Share

03. Abang Es

Author: Flutterby
last update Last Updated: 2024-02-09 01:20:45

"Pas lagi di perpus-" Ucapan Devan terpotong karena Ricko sudah berdiri dan memeriksa dahi Shaka. "Gak demam. Apa jangan-jangan lo kerasukan arwah kakek gue makanya lo bisa nyasar ke sarangnya orang pinter?"

Shaka berdecak dan menjauhkan tangan Ricko. "Kakek lo masih sehat dua-duanya. Lo gue aduin kakek Ali biar disuruh cari duapuluh jangkrik!"

Ricko terkekeh dan menggeplak kepala Shaka. "Masih inget aja lo hukuman jaman kita bocah! Kakek yang gue maksud tuh opah Albert Einstein. Kagak tau aja lu gue cucunya. Makanya kepinteran belio nurun ke gue." Ricko mengangkat kerah seragamnya sambil menolehkan kepala bangga.

Bara menggeplak kepala Ricko dengan emosi. Padahal dia sudah menyimak dengan serius tadi. "Malu lo sama calon propesor Devan. Orang pinter mah diem-diem, ya Van?"

"Orang pinter mah minum to-lak angin." Devan terkekeh. Bara, Shaka, Ricko dan Vernon sontak menggeleng. Detik berikutnya tawa mereka menggema.

"Coba lagi. Anda belum beruntung." Shaka menepuk bahu Devan prihatin.

"Kagak usah dicoba lagi, Van. Kagak bakal beruntung." Vernon yang duduk di sebelah Devan ikut-ikutan menepuk bahunya. Tawanya kembali pecah.

Devan menatap mereka sebal. Dia menyingkirkan tangan Shaka dan Vernon. "Dah lah, emang gak bakat ngelawak gue." Devan menertawakan dirinya sendiri. Vernon menepuk bahunya lagi.

"Terus yang terakhir kapan, Van?" tanyanya.

Mata Shaka berkedut menatap Vernon. "Semangat banget lu pengen tau aib gue." Dia kemudian melototi Devan. "Jangan bagi tau. Kalo kagak bulan depan gue bilang bokap, Bella kagak ikut olimpiade. Kalang kabut lo nyari partner baru dan udah pasti gak akan sepinter Bella."

"Iya gak akan." Devan berdecak malas. Malas sekali jika harus mencari partner baru.

"Siapa sih nama ceweknya? Sekar gak sih?" Bara mengernyitkan alis.

"Sekar Arumdani Kallandra." Shaka cengengesan sambil menyentuh dada kirinya yang berdegup kencang. Rasanya berdebar-debar hanya dengan menyebut namanya.

"Itu mah bisa-bisa lu nambahin nama keluarga lu." Ricko terkekeh.

"Gak ada salahnya nambahin dari awal. Toh juga nanti emang kejadian di masa depan." Mata Shaka menatap ke kejauhan. Dia membayangkan sebuah pigura besar menempel di dinding rumah dengan gambar dia bersama Sekar dan dikelilingi anak-anak mereka. Shaka berdecak puas. Dia tidak sabar untuk membuat anak-anaknya sendiri dengan Sekar.

"Pikirin dulu nih jus mangga lo yang ditolak doi." Bara menggerakkan botol minuman di tangannya yang sudah kosong. Shaka berdecak tidak puas.

Fokus Shaka teralihkan pada ponselnya yang menyala dan menampilkan pesan dari nomor yang sangat dihafalnya.

0822*******7

Sayang aku kangen😘

Shaka meremas ponsel di tangannya.

"Woahh... Kata lu udah mutusin semua cewek lu, itu siapa emot cium-cium?" Ricko melongokkan kepala di sebelah Shaka.

"Mantan." Shaka menyimpan ponselnya ke saku.

***

Shaka tersenyum melihat punggung orang yang sudah sangat dikenalnya di depan sana. Gadis itu berjalan dengan ponsel menempel di telinga. Dia berbelok ke arah taman samping. Shaka tersenyum lebar dan ikut berbelok ke sana. Dia menoleh ke kiri kanan sebelum mengikuti gadis itu.

Shaka semakin dekat dengan gadis itu sehingga dia bisa mendengar obrolan gadis itu dengan orang yang ditelponnya.

