Home / Romansa / Jatuh Cinta Pada Adik Musuh / 07. Makan Kuda Pakai Benteng

Share

07. Makan Kuda Pakai Benteng

Author: Flutterby
last update Last Updated: 2024-02-12 10:50:26

Sementara itu di tempat yang berbeda, Shaka sedang cengar-cengir menatap deretan angka di layar ponselnya. Dia menyentuh dada kirinya yang berdegup kencang.

Shaka berdeham sebentar sebelum menyentuh logo telepon berwarna hijau di layar. Pemuda itu menggigit bibirnya. Tangannya naik merapikan rambutnya.

Shaka tersenyum melihat panggilnya diangkat. Dia buru-buru menempelkan ponselnya ke telinga. "Hai." Shaka menyapa dengan suaranya yang paling lembut.

"..."

Wajah Shaka mengeras. Dia kemudian memutuskan panggilan secara sepihak. Nafasnya memburu. Kata-kata dari orang di balik telepon tadi masih terngiang-ngiang di telinganya.

"Arghhh... Gue harap lo cuma becanda, Kar." Shaka melempar ponselnya ke tengah ranjang Vernon.

Vernon, Bara, Ricko dan Devan yang sedang duduk di balkon kamar Vernon melongokkan kepala dari luar.

"Arghhh Sekaar." Shaka menjatuhkan bobot tubuhnya ke sofa dengan kasar. Dia menyugar rambutnya ke belakang kemudian memejamkan mata berusaha meredam emosi.

Empat sahabat Shaka saling berinteraksi lewat mata.

"Pak bos gak abis kesambet setan kamar mandi rumah lo pan?" Bara menundukkan kepala untuk berbisik-bisik di antara mereka. Pasalnya sebelumnya Shaka izin hendak ke kamar mandi. Vernon menggeleng polos.

"Tumben-tumbenan dia nyebut nama cewek sefrustrasi itu." Celetuk Bara ikut-ikutan.

"Biasa dia yang bikin cewek-cewek frustrasi." Ricko terkekeh pelan.

"Btw masih Sekar cecan bule itu, kan? Yang cantik banget? Dekel X Ipa 2, yang pendiem itu, yang udah ditabrak Shaka empat kali? Gue bisa pastiin cuma ada satu cewek yang namanya Sekar di Garuda." Vernon berbisik semakin pelan.

Duk

"Cewek aja cepet lo!" Bara menggeplak kepala Vernon. Tapi kemudian dia melanjutkan ucapannya. "Btw yang nolak jus mangga pak bos itu, kan? Yang kemaren diajak Bella ke kantin itu? Cantik banget orangnya. Pantes pak bos tergila-gila."

"Lo juga sama, Marjuki!" Vernon emosi dan balik menggeplak kepala Bara.

"Bokap gue, Budiman!" Bara yang tak terima kembali menggeplak kepala Vernon.

"Budiman bokap gue, ya. Gak sudi bokap gue ngangkat lo anaknya!"

Bara menatap sinis, dia menggeplak kepala Vernon sekali lagi. Suara mereka sudah tidak berbisik-bisik lagi. "Gue juga ogah sodaraan sama orang goblok kayak lo!"

Shaka memandang mereka dengan sebal. Dia yang sedang kesal, kenapa malah dua orang itu yang ribut.

"Btw Shak," panggil Ricko sambil melangkah menghampirinya. Dia menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan pesan seseorang. "Mantan lo chat gue mulu dari kemaren. Dia nanyain lo tuh." Ricko terkekeh.

Shaka menatapnya sinis. "Bilang kalo gue minta dia pacaran sama lu."

Ricko balas menatap sinis. "Gak. Makasih."

***

Evelyn

Evelyn send a photo

Evelyn

Evelyn send a photo

Sekar mendesis saat membuka dua foto yang barusan berturut-turut dikirim orang itu. Dia meremas ponsel di tangannya.

"Cewek gila. Belum puas lo rebut semuanya dari gue selama ini!" Suara Sekar bergetar. Dia segera menghubungi nomor Evelyn.

"Gimana, lo masih berani macem-macem setelah liat foto yang gue kirim?" Suara Evelyn terdengar di seberang sana.

Sekar mengepalkan tangannya. "Jangan pernah libatin orang lain lagi, Len."

