Beranda / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 002 [Bertemu Kembali]

Share

Chapter 002 [Bertemu Kembali]

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 09:27:58

“Sial, aku terlambat!”

Valerie, wanita berusia 23 tahun itu mempercepat langkah kakinya, sesekali ia melirik jam di pergelangan tangan.

Ia tiba di sebuah gedung perkantoran dengan perasaan campur aduk.

Penerbangan panjang dari Paris tak mampu mengalihkan pikirannya dari malam terakhirnya di kota tersebut. Mengingat gigolo malam itu membuat hatinya berdenyut aneh—antara malu, kecewa, dan rasa rindu yang tak masuk akal.

Namun, Valerie segera menepis pikirannya. Hari ini, ia harus bersikap profesional.

Wawancara kerja di perusahaan IT ternama ini adalah kesempatan besar, setelah ia memilih untuk kabur dari rumah karena sang Daddy yang mengatur perjodohan untuknya.

Hell, ia baru saja dikhianati oleh dua orang terpercaya sekaligus. Pacar dan sahabatnya.

Dan sekarang ia tidak akan membiarkan pikirannya kacau hanya karena kenangan sesaat dengan seorang pria.

Saat Valerie memasuki ruang resepsionis, ia disambut oleh suasana modern dengan kaca-kaca besar yang memantulkan sinar matahari. Di dinding terpampang logo perusahaan besar yang membuat hatinya sedikit berdebar.

HC group.

Seorang resepsionis ramah mengarahkannya ke ruang tunggu.

Valerie duduk, mencoba menenangkan dirinya dengan menarik napas panjang. Beberapa menit kemudian, seorang asisten datang menjemputnya.

“Ms. Valerie, silakan ikut saya. CEO kami ingin bertemu langsung dengan Anda sebelum sesi wawancara dimulai,” kata asisten itu dengan senyum profesional.

Valerie mengerutkan kening. CEO? Bukankah biasanya ia hanya bertemu dengan manajer rekrutmen? Namun, ia tetap mengikuti asisten itu tanpa bertanya lebih jauh.

Pintu besar di ujung koridor terbuka, memperlihatkan ruangan luas dengan pemandangan kota yang memukau. Di sana, berdiri seorang pria yang tengah membelakanginya, mengenakan jas rapi.

Ketika pria itu berbalik, waktu seolah berhenti.

“Tidak mungkin!” pikir Valerie dalam hati.

Ia terpaku di tempatnya, darahnya berdesir dingin. Matanya membulat, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Pria yang ia kira gigolo itu kini berdiri di hadapannya sebagai CEO perusahaan tempat ia melamar kerja.

Aldrich Daylon Hugo.

Aldrich menyunggingkan senyum tipis, matanya penuh dengan ketenangan dan kepercayaan diri yang sama seperti malam itu. Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda—tatapannya lebih tajam, seolah sengaja membaca reaksi Valerie.

“Valerie,” sapanya dengan nada yang begitu akrab, membuat jantung Valerie semakin berdebar.

“Selamat datang di HC group. Senang sekali kita bertemu lagi.”

Valerie berusaha keras untuk tetap tenang, meskipun hatinya ingin menjerit. “A-Aldrich… Anda CEO perusahaan ini?” tanyanya dengan suara nyaris berbisik.

Aldrich melangkah mendekat, jaraknya semakin membuat Valerie merasa tak nyaman.

“Kau tampak terkejut,” jawabnya santai. “Ya, saya CEO di sini. Tapi saya lebih penasaran kenapa kau tidak mengatakan apa-apa saat kita bertemu di Paris.”

Valerie membeku. “Saya… saya tidak tahu… Maksud saya, saya pikir…,” ia tergagap, tak tahu harus menjelaskan bagaimana.

Aldrich hanya tersenyum lagi, tatapannya penuh arti. “Kita bisa membahas itu nanti,” katanya dengan nada ringan.