"Iya, Sekar bakal pulang telat." Suara merdu Sekar yang lembut mengalun. Sebelah tangannya menyentuh bunga-bunga yang bermekaran di taman itu.

Shaka mengepalkan tangannya mendengar suara gadis itu yang lembut mendayu-dayu.

"Iya, Sean jang-" Sekar melotot karena seseorang tiba-tiba merebut ponsel di tangannya.

Shaka menatap layar ponsel Sekar yang menampilkan kontak Abang Es .

"Sayang, kamu telponan sam-" Shaka merasakan sebuah telapak tangan yang lembut menutupi mulutnya. Shaka menoleh ke samping melihat gadis itu berjinjit-jinjit dengan susah payah di sisinya. Terlihat begitu imut di mata Shaka.

"Jangan ngomong macem-macem lo. Siniin ponsel gu-" Sekar tak mampu melanjutkan ucapannya karena merasakan kecupan basah di telapak tangannya. Dia menatap horror Shaka.

***

Sekar berjalan bolak-balik dan sesekali melihat ke arah pintu. Dia menggigit kuku jarinya sendiri.

"Kayden masih ada urusan katanya. Sini aja main sama abang." John berucap. Dia dan tiga lainnya yang tengah main game di sebelah gadis itu.

"Jangan ajak ngomong Sekar sebelum kumis bang Jono mau dicukur." Sekar menatap sengit John. Detik selanjutnya gadis itu membuang muka dan mengibaskan rambut hitam sepunggungnya.

"Jangan yang kumis dong dek Sekar. Kumis abang Jonomu ini ada tuahnya. Bisa memancing para gadis cantik mengejar-ngejar abang."

"Ya ngejer karena lu hutang kagak dibayar-bayar!" Teman di kiri John mendorong kepala cowok itu.

"Pepet setan. Bongkar aib orang aja lu!" John balas mendorong kepala orang itu.

"Iya bang Petra nih. Astaghfirullahaladzim. Gak boleh membuka aib teman sendiri." Sekar menggeleng-gelengkan kepala. "Btw siapa cewek yang ngutangin bang Jono, bang Jono ngutang berapa?" Sambung gadis itu.

Mata Petra berkedut sebal melihat gadis itu. "Lu juga ngapa ngorek-ngorek aib orang?"

Sekar cengengesan sambil menggaruk pelipisnya. "Ya Sekar kan penasaran."

"Btw lu ngapain dari tadi mondar-mandir depan pintu? Kayden masih ada urusan sama Sean di luar." Petra mengesampingkan ponselnya.

"Sekar mau- Itu bunyi motor Sean! Sean dateng!" Sekar langsung berdiri. Dia melongok ke pintu dan melihat motor Sean baru saja melewati gerbang Rumah Sendiri. Sekar tersenyum lega dan berlari kecil menghampirinya.

"Lah, gue kira tuh bocah nungguin Kayden." Petra menggelengkan kepala.

Sekar menggigit bagian dalam bibirnya dan berjalan menghampiri Sean. "Sean~"  panggilnya.

Sean yang tengah melepaskan helmnya tersenyum. "Katanya bakal pulang telat?" Sean meletakkan helmnya ke atas motor sebelum menggandeng Sekar masuk ke dalam.

Sekar menahan tangan Sean, "Sean gak penasaran sama siapa yang ditelpon tadi?" Tanya Sekar pelan.

"Yang kamu dipanggil sayang?"

Sekar mengangguk.

"Dia pasti cuma isengin kamu. Tapi kamu kok gak bilang-bilang kalo udah punya temen di Garuda?"

Sekar melototkan mata, "Sean kok tau dia cuma iseng?"

Sean mengacak rambut Sekar. "Kamu tiap hari ke sini. Kalo bener punya pacar pasti jalan sama pacarnya."

"Sean emang abang Sekar yang paling pinter. Pasti anaknya menteri pendidikan, kan?" Sekar memiringkan kepalanya menatap takjub Sean.

Sean tersenyum tipis. "Ayo masuk." Cowok itu kembali menggandeng tangan Sekar.

"Sean jangan bilang-bilang bang Kay, ya?"

