Kedua kontrak itu berisi tentang pembelian produk dalam jumlah besar, bisa dikatakan ini adalah kontrak yang tidak pernah diterima oleh Perusahaan Amanda, lalu 40% pembayaran di muka dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh Perusahaan Amanda.Dela membaca kontrak itu dengan mata membelalak dan tangan gemetaran, dia sangat takut salah baca 1 huruf saja. Tapi kontrak ini sama sekali tidak ada untungnya untuk Fredy, karena itu Dela tidak bisa menahan rasa penasarannya mengapa Fredy bisa memperlakukannya dengan begitu baik.Lima menit kemudian, Dela meletakkan kontrak dan menatap Fredy, "Benar-benar untukku? Kamu yakin dengan isi dari kontrak?""Tentu saja!" jawab Fredy dengan ekspresi lembut."Kenapa? Aku tidak percaya kamu bisa sebaik ini padaku! Kamu pasti menyimpan niat buruk dibalik kebaikan ini."Fredy tertawa terbahak melihat Dela yang bersikap waspada, "Dela kamu tidak bodoh juga ya? Bisa mengerti kalau tidak ada orang yang bisa bersikap baik padamu tanpa imbalan?"Ucapan Fr
Cahaya lampu warna-warni terpantul melalui jendela ke dalam ruangan yang gelap, membuat orang di dalam terlihat besar.Fredy akhirnya sudah terpuaskan hasratnya meluncur turun dari tubuh Dela dan bergerak ke samping sambil terengah-engah.Dela sendiri sudah tertidur karena kelelahan akibat meledaknya kekuatan Fredy sebelumnya.Penyerahan diri Dela yang tanpa disengaja sudah memuaskan keinginan terbesar Fredy, jari Fredy menyentuh tubuh halus Dela seperti sedang memainkan piano."Tidak, aku tidak mau lagi," teriak Dela seperti kerasukan, "Jangan lagi!""Haha," Fredy tersenyum senang lalu memperlihatkan senyum sombong yang terus meningkat.Diiringi dengan suara tawa Fredy yang dalam, Dela yang ketakutan perlahan menenangkan diri dan mengatur napasnya. Dia lalu mengumpulkan tenaganya untuk bangkit dan bersiap memakai pakaiannya."Istirahatlah sebentar lagi lalu kita pergi makan malam!" perintah Fredy di belakang Dela."Tidak perlu repot-repot! Aku masih ada urusan lain!""Urusan apalagi
Angel menghilang. Keluarga Wijaya menggerakan seluruh koneksi untuk mencarinya selama 3 hari tapi masih tidak ada petunjuk. Tidak peduli bagaimanapun juga, Dela sebagai menantu keluarga Wijaya juga khawatir pada adik ipar yang lebih tua 3 tahun darinya ini.Pada jam 12 tengah malam, Fredy berjalan masuk ke rumah dengan ekspresi masam. Angel tidak mungkin pergi dari rumah tanpa sebab, dia terus memikirkan ucapan perawat Angel malam ini.Perawat memberitahu Fredy bahwa selama 3 tahun pernikahan Angel dan Darwin menikah, mereka tidur dalam satu kamar hanya pada saat malam pernikahan saja, sejak saat itu mereka terus tidur terpisah. Lalu Darwin yang sebagai ahli bedah terkenal itu juga jarang pulang ke rumah.Sialan, sebagai sesama pria Fredy tentu saja tahu apa artinya kalau pria tidak pulang ke rumah. Mungkin saja sedang sibuk bekerja tapi kebanyakan karena sibuk dengan wanita!Sebagai pria dewasa bagaimana mungkin bisa menahan diri selama 3 tahun? Kecuali kalau tubuhnya memiliki penyak
