"Bajingan, Fredy … lepaskan aku!"
Saat ini, Dela sudah didesak ke sudut ruangan oleh Fredy, roknya sudah terangkat dan sepasang kaki putih terjalin dengan kaki panjang yang dilapisi dengan celana berwarna biru tua, mereka secara tidak sengaja membentuk sebuah pose ambigu yang menarik.
"Akan kulepaskan, tapi nanti." Fredy mengeluarkan kesayangannya yang sudah berdiri tegak dari dalam celananya, "Ayolah, cepat! Pacarmu sudah tidur lelap!"
"Kamu benar-benar menjijikkan, kenapa sebelumnya aku tidak menyadari kalau kamu begitu menyebalkan?" Dela menolehkan kepala, sikap Fredy sekarang benar-benar membuatnya merasa sangat kecewa. Awalnya dalam hati Dela, Fredy seperti pangeran sempurna dalam cerita dongeng, wajahnya yang tampan yang elegan dan berkarisma, sangat terdidik dan berasal dari lingkungan ternama.
Selamanya Dela hanya perlu memandangnya saja, Dela tidak hanya mencintainya, dia juga menghormati dan kagum pada Fredy.
Walaupun Fredy pernah
"Presdir Wijaya, terima kasih atas niat baikmu tapi sudah ada yang datang menjemputku!" Dela mengambil tas kulitnya dan mengucapkan salam perpisahan."Dela, trik yang kamu mainkan semakin banyak saja!" Fredy menggeleng lalu menatap punggung Dela yang sangat memikat itu perlahan menghilang di pandangannya.Hah, Dela … tidak peduli seberapa liciknya kamu, pada akhirnya kamu tetap milikku!…Pada saat jam 10 malam, Fredy mendorong pintu masuk dan berjalan ke ruang tamu.Saat itu, dahinya terus mengernyit dan pada saat ini terlihat beberapa kerutan yang cocok dengan usianya.Lantai yang berwarna terang ditutupi dengan beberapa bungkusan makanan ringan berwarna-warni, beberapa botol minuman soda juga terlihat tergeletak jatuh di samping meja.Suara pertempuran, gelak tawa, pedang yang menusuk tubuh serta darah menyembur karena tindakan kekerasan terdengar!Seorang anak laki-laki yang duduk di atas karpet wol, mengetik
Fredy dengan fokus menatap siaran ulang berita, penyiar cantik yang terlihat di layar sedang mewancarai beberapa politisi di ruang konferensi pemerintah.Ucapannya terdengar jelas, semua pertanyaan juga sangat spesifik. Beberapa pertanyaannnya sangat tajam sehingga para politisi itu sedikit kebingungan menjawabnya!Fredy yang menatap televisi tiba-tiba teringat dengan tingkah licik wanita itu, Fredy tersenyum dan ada perasaan gembira yang sudah lama tidak muncul dalam tatapan matanya."Apakah Ayah menonton komedi? Bukankah itu adalah siaran berita yang membosankan?" Jordan mengikuti tatapan ayahnya yang menonton siaran berita selama satu menit itu, dia benar-benar tidak bisa menemukan hal yang bisa membuat Ayahnya tersenyum.Penyiar wanita dalam berita itu menanyakan pertanyaan tentang harga rumah yang tinggi. Mungkinkah ini yang membuat ayahnya tertawa? Belakangan ini dia datang untuk hidup di kota ini bersama dengan ayahnya, itu semua karena ayahnya yang sedang mengembangkan bisnis
"Haha, harus menggunakan sikap yang berbeda kepada orang yang berbeda. Aku mengerti maksudmu, tidak masalah. Ayo kita pergi!" Dela membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya.Saat Dela sudah keluar dari ruangan, Niar langsung mengeluh kepada sesama rekan kerjanya, "Sifat Penyiar Dela benar-benar sangat jelek, sulit sekali membereskan sebuah berita untuknya! Tidak peduli bagaimana aku membuatnya, dia selalu mengatakan tidak bagus. Elemen berita mana yang tidak aku pahami? Waktunya sangat akurat, tempat juga sangat rinci, sudah berapa wanita yang diperkosa oleh 'topi hitam', bagaimana penampilan mereka, lalu apa yang disukai dari maniak itu dari para korbannya, semua aku ingat dengan sangat jelas.""Benar, Penyiar Dela selalu mengambil tindakan yang besar. Haha, dia sangat hebat dalam menyiarkan dan wawancara, tidak ada yang bisa sehebat dia!" Orang yang berbicara adalah Jeni Lorens yang sama-sama masuk ke departemen berita bersama dengan Dela, hanya saja dia sampai sekarang dia masih m