Sean mengernyitkan dahi, "jadi sekarang mau main rahasia-rahasiaan sama Kayden?"

"Apanya yang rahasia?"

Related chapters

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    04. Gadis Bule

    "Ngagetin aja abang nih!" Sekar memukul bahu John. Jantungnya hampir copot tadi."Lo mau ngerahasiain apa dari Kayden? Lo kalo ketahuan pasti dikelitikin sampe nangis." John mengacungkan telunjuknya. Matanya melotot menakuti."Sekar mau rahasiain kalo kemaren bang Jono pecahin cangkir kesayangan bang Kay diem-diem.""Eh k-kapan? Jangan nuduh sembarangan kalo gak ada bukti.""Tengah malam kemaren, jam 02:45 abang ngapain ngendap-ngendap bawa kresek hitam lewat pintu belakang?"Mata John melotot."Sekar sudah amanin barang buktinya." Sekar berbisik pelan. "Tadinya mau Sekar rahasiain sama Sean, tapi yaudah kalo bang Jono mau semuanya dibongkar. Huh~" Sekar mengibaskan rambutnya sebelum menggandeng Sean masuk."Beneran pecah cangkirnya?" Sean menoleh ke samping. Sekar mengangguk dan melirik Jhon di belakang mereka. "Padahal itu kan cangkir yang bang Kay bawa dari rumahnya. Peninggalan bunda."John mengejar langkah Sekar dan Sean."Adek abang yang paling cantik, tetap kita rahasiain aja ya

    Last Updated : 2024-02-10
  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    05. Donor Mata

    Arabella tersenyum puas melihat reaksi Sekar. Dia bersorak riang. "Tuh kan, bener tebakan gue! Gak sia-sia dua minggu ini gue merhatiin lo!" Sekar melongo. Bella terkekeh dan menggeser duduknya lebih dekat. "Awalnya gue heran aja di saat semua murid baru sibuk nyari temen dan bentuk circle masing-masing lo malah narik diri. Padahal ya, lo itu cantik banget, blasteran lagi. Lo tuh gampang banget kalau mau jadi famous meskipun baru kelas sepuluh."'Bahkan ada foto lo di ponsel kakak gue.' bathin Arabella. "Lo jangan aneh-aneh deh. Gue gak kenal siapa itu kak Evelyn yang lo maksud." Sekar menggeleng kemudian bangkit. Arabella langsung menahan lengan Sekar. "Lo gak perlu bohong. Gue liat pas Kak Evelyn narik lo ke gudang belakang kemarin. Meskipun gue gak tau apa yang dia lakuin di sana, tapi itu pasti bukan sesuatu yang baik." Arabella menahan Sekar dan mengajaknya duduk kembali.Sekar menghela nafasnya. Dia kembali duduk di samping Arabella. "Kalaupun itu benar, gue tetep gak bisa tem

    Last Updated : 2024-02-10
  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    06. Telur Gulung

    Langit sudah hampir gelap saat Sekar kembali ke apartemennya yang sepi. Di sebelah tangannya dia menenteng paperbag dengan logo restoran terkenal. Sekar memasuki apartemennya dengan helaan nafas yang besar dan berat. Tapi dia kemudian tersenyum saat melihat sepatu laki-laki tersimpan di rak sepatunya. Apalagi saat melihat seseorang yang sedang duduk di sofa membelakanginya. Cowok itu sedang fokus dengan layar televisi di depannya yang sedang menyayangkan siaran tinju. Sekar buru-buru melepas sepatunya dan menyimpannya di sebelah sepatu cowok itu. Sekar kemudian berlari dengan kaki telanjangnya dan langsung memeluk cowok itu dari belakang. Cowok itu mengecup lengan yang melingkari pundaknya kemudian menatap Sekar dari samping. "Gimana sekolah hari ini? Kok sore banget pulangnya?""Aaa kangeeen... Bang Kay kenapa gak bilang dulu sih kalau mau ke sini?" Sekar melepas tas di punggungnya juga paperbag nya dan meletakkan ke atas meja. Dia kemudian bergabung menonton tv di sampingnya. Kayd

    Last Updated : 2024-02-11
  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    07. Makan Kuda Pakai Benteng