Terdengar kekehan dari seberang sana. "Itu tergantung gimana lo ambil sikap. Lo gak mau kan kalo besok tiba-tiba denger kabar Bella keserempet motor atau-"

"Jangan sekali-kali lo berani nyentuh Bella!" Sekar menggigit bibirnya. Bayangan Manda dan Rosi yang berdarah-darah tiba-tiba berkelebat di benaknya. Mata Sekar berembun. Tangannya gemetar tanpa sadar.

Evelyn terkekeh. "Kita buktikan omongan gue beneran kejadian atau cuma sekedar ancaman."

Evelyn kemudian memutuskan panggilan telepon mereka.

"Len... Ilene!" Sekar memanggil nama itu dengan frustrasi. Dia terduduk di rerumputan dengan nafas tersengal. Sekar mengusap air matanya dengan kasar. Matanya memandang ke gedung sekolah yang menjulang di depannya. Sekar yakin Evelyn tengah memperhatikannya entah lewat jendela yang mana.

***

Sekar duduk sendiri di bawah pohon ketapang yang terdapat di taman samping sekolah yang sepi. Matanya menatap kosong ke kejauhan. Helaan nafasnya terdengar berat. Perasaannya masih kacau. Dia tiba-tiba merindukan Kayden. Sekar tersenyum sangat tipis dan segera mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Sekar Cans

Abwaaang😟😟

Bang Kay

Kenapa?

Sekar Cans

Laper ☹️☹️

Bang Kay

Mkn dong

Sekar Cans

Belum disuruh makan sama ayang 😕😕

Kayden terkekeh gemas saat membacanya. Dia menggeleng. "Gak biasanya nih perampok." Kayden lalu mengetikkan balasan untuk Sekar.

Bang Kay

Km jmblo, Kar

Sekar Cans

Ihh gak ngakuin Sekar. Gak like😑😑

Bang Kay

Yaudah, mau abng psnin mkn hmm.. bkso ok?

Sekar Cans

Sama siomay juga, ya. Kalo abang maksa nambah Telur gulung juga gak papa😘😘

Kayden menggeleng lucu. Bisa dia bayangkan betapa menggemaskannya Sekar di seberang sana saat minta makan. Apalagi kalau gratisan.

Bang Kay

Permpok kecil. Ydah abng psnin skrg. Km tnggu nnti di grbang.

Sekar Cans

Yeay... Sayang bang Kay banyak-banyak 😘😘

Sekar berlari kecil menuju gerbang sekolah. Mulutnya bersenandung pelan.

"Pagi bang Jarwo, pagi pak Sardi!" Sekar dengan senyum cerianya menghampiri dua satpam yang sedang berjaga di depan post mereka yang berada tepat di sebelah gerbang.

"Eh, ada neng Sekar. Duduk, neng." Jarwo mengambilkan sebuah kursi untuk Sekar duduk.

"Itu tuh kudanya nganggur, makan pakai benteng!" Sekar menarik kursi menghadap meja mereka.

Dengan cepat Jarwo menjalankan bidak caturnya sesuai arahan Sekar. "Haa... Panik kan lo!"

"Arghh neng Sekar nih... Kebiasaan." Pak Sadi menatap Sekar dengan jengkel. Sekar hanya tertawa melihatnya.

"Mau kopi, neng?" Jarwo menawarkan. Ada seteko kopi di meja samping mereka.

Sekar menggeleng. "Nanti aja. Masih pagi. Sekar lagi nunggu pesanan dari pacar Sekar." Sekar terkekeh. Kayden itu memang bisa dijadikan apa saja.

"Oiya, pak Muji kok gak keliatan?" Sekar celingukan. "Padahal Sekar lagi semangat-semangatnya bantu isi tts. Kalo pagi tuh otak Sekar masih pres, masih anak pintar."

Sadi terkekeh, "badannya meriang habis jaga tadi subuh." Sadi kemudian menundukkan tubuhnya, "katanya tengah malam dia liat cewek baju putih di tengah jalan."

Dia menunjuk jalan di depan sebuah poto kopian di depan SMA mereka. Minggu lalu terjadi kecelakaan maut yang memakan korban seorang gadis muda di sana.

"Oh!" Sekar menganggukkan kepala. Dia juga sempat mendengar berita itu kemarin.

"Eh, neng gak takut?" Tanya Sadi. Padahal dia sudah bercerita dengan penuh penghayatan agar kesan horornya lebih terasa, tapi sepertinya Sekar biasa saja setelah mendengarnya.

