampak kesal namun berusaha tetap tenang. "Tapi, Tuan Bastian," lanjutnya dengan

    Last Updated : 2024-12-14
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 014 [TIDAK TAHU MALU]

    “Wajahmu memerah? Apa kau sedang teringat malam kita di Paris?” Aldrich menggoda, senyumnya lebar penuh arti. Ia menyandarkan tubuhnya santai di kursi, seolah ingin memperpanjang rasa tidak nyaman Valerie.Valerie langsung memutar matanya dengan dramatis, berusaha menutupi kegugupannya. Ia tahu ia tidak boleh terlihat terguncang. “Oh, tolong, Aldrich. Kalau wajahku memerah, itu karena lampu bar ini terlalu redup, bukan karena omong kosongmu.”Aldrich tertawa kecil, nada bicaranya tetap menggoda. “Benarkah? Aku rasa bukan lampu yang membuatmu seperti ini. Kau kelihatan terlalu gelisah untuk sekadar efek pencahayaan.”Valerie menegakkan tubuh, berusaha keras menahan diri agar tidak tersulut oleh godaan pria di hadapannya. Ia menyesap vodka di gelasnya perlahan sebelum menatap Aldrich dengan ekspresi datar yang jelas disengaja.“Kau tahu,” katanya, suaranya terdengar datar tapi menusuk. “Selain narsis, kau juga tidak tahu malu, ya? Sungguh kombinasi yang... menawan.”Aldrich mengangkat

    Last Updated : 2024-12-15

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 207

    Langit mulai beranjak senja saat rombongan mobil hitam mewah memasuki gerbang besar bergaya klasik Eropa yang berdiri megah di ujung jalan pribadi sepanjang hampir satu kilometer. Pagar besi berornamen emas terbuka perlahan, menampilkan pemandangan mansion Bastian yang seperti diambil dari halaman majalah arsitektur kelas dunia.Mansion itu berdiri tiga lantai dengan dominasi marmer putih krem, jendela-jendela tinggi berbingkai emas matte, dan pilar-pilar kokoh menjulang. Air mancur dengan patung kuda berlapis perunggu menjadi pusat taman depan, dengan rumput yang dipangkas sempurna dan lampu-lampu taman mulai menyala hangat seiring langit menggelap.Saat mobil berhenti, beberapa bodyguard berbadan tegap segera membuka pintu. Valerie turun terlebih dahulu, mengenakan dress soft pink selutut yang membentuk tubuh rampingnya. Flat shoes putihnya menyentuh marmer dengan langkah anggun. Di belakangnya, Aldrich turun dengan gaya khasnya—jas casual warna arang, kemeja putih berpotongan pas

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 206

    Suasana lorong rumah sakit yang tadinya hanya dipenuhi langkah tenang dan percakapan pelan berubah dalam sekejap. Seorang wanita dengan balutan blouse ketat berwarna merah marun dan rok pensil hitam selutut berjalan mendekat. Tubuhnya tinggi, lekuknya jelas, dan aroma parfum mahal yang menyengat langsung menyelimuti udara di sekitarnya. Sepasang stilettosnya berdetak nyaring di lantai, membuat beberapa kepala menoleh.Tatapannya langsung tertuju pada Aldrich, seperti sasarannya sudah terkunci sejak awal.“Hai,” ujarnya dengan suara mendesah yang dibuat-buat. “Boleh aku minta nomor teleponmu?”Tanpa memperdulikan Valerie, wanita itu dengan santainya meraih lengan Aldrich. Bahkan, saat Valerie hendak bicara, wanita itu mendorong bahunya perlahan ke samping sambil menambahkan.“Adik manis, kau minggir dulu.”Sentuhan itu tak keras, tapi cukup membuat Valerie sedikit terkejut dan melangkah setengah mundur. Aldrich yang menyadari gerakan itu langsung menoleh cepat ke arah Valerie, dan sa