    Sementara itu di tempat yang berbeda, Shaka sedang cengar-cengir menatap deretan angka di layar ponselnya.Dia berdeham sebentar sebelum menyentuh logo telepon berwarna hijau di layar.Shaka tersenyum melihat panggilnya diangkat. Dia buru-buru menempelkan ponselnya ke telinga."Hai." Shaka menyapa dengan suaranya yang paling merdu."..."Wajah Shaka mengeras kemudian segera memutuskan panggilan secara sepihak."Arghhh... Gue harap lo cuma becanda, Kar." Shaka melempar ponselnya ke tengah ranjang Vernon.Vernon, Bara, Ricko dan Devan yang sedang duduk di balkon kamar Vernon melongokkan kepala dari luar."Arghhh Sekaar." Shaka frustrasi. Dia menyugar rambutnya ke belakang kemudian memejamkan mata. Empat sahabat Shaka saling berinteraksi lewat mata. "Pak bos gak abis kesambet setan kamar mandi rumah lo pan?" Bara menundukkan kepala untuk berbisik-bisik di antara mereka. Vernon menggeleng polos."Tumben-tumbenan dia nyebut nama cewek sefrustrasi itu." Celetuk Bara ikut-ikutan. "Biasa dia

    Last Updated : 2024-02-12
  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    08. Keluar Belang Asli

    "Gak. Soalnya kemaren pak Jarwo udah cerita." Jawab Sekar. Dia terkekeh melihat wajah kesal Sadi. "Eh, itu pesenan Sekar deh kayaknya." Sekar mendekati gerbang saat melihat mamang gopud. Dia berdecak puas saat sudah menerima dua plastik besar pesanannya. Sekar kembali ke pos satpam dan mengeluarkan tiga bungkus bakso ke atas meja. "Buat bapak-bapak." "Aduh neng, jadi ngerepotin." Sadi tersenyum sungkan. "Padahal baru kemarin neng beliin kita rokok mahal, sekarang dikasih makanan gratis pula." "Gak papa. Lagian bukan duit Sekar juga." Sekar terkekeh. "Kalo gitu sampein makasih kita buat pacarnya neng, ya." Ucap Jarwo. "Iya." Sekar terkekeh saja. Dia membayangkan pasti Kayden akan mengamuk kalau Sekar mengaku-ngaku pacarnya. Sekar kemudian pamit pada bapak-bapak itu. °°°°° "Lo dari mana aja? Gue udah keliling-keliling nyari lo tau." Bella mendumel saat melihat Sekar baru saja tiba di taman. Bella sudah lama menunggunya. "Aak!" Sekar bersendawa. Dia mengesampingkan bungkus bening

    Last Updated : 2024-02-20
  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    09. Alasan Klasik

    Sekar membasuh wajahnya berkali-kali untuk meredamkan amarahnya. Kata Kayden, jika sedang marah Sekar harus pergi membasuh muka untuk menenangkan perasaannya."Dia gatau apa-apa. Dia bego. Shaka bego. Shaka ba-jingan." Sekar terus menepuk-nepuk air ke wajahnya. Air matanya sesekali masih merembes. Sekar menggigit bagian dalam bibirnya agar tangisnya tidak pecah."Ibu orang baik." Bibir Sekar bergetar. Bayangan ibunya yang tengah senyum dari tengah laut terlintar di benaknya. Hati Sekar langsung tenggelam hingga ke dasar.Ceklek.Seseorang membuka pintu toilet dari luar. Sekar melihat orang yang masuk dari kaca di depannya. Sekar menatap datar pantulan orang itu dan melihat gadis itu mendekatinya."Gimana rasanya dihina sama cowok paling ganteng di Garuda?" Evelyn berdesis. Gadis itu juga menatap Sekar dari pantulan kaca di depan mereka.Sekar menyunggingkan senyumnya. "Segitunya lo pengen ngejek gue sampai rela buntutin ke toilet." Evelyn berdecak. "Gak usah alihin pembicaraan." Seka

    Last Updated : 2024-02-29
  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    10. Rejeki Mana Boleh Ditolak