Related chapters

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    08. Keluar Belang Asli

    "Gak. Soalnya kemaren pak Jarwo udah cerita." Jawab Sekar. Dia terkekeh melihat wajah kesal Sadi. "Eh, itu pesenan Sekar deh kayaknya." Sekar mendekati gerbang saat melihat mamang gopud. Dia berdecak puas saat sudah menerima dua plastik besar pesanannya. Sekar kembali ke pos satpam dan mengeluarkan tiga bungkus bakso ke atas meja. "Buat bapak-bapak." "Aduh neng, jadi ngerepotin." Sadi tersenyum sungkan. "Padahal baru kemarin neng beliin kita rokok mahal, sekarang dikasih makanan gratis pula." "Gak papa. Lagian bukan duit Sekar juga." Sekar terkekeh. "Kalo gitu sampein makasih kita buat pacarnya neng, ya." Ucap Jarwo. "Iya." Sekar terkekeh saja. Dia membayangkan pasti Kayden akan mengamuk kalau Sekar mengaku-ngaku pacarnya. Sekar kemudian pamit pada bapak-bapak itu. °°°°° "Lo ternyata ada di sini? Gue udah keliling-keliling nyari lo tau." Bella mendumel saat melihat Sekar saat dia baru saja tiba di taman. Gadis itu langsung duduk di samping Sekar. Wajahnya cemberut. "Aa

    Last Updated : 2024-02-20
  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    09. Alasan Klasik

    Sekar membasuh wajahnya berkali-kali untuk meredamkan amarahnya. Kata Kayden, jika sedang marah Sekar harus pergi membasuh muka untuk menenangkan amarahnya. "Dia gatau apa-apa. Dia bego. Shaka bego. Shaka bajingan. Bodoh. Gak punya otak, gak punya akhlak." Sekar terus menepuk-nepuk air ke wajahnya. Air matanya sesekali masih merembes. Sekar menggigit bagian dalam bibirnya agar tangisnya tidak pecah. "Ibu orang baik." Bibir Sekar bergetar. Bayangan ibunya yang tengah senyum dari tengah laut terlintas di benaknya. Hati Sekar langsung tenggelam hingga ke dasar. "Ibu~" Ceklek. Seseorang membuka pintu toilet dari luar. Sekar melihat orang yang masuk dari kaca di depannya. Sekar menatap datar pantulan orang itu dan melihat gadis itu mendekatinya. "Gimana rasanya dihina sama cowok paling ganteng di Garuda?" Evelyn berdesis. Gadis itu juga menatap Sekar dari pantulan kaca di depan mereka. Sekar meraih tisu lalu mengusapkannya ke wajah. Gadis itu kemudian menyunggingkan senyumnya. "Segit

    Last Updated : 2024-02-29
  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    10. Rejeki Mana Boleh Ditolak

    "Arghhh..." Shaka berteriak dan menghantamkan kepalan tangannya ke tembok di depannya. Sepatunya menginjak pecahan beling yang berserakan di lantai. "Bang-sat. Be-go. Be-go." Shaka kembali menghantamkan tinjunya sekuat tenaga. Kulit tangannya robek dan darah merembes keluar sebagian sudah mulai mengering. "Sejak kapan lo brengsek gini, ha! Bajing-an. Bang-sat. Punya mulut dijaga, anj-ing!" Shaka terus meninju ke depan. Semakin dia ingin melupakan kejadian tadi, semakin kata-kata jahatnya berputar seperti kaset rusak di kepalanya. Apalagi teringat wajah Sekar yang menangis karena kata-kata kasarnya. Shaka merasa dia begitu brengsek. Dia memang sedikit tersinggung dengan yang dikatakan Sekar, tapi tentu itu bukan salah Sekar. Perempuan mana pun pasti akan merasa risih jika terus didekati apalagi dengan paksaan seperti yang dilakukan Shaka beberapa hari ini. Tidak seharusnya Shaka marah pada gadis itu. "Gue harus apa, nyet!" Shaka menyugar rambutnya frustrasi. Tubuhnya meluruh ke l

    Last Updated : 2024-03-03
  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    11. Makam Manda