Ucapan Fredy ini akhirnya membuat Dela merasa lega. Untung saja dia masih percaya kalau Dela tidak ada hubungan apa pun dengan Darwin! Pada saat bersamaan, Dela juga menenangkan emosinya."Naiklah, sekarang aku butuh kamu!" Fredy menepuk punggung Dela mengisyaratkan dia untuk naik.Untuk sesaat Dela tercengang kebingungan menatap Fredy, "Bukankah kamu sedang marah padaku?""Hehe." Fredy tertawa sombong seperti biasanya lalu menekan pipi Dela, "Tapi itu bukan berarti harus menunda keinginanku padamu. Seharusnya kamu merasa bersyukur karena bagaimanapun juga aku masih suka dengan tubuhmu!""Tidak tahu wajahmu ini merah karena emosi atau karena malu."Setelah itu Fredy berbisik lagi di telinga Dela, "Besok sore aku akan berangkat ke Los Angeles dan akan pulang setengah bulan kemudian!"Dela mengira dirinya salah dengar, apakah Fredy sedang memberitahu Dela tujuan kepergiannya? Bahkan dari nada bicaranya terdengar sedikit tidak rela? Sebelumnya Fredy langsung pergi dan tidak kembali untuk
Dela langsung menjawab, "Halo." "Halo kakak ipar, aku tidak mengganggumu bekerja'kan?" suara Darwin yang sopan dan rendah terdengar dari telepon, tidak sulit untuk bisa mendengar ada nada kesedihan dalam suaranya. "Apa ada kabar dari Angel?" Darwin tertawa suram, "Kalau ada aku pasti akan beri tahu kamu dengan senang! Tapi sudah beberapa hari masih tidak ada kabar juga!" "Aku bisa mengerti perasaanmu, aku juga sangat panik. Asalkan tidak mendengar kabar buruk maka itu artinya semua baik-baik saja!" hibur Dela. "Lebih baik dia diculik saja, setidaknya aku bisa membawanya pulang kembali dengan uang!" Darwin menghela napas panjang, "Apakah kakak ipar ada waktu setelah pulang kerja nanti?" "Maaf, belakangan ini perusahaan sudah tanda tangan beberapa proyek, produk yang diminta harus segera dikirim. Takutnya aku akan lembur malam ini!" Dela berbohong dengan tidak enak hati, Fredy sangat peduli terhadap hal ini jadi lebih baik dia menghindar membuat masalah saja, "Maaf sekali." "Tidak
Dela meletakkan surat kabar di tangannya lalu menutup ekspresi menyedihkan di wajahnya. Hubungan mereka berdua akan berubah? Ini semua hanyalah khayalan Dela sendiri saja. Dela tertawa mencibir, dia sama sekali tidak lupa sebelumnya Fredy sudah katakan bahwa pernikahan dan istri tidak ada arti untuknya! Di surat kabar yang terletak di atas meja tertulis dengan jelas 'Fredy Presdir Grup Wijaya dan juara Miss Universe masuk ke hotel sambil berpelukan erat', lalu foto mereka berdua yang tertera di sana sebagai pembuktian. Hubungan pria tampan dan wanita cantik memang sangat menarik perhatian seluruh dunia karena terlihat sangat cocok tapi hati Dela terasa sangat sakit. "Putriku, kali ini perusahaan Amanda bisa melewati bencana ini atau tidak semuanya bergantung kepadamu!" ujar David sambil berjalan masuk, "Produk untuk dua kontrak sudah diantarkan, pihak pembeli juga sudah mengirimkan sisa 60% dana ke rekening perusahaan. Untuk sementara bencana perusahaan Amanda sudah diselesaikan."
