Home / CEO / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 005 [Fakta Mengejutkan]

Share

Chapter 005 [Fakta Mengejutkan]

last update Last Updated: 2024-11-25 10:03:04

“Jadi, Aldrich...” Suara berat Bastian terdengar dari telepon, bercampur antara bingung dan terkejut. "Kau CEO HC Group?"

"Benar, Pak Bastian," jawab Aldrich dengan santai, namun suaranya memancarkan dominasi. "Dan Valerie sekarang bekerja sebagai sekretaris saya. Sangat berbakat sekali putri Anda."

Valerie, yang duduk di seberang meja, hampir tersedak napasnya.

Sejenak, hanya ada keheningan di ujung telepon. Kemudian Bastian tertawa lega. "Baiklah kalau begitu. Saya senang dia tidak bekerja di tempat sembarangan."

Setelah percakapan selesai, Aldrich menyerahkan ponsel Valerie kembali. Namun, senyum kecil di wajahnya penuh dengan ejekan terselubung. "Kau tidak perlu menyembunyikan apa pun dariku, Valerie."

Valerie memicingkan matanya, mencoba menahan kekesalannya. Dengan nada berbisik tajam, ia menjawab, "Pak Aldrich, Anda tidak seharusnya ikut campur!"

"Oh?" Aldrich menyandarkan punggungnya dengan santai ke kursi, tatapannya tajam namun penuh permainan. "Jadi, ini rahasia? Dan siapa pria yang ingin dijodohkan denganmu?"

"Itu bukan urusan Anda!" Valerie menukas, suaranya bergetar oleh kemarahan.

Wajahnya mulai memerah, menandakan emosi yang nyaris tak bisa ia kendalikan.

Aldrich tersenyum tipis, seperti predator yang baru saja menemukan kelemahan mangsanya. "Ah, jadi itu sebabnya kau kabur ke Paris?" tanyanya, suaranya begitu tenang, namun ada nada mengejek yang tidak bisa disembunyikan.

Valerie tertegun, tubuhnya membeku sesaat. Pertanyaan itu seperti tamparan tak terduga. "Bagaimana Anda tahu?" bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar.

Matanya membesar karena keterkejutan, ketegangan merambat melalui tubuhnya.

Aldrich mengangkat bahu dengan santai. "Aku punya cara, Valerie. Informasi itu murah, tapi sering kali sangat berguna. Apalagi tentang orang yang bekerja denganku," katanya, nadanya seperti pisau yang diayunkan perlahan.

Valerie mengepalkan jemarinya, kuku-kukunya menekan telapak tangannya untuk menahan rasa gemetar. Ia menarik napas panjang sebelum menjawab, berusaha mengembalikan kendali dirinya.

"Tentu, Anda mungkin tahu sesuatu," katanya, suaranya lebih stabil. "Tapi jangan pernah berpikir Anda tahu segalanya tentang saya."

Setelah meninggalkan ruangan Aldrich, siangnya, Valerie, berjalan terburu-buru membawa dokumen penting untuk pria itu, dia tidak memperhatikan seorang staf yang mendorong troli berisi cangkir-cangkir kopi panas.

Dalam hitungan detik, tabrakan tak terelakkan. Cangkir-cangkir itu melayang ke udara, dan Valerie hanya bisa menyaksikan dengan horor saat salah satu cangkir menumpahkan isinya ke kemeja putih Aldrich.

"Astaga!" Valerie berseru panik. "Saya tidak sengaja! Maaf, Pak Aldrich!"

Aldrich berdiri, menatap kemejanya yang basah kuyup, sebelum mendongak dengan ekspresi datar.

"Valerie..."

"Saya akan mengganti kemeja Anda! Saya akan beli yang baru!" Valerie buru-buru menawarkan, nyaris kehilangan akal.

Namun alih-alih menjawab, Aldrich mulai membuka kancing kemejanya. Valerie langsung memalingkan wajah.

"Pak Aldrich! Jangan buka baju di sini!" katanya, setengah berteriak.

Aldrich mengangkat bahu santai. "Kalau begitu, bagaimana aku bekerja dengan kemeja basah?"

Valerie terdiam sejenak, lalu tergagap, "Saya... saya akan ambilkan jaket dari ruang kerja Anda!"