“Sekarang, saya ingin mendengar alasan kau mau bekerja di sini.”

Valerie mencoba mengumpulkan keberanian. Ia tahu, ini bukan waktu yang tepat untuk membahas malam panas mereka di Paris. Meskipun itu adalah sesuatu yang tak bisa Valerie lupakan. Setiap kali melihat Aldrich tersenyum, Valerie teringat bagaimana pria itu mendesah dengan menyebutkan namanya.

Maka dari itu, ia memutuskan untuk fokus pada tujuannya lebih dulu.

Namun, dalam hatinya, Valerie tahu bahwa hubungannya dengan Aldrich baru saja memasuki babak baru yang tak terduga.

Sementara Aldrich di tempatnya, ia berusaha keras mempertahankan ekspresi profesionalnya, namun tatapannya tak bisa lepas dari sosok Valerie.

Wanita itu berdiri di depannya dengan balutan blus satin krem yang membingkai tubuh rampingnya dengan sempurna, dipadukan dengan rok pensil hitam yang menonjolkan keanggunannya.

Rambutnya yang tergerai lembut memberikan sentuhan feminin yang memikat, membuat Aldrich teringat pada malam panas mereka di Paris—malam yang terus terngiang di benaknya.

Dalam hati, Aldrich mengutuk dirinya sendiri. Matanya kembali menelusuri wajah Valerie. Ada sesuatu dalam tatapan wanita itu.

Sebuah campuran kebingungan, ketegangan, dan keteguhan yang membuatnya semakin sulit mengalihkan perhatian. Aldrich menarik napas panjang, mencoba mengendalikan diri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Yu.Az.
lah kembali ketemu lagi wkwkwkw
goodnovel comment avatar
Alusha Veyya
Penggambaran karakternya pun detail, aku jadi bisa ngebayangin. Di otakku kayak pilem ...️...️
goodnovel comment avatar
Wi2t(MACAN)
wah kejutan luar biasa, tak hanya vale, Q juga deg degan, smg pertemuan kedua ini mmbwa vale pd hubungan yg harmonis, dan mmpu mengobati luka hati krn dikhianati kekasih dan sahabatnya. Smngat kk Kikan......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 003 [Diterima Bekerja]

    “Jadi, itu alasan saya ingin bergabung di perusahaan ini,” ucap Valerie, menjawab pertanyaan Aldrich dengan suara yang tenang namun penuh keyakinan.Aldrich memiringkan kepala sedikit, memperhatikan wanita di depannya dengan intensitas yang tidak sepenuhnya ia sadari. “Valerie,” katanya, suaranya terdengar lebih lembut dari yang ia maksudkan. “Kau terlihat… siap untuk kesempatan ini.”Tatapannya tanpa sengaja turun ke jemari Valerie yang tampak meremas clutch-nya dengan gugup. Gerakan kecil itu tidak terlewat dari matanya, memberi kesan bahwa di balik sikap percaya dirinya, ada kelembutan yang sengaja ia sembunyikan. Valerie segera sedikit menegakkan tubuh, berusaha memperkuat auranya yang profesional. Ia tidak ingin Aldrich, atau siapa pun, melihat sisi rentannya. “Terima kasih,” jawabnya dengan nada yang terdengar mantap, meskipun di dalam hatinya ada gejolak yang sulit ia abaikan.Mata mereka bertemu untuk beberapa detik, masing-masing mencoba membaca pikiran yang tersembunyi di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 004 [Kesalahan Pertama]