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 205

    “Jadi, apa yang ingin kau katakan tentang Charlos kemarin malam?” tanya Valerie pelan, matanya tetap tertuju pada layar, tapi perhatiannya jelas hanya untuk pria di sebelahnya.Aldrich menghabiskan sisa popcorn di dalam mulutnya, lalu menoleh menatap Valerie. Dengan santai namun penuh intensi, tangannya yang berada di bahu Valerie menarik wanita itu semakin mendekat. Tanpa berkata apa-apa terlebih dulu, Aldrich menunduk dan melabuhkan satu kecupan lembut di bibir Valerie.Ciuman itu singkat, tapi cukup untuk membuat darah Valerie berdesir. Wajahnya otomatis memerah, namun ia dengan cepat mengontrol ekspresinya, pura-pura tetap biasa saja meski jantungnya berdebar dua kali lebih kencang.Aldrich tersenyum kecil atas reaksi Valerie, lalu menjawab dengan nada tenang, “Dia mengakui semuanya, sayang. Dan kemungkinan sidang pertamanya tidak akan lama lagi.”Valerie mengangguk pelan, lalu memiringkan tubuhnya agar bisa lebih fokus mendengarkan. Tatapan Aldrich berubah serius saat melanjutka

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 204

    Valerie sibuk mengocok telur di mangkuk sambil bersenandung kecil. Aroma roti panggang mulai memenuhi dapur, berpadu dengan wangi kopi yang mengepul dari mesin. Aldrich duduk di meja, dagunya bertumpu pada tangan, memperhatikan setiap gerak-gerik Valerie dengan tatapan yang tidak bisa lebih jatuh cinta dari itu.“Aku masih heran,” kata Aldrich tiba-tiba, alisnya bertaut sedikit. “Dokter bilang kau sedang hamil, tapi… kenapa perutmu masih saja datar?”Valerie menghentikan gerakan tangannya, lalu menoleh dengan ekspresi bingung sekaligus geli.“Aldrich…” katanya pelan, “Aku bahkan belum telat dua belas minggu.”Aldrich mengerjap. “Serius? Tapi bukankah harusnya... ya setidaknya... buncit sedikit?”Valerie tak bisa menahan tawanya. Telurnya nyaris tumpah dari mangkuk karena tubuhnya terguncang menahan geli. Ia menatap Aldrich dengan ekspresi antara sayang dan ingin melemparkan spatula ke wajah tampannya.“Itu bukan sulap, Mr. Aldrich,” katanya sambil berjalan ke arahnya dengan telur mas

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 203

    Pagi itu, matahari menyelinap lembut dari balik tirai tipis yang menari pelan tertiup angin. Cahaya keemasan membelai pelan kulit Valerie yang hangat dan bersinar alami. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, ia bangun dengan senyuman lebar tanpa alasan lain… selain bahagia.Tidak ada beban. Tidak ada rasa ragu. Tidak ada kebohongan.Hanya perasaan yang mengalir ringan seperti aliran udara pagi yang segar.Ia memiringkan tubuhnya perlahan, dan matanya segera jatuh pada sosok yang berbaring di sebelahnya. Aldrich.Pria itu masih terlelap, wajahnya damai, tanpa sedikit pun garis kekhawatiran seperti biasanya. Rambutnya berantakan dengan cara yang justru menambah pesonanya. Rahangnya yang tajam terlihat lebih santai dalam tidur, dan bibir tipisnya sedikit menganga, membuat Valerie tergoda untuk menempelkan ciuman kecil di sudutnya.Tapi bukan hanya wajahnya yang menarik perhatian.Selimut tipis yang menutupi tubuh Aldrich hanya sampai di pinggul, memperlihatkan sebagian bes

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 202

    Aldrich memandangi wajah Valerie yang begitu dekat dengannya, napasnya nyaris tercekat di tenggorokan. Cahaya lampu ruangan yang hangat membingkai wajah wanita itu dengan sempurna. Mata yang dulu pernah menatapnya penuh keberanian saat ia tersungkur dalam ketakutan, kini menatapnya penuh harap dan keraguan yang manis.Perlahan, Aldrich mengangkat tangan, menyentuh pipi Valerie. Sentuhan itu lembut, nyaris seperti menyentuh mimpi yang paling rapuh.“Aku mencintaimu, Valerie,” ucap Aldrich tiba-tiba. Suaranya dalam dan jujur, tak lagi terbebani. “Sejak dulu, rasa kagum itu tumbuh perlahan. Aku bahkan tak sadar kapan rasa itu berubah jadi cinta. Tapi yang jelas… bukan karena hubungan panas kita, bukan karena kedekatan fisik yang sering kita habiskan bersama.”Valerie menatapnya, mata membulat perlahan.Aldrich mengalihkan pandangannya ke lantai, seolah mencoba menyembunyikan perasaan yang mengalir terlalu deras. “Aku tahu, kau pasti tak mungkin mencintaiku. Bukan karena kau tak bisa, t