    "Arghhh..." Shaka berteriak sambil kembali menghantamkan kepalan tangannya ke samsak tinju. Kakinya sesekali terinjak pecahan beling menimbulkan bunyi keras di ruangan sunyi itu."Bang-sat. Be-go. Be-go." Shaka kembali menghantamkan tinjunya. Kulit tangannya sudah robek dan darah merembes yang sebagian sudah mulai mengering. "Sejak kapan lo berubah brengsek gini, ha! Bajing-an. Bang-sat. Punya mulut dijaga, anj-ing!"Shaka terus meninju ke depan. Semakin dia ingin melupakan kejadian tadi, semakin kata-kata jahatnya berputar seperti kaset rusak di kepalanya. Apalagi teringat wajah Sekar yang menangis karena kata-kata kasarnya. Shaka merasa begitu brengsek.Dia memang sedikit tersinggung dengan yang dikatakan Sekar, tapi tentu itu bukan salah Sekar. Perempuan mana pun pasti akan merasa risih jika terus didekati apalagi dengan paksaan seperti yang dilakukan Shaka beberapa hari ini. Tidak seharusnya Shaka marah pada gadis itu. "Gue harus apa, nyet!" Shaka menyugar rambutnya frustrasi. Tu

    Last Updated : 2024-03-03
  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    11. Makam Manda

    Nafas lelaki itu menderu. Telunjuknya menunjuk Kayden tepat di muka. "Yang sopan kamu sama orang tua!""Tua-tua bangsat kayak lo gak perlu pake sopan santun." Kayden berdecak sambil memeriksa jam yang melingkar di pergelangan kirinya."Dasar pemuda gak berakhlak. Dari dulu saya sudah gak suka kamu berteman dengan anak saya. Kamu itu cuma bawa pengaruh buruk untuknya!" Ucap orang itu. Suaranya yang besar membuat beberapa orang memperhatikan mereka. "Malu om, sok-sokan bawa-bawa akhlak, sendirinya jadi penipu." Kayden tersenyum miring. "Jaga mulut kamu, ya!" Telunjuk pria tua itu kembali mengacung. Matanya melotot. Mukanya merah sampai ke telinga. Kayden terkekeh dan melambaikan tangannya. Sebenarnya dia masih ingin meladeni orang tua itu, tapi seseorang berseragam satpam di dekat pintu sana membuat Kayden mengurungkan niatnya."Gelutnya di luar aja ya, mas Kay. Saya titip satu bogem mentah di perut." Ucap satpam itu saat Kayden melewatinya.Kayden meliriknya sebal. "Besok-besok kalo

    Last Updated : 2024-03-05

Latest chapter

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    168. Cari ke Semua Sudut Kota

    "Masuk!" Kata suara dari dalam. Sekar berdecih dalam hati. Matanya berkilat jijik mendengar suara Brian itu. Dia berjalan santai setelah seorang pemuda membukakan pintu. Begitu masuk mata Sekar langsung melotot melihat sosok di depannya. Matanya berkilat ngeri sesaat. Dia berbalik dan ingin keluar dari ruangan itu tapi seseorang sudah terlebih dahulu menutup pintu dan menguncinya dari luar. Seseorang yang duduk di balik meja menaikkan sudut bibirnya. Dia berjalan menghampiri Sekar. Sekar meneguk ludahnya. Kakinya bergerak mundur tanpa sadar. Pemuda itu berhenti di depan Sekar. Dia menyesap rokok di tangannya dan menghembuskan asapnya tepat ke depan wajah Sekar. Sekar memejamkan matanya dan menahan sekuat tenaga agar tidak kelepasan batuk. "Long time no see, baby girl~" Kata pemuda itu. Sebelah tangannya mengelusi pipi kiri Sekar. Sekar memejamkan matanya dan menolehkan wajahnya k