    Hari-hari awal Valerie sebagai sekretaris CEO terasa seperti ujian mental. Jadwal Aldrich yang padat, rapat yang tak ada habisnya, dan tuntutan perfeksionisme membuatnya bekerja ekstra keras.Namun, kejadian memalukan di hari ketiga membuatnya ingin menggali lubang dan menghilang.Saat itu Valerie tengah sibuk menyortir email ketika Aldrich memintanya untuk mengirimkan daftar belanja pribadi kepada asisten rumah tangganya. Daftar itu sederhana. Hanya berisi bahan makanan, beberapa botol anggur, dan satu catatan tambahan yang nyaris luput dari perhatian Valerie. Karena terburu-buru, dia salah menekan tombol dan mengirimkan email itu ke seluruh divisi perusahaan. Dampaknya langsung terasa. Ponsel Valerie berbunyi tanpa henti, kolega mulai berbisik-bisik, dan beberapa bahkan tertawa terbahak-bahak. Baru saat itulah Valerie membuka kembali email yang ia kirimkan dan membaca bagian akhirnya: PS: Jangan lupa beli almond milk, bukan susu sapi biasa. Saya tidak mau jerawatan saat meeting b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 005 [Fakta Mengejutkan]

    “Jadi, Aldrich...” Suara berat Bastian terdengar dari telepon, bercampur antara bingung dan terkejut. "Kau CEO HC Group?""Benar, Pak Bastian," jawab Aldrich dengan santai, namun suaranya memancarkan dominasi. "Dan Valerie sekarang bekerja sebagai sekretaris saya. Sangat berbakat sekali putri Anda."Valerie, yang duduk di seberang meja, hampir tersedak napasnya.Sejenak, hanya ada keheningan di ujung telepon. Kemudian Bastian tertawa lega. "Baiklah kalau begitu. Saya senang dia tidak bekerja di tempat sembarangan."Setelah percakapan selesai, Aldrich menyerahkan ponsel Valerie kembali. Namun, senyum kecil di wajahnya penuh dengan ejekan terselubung. "Kau tidak perlu menyembunyikan apa pun dariku, Valerie."Valerie memicingkan matanya, mencoba menahan kekesalannya. Dengan nada berbisik tajam, ia menjawab, "Pak Aldrich, Anda tidak seharusnya ikut campur!""Oh?" Aldrich menyandarkan punggungnya dengan santai ke kursi, tatapannya tajam namun penuh permainan. "Jadi, ini rahasia? Dan siapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 006 [Ajakan Kerjasama?]

    "Arghhht!" Valerie berteriak sambil menjambak rambutnya sendiri, frustrasi. Setelah meninggalkan ruangan Aldrich dengan langkah tergesa dan pintu yang sengaja ia banting keras, ia berakhir di tangga darurat. Tempat yang sunyi itu menjadi pelarian sesaat dari kekacauan pikirannya.Ia menarik napas panjang, tapi udara yang ia hirup terasa berat, penuh dengan rasa frustrasi yang tak tertahankan. Tangannya gemetar memegang pegangan tangga, sementara matanya mulai berkaca-kaca.Valerie merasa marah. Ayahnya telah mengatur hidupnya tanpa sedikit pun mempertimbangkan perasaannya, memperlakukannya seperti pion dalam permainan bisnis. Ia juga bingung, karena Aldrich—pria yang ia kira gigolo saat di Paris—ternyata sudah mengenalnya sejak saat itu. Lebih buruk lagi, Aldrich adalah calon suami yang dijodohkan untuknya."Hell!" pikirnya pahit. Ia kabur dari rumah untuk menghindari perjodohan yang diatur ayahnya, tapi malah menghabiskan malam bersama pria itu. Ironisnya, saat itu ia sempat menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 007 [Menyusun Rencana]

