Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 014 [TIDAK TAHU MALU]

Share

Chapter 014 [TIDAK TAHU MALU]

last update Last Updated: 2024-12-15 01:40:36

“Wajahmu memerah? Apa kau sedang teringat malam kita di Paris?”

Aldrich menggoda, senyumnya lebar penuh arti. Ia menyandarkan tubuhnya santai di kursi, seolah ingin memperpanjang rasa tidak nyaman Valerie.

Valerie langsung memutar matanya dengan dramatis, berusaha menutupi kegugupannya. Ia tahu ia tidak boleh terlihat terguncang. “Oh, tolong, Aldrich. Kalau wajahku memerah, itu karena lampu bar ini terlalu redup, bukan karena omong kosongmu.”

Aldrich tertawa kecil, nada bicaranya tetap menggoda. “Benarkah? Aku rasa bukan lampu yang membuatmu seperti ini. Kau kelihatan terlalu gelisah untuk sekadar efek pencahayaan.”

Valerie menegakkan tubuh, berusaha keras menahan diri agar tidak tersulut oleh godaan pria di hadapannya. Ia menyesap vodka di gelasnya perlahan sebelum menatap Aldrich dengan ekspresi datar yang jelas disengaja.

“Kau tahu,” katanya, suaranya terdengar datar tapi menusuk. “Selain narsis, kau juga tidak tahu malu, ya? Sungguh kombinasi yang... menawan.”

Aldrich mengangkat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Wi2t(MACAN)
Q kok jadi pengen getok pala vale ya... jaim nya setinggi menara tiang bendera, pengen ku lempar aja ke KUA... sabar aldrc... tetap berusaha dan berdoa.. smg hasilnya manis kyk authornya wkwkwk
goodnovel comment avatar
Tanzanite Haflmoon
asli aku suka banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 015 [MENYEBALKAN]

    “Kau basah,” komentar Aldrich sambil melirik Valerie dari ujung rambut hingga ujung kaki.Valerie baru saja kembali dari toilet dengan rambut sedikit berantakan dan wajah yang masih terlihat lembap setelah membasuhnya tadi. Perkataan ambigu Aldrich membuatnya langsung memutar bola mata. “Astaga, kau ini bisa tidak berbicara seperti orang normal?” balasnya tajam, sambil berjalan menghampiri meja untuk mengambil tas yang ia tinggalkan.“Babe, kau mau meninggalkanku, ya?” goda Aldrich, suaranya cukup keras untuk menarik perhatian beberapa orang di sekitar mereka. Valerie langsung menoleh tajam ke arahnya. Ia melihat sekilas sosok ayahnya, Bastian, yang sedang mengawasi dari jauh dengan tatapan penuh antisipasi.Merasa semakin kesal dengan tingkah Aldrich, Valerie dengan santai mengacungkan jari tengahnya kepada pria itu sambil menggumamkan kata kasar. Namun bukannya tersinggung, Aldrich malah terkekeh pelan, senyum miring khasnya tak kunjung hilang dari wajahnya.“Ya ampun, calon tunan

    Last Updated : 2024-12-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 016 [MEMBANGUNKAN PUTRI TIDUR]

    “Sudah sampai,” gumam Aldrich, tapi suaranya tertahan ketika melirik ke arah Valerie yang duduk di kursi penumpang. Wanita itu tertidur. Kepalanya sedikit miring ke arah jendela, rambutnya tergerai lembut menyentuh bahunya, beberapa helai menutupi sebagian wajahnya. Napasnya teratur, naik turun dengan lembut, membuatnya terlihat begitu damai dan tanpa beban—sisi yang jarang Aldrich lihat dari wanita yang biasanya penuh energi dan sinisme.Aldrich memiringkan tubuhnya sedikit, memperhatikan lebih dekat. Wajah Valerie terlihat tenang di bawah cahaya redup dari lampu jalan yang menyusup ke dalam mobil. Bibirnya yang berwarna alami sedikit terbuka, kulitnya tampak halus, dengan garis wajah yang sempurna. Hidungnya yang mancung dan alisnya yang melengkung sempurna memberi kesan keanggunan, bahkan dalam tidur. Ada rona merah muda samar di pipinya, entah karena suhu di dalam mobil atau mimpi yang menyenangkan. Aldrich tak bisa menahan senyum tipis.“Tidur seperti ini saja tetap cantik,”