Ia melarikan diri dengan wajah merah padam, meninggalkan Aldrich yang hanya tertawa kecil di belakangnya.

Setelah insiden ketumpahan kopi di lobi, sorenya, seorang staf mendatangi Valerie dengan wajah cemas. "Nona Valerie, maaf mengganggu. Ada seorang pria tua di lobi yang ingin bertemu dengan bos kita."

"Pria tua?" Valerie mengernyit.

"Dia bilang dia ayah Anda," jawab staf itu ragu.

Jantung Valerie hampir melompat ke tenggorokan. "Apa? Ayah saya?"

"Iya, dan dia ingin bertemu dengan Tuan Aldrich."

Firasat buruk langsung merambati pikiran Valerie. Ia segera bergegas menuju ruang Aldrich.

Saat tiba, pintu ruangan itu sudah setengah terbuka. Dari celahnya, Valerie melihat ayahnya duduk di sofa dengan anggun, mengenakan jas mahal yang ia tahu khusus dipakai untuk pertemuan penting.

"Ayah?" Valerie masuk dengan langkah terburu-buru. "Apa yang Ayah lakukan di sini?"

Bastian menoleh, menatap putrinya dengan tatapan tajam tetapi lembut. "Apa lagi kalau bukan memastikan keadaanmu? Dan tentu saja, bertemu dengan... calon suamimu.”

"Suami?!" tanya Valerie setengah berteriak, matanya bergantian memandang ayahnya dan Aldrich. "Siapa? Ayah bercanda, kan?"

Bastian tampak puas melihat keterkejutan putrinya. "Aldrich adalah pria pilihan Ayah. Dia memiliki segalanya—karier, karakter, dan reputasi yang baik."

Valerie memutar tubuhnya ke arah Aldrich, tatapannya tajam. "Anda tahu soal ini?"

Aldrich mengangkat bahu santai. "Aku tahu sejak awal. Ayahmu sudah membahas ini denganku sebelum kau melamar ke sini."

Kemarahan Valerie memuncak. "Jadi ini jebakan? Ayah sengaja menjodohkan aku dengan bosku tanpa memberitahuku?"

"Jebakan?" Bastian menatapnya datar. "Kau sendiri yang melamar ke sini, Nak. Ayah hanya ingin memastikan masa depanmu baik."

Valerie tertawa sinis. "Masa depan yang baik? Ayah tahu aku tidak setuju dengan perjodohan!"

"Kau mungkin tidak setuju sekarang, tapi kau akan mengerti nanti," balas Bastian mantap.

Valerie mendengus, berbalik ke Aldrich. "Kau sama saja. Aku berhenti!"

Aldrich yang tadinya diam kini berbicara dengan nada serius. "Berhenti? Silakan saja." Ia mengangkat dokumen kontraknya. "Tapi kau harus membayar penalti lima ratus juta."

Valerie membeku. Setelah menatap tajam keduanya, ia berkata dengan nada penuh tekad, "Baiklah. Jika kalian pikir bisa mengatur hidupku, kita lihat saja. Aku tidak akan kalah."

Dengan langkah cepat, ia keluar dan membanting pintu keras-keras.

Di dalam, Bastian menatap Aldrich dengan penuh harap. "Kau bisa menjinakkannya, kan?"

Aldrich tersenyum kecil. "Tentu saja. Putri Anda adalah tantangan paling menarik yang pernah kutemui."

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 006 [Ajakan Kerjasama?]

    "Arghhht!" Valerie berteriak sambil menjambak rambutnya sendiri, frustrasi. Setelah meninggalkan ruangan Aldrich dengan langkah tergesa dan pintu yang sengaja ia banting keras, ia berakhir di tangga darurat. Tempat yang sunyi itu menjadi pelarian sesaat dari kekacauan pikirannya.Ia menarik napas panjang, tapi udara yang ia hirup terasa berat, penuh dengan rasa frustrasi yang tak tertahankan. Tangannya gemetar memegang pegangan tangga, sementara matanya mulai berkaca-kaca.Valerie merasa marah. Ayahnya telah mengatur hidupnya tanpa sedikit pun mempertimbangkan perasaannya, memperlakukannya seperti pion dalam permainan bisnis. Ia juga bingung, karena Aldrich—pria yang ia kira gigolo saat di Paris—ternyata sudah mengenalnya sejak saat itu. Lebih buruk lagi, Aldrich adalah calon suami yang dijodohkan untuknya."Hell!" pikirnya pahit. Ia kabur dari rumah untuk menghindari perjodohan yang diatur ayahnya, tapi malah menghabiskan malam bersama pria itu. Ironisnya, saat itu ia sempat menga