    Hari itu, setelah menyegel aliansi canggung mereka, Valerie dan Aldrich sepakat untuk bertemu setelah jam kerja di sebuah kafe kecil di pinggiran kota. Valerie memilih tempat yang jauh dari keramaian kantor atau lingkungan bisnis, memastikan privasi mereka.Setelah menunggu beberapa saat, Aldrich muncul, mengenakan setelan santai tanpa dasi. Ia melirik sekeliling sebelum berjalan ke meja Valerie. "Pilihan tempat yang menarik," komentarnya saat duduk."Aku tidak ingin orang-orang membicarakan ini," jawab Valerie datar sambil mengaduk kopinya. "Kita di sini untuk rencana. Jadi, apa yang kau punya?"Aldrich mengangkat alis, sedikit tersenyum melihat Valerie yang langsung to the point. "Langsung ke inti, ya? Baiklah. Pertama-tama, kita perlu mempelajari apa yang sebenarnya diinginkan oleh kedua pihak keluarga kita.""Apa maksudmu? Bukannya jelas? Ayahku ingin aku menikah dengan pewaris HC group, dan kau jelas adalah alat untuk itu," jawab Valerie tajam.Aldrich mengangguk. "Itu kelihatan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 008 [KENAPA KAU HARUS TAMPAN, ALDRICH?]

    "Ah, akhirnya!" Valerie mendesah sambil merebahkan diri di ranjang apartemennya. Matanya menatap kosong ke langit-langit yang bercahaya lembut, sementara pikirannya melayang ke kejadian-kejadian yang baru saja berlalu. Ruangan itu tenang, nyaris terlalu sunyi, meskipun deru samar kendaraan dari luar masih terdengar."Paris..." gumamnya pelan, mengingat malam itu.Bayangan kamar hotel megah yang pernah ia tempati bersama Aldrich tiba-tiba muncul. Ranjang besar dengan seprai putih beraroma lavender, jendela kaca lebar yang menghadap gemerlap menara Eiffel, dan keheningan yang terasa begitu menusuk. Saat itu, ia masih mengira Aldrich adalah pria biasa—atau lebih tepatnya, gigolo mahal yang bisa ia bayar untuk melupakan kesedihannya."Lucu sekali," katanya sambil tertawa kecil, namun ada kepahitan di ujung suaranya. "Gigolo yang ternyata seorang bos besar. Apa lagi kejutan yang kau simpan, Aldrich? Ah... dia juga calon yang Ayah pilihkan.”Valerie mendesah sekali lagi, sebelum memili

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 009 [TIDAK KALAH OLEH WAKTU... ATAU PESONAMU]

    Kring!Alarm Valerie berbunyi nyaring, memecah keheningan pagi yang tenang. Dengan mata setengah tertutup, ia meraba-raba meja kecil di samping tempat tidurnya, mencari tombol mati pada jam itu. Begitu berhasil, ia kembali membenamkan dirinya ke dalam selimut, berharap bisa mencuri beberapa menit lagi dalam kehangatan kasurnya.Namun, ketenangan itu hanya bertahan sesaat.Drrt... drrt...Ponselnya mulai bergetar di atas meja. Valerie mendesah panjang, memutar badan untuk meraih ponsel, tetapi getaran itu tak kunjung berhenti.“Siapa sih pagi-pagi begini?” gerutunya setengah mengantuk, memaksakan mata untuk menatap layar ponsel. Namun begitu melihat nama yang tertera, kantuknya langsung hilang.Gigolo tampan.Nama itu selalu membuat darahnya berdesir—campuran antara rasa kesal dan gugup. Aldrich, bosnya sekaligus pria yang entah bagaimana selalu berhasil membuatnya merasa tak terkendali. Terlebih setelah ia mengetahui bahwa pria itu adalah lelaki yang di jodohkan Ayahnya dalam pernikah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 010 [SEMAKIN SEMANGAT]

    “Pagi, Val!”Valerie mengangguk sambil tersenyum ramah, membalas sapaan beberapa karyawan yang lewat. Sepatu hak rendahnya mengeluarkan suara lembut setiap kali menyentuh lantai, memberikan kesan santai namun tetap anggun. Meski pagi ini dia harus tergesa-gesa, Valerie tetap menjaga wajahnya terlihat tenang.Dia berjalan menuju lift bersama beberapa karyawan lainnya, sesekali melirik ponselnya untuk memastikan tidak ada pesan mendesak dari Aldrich. Saat sampai di depan lift, ia berdiri tenang, menunggu pintu terbuka. Suara obrolan kecil dari karyawan lain memenuhi ruangan, tetapi Valerie hanya fokus pada pikirannya sendiri."Aldrich pasti sudah di ruang rapat. Kalau aku terlambat, dia pasti akan mengomentari penampilanku lagi. Ah, kenapa aku peduli? Yang penting dokumen lengkap."Suara ding dari lift membuyarkan lamunannya. Valerie melangkah masuk bersama beberapa orang lainnya. Tangannya memegang erat tas kulitnya, dan ia bersandar ke dinding lift, menikmati momen singkat untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13