Dela menerima panggilan telepon dari Darwin saat dekat jam pulang bekerja. Suasana hatinya terdengar sangat sedih sehingga membuat Dela juga merasa sedih. Saat dia berjalan masuk ke dalam bar yang didekorasi dengan elegan bersama dengan musik jazz yang menggema, Dela dengan cepat menemukan seorang pria duduk di sudut sambil minum bir sendirian. Saat ini rambutnya yang biasa terlihat bersih menjadi kusut seperti bola, dagunya ditutupi dengan janggut, bajunya yang berantakan tergantung di tubuhnya hanya bisa digambarkan dengan kata ceroboh. Darwin mendongak dan melihat Dela yang berdiri di sampingnya. Dia lalu tersenyum senang dan menunjuk tempat duduk di sampingnya, "Duduk dan temani aku minum. Peter, berikan bir wanita untuk nona ini!" "Berikan aku jus buah saja, terima kasih!" Dela menghentikan gerakan bartender. Darwin menegak habis cairan di gelasnya itu lalu mengisi gelasnya lagi sampai penuh. Sudah ada 3 botol kosong di atas meja, berbahaya sekali kalau terus minum seperti in
"Kakak Ipar, bangunlah." Darwin mengguncang tubuh Dela dengan panik. Dela membuka matanya secara perlahan, kepalanya sangat sakit seperti akan meledak. Dinding langit berwarna merah muda? Di mana ini? Dela segera bangkit dan duduk, selimut yang menutupi tubuhnya juga merosot jatuh sehingga dia merasa sedikit kedinginan. Dela menunduk dan menarik napas dingin, "Kenapa bisa begini?" Dela sangat kebingungan. Dia sudah tidur dengan Darwin! Sudah terjadi hubungan yang tidak seharusnya terjadi antara dia dan Darwin! "Kakak ipar maaf, aku benar-benar minta maaf. Aku juga tidak tahu apa yang sudah terjadi?" Darwin mengambil celananya dan menjelaskan dengan sulit! "Kemarin aku minum terlalu banyak jadi aku tidak ingat apapun. Aku tidak tahu bagaimana semua ini bisa terjadi! Tapi aku tidak akan melemparkan tanggung jawab, aku tahu semua ini adalah salahku!" Setengah menit kemudian, Dela menarik selimut, kedua bahunya bergetar hebat dan air mata mulai membasahi pipinya. Dela hanya inga
'Fredy!' teriak Dela dalam hati, matanya yang jernih terlihat sangat kesal."Sebenarnya wawancara aku dan Nona Dela tadi berjalan sangat lancar. Aku sangat menyukai pertanyaan yang dia ajukan, sangat berstruktur dan terarah!" ujar Fredy bersamaan dengan Dela, momentum saat Fredy berbicara kebetulan menutupi suara Dela.Dela menghela napas lega, pipinya yang seperti giok terlihat memerah karena merasa bersalah.Fredy menatap Dela dengan serius dan memberikan penilaian tinggi untuknya, "Hah, Dela memang pantas menjadi penyiar terbaik MBS. Dia benar-benar berbeda dari yang lain, tidak hanya sikap profesionalnya yang tinggi tapi keterampilan wawancaranya juga hebat!Fredy menambahkan lagi, "Aku ingin penyiar terbaik yang melakukan wawancara sepenuhnya, tidak boleh diganti dengan orang lain secara tiba-tiba!"Dela yang berdiri di samping terlihat pucat. Bagaimana dia bisa tidak mengerti dengan maksud dan tujuan Fredy setelah konflik yang sudah terjadi dua kali?Ekspresi pucat Dela perlahan
"Karena kamu sudah membereskan semuanya untukku, aku semakin tidak bisa mengganggu pekerjaanmu lagi. Presdir Fredy, aku pergi dulu!" Dela mendorong dada Fredy dengan kuat, dia ingin kabur."Pergi?" Fredy mengunci tubuh Dela lalu menunduk dan mengecup bibir merah Dela dengan kuat, "Karena hal yang menggiurkan sudah datang sendiri, bagaimana mungkin aku lepaskan semudah itu?"Ekspresi jahatnya terlihat yakin harus mendapatkan Dela."Jangan Fredy, aku datang untuk melakukan wawancara. Kamu tidak bisa seperti seorang maniak gila, jangan lupa dengan status Presdirmu!" Dela menghindar dari ciuman Fredy lalu mengingatkannya.Tatapan mata Fredy yang hitam terus menatap pipi Dela yang bulat seperti bulan, tangannya yang besar memegang pinggang Dela yang ramping, "Memang benar Presdir tapi aku juga seorang pria, memiliki keinginan pada perempuan. Sekarang adalah waktu, tempat dan orang yang tepat, bagaimana mungkin aku melepaskanmu lagi, istriku!" Fredy menyebut ucapan istriku dengan begitu san