    Last Updated : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 007 [Menyusun Rencana]

    Hari itu, setelah menyegel aliansi canggung mereka, Valerie dan Aldrich sepakat untuk bertemu setelah jam kerja di sebuah kafe kecil di pinggiran kota. Valerie memilih tempat yang jauh dari keramaian kantor atau lingkungan bisnis, memastikan privasi mereka.Setelah menunggu beberapa saat, Aldrich muncul, mengenakan setelan santai tanpa dasi. Ia melirik sekeliling sebelum berjalan ke meja Valerie. "Pilihan tempat yang menarik," komentarnya saat duduk."Aku tidak ingin orang-orang membicarakan ini," jawab Valerie datar sambil mengaduk kopinya. "Kita di sini untuk rencana. Jadi, apa yang kau punya?"Aldrich mengangkat alis, sedikit tersenyum melihat Valerie yang langsung to the point. "Langsung ke inti, ya? Baiklah. Pertama-tama, kita perlu mempelajari apa yang sebenarnya diinginkan oleh kedua pihak keluarga kita.""Apa maksudmu? Bukannya jelas? Ayahku ingin aku menikah dengan pewaris HC group, dan kau jelas adalah alat untuk itu," jawab Valerie tajam.Aldrich mengangguk. "Itu kelihatan

    Last Updated : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 008 [KENAPA KAU HARUS TAMPAN, ALDRICH?]

    "Ah, akhirnya!" Valerie mendesah sambil merebahkan diri di ranjang apartemennya. Matanya menatap kosong ke langit-langit yang bercahaya lembut, sementara pikirannya melayang ke kejadian-kejadian yang baru saja berlalu. Ruangan itu tenang, nyaris terlalu sunyi, meskipun deru samar kendaraan dari luar masih terdengar."Paris..." gumamnya pelan, mengingat malam itu.Bayangan kamar hotel megah yang pernah ia tempati bersama Aldrich tiba-tiba muncul. Ranjang besar dengan seprai putih beraroma lavender, jendela kaca lebar yang menghadap gemerlap menara Eiffel, dan keheningan yang terasa begitu menusuk. Saat itu, ia masih mengira Aldrich adalah pria biasa—atau lebih tepatnya, gigolo mahal yang bisa ia bayar untuk melupakan kesedihannya."Lucu sekali," katanya sambil tertawa kecil, namun ada kepahitan di ujung suaranya. "Gigolo yang ternyata seorang bos besar. Apa lagi kejutan yang kau simpan, Aldrich? Ah... dia juga calon yang Ayah pilihkan.”Valerie mendesah sekali lagi, sebelum memili

    Last Updated : 2024-12-13
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 009 [TIDAK KALAH OLEH WAKTU... ATAU PESONAMU]

    Kring!Alarm Valerie berbunyi nyaring, memecah keheningan pagi yang tenang. Dengan mata setengah tertutup, ia meraba-raba meja kecil di samping tempat tidurnya, mencari tombol mati pada jam itu. Begitu berhasil, ia kembali membenamkan dirinya ke dalam selimut, berharap bisa mencuri beberapa menit lagi dalam kehangatan kasurnya.Namun, ketenangan itu hanya bertahan sesaat.Drrt... drrt...Ponselnya mulai bergetar di atas meja. Valerie mendesah panjang, memutar badan untuk meraih ponsel, tetapi getaran itu tak kunjung berhenti.“Siapa sih pagi-pagi begini?” gerutunya setengah mengantuk, memaksakan mata untuk menatap layar ponsel. Namun begitu melihat nama yang tertera, kantuknya langsung hilang.Gigolo tampan.Nama itu selalu membuat darahnya berdesir—campuran antara rasa kesal dan gugup. Aldrich, bosnya sekaligus pria yang entah bagaimana selalu berhasil membuatnya merasa tak terkendali. Terlebih setelah ia mengetahui bahwa pria itu adalah lelaki yang di jodohkan Ayahnya dalam pernikah