Bab terbaru

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 207

    Langit mulai beranjak senja saat rombongan mobil hitam mewah memasuki gerbang besar bergaya klasik Eropa yang berdiri megah di ujung jalan pribadi sepanjang hampir satu kilometer. Pagar besi berornamen emas terbuka perlahan, menampilkan pemandangan mansion Bastian yang seperti diambil dari halaman majalah arsitektur kelas dunia.Mansion itu berdiri tiga lantai dengan dominasi marmer putih krem, jendela-jendela tinggi berbingkai emas matte, dan pilar-pilar kokoh menjulang. Air mancur dengan patung kuda berlapis perunggu menjadi pusat taman depan, dengan rumput yang dipangkas sempurna dan lampu-lampu taman mulai menyala hangat seiring langit menggelap.Saat mobil berhenti, beberapa bodyguard berbadan tegap segera membuka pintu. Valerie turun terlebih dahulu, mengenakan dress soft pink selutut yang membentuk tubuh rampingnya. Flat shoes putihnya menyentuh marmer dengan langkah anggun. Di belakangnya, Aldrich turun dengan gaya khasnya—jas casual warna arang, kemeja putih berpotongan pas

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 206

    Suasana lorong rumah sakit yang tadinya hanya dipenuhi langkah tenang dan percakapan pelan berubah dalam sekejap. Seorang wanita dengan balutan blouse ketat berwarna merah marun dan rok pensil hitam selutut berjalan mendekat. Tubuhnya tinggi, lekuknya jelas, dan aroma parfum mahal yang menyengat langsung menyelimuti udara di sekitarnya. Sepasang stilettosnya berdetak nyaring di lantai, membuat beberapa kepala menoleh.Tatapannya langsung tertuju pada Aldrich, seperti sasarannya sudah terkunci sejak awal.“Hai,” ujarnya dengan suara mendesah yang dibuat-buat. “Boleh aku minta nomor teleponmu?”Tanpa memperdulikan Valerie, wanita itu dengan santainya meraih lengan Aldrich. Bahkan, saat Valerie hendak bicara, wanita itu mendorong bahunya perlahan ke samping sambil menambahkan.“Adik manis, kau minggir dulu.”Sentuhan itu tak keras, tapi cukup membuat Valerie sedikit terkejut dan melangkah setengah mundur. Aldrich yang menyadari gerakan itu langsung menoleh cepat ke arah Valerie, dan sa

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 205

    “Jadi, apa yang ingin kau katakan tentang Charlos kemarin malam?” tanya Valerie pelan, matanya tetap tertuju pada layar, tapi perhatiannya jelas hanya untuk pria di sebelahnya.Aldrich menghabiskan sisa popcorn di dalam mulutnya, lalu menoleh menatap Valerie. Dengan santai namun penuh intensi, tangannya yang berada di bahu Valerie menarik wanita itu semakin mendekat. Tanpa berkata apa-apa terlebih dulu, Aldrich menunduk dan melabuhkan satu kecupan lembut di bibir Valerie.Ciuman itu singkat, tapi cukup untuk membuat darah Valerie berdesir. Wajahnya otomatis memerah, namun ia dengan cepat mengontrol ekspresinya, pura-pura tetap biasa saja meski jantungnya berdebar dua kali lebih kencang.Aldrich tersenyum kecil atas reaksi Valerie, lalu menjawab dengan nada tenang, “Dia mengakui semuanya, sayang. Dan kemungkinan sidang pertamanya tidak akan lama lagi.”Valerie mengangguk pelan, lalu memiringkan tubuhnya agar bisa lebih fokus mendengarkan. Tatapan Aldrich berubah serius saat melanjutka