    Nafas lelaki itu menderu. Telunjuknya menunjuk Kayden tepat di muka. "Yang sopan kamu sama orang tua!" "Tua-tua bangsat kayak lo gak perlu pake sopan santun." Kayden berdecak sambil memeriksa jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Dasar pemuda gak berakhlak. Dari dulu saya sudah gak suka kamu berteman dengan anak saya. Kamu itu cuma bawa pengaruh buruk untuknya!" Ucap orang itu. Suaranya yang besar membuat beberapa orang memperhatikan mereka. "Malu om, sok-sokan bawa-bawa akhlak, sendirinya jadi penipu." Kayden tersenyum miring. "Jaga mulut kamu, ya!" Telunjuk pria tua itu kembali mengacung. Matanya melotot. Mukanya merah hingga ke telinga. Kayden terkekeh dan melambaikan tangannya. Sebenarnya dia masih ingin meladeni orang tua itu, tapi seseorang berseragam satpam di dekat pintu sana membuat Kayden mengurungkan niatnya. "Gelutnya di luar aja, ya, mas Kay. Saya titip satu bogem mentah di perut." Ucap satpam itu saat Kayden melewatinya. Kayden meliriknya sebal. "Be

    Last Updated : 2024-03-05
  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    12. Rindu yang Nyata

    Sekar menatap hamparan pasir putih di depannya yang sesekali diderai ombak dari laut biru di depannya. Sekar menatap ke kejauhan. Ada rasa rindu yang besar di matanya. Rindu yang tak pernah bisa dia obati. Sekar menghirup nafas dalam dan mengeratkan genggamannya pada dua plastik besar yang ditentengnya. Dia melangkah menuju rumah besar berbahan kayu yang berdiri sendiri tak jauh dari pantai itu. Pohon kelapa melambai di sisi kiri kanan rumah itu. Langkah Sekar semakin dekat. Dia tersenyum melihat ayunan di halaman rumah itu. Membayangkan dirinya kecil yang duduk di atas sana dengan dua anak laki-laki yang menjaganya di sisi kiri kanannya. Sekar kecil akan menjerit-jerit jika keduanya mengisenginya dengan lemparan ayunan yang besar. Sekar menghela nafas panjang. Betapa waktu cepat berlalu. Sekar tiba di depan pintu. Dia memegang hendel dan memutarnya pelan. Lalu berjingkat-jingkat saat memasuki lebih dalam bagian rumah itu. Sekar melewati ruang tamu. Matanya tak sengaja melihat pig

    Last Updated : 2024-03-06
  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    13. Buang Kayden ke Laut

    Sekar menarik nafas dalam-dalam sambil memejamkan matanya. Gadis itu menikmati terpaan angin lembut yang menerbangkan rambutnya. Bunyi deburan ombak menenangkan pikirannya. Sekar membuka matanya dan melihat rumah Marni yang terlihat kecil dari tempatnya. Gadis itu tersenyum kecil. "Makasih ibu udah kirim bude buat Sekar." Kepalanya mendongak menghadap langit. "Ibu apa kabar?" Katanya lagi. Tangannya menyentuh permukaan air laut yang hangat karena terkena paparan sinar matahari. Sekar teringat kata-kata Shaka di sekolah tadi. Gadis itu menggigit bagian dalam bibirnya. "Tadi ada yang ngatain ibu. Maaf Sekar gak bisa ngelakuin apa-apa buat bela ibu. Sekar gak berdaya. Sekar lemah." Suaranya bergetar. Matanya mulai berembun lagi. Sekar kemudian menggelengkan kepalanya. "Gak. Sekar gak boleh cengeng." Tidak. Dia tidak boleh menangis. Ibunya akan sedih jika melihatnya seperti ini. Sekar menepuk-nepuk pipinya. Jangan sampai dia menangis lagi. Gadis itu mendongak lagi. "Ibu apa kabar? Kalo

    Last Updated : 2024-03-29
  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    14. Bintang Paling Terang