    Last Updated : 2024-12-13
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 010 [SEMAKIN SEMANGAT]

    “Pagi, Val!”Valerie mengangguk sambil tersenyum ramah, membalas sapaan beberapa karyawan yang lewat. Sepatu hak rendahnya mengeluarkan suara lembut setiap kali menyentuh lantai, memberikan kesan santai namun tetap anggun. Meski pagi ini dia harus tergesa-gesa, Valerie tetap menjaga wajahnya terlihat tenang.Dia berjalan menuju lift bersama beberapa karyawan lainnya, sesekali melirik ponselnya untuk memastikan tidak ada pesan mendesak dari Aldrich. Saat sampai di depan lift, ia berdiri tenang, menunggu pintu terbuka. Suara obrolan kecil dari karyawan lain memenuhi ruangan, tetapi Valerie hanya fokus pada pikirannya sendiri."Aldrich pasti sudah di ruang rapat. Kalau aku terlambat, dia pasti akan mengomentari penampilanku lagi. Ah, kenapa aku peduli? Yang penting dokumen lengkap."Suara ding dari lift membuyarkan lamunannya. Valerie melangkah masuk bersama beberapa orang lainnya. Tangannya memegang erat tas kulitnya, dan ia bersandar ke dinding lift, menikmati momen singkat untuk me

    Last Updated : 2024-12-13
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 011 [UNDANGAN MAKAN MALAM]

    "Valerie, tolong perjelas lagi soal target jangka pendek." Suara Aldrich terdengar tegas namun santai, memecah kesunyian setelah Valerie menyelesaikan presentasinya.Valerie mengangguk kecil, kembali berdiri dan mengklik slide berikutnya. "Tentu, Pak. Untuk jangka pendek, langkah-langkah ini dirancang agar mulai diterapkan minggu depan. Tim operasional sudah dibriefing, jadi prosesnya bisa langsung dimulai setelah keputusan disepakati hari ini."Aldrich menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Baik. Itu terdengar menjanjikan. Lanjutkan."Valerie mengakhiri presentasi dengan percaya diri. Tepuk tangan singkat dari para direktur mengiringi langkahnya kembali duduk. Namun, ketegangan di pundaknya belum sepenuhnya menghilang. Rapat berakhir tanpa hambatan, dan ia segera membereskan dokumen-dokumennya.Namun, saat Valerie berdiri untuk keluar, suara Aldrich memanggilnya. "Valerie."Nada suaranya rendah tapi cukup menarik perhatian. Valerie menoleh, men

    Last Updated : 2024-12-14
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 012 [MAKAN MALAM]

    Sabtu malam tiba dengan cepat. Valerie berdiri di depan cermin panjang di kamarnya, memastikan gaun pilihannya sudah sempurna. Valerie memilih gaun satin berwarna emerald green dengan potongan klasik yang memeluk tubuhnya dengan anggun. Gaun itu memiliki detail belahan tinggi di sisi kanan dan potongan off-shoulder yang memperlihatkan tulang selangkanya yang indah. Sepasang anting berlian kecil menggantung di telinganya, memberikan kilauan halus saat ia bergerak.Rambutnya dibiarkan tergerai dengan sedikit gelombang alami, membuatnya terlihat elegan namun tidak terlalu berlebihan. Ia melengkapinya dengan sepatu hak tinggi berwarna nude dan clutch kecil senada. Valerie mengambil napas panjang, berusaha menenangkan debar jantungnya. "Santai saja, ini hanya malam formal seperti biasa."Ketika bel apartemennya berbunyi, Valerie berjalan menuju pintu dengan langkah percaya diri. Namun, saat ia membukanya, ia terkejut melihat Aldrich berdiri di sana. Pria itu mengenakan tuksedo hitam kl

    Last Updated : 2024-12-14
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 013 [MENYELAMATKAN DARI CANGGUNG]