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    167. Kakak Ilen

    Ponsel Sekar berdering. Gadis itu merogoh isi tasnya untuk memeriksa ponselnya. Dia tertegun menatap layar ponselnya. "Ilen?" Gumamnya tanpa suara. Keningnya berkerut. Dia menggeleng kemudian mengembalikan ponselnya ke dalam tas setelah menolak panggilan. Belum selesai menyimpan ponselnya, nada dering kembali bergema. Sekar berdecak dan dengan cepat menggeser ikon telepon berwarna hijau di layar. "Kenapa?" Tanya Sekar ketus. "Kar, tolongin gue. G-gue takut~" "Hah?" Sekar melototkan matanya. Dia menjauhkan ponselnya dari telinga. Matanya sekali lagi memastikan nama penelepon. "Kar, gue takut." Suara Evelyn terdengar lagi. "Len, lo baik-baik aja, kan?" Tanya Sekar cemas. Evelyn menggelengkan kepalanya di seberang sana. "Selametin gue, Kar. G-gue... Hiks. Gue takut." "Len, lo tenang, oke. Lo bisa ceritain semuanya pelan-pelan." "Brian, d-dia nipu gue. S

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    166. 18 Penyiksaan

    "Dulu aku merasa kau adalah manusia paling menjijikkan yang rela melakukan apa saja demi harta, tapi ternyata jalang di sampingmu jauh lebih menjijikkan. Kalian pasangan yang cocok." Oda tersenyum sinis. Dia puas karena Dewo terdiam lama di seberangnya tanpa bisa menjawab. "Dan untuk isi catatan sebenarnya aku sudah lupa di mana menyimpannya, yang jelas...." "A-apa?" Dewo menahan nafas. Tangannya berkeringat. "Seandainya suatu hari nanti kau kecelakaan yang sangat parah dan membutuhkan donor darah dari anak-anakmu, maka hanya ada satu anakmu yang bisa melakukannya." Hati Dewo menjadi dingin. "Apa maksud perkataanmu?" Oda tersenyum sinis. "Dewo Maryoto, kau mampu merampok kekayaan tanteku dengan otak pintarmu, apa hal kecil seperti ini saja kau tidak mampu mengartikannya." Oda kemudian menekan logo telepon merah di layar ponselnya. Pemuda itu berdecak jijik se

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    165. Tiga Dadu

    "Kar~" Shaka langsung bangkit saat melihat Sekar muncul di belokan lantai apartemennya. Hatinya yang tergantung seharian ini akhirnya bisa merasakan kelegaan. Shaka mendekat dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya. "Kamu ke mana aja~? Seharian aku ngawatirin kamu. Aku takut kamu kenapa-napa." Tubuh Sekar membeku. Shaka tak menyadari keanehannya. Tangannya mengusap puncak kepala Sekar dengan sayang. "Sayang?" Shaka menundukkan kepalanya hingga wajahnya sejajar dengan Sekar. Sekar mundur ke belakang dan menundukkan kepalanya dalam-dalam. Kata-kata orang tua Shaka kemarin terngiang lagi di benaknya. Mata Sekar berembun lagi. "Kar, kamu kenapa?" "A-aku gak papa." Sekar menolehkan wajahnya ke samping saat tangan Shaka hendak menyentuh dagunya. "A-aku capek mau istirahat. Kamu sebaiknya pulang." Sekar mendorong bahu Shaka kemudian segera mem

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    164. Panggilan Kesukaan

    "Iya, tapi kita kan posisinya juga lagi bolos. Ntar lo bebas mau galakin kalo lo lagi gak bolos. Ini kita sama jatohnya. Kagak malu lo?" Gio mengembalikan spatulanya ke tangan Kayden. "Aduk lagi. Jan lupa tambahin aer dikit." Perintahnya. Gio kemudian mendekati Sekar lagi. Gio menepuk puncak kepala Sekar dua kali sambil mengedipkan sebelah matanya. Sekar mengulum senyumnya. "Seneng, kan, lo sekarang ada yang bela." Kayden melototi Sekar. Sekar berpura-pura tidak melihatnya. "Sekali ini gue gak marah. Tapi besok-besok janji jangan bolos lagi." Kata Kayden lebih lembut. Sekar menganggukkan kepalanya dengan patuh. Setelahnya baru dia berani mendekati Kayden. "Bang Kay masak apa?" Tanyanya manja. "Mie rebus." Kata Kayden. Dia lalu menyerahkan spatula di tangannya. "Bantu adukin." Katanya. Dia lalu mulai memecahkan tujuh butir telur. "Banyaknya~" Sekar membulatkan mulutnya melihat mie di dalam panci

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    163. Jangan-jangan Ada Maling