"Haha, harus menggunakan sikap yang berbeda kepada orang yang berbeda. Aku mengerti maksudmu, tidak masalah. Ayo kita pergi!" Dela membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya.Saat Dela sudah keluar dari ruangan, Niar langsung mengeluh kepada sesama rekan kerjanya, "Sifat Penyiar Dela benar-benar sangat jelek, sulit sekali membereskan sebuah berita untuknya! Tidak peduli bagaimana aku membuatnya, dia selalu mengatakan tidak bagus. Elemen berita mana yang tidak aku pahami? Waktunya sangat akurat, tempat juga sangat rinci, sudah berapa wanita yang diperkosa oleh 'topi hitam', bagaimana penampilan mereka, lalu apa yang disukai dari maniak itu dari para korbannya, semua aku ingat dengan sangat jelas.""Benar, Penyiar Dela selalu mengambil tindakan yang besar. Haha, dia sangat hebat dalam menyiarkan dan wawancara, tidak ada yang bisa sehebat dia!" Orang yang berbicara adalah Jeni Lorens yang sama-sama masuk ke departemen berita bersama dengan Dela, hanya saja dia sampai sekarang dia masih m
Fredy dengan fokus menatap siaran ulang berita, penyiar cantik yang terlihat di layar sedang mewancarai beberapa politisi di ruang konferensi pemerintah.Ucapannya terdengar jelas, semua pertanyaan juga sangat spesifik. Beberapa pertanyaannnya sangat tajam sehingga para politisi itu sedikit kebingungan menjawabnya!Fredy yang menatap televisi tiba-tiba teringat dengan tingkah licik wanita itu, Fredy tersenyum dan ada perasaan gembira yang sudah lama tidak muncul dalam tatapan matanya."Apakah Ayah menonton komedi? Bukankah itu adalah siaran berita yang membosankan?" Jordan mengikuti tatapan ayahnya yang menonton siaran berita selama satu menit itu, dia benar-benar tidak bisa menemukan hal yang bisa membuat Ayahnya tersenyum.Penyiar wanita dalam berita itu menanyakan pertanyaan tentang harga rumah yang tinggi. Mungkinkah ini yang membuat ayahnya tertawa? Belakangan ini dia datang untuk hidup di kota ini bersama dengan ayahnya, itu semua karena ayahnya yang sedang mengembangkan bisnis
"Presdir Wijaya, terima kasih atas niat baikmu tapi sudah ada yang datang menjemputku!" Dela mengambil tas kulitnya dan mengucapkan salam perpisahan."Dela, trik yang kamu mainkan semakin banyak saja!" Fredy menggeleng lalu menatap punggung Dela yang sangat memikat itu perlahan menghilang di pandangannya.Hah, Dela … tidak peduli seberapa liciknya kamu, pada akhirnya kamu tetap milikku!…Pada saat jam 10 malam, Fredy mendorong pintu masuk dan berjalan ke ruang tamu.Saat itu, dahinya terus mengernyit dan pada saat ini terlihat beberapa kerutan yang cocok dengan usianya.Lantai yang berwarna terang ditutupi dengan beberapa bungkusan makanan ringan berwarna-warni, beberapa botol minuman soda juga terlihat tergeletak jatuh di samping meja.Suara pertempuran, gelak tawa, pedang yang menusuk tubuh serta darah menyembur karena tindakan kekerasan terdengar!Seorang anak laki-laki yang duduk di atas karpet wol, mengetik
