Share

Bab 5 - Feeling

Theo menyeret Elise ke kamar dan menutup pintu dengan sekali bantingan keras. Elise hampir terhuyung ketika Theo melepaskannya dengan kasar seperti sebuah benda tak berguna.

"Dia tamuku. Kau tak punya hak untuk mengusirnya!" desis Theo tajam.

Elise melipat tangan di depan dada, berusaha meredam emosinya yang sebenarnya juga meledak-ledak. Ia tak menyangka suaminya akan membawa wanita lain ke rumah mereka. Dan mirisnya, wanita itu adalah cinta pertama Theo.

Elise menolak berjabat tangan dengan wanita bernama Cellina Rose itu. Ia juga meminta Nathan untuk pulang dengan alasan jam tutup klinik. Jujur saja, ia malu karena Nathan harus melihat kondisi rumah tangganya yang menyedihkan. Elise tak pernah ingin membiarkan orang lain tahu seperti apa hubungannya selama ini dengan Theodore Blake.

"Tapi aku istrimu!" balas Elise kemudian. Ia tidak bisa menahan suara yang sejak tadi ditahannya.

Theo langsung menarik lengan Elise. Cengkeraman Theo berhasil membuatnya meringis kesakitan. "Apa kau lupa? Ini rumahku!" sahutnya seraya melepas cengkeramannya dan mendorong Elise ke kasur. "Aku berhak melakukan apa pun yang kuinginkan di rumahku sendiri."

Elise segera bangkit meskipun tak ada jawaban yang bisa dilontarkannya untuk melawan ucapan Theo. Namun baru saja ia menapakkan kaki di lantai, Theo sudah membalikkan badan dan berjalan pergi.

"Tunggu, kau mau ke mana?"

Theo memiringkan badan sedikit dan bergumam, "Bukan urusanmu." sebelum akhirnya melangkah keluar kamar.

Dadanya sesak. Air matanya tumpah membasahi wajah mungilnya. Elise tak dapat menahan tangisnya yang pecah karena perlakuan Theodore Blake.

***

"Kenapa kau menarikku pergi? Kita baru saja tiba di rumahmu." protes Cellina setelah mereka berada di dalam mobil.

Theo menyalakan mesin dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan pekarangan rumahnya yang luas bak istana. Ia tak memberi jawaban apa pun pada wanita yang duduk di sampingnya itu. Pikirannya benar-benar kacau sekarang.

"Padahal aku ingin mengobrol dengannya." gerutu Cellina lagi dengan wajah cemberut.

"Dia tak akan mau berbicara denganmu. Dia ingin aku mengusirmu." sahut Theo dingin.

Cellina menoleh ke samping dan melemparkan tatapan sinis ke arahnya. "Tentu saja. Perempuan mana yang mau bicara dengan orang yang mengaku sebagai cinta pertama suaminya!"

Theo mendengus dengan sebelah tangan menopang kepala dan pandangan lurus ke depan. Ia benar-benar sudah salah langkah. Ia pikir dengan membuat Elise cemburu, istrinya itu akan cemas dan merasa takut untuk kehilangan dirinya. Dengan begitu, Elise akan lebih berusaha untuk memperhatikannya. Tapi kenyataannya? Ia justru membuat Elise menangis, lagi dan lagi.

"Kurasa aku harus memberitahunya bahwa sebenarnya aku..."

"Tidak perlu," sela Theo cepat. "Kau tidak perlu memberitahunya."

Kali ini Cellina yang mendengus sambil memutar bola mata. "Terserah kau saja. Yang jelas kau harus bertanggungjawab karena dia jadi membenciku sekarang."

Theo tidak berkata apa-apa lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Sepertinya tidak ada gunanya juga kalau ia memberitahu Elise yang sebenarnya tentang Cellina. Lagipula itu hanya akan menjatuhkan harga dirinya. Bagaimana kalau Elise sampai tahu kalau Theo sengaja memancingnya agar lebih perhatian padanya?

Astaga, Theodore Blake! Hal konyol apa yang sudah kaulakukan? Kau tidak butuh perhatian dari perempuan itu! Ini sungguh memalukan!

Theo mengerang dalam hati. Kenapa ia jadi seperti ini?

***

Elise menatap kosong roti selai di tangannya di bangku sebuah taman yang tak jauh dari rumahnya. Sebenarnya ia sama sekali tak merasa lapar. Tapi karena cemas jika dirinya sakit dan klinik malah terbengkalai, ia memutuskan untuk membeli roti selai di minimarket dan berakhir menatapnya tanpa ada sedikit pun keinginan untuk menyantapnya.

Bayangan sosok wanita yang datang bersama Theo tadi masih mengiang-ngiang di kepalanya. Selama ini Theo tak pernah menceritakan tentang seorang wanita pun yang dicintainya. Sampai-sampai Elise pernah berpikir kalau dirinya punya kesempatan untuk meluluhkan hati suaminya, meskipun harus bersabar menunggu hingga waktu yang ia tak tahu kapan.

Tapi ternyata ia salah. Theo memang menyimpan seorang wanita di dalam hatinya. Dan sore ini, Theo membawanya pulang ke rumah untuk ditunjukkan pada Elise. Sungguh menyedihkan.

"Kenapa aku harus sedih?" gumam Elise pada diri sendiri. "Bagaimana pun, pada akhirnya pernikahan ini memang akan berakhir."

Elise mengangkat wajah menatap langit malam yang kelam. Tak ada bintang maupun bulan. Benar-benar kelam, seperti suasana hatinya sekarang.

Seharusnya Elise tidak berharap pada Theo karena pernikahan mereka akan berakhir setelah Theo berhasil mendapatkan rumah sakit milik keluarganya. Dan sepertinya, Theo akan segera mendapatkan apa yang diinginkannya itu.

"Mungkin karena itu dia akhirnya membawa wanita itu ke rumah." gumam Elise lagi sambil menyepak kakinya di atas tanah.

Sial, kau benar-benar bodoh! Kau tak seharusnya jatuh hati padanya, Elise Bowman! Elise mengutuk dirinya sendiri dalam hati.

"Akhirnya aku menemukanmu,"

Suara seorang pria yang muncul dari belakangnya membuat pikiran Elise seketika buyar. Ia membalikkan badan dan melihat sosok Nathan yang sudah berdiri di belakangnya entah sejak kapan.

"Nathan?" ujar Elise agak terkejut. "Apa yang kaulakukan di sini?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status