Fredy mendengus dingin lalu menatap wanita yang lebih pendek darinya ini, "Apa maksudmu berbicara seperti ini? Apa sedang menyalahkan aku tidak bertanggung jawab kepada keluarga? Hmm?"Dela tidak menoleh, ekspresi wajahnya juga sangat tidak peduli, "Presdir kamu berpikir terlalu banyak. Aku hanya mengatakan tentang kesalahan yang biasanya mudah dilakukan oleh seorang pria. Bisakah kamu jangan selalu menyudutkan diri sendiri? Lagi pula aku juga menjelaskan Darwin bukan pria yang bisa memperlakukan Angel dengan buruk. Semoga saja kamu bisa mengerti!""Mengerti? Istriku, apa yang kamu ingin aku mengerti?" Mata Fredy yang tajam sedikit menyipit, terlihat semakin berbahaya, "Aku sudah lama berada di industri ini, sudah bertemu dengan berbagai macam orang dan kesimpulan yang aku dapatkan adalah tidak mungkin ada hubungan pertemanan biasa antara pria dan wanita. Pria pasti memiliki tujuan kalau ingin membantu wanita atau mungkin saja dia ingin mendapatkan tubuh wanita itu!"Ucapan Fredy memb
Kerharmonisan yang keliru akhirnya terpecahkan, hanya tersisa suasana tegang di antara mereka berdua.Awalnya mengira setelah bertengkar hebat, Fredy akan menghilang lagi.Namun Fredy tidak pergi dari rumah, dia muncul di ruang makan pada saat jam makan malam. Dela tidak meliriknya sama sekali, hanya makan dalam diam dan langsung kembali ke kamar setelah selesai.Dela mengunci kamar dan membaca dokumen perusahaan dengan tenang. Pinjaman yang sudah didesak oleh pihak bank akhirnya sudah dilunaskan sebagian. Langkah selanjutnya tentu saja harus mengambil beberapa pesanan agar bisa menghasilkan keuntungan.Waktu terasa begitu cepat berlalu saat sedang fokus mengerjakan sesuatu.Malam dengan cepat sudah dipenuhi dengan bintang-bintang yang berkedip.Tiba-tiba terdengar suara kunci pintu dibuka, Dela mendongak dan melihat ternyata Fredy yang berjalan masuk ke dalam."Tuan Wijaya, kamu salah masuk kamar!" Ekspresi wajah Dela terlihat tenang atau bisa dikatakan tanpa ekspresi.Fredy sedikit
Dela segera duduk di atas ranjang saat melihat Fredy yang melangkah mendekatinya. "Aku akan pergi kalau kamu bersikeras untuk ada di sini!" Dela lebih memilih tidur di bangku taman daripada melihat Fredy.Lengan Fredy dengan tepat menarik pergelangan tangan Dela lalu berkata dengan dingin, "Dela jangan selalu buat aku mengingatkanmu kalau kamu istriku! "Dela menjawab, walaupun istriku aku juga punya hal untuk menolak! Dela menarik kembali lengannya lalu keduanya saling berhadapan."Menolak?" tanya dia sambil tersenyum.Dela berkata dengan sangat yakin, "Benar menolak. Suasana hatiku tidak sebaikmu yang bisa melakukan hal yang terlalu intim. Jadi tolong lepaskan aku!""Apa maksudmu hal yang terlalu intim?" Fredy pura-pura tidak mengerti.Dela benar-benar sangat kesal, apakah Fredy bisa tidak mengerti hal yang dimaksud oleh Dela? Seharusnya dia yang paling tahu, rona merah di pipi Dela membuat fitur wajahnya terlihat semakin cantik.Fredy menunggu jawaban Dela sambil sedikit tersenyum,
"Rudi, bagaimana penjualan produk kita?" Dela bertanya kepada manajer penjualan yang baru saja berjalan masuk.Rudi menggelengkan kepala dengan lesu, lalu mencari tempat duduk dan berkata, "Manajer, tadi aku pergi ke toko besar untuk melihat dan memang penjualan produk kita sangat buruk!""Kalau begitu kita harus cari cara untuk menaruh lebih banyak iklan di toko besar!""Semuanya melakukan seperti itu tapi masih tidak bisa menonjolkan produk kita. Hal yang terpenting adalah kurangnya keunggulan dari produk kita. Harus ada keunikan dari produk kita!" ujar Rudi sambil menggeleng."Lalu bagaimana? Kalau tidak panggil semua anggota bagian penjualan, kita adakan rapat mendadak!" ujar Dela segera."Oke Manajer, aku hubungi mereka sekarang!" Rudi lalu berjalan keluar ruangan.Dela yang sudah kembali duduk menguap lalu mengedipkan mata karena ingin membuat dirinya lebih terjaga. Tapi tanpa sadar dia tetap tidak bisa menahan rasa lelahnya yang datang terus-menerus.Melihat rasa lelah yang ter