    Last Updated : 2024-12-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 017 [MENCURI RUANG TANPA IZIN]

    “Sssth...” Valerie memegangi kepalanya yang berdenyut, mungkin efek samping dari minuman beralkohol yang tadi ia tenggak di restoran. Dengan langkah lesu, ia menghempaskan diri ke sofa ruang tamu, lalu memejamkan mata sejenak. Hening malam terasa menenangkan, tapi pikirannya justru penuh dengan hal-hal yang tak ingin ia pikirkan.Tiba-tiba, wajah Aldrich yang begitu dekat dengannya di mobil tadi kembali melintas di benaknya. Napasnya tercekat saat membayangkan senyuman miring pria itu, dan bagaimana suaranya terdengar santai namun menggoda ketika berkata ingin menciumnya. Valerie menggigit bibir bawahnya, lalu membuka mata dengan cepat.“Tidak bisa kupungkiri, dia memang tampan.” gumamnya, setengah kesal, setengah terpesona. Ia mendengus pelan, merasa hidupnya seperti lelucon besar. Bagaimana mungkin pria yang harusnya ia jauhi malah terus-menerus mendominasi pikirannya?Namun, tanpa sadar, pikirannya beralih ke sosok lain: Charlos. Mantan kekasihnya. Lelaki yang pernah ia percaya

    Last Updated : 2024-12-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 018 [MIMPI LIAR]

    “Jam berapa ini?”Valerie meraba-raba meja kecil di samping tempat tidur, mencari ponselnya yang entah di mana. Matanya masih setengah tertutup, sementara pikirannya mencoba menyesuaikan diri dengan kenyataan pagi itu. Akhirnya, ia menemukan ponselnya tergeletak di antara tumpukan buku. Layarnya menyala, menunjukkan waktu yang sudah melewati pukul sembilan pagi."Sial," gumam Valerie sambil mengusap wajahnya. Ia berharap tidur semalam bisa menghapus pikiran tentang Aldrich, atau setidaknya menyegarkan dirinya. Tapi kenyataan berbicara lain. Alih-alih melupakan pria itu, ia malah memimpikannya—dan tidak tanggung-tanggung, mimpi itu liar, berani, dan terlalu detail untuk diabaikan."Astaga, Valerie," rutuknya pelan sambil memegangi kepalanya. "Kau pasti sudah gila. Bagaimana bisa memimpikan pria menyebalkan itu dalam skenario seperti demikian?"Ia terdiam sejenak, mencoba mengingat mimpinya. Wajah Aldrich yang tersenyum miring, tatapan tajamnya yang seolah tahu semua kelemahan Valer

    Last Updated : 2024-12-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 019 [TIDAK TERLALU BURUK]

    "Kau tepat waktu juga," kata Valerie sambil membuka pintu, menatap Aldrich yang berdiri di depannya dengan senyum khas yang membuatnya sulit ditebak.Meski sempat menggerutu sepanjang pagi, nyatanya Valerie tetap mempersiapkan diri. Ia memilih mengenakan gaun santai bermotif bunga-bunga kecil yang memberikan kesan kasual namun tetap anggun. Potongan gaun itu sederhana, dengan tali tipis di bahu dan rok yang sedikit mengembang hingga di atas lutut. Rambutnya ditata rapi dalam gaya bun tinggi, menyisakan beberapa helaian lembut yang membingkai wajahnya. Tidak ada riasan berlebihan, hanya lip gloss tipis yang menonjolkan warna natural bibirnya.Aldrich menatap Valerie dari ujung kepala hingga kaki, sejenak terdiam sebelum mengangkat alisnya. "Kau tahu, kau membuat tugas ini lebih sulit untukku.""Apa maksudmu?" Valerie menatap Aldrich curiga.Aldrich tersenyum miring, matanya berbinar nakal. "Mencoba menjaga jarak, tentu saja. Tapi kalau kau terus terlihat seperti ini, aku mungkin lup