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 201

    Sebuah gudang tua. Gelap. Sepi. Tapi terdengar suara—lirih, seperti tangisan.Rasa penasaran dan insting gilanya muncul. Ia mendekat, lalu mengintip lewat celah jendela dan melihat seorang anak lelaki yang disekap, wajahnya penuh luka, tapi tetap tampak… tampan. Bahkan dalam kondisi begitu, ada sesuatu dari bocah itu yang menggetarkan Valerie kecil.Tanpa pikir panjang, Valerie melempar batu ke kaca. Tak peduli jika ia akan dimarahi, ia hanya ingin menyelamatkan seseorang.Sayangnya, langkah heroiknya tak berjalan mulus. Mereka menangkapnya juga. Valerie kecil menjerit, tapi tetap mencoba menggigit tangan penculik yang membekapnya, sambil memegangi tangan bocah lelaki itu.Namun, sebelum semuanya bertambah buruk, dua pria bertubuh besar menerobos masuk—bodyguard Valerie. Mereka melumpuhkan para penculik dengan cepat. Tak lama kemudian, datang pula pria elegan dengan tatapan mengerikan yang disertai pasukan. Itu adalah Daddy dari bocah lelaki yang diselamatkannya.Valerie dan anak lel

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 200

    Valerie tak langsung menjawab.Tubuhnya masih, wajahnya pucat, dan napasnya seolah tercekat di tenggorokan. Ia bahkan tak sadar kalau cangkir teh hangat di tangannya sudah mulai mendingin. Matanya menatap Aldrich, tapi seperti menembusnya… mencari kepastian dalam kerumitan yang tiba-tiba memenuhi kepalanya.Ia membuka mulut, lalu menutupnya kembali. Tak ada satu pun kata yang sanggup ia ucapkan.Sementara hatinya… berdebar tak menentu.Bagaimana bisa seorang pria merencanakan semuanya begitu rapi? Bagaimana bisa ia jatuh pada seseorang yang diam-diam sudah mengenalnya bahkan sebelum pertemuan mereka yang ia pikir hanya sekadar kebetulan? Dan bagaimana bisa hatinya tidak marah, saat justru pengakuan itu terasa seperti sesuatu yang… manis sekaligus menyakitkan?“Valerie…”Suara Aldrich lembut, namun mengandung kekhawatiran. Ia bisa melihat sorot mata Valerie yang gamang, dan itu membuat jantungnya ikut nyeri.Valerie menggigit bibir bawahnya pelan. Matanya mulai memerah, tapi bukan ka

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 199

    Aldrich mendesah berat. Ia menunduk, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan, seolah ingin menghapus beban dari pikirannya.“Aku tadi ke penjara, tempat Charlos ditahan…” katanya pelan, namun nada suaranya tak bisa menyembunyikan tekanan yang menghimpit dadanya. Ia berhenti sejenak, lalu menatap Valerie dengan sorot yang dalam dan jujur. “Tapi sebelum aku menceritakan tentang apa yang terjadi di sana, aku ingin jujur padamu dulu, Val.”Valerie menegang. Perutnya terasa mules mendadak, seperti dicengkeram rasa cemas yang tak bisa ia jelaskan. Pikirannya langsung melayang ke berbagai kemungkinan, dan semuanya tampak seperti pisau yang menggantung di atas kepalanya.“Jujur…?” ucapnya nyaris tak terdengar. Jemarinya meremas ujung gaunnya makin erat. Dadanya berdegup kencang. Ia tak tahu kejujuran seperti apa yang akan keluar dari mulut Aldrich, tapi hatinya mulai takut.Aldrich menatap matanya sejenak, lalu menunduk lagi. Seolah menimbang setiap kata yang akan ia ucapkan.“Waktu di P

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status