    "Aku benar-benar tidak salah pilih. Kalian cocok sekali," kata Bastian dengan nada puas. Matanya berbinar memperhatikan Aldrich yang baru saja dengan santai memindahkan sepotong daging ke piring Valerie.Valerie, yang sedang meraih gelas anggurnya, hampir tersedak mendengar ucapan ayahnya itu. Ia menatap Bastian dengan mata melebar, mencoba memberikan sinyal agar pria itu berhenti. Namun, Bastian tampaknya sengaja mengabaikan ekspresi putrinya."Bisnis dan keluarga memang sering kali berjalan seiring," tambah Bastian, kini dengan senyum yang lebih lebar. Seolah-olah ia baru saja meletakkan potongan puzzle terakhir dari rencana besarnya.Valerie membuka mulut untuk menyanggah, tapi sebelum sempat mengeluarkan kata-kata, suara Aldrich terdengar lebih dulu."Tentu, wajahku memang tidak pernah salah," ujar Aldrich santai, sambil menyunggingkan senyum tipis. Tatapan matanya sekilas beralih ke Valerie yang tampak kesal namun berusaha tetap tenang. "Tapi, Tuan Bastian," lanjutnya dengan

    Last Updated : 2024-12-14

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 037 [KESEPAKATAN KEDUA]

    “Jadi, bagaimana?” tanyanya, suaranya tenang namun penuh tekanan halus.Seperti sedang menantang Valerie untuk memberikan jawaban. Aldrich duduk di tepi sofa, menyandarkan tubuhnya santai, tetapi matanya tidak lepas dari Valerie. Senyumnya tipis, seolah yakin bahwa ia sudah memenangkan perdebatan ini.Valerie menelan ludah, mencoba mengusir rasa gugupnya. Tangannya secara refleks meraih gelas kosong di atas meja, lalu meletakkannya kembali tanpa minum. Ia tidak tahu kenapa, tapi kata-kata Aldrich terus berputar di kepalanya.“Entahlah, Aldrich.” Valerie menghela napas panjang, kepalanya bersandar ke sofa. “Ini terlalu rumit. Kau tahu itu.”“Rumit?” Aldrich menaikkan alisnya, menatap Valerie dengan tatapan menilai. “Apa yang rumit? Aku hanya menawarkan sesuatu yang sederhana. Hubungan tanpa beban. Kita tidak melibatkan perasaan, hanya tubuh. Kita membuat perjanjian, kau akan tetap bebas seperti sekarang.”“Tapi kita tidak seperti orang lain, Aldrich.” Valerie membalas, nada suaranya t

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 036 [JEBAKAN MENGGIURKAN]

    “Kau tidak ingin mencoba permen tadi?” tanya Aldrich sambil memperhatikan Valerie yang sibuk menghabiskan minuman hangatnya.Valerie mengangkat alis, menatapnya sekilas. “Permen yang tadi? Ah, itu bukan seleraku,” jawabnya santai.Aldrich mengangguk kecil, tapi sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk senyum yang sulit ditebak. “Apa kau yakin?” tanyanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih menggoda.Valerie menaruh gelasnya di atas meja dengan pelan. Tatapannya kini penuh kecurigaan. “Kenapa kau tersenyum seperti itu? Mencurigakan sekali,” katanya, setengah waspada.Aldrich tidak menjawab. Sebagai gantinya, dia meraba saku celananya dan mengeluarkan sesuatu. Valerie memperhatikan gerakannya dengan tatapan heran, sampai Aldrich menyodorkan sebuah permen yang tadi dia beli di supermarket.“Kubilang ini bukan selera—” Valerie berhenti bicara. Wajahnya seketika memerah saat menyadari apa yang ia pegang. Rasa mabuk yang masih samar di kepalanya kini tergantikan oleh gelombang panas y

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 035 [MANSION ALDRICH]