    Last Updated : 2024-12-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 020 [KULITMU, LEMBUT]

    "Lalu hari ini kita mau ke mana?" tanya Valerie, akhirnya menyerah untuk melanjutkan pembicaraan ini dengan nada formal. Ia menyilangkan kedua lengannya, menatap Aldrich dengan wajah setengah jengah. Pria itu selalu punya cara untuk membuatnya penasaran, meski Valerie benci mengakuinya.Aldrich menegakkan tubuhnya, meletakkan gelas di meja dapur sebelum menyelipkan tangan ke saku celananya. "Ke butik," jawabnya santai, seolah itu adalah hal paling wajar di dunia."Butik?" Valerie memiringkan kepalanya. "Apa kau mau membeli setelan baru untuk dirimu sendiri? Kalau ya, kenapa aku harus ikut? Lagipula, bukankah hari ini kau mengatakan jika kita akan menghadiri acara keluarga?"Aldrich terkekeh, sorot matanya penuh godaan. "Bukan untukku, babe. Untukmu."“Ah, sebenarnya yang kedua itu tidak sungguh-sungguh. Aku hanya ingin bermain denganmu.” tambah Aldrich melanjutkan. Valerie mendadak terdiam. Giginya saling beradu, geram dengan tingkah Aldrich yang semaunya itu. Menarik nafas panjan

    Last Updated : 2024-12-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 021 [KOMENTAR TAJAM]

    Setelah beberapa saat menenangkan dirinya di ruang ganti, Valerie keluar dengan anggun mengenakan gaun yang tadi Aldrich bantu kenakan. Gaun itu berwarna biru muda dengan potongan yang pas di tubuhnya, memancarkan aura elegan. Ia berjalan menuju Aldrich yang tengah duduk santai di sofa, tapi pria itu segera bangkit ketika melihatnya."Luar biasa," Aldrich memujinya dengan nada tulus kali ini, tanpa tambahan godaan seperti biasanya. Mata pria itu memperhatikan Valerie dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Aku tahu itu akan cocok denganmu."Valerie memutar bola matanya, meski pipinya sedikit memerah. "Kau terlalu banyak bicara. Jadi, ini cukup atau kau ingin aku mencoba semua gaun di sini?"Aldrich tersenyum kecil, mengambil ponselnya dan pura-pura sibuk mengetik sesuatu. "Sepertinya aku harus membeli gaun ini untukmu.""Membelikan gaun? Aku bisa membayarnya sendiri, Aldrich," tegas Valerie sambil melipat tangan.Aldrich menurunkan ponselnya, menatapnya serius. "Aku tahu kau bisa, Val

    Last Updated : 2024-12-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 022 [MAGNET]

    "Aku ke toilet dulu."Valerie bangkit dari tempat duduknya setelah mengelap singkat bibirnya dengan serbet. Gerakannya anggun, meskipun terlihat sederhana. Aldrich hanya mengangguk, matanya mengikuti punggung Valerie yang menjauh, melangkah dengan percaya diri di antara meja-meja restoran mewah itu.Aldrich bersandar di kursinya, mengambil posisi yang begitu santai namun tetap terlihat berwibawa. Pemandangan pria itu dengan jas hitam sempurna, rambut tertata rapi, dan rahang tegas yang memancarkan aura dingin membuat siapa pun yang melihatnya sulit berpaling. Beberapa orang mulai memperhatikan, dan suara bisik-bisik pelan terdengar dari meja terdekat."Dia artis, kan?" bisik seorang wanita muda di meja depan, matanya melirik penuh penasaran."Entahlah, tapi wajahnya tampan sekali," timpal temannya sambil terus mencuri pandang.Aldrich tidak peduli. Selama tiga puluh tahun hidupnya, perhatian semacam ini sudah menjadi hal yang biasa. Entah itu di restoran, jalan umum, atau acara-aca