    Sekar menatap Kayden sambil menutup mulutnya dramatis, "Abang beneran mau Sekar buang, ya? Tapi badan bang Kay berat, Sekar sama bude gak akan sanggup. Tapi nanti kalau bang Kay emang pengen banget, bang Kay nanti jalan aja ke ujung dermaga, nanti Sekar bantu ikat tangan sama kaki abang, ya. Terus nanti Sekar bantu dorong juga." Sekar menepuk-nepuk punggung Kayden. Kenapa Kayden merasa seolah dialah yang ingin dibuang. Rautnya langsung berubah masam. Dia memulai makannya tanpa menghiraukan Sekar lagi. "Ngomong-ngomong nak Kayden," Marni berhenti sejenak dan melirik Sekar dengan ujung mata. Tangannya memuntir ujung baju yang dikenakannya. "Bude nolak tawaran Sekar tadi?" Sekar cemberut melihat gelagat budenya. Pasti bude ingin meminta bantuan Kayden untuk menolak tawarannya. Jangan sampai dia gagal berbisnis dengan paman tamp-, maksudnya paman baik hatinya. "Tawaran apa nih, bude kok sekarang main rahasia-rahasiaan sama Kayden? Bude udah gak anggap Kayden anak lagi, ya?" Sekar berg

    Last Updated : 2024-03-30
  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    15. Pemuja Visual

    Sekar menatap bintang paling terang dan membayangkan ibunya sedang menatapnya sambil tersenyum dari atas sana. Lagi-lagi dia teringat ucapan Shaka tadi pagi. Gadis itu menggigit bibirnya. Matanya mulai berkaca-kaca. Kayden yang diam-diam memperhatikan dari tadi merangkul gadis itu. Sebelah tangannya mengusap rambut Sekar. "Nangis aja, gak perlu ditahan. Ada abang di sini. Abang selalu ada buat kamu." Kayden merangkum wajah Sekar kemudian menariknya masuk ke dalam pelukannya. Dia sudah menduga ada yang tidak beres dengan Sekar hari ini. Sekar tidak mungkin nekat ke rumah pantai begitu saja jika tidak terjadi apa-apa. Sekar memeluk Kayden dan air matanya mulai membasahi kaos pemuda itu. Kayden mengepalkan tangannya mendengar tangisan gadis itu. "Nangis lah, keluarin semua kesedihan kamu." Kayden berbisik dan mencium puncak kepala gadis itu. "Dia ngatain hal buruk tentang ibu. Hati Sekar sakit dengarnya. Ibu orang baik. Ibu Sekar orang baik." Sekar memukul-mukul dada Kayden. Air mat

    Last Updated : 2024-04-01

Latest chapter

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    177. Tamat

    Dimas terkekeh dan menyingkirkan telunjuk Dewo yang menunjuk ke arahnya. "Jangan bilang kau juga tidak tau bahwa Sekar ke Paris dua bulan yang lalu." Mata Dewo berkilat kaget sekilas. Setelahnya dia berusaha terlihat normal. Tapi Dimas menyadari reaksi awalnya. Pria itu tersenyum sinis. Dia membuka galeri di ponselnya dengan menunjukkan rekaman singkat seorang gadis yang nampak mengerucutkan bibirnya. "Ayah Dimas." Ucap gadis dalam video. Mata Kayden dan Gio berkilat mendengar suara itu. Dan mereka bisa membayangkan wajah masam Sekar yang melakukannya di bawah paksaan orang lain. Dimas menjauhkan ponselnya saat tangan Dewo ingin menjangkaunya. Dewo naik pitam melihatnya. "Kau tidak bisa memaksa anak gadis orang lain untuk memanggilmu ayah." "Kenapa tidak bisa! Lagipula dia terlihat senang-senang saja, tidak ada ketegangan. Asal kau tau saat itu dia sedang meminta ditraktir makan di restoran favoritnya, padahal sepanjang jalan dia sudah memalakku untuk membayar semua street food

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    176. Pura-pura Tuli

    "Kar~" Suara Kayden parau. Dia langsung memeluk Sekar erat-erat. Gio ikut memeluk kedua orang itu. "Lo harus secepatnya ingat gue, Kar. Gue sama Gio nunggu lo. Kita selalu nunggu lo." Kayden menepuk-nepuk pucuk kepala Sekar. Dia tidak peduli lagi meski pandangannya sudah kabur karena air mata. Gio ikut mengusap bahu Sekar. "Lo harus sehat-sehat di sana. Harus pinter jaga diri. Gak ada gue sama Kayden lagi yang bisa jagain lo." Gio mengusap air matanya. Sekar menatap dua orang itu yang sama sama menangis. Hati Sekar campur aduk. Matanya ikut panas dan akhirnya menjatuhkan bulir-bulir bening. "Cepat pulang. Abang-abang lo nunggu di sini." Kayden mengusap air mata di wajah Sekar dengan hati-hati. Dia lalu mengecup kening gadis itu. Juga dua kelopak matanya. "Gue selalu nunggu lo di sini. Baik-baik di sana, ya~" pintanya. Sekar mengangguk tanpa sadar. Hatiny

