Share

06. Telur Gulung

Langit sudah hampir gelap saat Sekar kembali ke apartemennya yang sepi. Di sebelah tangannya dia menenteng paperbag dengan logo restoran terkenal. Sekar memasuki apartemennya dengan helaan nafas yang besar dan berat. Tapi dia kemudian tersenyum saat melihat sepatu laki-laki tersimpan di rak sepatunya. Apalagi saat melihat seseorang yang sedang duduk di sofa membelakanginya. Cowok itu sedang fokus dengan layar televisi di depannya yang sedang menyayangkan siaran tinju.

Sekar buru-buru melepas sepatunya dan menyimpannya di sebelah sepatu cowok itu. Sekar kemudian berlari dengan kaki telanjangnya dan langsung memeluk cowok itu dari belakang.

Cowok itu mengecup lengan yang melingkari pundaknya kemudian menatap Sekar dari samping. "Gimana sekolah hari ini? Kok sore banget pulangnya?"

"Aaa kangeeen... Bang Kay kenapa gak bilang dulu sih kalau mau ke sini?" Sekar melepas tas di punggungnya juga paperbag nya dan meletakkan ke atas meja. Dia kemudian bergabung menonton tv di sampingnya.

Kayden mengacak rambut Sekar sambil terkekeh. "Baru juga tadi pagi ketemu."

Kayden kemudian merangkul bahu Sekar. "Asemm. Mandi sono!" Meski mulutnya berkata seperti itu, tapi sebaliknya dia malah mengeratkan pelukannya pada Sekar.

"Gue wangi, ya!" Sekar mendongak. Matanya melotot dan bibirnya sudah mengerucut kesal. Sebagai perempuan, dia tidak terima dikatai bau.

Kayden terkekeh melihat raut menggemaskan Sekar. "Gue udah dari siang di sini."

"Salah siapa gak ngabarin. Sekar tadi tuh nyari jajan dulu makanya telat pulang. Abang nih datang gak ngabarin, tau gitu kan Sekar gak usah beli makan, minta bawain aja sama abang!"

Kayden menarik dua pipi Sekar karena gemas.

"Sekar mau cerita!" Sekar menegakkan tubuhnya. Dia juga menarik tubuh Kayden agar duduk tegak menghadap dirinya.

Kayden menatap Sekar dan menunggunya bercerita.

"Bang Kay tau gak kenapa hari ini Sekar pulang ke apartemen sore?"

Kayden tersenyum. "Gak tau. Emangnya hari ini kamu ke mana dulu?"

"Hari ini Sekar dapat temen baru. Tadi seharian Sekar jalan-jalan sama dia. Coba liat!" Sekar dengan mata berbinar menyingsingkan lengan hoodienya dan memperlihatkan sebuah gelang berbandul ekor mermaid biru muda yang melingkari pergelangan tangannya.

" Bagus, kan?" Sekar meminta pendapat Kayden.

Sekar berdecak puas saat melihat Kayden mengangguk. "Tadi Bella yang pilihin. Ckck... Emang bagus banget pilihan Bella!"

"Jadi nama temen kamu Bella?" tanya Kayden. Tangannya mengelusi rambut gadis itu yang sudah lepek karena beraktivitas seharian.

Sekar mengangguk semangat. "Bang Kay tau gak, ternyata umurnya baru tigabelas tahun taun ini tapi udah sma. Dia anak beasiswa."

"Dia pasti pinter banget."

"Banget banget pintarnya. Tadi dia juga bantu Sekar isi tugas buat besok di kafe."

Kayden tersenyum dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. "Alhamdulillah... Akhirnya ada juga yang bisa bawa lo kembali ke jalan yang benar."

Sekar menatap sinis Kayden. "Bang Kay berlebihan."

Kayden terkekeh. "Gak diganggu Shaka kan tadi?"

Sekar terkekeh begitu teringat Shaka. Dia membayangkan bagaimana respon Shaka setelah menghubungi nomor kontak tadi pagi.

"Jangan bilang tuh anak deketin lo!" Kayden memegang pundak Sekar. Matanya menatap tajam. "Heh, ingat ya Kar, tuh cowok gak bener. Awas lo kalau mau-mau aja dideketin dia. Gue kawinin lo sama John!"

Sekar mendekatkan wajahnya. Dia yakin tadi tidak salah dengar. "Emang Sekar udah boleh terima cinta bang Jono?"

Biji mata Kayden sudah hampir lepas karena saking kagetnya. Apa maksudnya sudah?

"Kagak! Ya kali gue ngerestuin lo sama si kutil kuda."

Meski stok laki-laki di dunia ini tinggal John seorang juga Kayden tidak akan sudi menjodohkannya dengan Sekar.

"Tadi katanya mau dikawinin!" Sekar berdecak sebal membuat Kayden melotot sekali lagi.

"Serius lo mau sama John?" Kayden menatap Sekar horor.

Tidak bisa dibiarkan. Sepertinya besok dia harus mengurangi lagi jam main Sekar dengan anak Fonza. Kayden tak ingin ambil resiko.

"Kenapa gak! Bang Jono kan baik suka beliin Sekar telur gulung."

"Heh, lo yang gue gulung ya lama-lama! Lagian kalau mau diitung, gue yang paling sering beliin lo jajan. Dasar perampok kecil!" Kayden mengusap kasar muka Sekar dengan sebelah tangannya. Jika tidak sayang, sudah digelindingkannya gadis itu ke lantai saking emosinya.

Sekar melotot penuh drama, "jadi maksud abang, yang harusnya ngawinin Sekar itu Bang Kay bukan bang Jono?"

"Kawin kawin! Sekolah lo yang bener!" Kayden membawa kepala Sekar untuk ditenggelamkan di ketiaknya.

Kayden berlalu ke dapur setelah melepaskan Sekar. Dia butuh asupan minuman dingin. Meladeni omongan Sekar beresiko besar membuat otaknya mendidih.

Kayden kembali dengan dua botol minuman dingin dan beberapa buah-buahan segar. Dia melemparkan satu apel yang langsung ditangkap Sekar dengan sempurna. Kayden kembali duduk di samping Sekar dan menarik Sekar bersandar kembali di pundaknya.

"Jadi bener Shaka deketin lo?"

Sekar yang sedang minum terbatuk-batuk dengan hebat.

Kayden menepuk-nepuk punggung Sekar yang terbatuk-batuk.

"Sembarangan kalo ngomong!" Sekar memukul lengan Kayden begitu batuknya reda.

Sekar juga menggigit lengan berotot Kayden. Meskipun tebakan Kayden benar, Sekar tidak mungkin menjawab jujur. Lagipula hanya seorang Shaka. Jangan panggil dia anak Fonza jika mengatasi satu cowok itu saja dia tidak mampu.

"Gue lega kalau emang lo gak diganggu. Tapi ingat ya, lo harus cerita kalau ada apa-apa. Awas aja kalau gak. Gue jual lo ke mang Sapri!" Mata Kayden melototinya.

"Mana mao mang Sapri. Yang ada nanti dia tekor miara orang kayak Sekar." Sekar berdecak kesal. Sembarangan saja dia ingin dijual.

Kayden terbahak-bahak, "iya ya, porsi makan lo kan kayak Dajjal. Bisa bangkrut barang dagangan mang Sapri."

"Abang gue Dajjal, jadi jangan salahin kalo adeknya juga kayak Dajjal!" Mata Sekar berkedut kesal. Daripada meladeni orang gila macam Kayden lebih baik dia ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Kayden melongo setelah tersadar sesuatu. "Lah abangnya gue dong!" Kayden menunjuk dirinya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status