    Last Updated : 2024-12-16

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 173

    Valerie tahu ia harus mundur. Ia harus menjauh sebelum semuanya semakin tak terkendali. Tapi ketika Aldrich semakin mendekat, ketika matanya yang tajam menatap bibirnya seolah meminta izin tanpa kata, Valerie justru tetap diam.Tidak ada keraguan. Tidak ada kecanggungan.Lalu, bibir Aldrich menyentuhnya—hangat, lembut, dan begitu pasti.Ciuman itu bukan tuntutan, bukan juga sesuatu yang tergesa-gesa. Aldrich menciumnya dengan tenang, seakan memberi waktu bagi Valerie untuk menyadari apa yang sedang terjadi. Sentuhannya dalam, tapi tidak mendesak. Seolah ia ingin Valerie merasakan setiap sensasi, setiap getaran yang muncul dari sentuhan mereka.Dan Valerie? Ia membalas.Tanpa sadar, jemarinya yang tadinya mengepal di dada Aldrich kini melonggar, jemari kecilnya merayap naik, menyentuh leher pria itu, lalu berhenti di belakang tengkuknya. Ia tidak menarik Aldrich lebih dekat, tapi juga tidak mendorongnya pergi.Aldrich menangkap isyarat itu dengan cepat. Ciumannya semakin dalam, lebih

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 172

    "Letakkan saja, biar aku yang membersihkan sisanya," kata Aldrich saat melihat Valerie bersiap membereskan piring dan peralatan makan mereka.Namun, bukannya menurut, Valerie justru tetap berdiri di tempatnya. "Kau sudah memasak. Biar aku yang membersihkannya." Ia mengerucutkan bibir, menunjukkan ketidaksetujuannya.Aldrich hanya meliriknya sekilas sebelum dengan sigap mengambil piring dari tangan Valerie. "Kau duduk saja," ujarnya tegas, lalu membawa semua peralatan makan ke wastafel.Tapi tentu saja, Valerie tidak mau diam begitu saja. Ia justru mengikuti Aldrich sampai ke wastafel, memperhatikannya dengan penuh rasa ingin tahu.Aldrich, tanpa menghiraukannya, mengambil celemek hitam yang tergantung di samping lemari dapur, lalu mengenakannya dengan gerakan terlatih. Ia juga menyarungkan sepasang sarung tangan karet sebelum mulai mencuci piring dengan telaten. Jemarinya yang biasanya tampak garang saat mengetik di laptop atau menggenggam setir mobil, kini dengan luwes menggosok set

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 171

    “Kau ingin melihat kamarmu?”Suara Aldrich yang dalam menyadarkannya dari lamunannya. Valerie menoleh, menemukan pria itu sudah berdiri di dekat tangga dengan ekspresi tenang, tetapi matanya tetap mengamati Valerie dengan cermat.Valerie mengangguk pelan, mencoba mengabaikan perasaan aneh yang merayapi dirinya. Ia mengikuti Aldrich menaiki tangga lebar yang terbuat dari kayu gelap dengan pegangan besi berukir. Langkah mereka nyaris tidak bersuara di lantai kayu, menciptakan suasana yang semakin sunyi.Setibanya di lantai atas, Aldrich membuka salah satu pintu di sisi kiri koridor. Valerie melangkah masuk dan langsung terdiam.Kamar itu lebih besar dari apartemennya.Tempat tidur berukuran king dengan seprai putih bersih berada di tengah ruangan, berhadapan langsung dengan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan hutan di kejauhan. Ada sofa kecil di sudut ruangan, serta meja kerja yang terlihat simpel namun elegan.Dibandingkan dengan kemewahan yang dingin di mansion Aldrich, ruang