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    175. Ayah Dimas

    "Karena abang pencopet." Sekar menampakkan raut kagetnya. Petra mengusap lagi air matanya. "Karena bang Pepet udah mencopet hati Sekar." Petra berusaha tersenyum. Sekar ikut tersenyum. "Bang Pepet lucu." Petra menganggukkan kepalanya. Tangisnya semakin hebat. "Kalo aku kamu ingat? Pokoknya harus ingat." Sean maju. Belum apa-apa matanya sudah berembun. "Bang Sean, kan?" Sekar tersenyum. "Gak pakai abang. Kamu biasanya manggil aku Sean aja. Gak ada abangnya." Sean mengusap air matanya. Sekar mengernyit. "Bang Sean kan seumuran bang Kayden? Kenapa Sekar gak panggil abang kayak yang lain?" Sekar menoleh pada Kayden yang dari tadi hanya diam. Mata pemuda itu paling sembab. "Bang Kayden," panggil Sekar karena Kayden hanya diam saja. "Kita semua bahkan gatau k

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    174. Bintang PD

    "Besok saya ingin membawa Sekar pulang berobat di Paris." "Om?" Shaka membeku. Dia takut salah mendengar sebelumnya. "Shaka gak salah denger, kan, om? Om gak mungkin mau bawa Sekar ke Paris, kan?" Keheningan di seberang sana sudah menjawab pertanyaan Shaka. Pemuda itu tanpa sadar mundur selangkah. Dia memegangi tembok di sebelahnya. "Om, Shaka yakin Sekar masih bisa disembuhkan di Indonesia. Shaka akan cari rumah sakit yang lebih baik lagi. Dokter yang lebih hebat lagi. Sekar tidak harus dibawa ke Paris, om. Lagipula Sekar baru siuman, om." Louis menghela nafas berat. "Shaka, dengarkan saya. Saya melakukan ini demi kebaikan Sekar. Saya tau pengobatan di Indonesia juga baik. Banyak rumah sakit maju dan dokter yang ahli di bidangnya. Tapi ini sudah dua minggu sejak Sekar siuman. Kesehatannya tidak memiliki banyak kemajuan." Shaka terdiam. Dia ingin menyangkal kata-kata Louis tapi tidak ada suara yang terucap. Dia juga terbayang saat Sekar merintih kesakitan merasakan semua luka

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    173. Membawa Sekar Pulang

    "Kagak ada nanti. Gue gak izinin lo nemuin Sekar sampai kapan pun!" Kayden memotong ucapan John. Kakinya kembali hendak menerjang ke depan. "Kay! Kay!" John berdiri di depan Kayden untuk menghalangi. Dia memegangi bahu Kayden dan memaksa pemuda itu untuk memasuki ruang rawat Sekar bersamanya. Gio memandang pintu ruang rawat Sekar yang sudah tertutup dari dalam. Pemuda itu lalu berjalan mendekati Bagas. Matanya menatap dari pucuk kepala hingga ujung kaki Bagas. Sudah berapa tahun mereka tidak bertemu. Jika bukan karena suara Bagas yang tidak berubah, Gio tidak akan mengenali wajah di balik cambang tebal itu. "Lo sebaiknya pulang, bang. Kayden gak akan ngizinin lo liat Sekar buat sekarang. Cowok itu keras kepala." "Gue tau semua ini terjadi karena gue. Gue nyesel, Yo." "Lo ninggalin banyak masalah buat kita semua di Indo, bang." Gio tersenyum miris. "Gue dan yang lain gak pernah berenti nyari lo selama ini, tapi semuanya sia-sia. Lo gak bisa ditemuin di manapun. Lo emang niat ba

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    172. Bagas

    Oda mengangguk. "Saya juga tidak berniat melepaskan bajin-gan itu begitu saja dan menyerahkannya ke polisi. Masalahnya Shaka sudah menyerang tempat persembunyian mereka sendirian dan hampir membakar seluruh bagian rumah itu dan telah menarik perhatian warga sekitar. Orang-orangku juga mengatakan Daniel beserta anak buahnya sudah tidak terlihat di sana. Mereka pasti sudah kabur duluan saat mengetahui Sekar tertabrak. Sekarang polisi sudah terlanjur tau." "Masalah itu biar nanti Kayden yang ke kantor polisi. Kita pasti bisa nemuin Daniel, bang. Sean sama yang lain udah turun nyari mereka. Beberapa geng motor lain yang deket sama Fonza juga ikut turun tangan." "Gue juga udah nyuruh Jovi sama anak-anak buat ikut nyari keberadaan Daniel, Kay." Gio yang sedari awal diam juga ikut bersuara. Kayden memperhatikan wajah Gio yang sembab dan mengangguk. "Thanks." Katanya pelan. "Tapi saya sangsi keberadaan orang itu mudah ditemukan.