    Aldrich tidak membawa Valerie pulang ke apartemen seperti sebelumnya. Sebaliknya, pria itu membelokkan mobil sportnya ke sebuah jalan yang dikelilingi pepohonan rindang, menuju mansion pribadinya.Valerie tertegun ketika mobil memasuki area mansion Aldrich. Pagar tinggi berlapis besi dengan ornamen ukiran klasik terbuka otomatis, memperlihatkan jalan masuk lebar yang diapit oleh taman lanskap yang begitu rapi. Lampu-lampu taman tersebar dengan pencahayaan hangat, menerangi hamparan rumput hijau dan bunga-bunga berwarna-warni yang tertata sempurna.Di ujung jalan, berdiri sebuah bangunan megah tiga lantai dengan arsitektur modern klasik. Pilar-pilar tinggi menghiasi teras depan, dengan pintu utama besar yang terbuat dari kayu mahoni berukir, memberikan kesan mewah namun tetap elegan.Saat mobil berhenti di depan pintu utama, Valerie membuka mulutnya sedikit, terpana. Namun, sebelum dia sempat berkata apa-apa, beberapa maid dengan seragam rapi berbaris menyambut mereka. Para maid memb

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 034 [PERMEN STRAWBERRY]

    “Tunggu, tunggu. Hentikan mobilnya!”Valerie merengek tiba-tiba saat mereka baru setengah jalan.Aldrich mengerutkan kening, mengarahkan mobil ke pinggir jalan di dekat sebuah pom bensin. Dia menoleh cepat ke arah Valerie, yang terlihat pucat sambil memegangi perutnya.“Ada apa? Katakan sesuatu,” desak Aldrich, cemas.“Perutku terasa aneh. Aku ingin muntah,” gumam Valerie lemas.Aldrich menghela napas panjang sambil menyapu wajahnya dengan telapak tangan. Dengan cepat, dia keluar dari mobil dan membuka pintu di sisi Valerie. “Ayo turun, kau butuh udara,” katanya tegas, membantu Valerie melepas sabuk pengamannya.Begitu Valerie berdiri, detik berikutnya dia langsung membungkuk dan memuntahkan isi perutnya.“Huek!”Aldrich berdiri di sampingnya tanpa ragu sedikit pun. Dia meraih rambut Valerie dengan lembut agar tidak menutupi wajahnya dan mengusap punggung wanita itu dengan gerakan pelan.“Rasanya tak nyaman,” keluh Valerie di sela-sela napasnya yang berat.“Tenang saja, sebentar lagi

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 033 [MILIKMU?]

    “Halo?”Suara Valerie terdengar serak, diselingi tawa kecil yang samar. Sudah tiga puluh menit berlalu sejak ia mulai merasa dunia seakan berputar akibat minuman beralkohol yang ia pesan sendiri. Namun, senyum lebar tetap menghiasi wajahnya yang memerah. Valerie sedikit membungkuk, melawan keseimbangannya sendiri, saat menerima panggilan dari Aldrich.Di seberang telepon, Aldrich langsung menyadari suara musik yang memekakkan telinga. Rahangnya mengeras. Samar-samar, ia juga menangkap suara seorang pria di latar belakang.“Kau mabuk?” tanya Aldrich tajam, nada khawatir bercampur kesal.Valerie tertawa, menggoyangkan tubuhnya tanpa peduli. Sebelah tangannya menepuk pipi seorang pria yang mendadak merangkul pinggangnya. “Aku tidak mabuk. Untuk apa kau bertanya?” jawab Valerie, suaranya terdengar main-main.Aldrich menarik napas panjang, menahan amarah yang membuncah. Namun, mendengar suara Valerie yang terdengar tidak seperti dirinya, amarah itu berubah menjadi kegelisahan. Tanpa berk

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 032 [LAKI-LAKI YANG SINGGANG]

    Mobil sedan hitam itu berhenti di depan sebuah gedung modern dengan neon sign yang berkelap-kelip mencolok. Musik bass berdentum lembut, meski dari luar hanya samar-samar terdengar. Antrian orang-orang tampak memanjang di depan pintu masuk, kebanyakan dari mereka berpakaian modis, mencerminkan kehidupan malam kota yang mewah dan energik.Valerie keluar dari mobil dengan anggun, derap high heels-nya memantul di trotoar. Luna menyusul dengan langkah cepat, lalu merangkul lengan Valerie sambil tersenyum lebar. “Kita pasti jadi pusat perhatian,” bisiknya.Senyum simpul Valerie tak luntur. Dengan penuh percaya diri, ia berjalan mendekati pintu masuk. Gaun hitam mini yang ia kenakan memeluk tubuhnya dengan sempurna, mengundang lirikan diam-diam dari pria-pria yang berdiri di antrean. Sorot mata mereka mengikuti setiap gerakan Valerie—dari helai rambut yang melambai lembut, hingga lekuk kaki jenjangnya yang berpadu indah dengan high heels bertali. Namun Valerie hanya menatap lurus ke dep