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 170

    Mobil melaju dengan kecepatan stabil di jalanan yang semakin lengang. Valerie yang awalnya masih tegang, perlahan mulai menyadari sesuatu. Jalanan yang mereka lalui bukanlah rute menuju apartemennya, juga bukan ke mansion Aldrich.“Kita ke mana?” tanyanya, menoleh pada Aldrich dengan alis berkerut.Aldrich tetap menatap ke depan, wajahnya tanpa ekspresi. “Tempat yang lebih aman.”Valerie merasakan firasat aneh menyelusup ke dalam dirinya. “Tapi apartemenku—”“Sudah tidak aman,” potong Aldrich tegas. “Juga mansionku. Charlos bukan orang bodoh. Jika dia cukup berani mengikutiku sejauh ini, dia pasti punya mata-mata yang memantau setiap pergerakanku.”Valerie menggigit bibirnya, pikirannya berputar. “Lalu ke mana kau membawaku?”Aldrich akhirnya menoleh sekilas ke arahnya, sebelum kembali fokus pada jalan. “Villaku.”Valerie mengerjap. “Villa?”Aldrich mengangguk. “Di luar kota, jauh dari pemukiman. Hanya sedikit orang yang tahu keberadaannya, dan tidak ada yang bisa menemukanmu di sana

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 169

    “Kita meninggalkan mobil ini di sini?” Valerie bertanya pelan.Aldrich mengangguk. “Ya, biarkan mereka mengikuti yang salah.”Bawahan Aldrich segera membawa mobil lama mereka pergi ke arah yang berbeda, seolah mereka masih ada di dalamnya. Sementara itu, Aldrich dan Valerie sudah berada di kendaraan baru, melaju ke arah lain.Di kejauhan, Charlos yang masih memantau melalui sistem pelacakan mulai menyeringai.“Aku tahu kau cerdas, Aldrich.” Ia berbisik, matanya menatap titik bergerak di layar ponselnya.Namun, senyumannya perlahan memudar ketika ia menyadari sesuatu yang aneh. Mobil yang ia lacak tiba-tiba bergerak ke arah yang tidak masuk akal.Charlos mengerutkan kening. “Tunggu… Apa ini?”Dalam hitungan detik, titik tersebut berhenti di satu lokasi. Lalu—hilang.Charlos mengumpat. Ia baru sadar—Aldrich telah mengelabuinya. Charlos membanting ponselnya ke dashboard dengan frustrasi. Rahangnya mengeras, matanya menatap kosong ke arah jalanan yang kini terasa semakin gelap di bawah ba

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 168

    Dari dalam mobil dengan kaca gelap yang terparkir di seberang jalan, Charlos mengamati pemandangan di depannya dengan rahang mengatup keras. Jemarinya mengepal di atas pahanya, sementara matanya tak lepas dari sosok Valerie yang tertawa lepas di samping Aldrich."Cih... Lihat kau sekarang, Valerie," gumamnya dengan nada penuh kebencian. "Bersama pria yang bahkan tidak seharusnya ada di sisimu."Charlos menyandarkan tubuhnya ke jok mobil, menekan dahinya dengan ibu jarinya sementara pikirannya berkecamuk. Ia sudah memperhitungkan banyak hal, tetapi satu hal yang tidak ia duga adalah betapa cepatnya Aldrich mengambil alih posisi di hati Valerie. Seharusnya, wanita itu masih terluka dan rentan setelah pengkhianatannya dulu.Harusnya, Valerie kembali padanya.Harusnya, Valerie tidak bisa bahagia dengan pria lain."Kau pikir kau sudah menang, Aldrich?" gumamnya rendah, bibirnya menyeringai tipis. "Aku tidak akan diam saja melihat ini."Charlos lalu meraih ponselnya dan membuka pesan dari