Selama ini Fredy selalu merasa dirinya adalah seorang bos yang baik jadi, tidak mungkin bisa marah tanpa sebab di depan karyawannya, "Kenapa kalian terlihat sangat ketakutan, seperti aku adalah seorang monster yang tidak bisa diajak berkompromi.""Tidak, tidak!" jawab sekretaris dengan terbata-bata.Fredy menghela napas lalu menggelng, "Sikapmu ini tidak menunjukkan kalau semuanya baik-baik saja! Sekretaris Lili coba jujur saja, apakah belakangan ini aku memang begitu menakutkan?"Sekretaris Lili menatap Fredy lama dan ekspresi wajahnya terlihat sangat sulit, lalu karena desakan terus-menerus dari Fredy dia akhirnya mengangguk."Sudahlah, jangan persulit sekretaris Lili lagi! Tanyakan saja padaku!" Brian yang masuk tanpa mengetuk pintu terlihat sangat santai, seperti masuk ke ruangannya sendiri.Sekretaris Lili yang melihat kedatangan Brian langsung merasa dewa penolongnya sudah datang, dia segera berkata, "Aku pergi buatkan kopi untuk Presdir Loy." Setelah itu dia langsung kabur dari
"Putriku, pihak bank mendesakku lagi untuk membayar pinjaman. Cepat pikirkan cara!" David dengan panik meminta bantuan dari putrinya, terakhir kali Dela dengan mudah bisa mendapatkan 100 miliar seharusnya sekarang juga tidak sulit."Sekarang aku juga tidak ada cara lain lagi! Ayah coba desak uang yang terutang di luar!" Dela dengan kesal membaca buku keuangan perusahaan ayahnya, kenapa tidak ada uang tersisa lagi."Uang di luar juga tidak banyak dan sulit ditagih, mereka yang melakukan bisnis makanan biasanya memberi produk terlebih dulu baru bisa mendapatkan uang. Putriku, bagaimana kalau kamu cari temanmu yg dulu itu?"Dela segera menggeleng dan berkata dengan suara rendah, "Aku tidak kenal begitu dekat dengannya, tidak bisa meminjam lagi! Ayah, sekarang yang terpenting seharusnya mendesak utang di luar.""Jumlah penjualan sangat buruk, kalau didesak terus yang kembali hanya produk!" ujar David sambil menghela napas, "Putriku kalau tidak kamu cari Fredy untuk membantu kita. Kalian j
Kedua kontrak itu berisi tentang pembelian produk dalam jumlah besar, bisa dikatakan ini adalah kontrak yang tidak pernah diterima oleh Perusahaan Amanda, lalu 40% pembayaran di muka dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh Perusahaan Amanda.Dela membaca kontrak itu dengan mata membelalak dan tangan gemetaran, dia sangat takut salah baca 1 huruf saja. Tapi kontrak ini sama sekali tidak ada untungnya untuk Fredy, karena itu Dela tidak bisa menahan rasa penasarannya mengapa Fredy bisa memperlakukannya dengan begitu baik.Lima menit kemudian, Dela meletakkan kontrak dan menatap Fredy, "Benar-benar untukku? Kamu yakin dengan isi dari kontrak?""Tentu saja!" jawab Fredy dengan ekspresi lembut."Kenapa? Aku tidak percaya kamu bisa sebaik ini padaku! Kamu pasti menyimpan niat buruk dibalik kebaikan ini."Fredy tertawa terbahak melihat Dela yang bersikap waspada, "Dela kamu tidak bodoh juga ya? Bisa mengerti kalau tidak ada orang yang bisa bersikap baik padamu tanpa imbalan?"Ucapan Fr
Cahaya lampu warna-warni terpantul melalui jendela ke dalam ruangan yang gelap, membuat orang di dalam terlihat besar.Fredy akhirnya sudah terpuaskan hasratnya meluncur turun dari tubuh Dela dan bergerak ke samping sambil terengah-engah.Dela sendiri sudah tertidur karena kelelahan akibat meledaknya kekuatan Fredy sebelumnya.Penyerahan diri Dela yang tanpa disengaja sudah memuaskan keinginan terbesar Fredy, jari Fredy menyentuh tubuh halus Dela seperti sedang memainkan piano."Tidak, aku tidak mau lagi," teriak Dela seperti kerasukan, "Jangan lagi!""Haha," Fredy tersenyum senang lalu memperlihatkan senyum sombong yang terus meningkat.Diiringi dengan suara tawa Fredy yang dalam, Dela yang ketakutan perlahan menenangkan diri dan mengatur napasnya. Dia lalu mengumpulkan tenaganya untuk bangkit dan bersiap memakai pakaiannya."Istirahatlah sebentar lagi lalu kita pergi makan malam!" perintah Fredy di belakang Dela."Tidak perlu repot-repot! Aku masih ada urusan lain!""Urusan apalagi