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 031 [AJAKAN CLUBBING]

    [“Clubbing?”]Valerie menatap pesan yang baru saja masuk ke ponselnya dari Luna, sahabatnya. Di hadapannya, layar laptop menampilkan deretan angka-angka yang harus ia susun ke dalam laporan keuangan bulanan. Tumpukan berkas tergeletak rapi di samping laptop, sementara tangan Valerie lincah memegang pulpen, mencoret-coret beberapa angka yang perlu diperbaiki. Layar spreadsheet penuh dengan data yang perlu ia susun, dan kepalanya sudah mulai terasa penat.“Huh,” desahnya pelan sambil bersandar sejenak di kursinya.Ia melepas kacamata baca yang bertengger di hidungnya, lalu meraih ponsel. Jari telunjuknya dengan cepat membalas pesan dari Luna. Sebelum itu, Valerie melirik kanan-kiri dengan waspada, memastikan tidak ada satu pun rekan kerja yang memperhatikannya, terutama Aldrich, bosnya yang selalu muncul tiba-tiba.“Aku sibuk,” balas Valerie singkat.Tak butuh waktu lama, layar ponselnya kembali menyala. Pesan balasan dari Luna muncul lagi dengan cepat, membuat Valerie mendecak pelan

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 030 [MENYEBALKAN, GILA]

    “Val!”Suara panggilan itu membuat langkah Valerie terhenti. Pagi itu, ia baru saja melangkah melewati lobi utama kantor. Penampilannya rapi seperti biasa—blazer hitam dipadu dengan blouse berwarna gading yang tersemat rapi di bawah pinggang celana panjangnya. Rambut panjangnya digerai dengan sedikit gelombang di ujung, dan sepatu hak tingginya berbunyi nyaring setiap kali ia melangkah. Valerie menoleh dan mendapati seorang pria dengan ransel yang hampir lepas dari bahunya, berlari kecil mengejarnya sambil terengah-engah. Itu Leo—dengan kemeja biru muda yang digulung hingga siku, dasi yang agak miring, dan celana bahan berwarna abu-abu. Berbeda dengan Valerie yang berasal dari tim eksekutif sebagai sekretaris CEO, Leo bekerja di divisi kreatif dan lebih sering tampil santai dibanding karyawan lain.“Leo?” Valerie berkerut keningnya, bingung melihat pria itu berlari seperti dikejar sesuatu.“Selamat pagi, Valerie,” ujar Leo masih sambil berusaha mengatur napasnya yang tak teratur.

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 029 [LEBIH BAIK KAU BENAR-BENAR GIGOLO]

    “Akhirnya sampai!” ujar Valerie dengan nada setengah lega, setengah lelah. Matanya menatap gedung apartemen yang menjulang di hadapannya, lalu bergantian melirik ke arah Aldrich yang duduk di kursi pengemudi.Setelah makan siang bisnis yang lebih mirip ajang drama tadi, Aldrich memutuskan untuk langsung mengantar Valerie pulang. Mereka tak kembali ke kantor, dan Valerie bersumpah, ini mungkin satu-satunya kebaikan pria itu hari ini.“Kau terlihat tidak rela? Apa mungkin kau enggan jauh-jauh dariku?” goda Aldrich, menyeringai seperti biasanya. Nada suaranya santai, tapi matanya berkilat jahil, penuh kepuasan melihat ekspresi Valerie yang jelas terganggu.Valerie mendengus, lalu memutar bola matanya dramatis. “Jelas-jelas aku bahagia sekali karena tidak harus bertemu denganmu setiap detik, Tuan gigolo Sempurna! Ini benar-benar kabar baik untuk kesehatan mentalku.”Aldrich tertawa pelan, tampaknya justru menikmati celotehan Valerie. “Ah, sungguh? Tapi mengapa aku menangkap kesan sebali

DMCA.com Protection Status