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 167

    Mobil mewah Aldrich melaju mulus di sepanjang jalan utama, meninggalkan pusat kota yang sibuk. Valerie bersandar di jok penumpang, sesekali melirik ke luar jendela, mencari sesuatu.“Aldrich, berhenti di situ,” ujarnya tiba-tiba, matanya berbinar melihat gerobak cendol pinggir jalan.Aldrich mengerutkan kening, melirik ke arah yang dimaksud Valerie. Di sana, seorang penjual cendol tua tengah sibuk melayani pelanggan dengan mangkuk plastik berisi es serut hijau, santan, dan gula merah kental. Motor-motor terparkir sembarangan di sekitar gerobak, beberapa orang duduk di bangku kayu, menyeruput minuman mereka dengan puas.Dahi Aldrich semakin berkerut. “Di sana?” tanyanya, terdengar tidak yakin.“Iya,” Valerie mengangguk penuh semangat. “Aku mau cendol dari bakul itu.”Aldrich menekan rem perlahan, tetapi tak segera menepikan mobilnya. Tatapannya kembali ke Valerie, kali ini dengan ekspresi skeptis. “Kau yakin? Kita bisa pergi ke restoran atau kafe yang menjual cendol lebih bersih dan

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 166

    Dalam ruangan yang remang-remang, Charlos duduk di belakang mejanya, jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan kayu dengan ritme lambat. Wajahnya datar, tetapi sorot matanya menyiratkan ketidakpuasan.“Rencana kita gagal,” katanya dengan suara rendah, menelepon seseorang.Di seberang sana, Jennifer tengah duduk santai di sebuah salon mewah. Wanita itu meniup lembut kukunya yang baru saja dihiasi nail art berkilauan, seolah apa yang dikatakan Charlos bukan masalah besar.“Kalau begitu, jalankan rencana kedua,” ujar Jennifer santai, suaranya terdengar seperti mendikte. “Aku ragu kali ini Valerie akan lolos.”Senyum tipis muncul di sudut bibir Charlos. Tanpa menanggapi lebih lanjut, ia menutup panggilan itu secara sepihak. Jemarinya kini bertaut, sementara tatapannya meredup penuh obsesi.“Kau harus kembali padaku, Valerie,” gumamnya pelan. “Jika tidak, maka tak akan ada yang bisa memilikimu.”Sementara Valerie baru saja menyusun laporan terakhirnya hari itu. Berkas-berkas sudah tertata rapi,

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 165

    Kabar bahwa Valerie adalah tunangan Aldrich sekaligus pewaris tunggal EliteCrop yang tengah belajar mandiri menyebar seperti api di antara para karyawan. Bisikan demi bisikan terdengar di berbagai sudut kantor, mulai dari kantin, ruang kerja, hingga lorong-lorong yang biasanya dipenuhi obrolan ringan.“Jadi, selama ini dia bukan sekadar sekretaris biasa?” bisik salah satu karyawan dengan ekspresi tak percaya.“Astaga, pantas saja Pak Aldrich begitu melindunginya. Aku kira dia hanya favorit atasan, ternyata…”“EliteCrop itu perusahaan teknologi besar, kan? Berarti dia lebih dari sekadar pewaris—dia bisa saja punya kuasa lebih besar dari Pak Aldrich suatu hari nanti!”Mereka yang sebelumnya memandang rendah Valerie kini mulai merasa canggung. Beberapa karyawan yang sempat bergosip buruk tentang Valerie kini merasa was-was. Mereka bertukar pandang dengan gelisah, bertanya-tanya apakah Aldrich akan mengingat siapa saja yang pernah meremehkan tunangannya.Sementara itu, Valerie tetap menj

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status