Share

Bab 4 - Her

"Jadi, kau belum memutuskan untuk menetap di sini?" tanya Elise pada Nathan yang saat itu duduk berhadapan dengannya.

Jonathan Nilsson mengangguk sambil membenarkan posisi kacamatanya. "Aku masih memikirkannya."

Elise mengangguk pelan sambil menyesap kopinya.

Pria yang kerap disapanya Nathan itu bersedia untuk langsung bekerja. Nathan yang juga merupakan seorang dokter hewan sangat terampil dan ahli dalam menangani pasien yang datang hari itu. Kalau diingat-ingat kembali saat mereka masih kuliah, Nathan memang jauh lebih pandai daripada Elise. Tapi saat ini, pria itu justru tidak keberatan untuk menjadi asistennya.

"Jadi..." Nathan memecah keheningan. "Kau sudah menikah?" tanyanya sambil melirik cincin di jari manis Elise.

Tanpa sadar Elise mengikuti arah pandangan Nathan, ke arah cincin berlian yang tersemat di jarinya. Bagi Elise, cincin pernikahannya adalah benda paling indah yang pernah diberikan Theo untuknya. Berliannya tampak bersinar gemerlapan saat terpantul cahaya lampu ruangan, sungguh mencuri perhatian.

Elise mengangguk sambil tersenyum. "Ya, tiga tahun lalu."

"Oh," gumam Nathan dengan seulas senyum kecil. "Selamat atas pernikahanmu."

"Terima kasih." sahut Elise lembut.

Suasana berubah hening selama beberapa saat. Sejak tadi Elise belum sempat menanyakan apa pun tentang keberadaan Nathan selama ini. Jika dihitung kembali, waktu sudah berlalu tujuh tahun sejak terakhir kali mereka bertemu.

Nathan dan Elise sudah berteman sejak kecil. Rumah keluarga mereka berdekatan, hanya terpisah oleh beberapa blok rumah. Mereka juga bersekolah dan kuliah di tempat yang sama. Nathan yang terkenal sangat pintar menjadi tempat bagi Elise untuk belajar. Elise punya prestasi yang baik dulu. Namun prestasi Nathan ada di atasnya lagi.

Sayangnya setelah mereka lulus kuliah, pria itu menghilang begitu saja seperti ditelan bumi. Tidak ada yang bisa menghubunginya, termasuk teman-teman mereka yang lain.

Entah apa yang telah terjadi padanya selama ini. Elise tentu sangat penasaran. Tapi sebaiknya ia mencari waktu yang tepat untuk menanyakan hal itu pada Nathan.

"Lalu di mana suamimu sekarang?" Tiba-tiba suara Nathan menembus masuk dan membuyarkan pikirannya.

"Di rumah sakit. Dia juga seorang dokter." sahut Elise. "Dokter jantung."

"Wah," Alis Nathan terangkat. "Pasangan dokter." tambahnya sambil tergelak ringan.

Elise tersenyum. Sebelum Elise sempat menanyakan tentang kehidupan pria itu, tiba-tiba matanya terhenti pada layar CCTV yang mengarah ke pekarangan. Theo sudah pulang.

"Oh, itu dia." ujar Elise.

Nathan menoleh ke arah yang sama dengan Elise. "Suamimu?"

Elise mengangguk. "Aku akan memperkenalkan..." Ucapan Elise langsung terhenti saat melihat seorang wanita turun dari mobil Theo. Ia berhenti bernafas selama beberapa detik.

"Dan wanita itu?" tanya Nathan polos.

Elise tidak menjawab. Ia memperhatikan kedua sosok itu berjalan masuk ke dalam rumah dengan nafas sesak. Siapa wanita itu?

Tak lama kemudian, pintu ruangan Elise terbuka dan sosok Theo muncul di ambang pintu. Elise dan Nathan berdiri bersamaan. Tatapan mata Theo yang tajam langsung tertuju ke arah Nathan.

"Siapa dia?" tanya Theo blak-blakan dengan suara beratnya.

Sebelum Elise menjawab, Nathan sudah lebih dulu mengulurkan tangannya ke arah Theo. "Perkenalkan, aku Jonathan Nilsson."

"Asisten baruku di klinik." tambah Elise buru-buru. Ia tidak memperjelas bahwa Nathan adalah temannya. Lebih tepatnya, teman masa kecilnya.

Theo menatap Nathan sejenak dengan tatapan menyelidik, sebelum akhirnya ia mengulurkan tangannya. "Theodore Blake." gumamnya.

Elise baru saja akan bertanya tentang wanita yang dilihatnya bersama Theo ketika suara seorang wanita yang terdengar sayup-sayup menyela di antara mereka.

"Wah, kliniknya sangat bagus! Seharusnya aku membawa kucingku kemari." Suara ceria wanita itu mengisi sepanjang lorong klinik. Ketukan sepatunya terdengar semakin jelas. "Dia pasti akan..."

Jantungnya berdegup keras. Tenggorokannya sakit, seolah ada sesuatu yang mencekatnya. Sosok wanita yang berdiri di belakang Theo nyaris membuat tubuhnya bergetar. Elise berusaha menahan diri. Entah kenapa tiba-tiba perasaannya berubah tak enak.

Theo memiringkan badan dan membiarkan wanita di belakangnya itu untuk masuk. Sekarang, Elise bisa melihat dengan jelas sosok yang dilihatnya turun dari mobil suaminya dari layar CCTV tadi.

Wanita itu berparas cantik. Rambut pirang panjang bergelombang yang dimilikinya membuatnya terlihat memukau. Ditambah dengan tubuhnya yang ramping dan penampilan modisnya yang membuatnya terlihat bak seorang model. Wanita itu begitu berbeda dengan Elise yang tubuhnya sedikit lebih pendek dan lebih senang berpenampilan kasual dengan riasan tipis.

Elise beralih menatap Theo. "W-wanita ini..." gumam Elise dengan suara pelan dan bergetar.

Sebelum Theo sempat menjawab, wanita itu sudah lebih dulu menyela. Ia mengulurkan tangannya ke arah Elise dengan seulas senyum lebar. "Hai, perkenalkan. Aku Cellina Rose."

Elise tak langsung menyambut uluran tangan wanita itu. Ia menatap wanita itu sejenak, lalu kembali menatap Theo. "Siapa wanita ini?" ulang Elise dengan suara yang lebih jelas.

Dan lagi-lagi wanita itu menggantikan Theo untuk menjawab pertanyaan Elise. Ia tidak terlihat terganggu dengan tatapan Elise yang mulai risih.

"Aku cinta pertamanya."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status