    Kayden terkekeh. Dia dengan semangat menunggu bagaimana Gio akan menghadapi Sekar yang curigaan. "Beneran habis putus. Astaga. Kan liat sendiri selama gue dirawat di rumah sakit gak ada yang jenguk gue. Kalo ada pacar kan gak mungkin gue gak dijenguk." Gio mendelik sebal. Sekar terkekeh. "Terus kok kenapa bisa putus?" "Kepo lu!" Gio mengusap wajah Sekar dengan telapak tangannya. "Paling habis diselingkuhin kan lo?" Kayden tersenyum mengejek. Gio bungkam. Hanya matanya yang melirik sinis Kayden. Kayden terbahak-bahak dan memukul pahanya sendiri. "Anji-ng. Beneran habis diselingkuhin?" "Setan lu!" Gio menarik bagian depan rambut Kayden. Bibirnya cemberut. Sekar terkekeh lucu. "Gio jomblo aja juga, biar kayak Sekar sama bang Kay~" Sekar mengh

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    162. Rasa Seafood

    Mata Kayden berkedut kesal. "Biasa juga gue. Ada lu aja makanya jadi elu." "Ya berarti selama ini pelayanan lu kagak memuaskan. Gitu aja kagak ngarti." "Heh mulut lu!" Kayden melototkan mata. Kemudian adegan jambak menjambak terjadi lagi. Sekar beralih duduk di single sofa. Dia melanjutkan memakan cikinya dan cengengesan melihat kelakuan keduanya. "Kok lo gak misahin gue sama Kayden?" Gio menahan tangan Kayden yang hampir menyentuh rambutnya yang acak-acakan. Dia menatap Sekar tak puas. Begitu juga Kayden. "Abang berantemnya seru. Sekar mau nonton." Sekar memamerkan senyumnya. Mata Gio dan Kayden berkedut kesal. Mereka lalu berpisah dan duduk diam seperti semula. "Sini lagi," Kayden menunjuk tengah-tengah sofa yang kosong. Sekar dengan cemberut kembali duduk di sana.

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    161. Mirip Emak-emak

    Sekar sedang duduk di atas permadani dengan berbagai bumbu dapur menghampar di depannya. Di sebelah gadis itu masih menyala laptop yang layarnya menampilkan beragam informasi tentang bumbu-bumbuan beserta gambarnya. "Yang ini pedas!" Sekar menjauhkan butiran kecil berwarna putih di tangannya. Dia baru saja membauinya. Rasa pedas memenuhi rongga hidungnya. "Lagi apa?" Sekar menoleh ke belakang dan langsung tersenyum lebar. "Bang Kay~ Bang Kay datang sama Gio~" Sekar lekas menumpahkan butiran merica di tangannya ke dalam mangkuk. Dia mengibas-ngibaskan tangannya ke ujung kaosnya kemudian mendekati Kayden dan Gio. Senyumannya semakin lebar saja. "Awas robek bibirnya senyum lebar-lebar." Kayden mencubit gemas sebelah pipi Sekar. "Biarin!" Sekar menjulurkan lidahnya. Senyumnya semakin lebar. Dia lalu menyerobot untuk berdiri di tengah-

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    160. Terakhir Kalinya

    Sekar menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Iya." Jawabnya. Shaka tersenyum puas. Dia mengacak gemas pucuk kepala Sekar. "Yaudah kalo gitu aku tinggal dulu, ya." Sekar langsung menaikkan pandangannya menatap Shaka. Shaka tersenyum manis dan meraih tangan Sekar. "Bentar aja. Ini barang bang Mustopa ada yang kebawa sama aku. Dia butuh sekarang." Sekar mengeratkan genggaman tangannya. Dia takut melihat pandangan tidak suka Ratna di belakang punggung Shaka. "Ya. Bentar doang kok. Janji abis itu gak kelayapan ke mana-mana. Lagian kan di rumah ada mama. Kalian bisa masak-masak seru lagi. Bisa belajar masak karedok juga. Itu tuh masakan sunda kesukaan aku. Kamu harus belajar bikin itu. Biar aku tambah tergila-gila sama kamu." Shaka membisikkan kalimat terakhir. "Ya ma, Shaka

DMCA.com Protection Status