"Bajingan, Fredy … lepaskan aku!"Saat ini, Dela sudah didesak ke sudut ruangan oleh Fredy, roknya sudah terangkat dan sepasang kaki putih terjalin dengan kaki panjang yang dilapisi dengan celana berwarna biru tua, mereka secara tidak sengaja membentuk sebuah pose ambigu yang menarik."Akan kulepaskan, tapi nanti." Fredy mengeluarkan kesayangannya yang sudah berdiri tegak dari dalam celananya, "Ayolah, cepat! Pacarmu sudah tidur lelap!""Kamu benar-benar menjijikkan, kenapa sebelumnya aku tidak menyadari kalau kamu begitu menyebalkan?" Dela menolehkan kepala, sikap Fredy sekarang benar-benar membuatnya merasa sangat kecewa. Awalnya dalam hati Dela, Fredy seperti pangeran sempurna dalam cerita dongeng, wajahnya yang tampan yang elegan dan berkarisma, sangat terdidik dan berasal dari lingkungan ternama.Selamanya Dela hanya perlu memandangnya saja, Dela tidak hanya mencintainya, dia juga menghormati dan kagum pada Fredy.Walaupun Fredy pernah
Fredy melemparkan orang yang mabuk sampai tidak bisa berdiri dengan stabil ini ke atas ranjang besar di kamar presidential suite.Julius yang sudah tidak sadarkan diri bergumam tidak jelas di atas ranjang, gerakan tangannya juga terlihat tidak jelas.Dela yang masuk setelahnya sengaja tidak menutup pintu, "Terima kasih Presdir Wijaya sudah membawa Presdir Julius kemari, aku saja yang menjaganya di sini tidak perlu merepotkan Presdir Wijaya lagi."Dela berdiri di samping pintu, mengucapkan terima kasih dengan sopan dan formal lalu meminta Fredy untuk pergi.Fredy sepertinya tidak mendengar ucapannya, dia menghembuskan napas dan berbalik menatap Dela, "Aku sedikit haus, bisakah ambilkan sedikit air untukku!"Kamar presidential suite memiliki segalanya dan akan terlihat sedikit berlebihan kalau meminta pelayan mengantarnya. Bagaimanapun juga dia sudah membawa Julius kemari, tidak peduli sebagai pacar atau bawahan Julius, Dela tidak bisa menolak permin
"Haha, tidak disangka Presdir Wijaya humoris juga!" Julius yang masih mudah hanya ikut tertawa, Fredy yang hanya mengucapkan beberapa kata kasar sudah membuat Julius merasa hubungan mereka sudah dekat.Dela sangat kesal sampai tidak bisa berbicara, sekarang dia baru tahu ternyata Julius itu sama seperti wanita lain, tidak tahu bagaimana cara menghormati wanita.Julius menjawab ucapan tapi Fredy malah tidak melanjutkan pembicaraan ini, "Lebih baik kita kembali ke bisnis saja, ayo pesan makanan dulu, jangan biarkan manajernya panik! Dela, coba lihat apa yang kamu suka?"Panggilan Fredy terdengar semakin akrab, tadi dia masih memanggil Dela Amanda, lalu Nona Dela dan sekarang langsung memanggil nama Dela.Panggilan ini membuat Dela merasa tidak nyaman, atas dasar apa Fredy memanggil namanya dengan begitu akrab? Lagi pula, Dela semakin tidak suka Fredy yang mendekat sesuka hati dan menyemburkan hawa panas pada tubuh Dela.Untuk menghindari gangguan dar
Dela menatap ponselnya dengan penasaran, dia mendecak lalu menyimpan ponselnya dan membuka pintu.Melihat lampu di apartemen lantai 12 sudah menyala, Julius yang bersandar di mobil bersiap membuka pintu mobilnya.Saat ini, sebuah mobil muncul dari kegelapan melewati mobilnya sehingga hampir menabrak Julius, "Hei, apa kamu bisa menyetir atau tidak."Mobil itu langsung berhenti, pemilik mobil seolah-olah sengaja memprovokasi dengan melemparkan puntung rokok keluar lalu melaju pergi.Dela yang memakai gaun bermerek warna emas mengikuti Presdir MBS masuk ke sebuah hotel lokal yang terkenal, mereka berdua menuju sebuah ruangan pribadi di lantai dua.Ruang pribadi yang didekorasi dengan begitu megah cukup untu menampung pesta kecil berjumlah 30 orang. Di atas meja bundar yang sangat bersih terdapat sebuah lampu kuning bulat, cahaya keemasan yang lembut membuat ruangan itu terlihat lebih indah.Namun, dalam ruangan sebesar ini tidak terlihat orang lain selain mereka berdua!Dela mengernyit d