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    171. Berlumuran Darah

    "Woy jangan kabur!"Kedua gadis itu sontak menoleh ke belakang dan melihat belasan orang mengejar mereka dari jarak agak jauh.Sekar melotot ngeri. Dia mengepalkan tangannya dan mempercepat larinya. "Kabur, Len!" Gadis itu menoleh pada Evelyn. "Lo masih sanggup, gak? Atau gue gendong aja?"Evelyn menggeleng tegas. Gadis itu menggigit bagian dalam bibirnya. Keringatnya sebesar biji jagung setiap dia menggerakkan kakinya.Sekar mengencangkan kepalan tangannya. Daniel. Awas saja. Besok dia luluh lantakkan orang itu bersama pengikutnya."Argh!" Evelyn berteriak saat tubuhnya terhuyung ke depan dan lututnya segera bergesekan dengan aspal jalanan. Dia merasakan kulitnya terkelupas dan terasa panas membakar. "Ilen!" Sekar yang sudah berjarak jauh di depannya segera menoleh mendengar teriakan Evelyn. Matanya melotot panik dan segera berlari hendak menghampiri Evelyn."Jangan." Evelyn menggelengkan kepala. Matanya berembun. "Jan

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    170. Karena Lo Kakak Gue

    "Lo beneran bego." Sekar menaikkan sudut bibirnya melihat seseorang yang juga terborgol di seberangnya. Gadis itu meringkuk. Meski kondisi ruangan mereka disekap remang-remang tapi Sekar dapat melihat wajah gadis itu yang lebam-lebam. Terdapat bulatan besar berwarna kehitaman di mata kirinya. Entah siapa yang sudah melayangkan kepalan tangannya."Shh..." Gadis itu meringis saat membuka mulutnya."Mulut lo robek. Mending diem kata gue mah." Sekar terkekeh dan melanjutkan ucapannya. "Tapi gue penasaran, mata lo ditonjok siapa? Anjir GG banget pukulannya. Jangan bilang cowok lo si Brian?"Evelyn menggertakkan giginya. Matanya melirik tajam Sekar. "Berisik. Mending lo pingsan aja kayak tadi.""Gue bangun karena tiba-tiba lapar. Tau gak, pas lo nelpon tadi posisi gue lagi nunggu pesenan makanan gue. Demi nyelametin kakak yang akhirnya mau nerima gue makanya gue langsung ke sini jemput lo, taunya kena prank." Sekar terkekeh. Kebetulan perutnya keroncong

  • Jatuh Cinta Pada Adik Musuh    169. Perempuan Matre

    "Mau ke mana kamu, kak?" Shaka terlonjak kaget saat ruang tengah yang awalnya gelap menjadi terang benderang. Di belakangnya Ratna muncul dengan tangan bertengger di pinggang. "M-mama." Shaka menarik tangannya menyembunyikan sepatu yang ditentengnya di belakang tubuhnya. "Kamu mau ke mana lagi jam satu malam begini! Bentar lagi ujian, bukannya belajar di rumah." Mata Ratna tertuju pada tangan Shaka yang bersembunyi di belakang tubuhnya. "Kakak harus keluar, ma. Penting." Shaka memberikan tatapan memohon. "Udah larut malam, kak. Bahaya. Sekarang begal lagi marak. Lagian bisa tunggu besok pagi aja, kan." Ratna menatap gemas sekaligus kesal. "Mending balik ke kamarmu. Mama gak kasih izin kamu pergi sekarang. "Ma," Shaka menggelengkan kepalanya. "Kakak baru aja dapat kabar kalo Sekar diculik. Kakak mau bantu cari Sekar." "Lagi-lagi perempuan matre itu lagi?" Ratna menyugar rambutnya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status