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 204

    Valerie sibuk mengocok telur di mangkuk sambil bersenandung kecil. Aroma roti panggang mulai memenuhi dapur, berpadu dengan wangi kopi yang mengepul dari mesin. Aldrich duduk di meja, dagunya bertumpu pada tangan, memperhatikan setiap gerak-gerik Valerie dengan tatapan yang tidak bisa lebih jatuh cinta dari itu.“Aku masih heran,” kata Aldrich tiba-tiba, alisnya bertaut sedikit. “Dokter bilang kau sedang hamil, tapi… kenapa perutmu masih saja datar?”Valerie menghentikan gerakan tangannya, lalu menoleh dengan ekspresi bingung sekaligus geli.“Aldrich…” katanya pelan, “Aku bahkan belum telat dua belas minggu.”Aldrich mengerjap. “Serius? Tapi bukankah harusnya... ya setidaknya... buncit sedikit?”Valerie tak bisa menahan tawanya. Telurnya nyaris tumpah dari mangkuk karena tubuhnya terguncang menahan geli. Ia menatap Aldrich dengan ekspresi antara sayang dan ingin melemparkan spatula ke wajah tampannya.“Itu bukan sulap, Mr. Aldrich,” katanya sambil berjalan ke arahnya dengan telur mas

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 203

    Pagi itu, matahari menyelinap lembut dari balik tirai tipis yang menari pelan tertiup angin. Cahaya keemasan membelai pelan kulit Valerie yang hangat dan bersinar alami. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, ia bangun dengan senyuman lebar tanpa alasan lain… selain bahagia.Tidak ada beban. Tidak ada rasa ragu. Tidak ada kebohongan.Hanya perasaan yang mengalir ringan seperti aliran udara pagi yang segar.Ia memiringkan tubuhnya perlahan, dan matanya segera jatuh pada sosok yang berbaring di sebelahnya. Aldrich.Pria itu masih terlelap, wajahnya damai, tanpa sedikit pun garis kekhawatiran seperti biasanya. Rambutnya berantakan dengan cara yang justru menambah pesonanya. Rahangnya yang tajam terlihat lebih santai dalam tidur, dan bibir tipisnya sedikit menganga, membuat Valerie tergoda untuk menempelkan ciuman kecil di sudutnya.Tapi bukan hanya wajahnya yang menarik perhatian.Selimut tipis yang menutupi tubuh Aldrich hanya sampai di pinggul, memperlihatkan sebagian bes

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 202

    Aldrich memandangi wajah Valerie yang begitu dekat dengannya, napasnya nyaris tercekat di tenggorokan. Cahaya lampu ruangan yang hangat membingkai wajah wanita itu dengan sempurna. Mata yang dulu pernah menatapnya penuh keberanian saat ia tersungkur dalam ketakutan, kini menatapnya penuh harap dan keraguan yang manis.Perlahan, Aldrich mengangkat tangan, menyentuh pipi Valerie. Sentuhan itu lembut, nyaris seperti menyentuh mimpi yang paling rapuh.“Aku mencintaimu, Valerie,” ucap Aldrich tiba-tiba. Suaranya dalam dan jujur, tak lagi terbebani. “Sejak dulu, rasa kagum itu tumbuh perlahan. Aku bahkan tak sadar kapan rasa itu berubah jadi cinta. Tapi yang jelas… bukan karena hubungan panas kita, bukan karena kedekatan fisik yang sering kita habiskan bersama.”Valerie menatapnya, mata membulat perlahan.Aldrich mengalihkan pandangannya ke lantai, seolah mencoba menyembunyikan perasaan yang mengalir terlalu deras. “Aku tahu, kau pasti tak mungkin mencintaiku. Bukan karena kau tak bisa, t

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 201

    Sebuah gudang tua. Gelap. Sepi. Tapi terdengar suara—lirih, seperti tangisan.Rasa penasaran dan insting gilanya muncul. Ia mendekat, lalu mengintip lewat celah jendela dan melihat seorang anak lelaki yang disekap, wajahnya penuh luka, tapi tetap tampak… tampan. Bahkan dalam kondisi begitu, ada sesuatu dari bocah itu yang menggetarkan Valerie kecil.Tanpa pikir panjang, Valerie melempar batu ke kaca. Tak peduli jika ia akan dimarahi, ia hanya ingin menyelamatkan seseorang.Sayangnya, langkah heroiknya tak berjalan mulus. Mereka menangkapnya juga. Valerie kecil menjerit, tapi tetap mencoba menggigit tangan penculik yang membekapnya, sambil memegangi tangan bocah lelaki itu.Namun, sebelum semuanya bertambah buruk, dua pria bertubuh besar menerobos masuk—bodyguard Valerie. Mereka melumpuhkan para penculik dengan cepat. Tak lama kemudian, datang pula pria elegan dengan tatapan mengerikan yang disertai pasukan. Itu adalah Daddy dari bocah lelaki yang diselamatkannya.Valerie dan anak lel

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 200

    Valerie tak langsung menjawab.Tubuhnya masih, wajahnya pucat, dan napasnya seolah tercekat di tenggorokan. Ia bahkan tak sadar kalau cangkir teh hangat di tangannya sudah mulai mendingin. Matanya menatap Aldrich, tapi seperti menembusnya… mencari kepastian dalam kerumitan yang tiba-tiba memenuhi kepalanya.Ia membuka mulut, lalu menutupnya kembali. Tak ada satu pun kata yang sanggup ia ucapkan.Sementara hatinya… berdebar tak menentu.Bagaimana bisa seorang pria merencanakan semuanya begitu rapi? Bagaimana bisa ia jatuh pada seseorang yang diam-diam sudah mengenalnya bahkan sebelum pertemuan mereka yang ia pikir hanya sekadar kebetulan? Dan bagaimana bisa hatinya tidak marah, saat justru pengakuan itu terasa seperti sesuatu yang… manis sekaligus menyakitkan?“Valerie…”Suara Aldrich lembut, namun mengandung kekhawatiran. Ia bisa melihat sorot mata Valerie yang gamang, dan itu membuat jantungnya ikut nyeri.Valerie menggigit bibir bawahnya pelan. Matanya mulai memerah, tapi bukan ka

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 199

    Aldrich mendesah berat. Ia menunduk, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan, seolah ingin menghapus beban dari pikirannya.“Aku tadi ke penjara, tempat Charlos ditahan…” katanya pelan, namun nada suaranya tak bisa menyembunyikan tekanan yang menghimpit dadanya. Ia berhenti sejenak, lalu menatap Valerie dengan sorot yang dalam dan jujur. “Tapi sebelum aku menceritakan tentang apa yang terjadi di sana, aku ingin jujur padamu dulu, Val.”Valerie menegang. Perutnya terasa mules mendadak, seperti dicengkeram rasa cemas yang tak bisa ia jelaskan. Pikirannya langsung melayang ke berbagai kemungkinan, dan semuanya tampak seperti pisau yang menggantung di atas kepalanya.“Jujur…?” ucapnya nyaris tak terdengar. Jemarinya meremas ujung gaunnya makin erat. Dadanya berdegup kencang. Ia tak tahu kejujuran seperti apa yang akan keluar dari mulut Aldrich, tapi hatinya mulai takut.Aldrich menatap matanya sejenak, lalu menunduk lagi. Seolah menimbang setiap kata yang akan ia ucapkan.“Waktu di P

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status