"Karena kamu sudah membereskan semuanya untukku, aku semakin tidak bisa mengganggu pekerjaanmu lagi. Presdir Fredy, aku pergi dulu!" Dela mendorong dada Fredy dengan kuat, dia ingin kabur."Pergi?" Fredy mengunci tubuh Dela lalu menunduk dan mengecup bibir merah Dela dengan kuat, "Karena hal yang menggiurkan sudah datang sendiri, bagaimana mungkin aku lepaskan semudah itu?"Ekspresi jahatnya terlihat yakin harus mendapatkan Dela."Jangan Fredy, aku datang untuk melakukan wawancara. Kamu tidak bisa seperti seorang maniak gila, jangan lupa dengan status Presdirmu!" Dela menghindar dari ciuman Fredy lalu mengingatkannya.Tatapan mata Fredy yang hitam terus menatap pipi Dela yang bulat seperti bulan, tangannya yang besar memegang pinggang Dela yang ramping, "Memang benar Presdir tapi aku juga seorang pria, memiliki keinginan pada perempuan. Sekarang adalah waktu, tempat dan orang yang tepat, bagaimana mungkin aku melepaskanmu lagi, istriku!" Fredy menyebut ucapan istriku dengan begitu san
'Fredy!' teriak Dela dalam hati, matanya yang jernih terlihat sangat kesal."Sebenarnya wawancara aku dan Nona Dela tadi berjalan sangat lancar. Aku sangat menyukai pertanyaan yang dia ajukan, sangat berstruktur dan terarah!" ujar Fredy bersamaan dengan Dela, momentum saat Fredy berbicara kebetulan menutupi suara Dela.Dela menghela napas lega, pipinya yang seperti giok terlihat memerah karena merasa bersalah.Fredy menatap Dela dengan serius dan memberikan penilaian tinggi untuknya, "Hah, Dela memang pantas menjadi penyiar terbaik MBS. Dia benar-benar berbeda dari yang lain, tidak hanya sikap profesionalnya yang tinggi tapi keterampilan wawancaranya juga hebat!Fredy menambahkan lagi, "Aku ingin penyiar terbaik yang melakukan wawancara sepenuhnya, tidak boleh diganti dengan orang lain secara tiba-tiba!"Dela yang berdiri di samping terlihat pucat. Bagaimana dia bisa tidak mengerti dengan maksud dan tujuan Fredy setelah konflik yang sudah terjadi dua kali?Ekspresi pucat Dela perlahan
Cahaya bulan yang berada di luar jendela menyinari ruangan gelap seperti air yang mengalir sehingga membuat ruangan itu menjadi remang-remang juga ambigu, keterikatan penuh gairah pada seprai yang berantakan membentuk gambar bayangan gelombang di dinding. Napas kasar serta erangan lembut, suara benturan serta getaran adalah titik tertinggi yang mengangkat keindahan ruangan.Dela Amanda yang terlihat sangat menikmati di bawah tubuh pria berkulit gelap itu menggunakan cahaya bulan yang samar-samar untuk melirik wajah tampan yang sedang terjerat dengan begitu antusias pada tubuhnya."Presdir, lembut sedikit. Sangat sakit." Cahaya bulan yang lembut membuat wajahnya yang kecil juga halus terlihat centil."Kamu tidak suka? Seharusnya kamu sangat menyukainya, haha." Sebuah suara tawa rendah terdengar, Fredy Wijaya menyipitkan matanya lalu mengangkat tubuh Dela lebih tinggi, mendorong lebih kuat sebagai tanggapan untuk Dela.Fredy mengangkat kepalanya lalu menatap terpesona tubuh yang sempurn
Dahi pada wajah yang tampan itu langsung mengernyit, Fredy menatap bercak warna merah di atas ranjang itu sambil bertanya heran, "Beri tahu aku, apa itu?"Dela menarik napas dalam dengan sulit lalu menjawab setelah merasa tenang, "Seharusnya dengan pengalaman Presdir tentu saja sudah tahu apa ini, bukan?" Presdir yang memiliki banyak pengalaman bagaimana mungkin tidak tahu apa arti bercak darah di atas ranjang ini?Fredy tersenyum lalu menggeleng tidak percaya, "Jangan bilang kalau ini pertama kali untukmu? Aku tidak akan percaya!"Dela memalingkan wajahnya, "Tapi bukannya kenyataannya sudah terlihat di sini?""Dari mana asal benda ini?""Tentu saja ini adalah darahku!"Rasa jijik perlahan terlihat di tatapan mata Fredy, menggantikan rasa puas dan bahagia yang dia dapatkan pada tubuh Dela tadi. Fredy menahan satu kakinya di atas ranjang lalu menarik tangan Dela sekuat tenaga seperti seekor singa yang sedang marah.Dela yang duduk di sisi ranjang dengan mudah diangkat olehnya sampai be
"Huhu."Seluruh tubuh Dela beserta kepalanya dibenamkam ke dalam bak mandi. Tekanan kuat di kedua pundaknya membuat dia sulit bernapas di dalam air jadi dia hanya bisa melambaikan tangannya di udara secara brutal."Dela kenapa sebelumnya aku tidak menyadari kalau kamu begitu licik? Bisa-bisanya kamu memanggil polisi dan reporter kemari? Apakah kamu ingin mengumumkan ke seluruh dunia bahwa kamu sudah berhasil naik ke atas ranjangku lalu kelak memiliki hubungan denganku?" Fredy berteriak keras, tatapan dari sepasang matanya terlihat begitu mengerikan, emosinya seperti tidak bisa reda walaupun sudah merobek orang di dalam bak mandi ini."Sialan, ternyata plastik kecil berisi darah itu dipersiapkan agar reporter bisa memfotonya."Fredy tidak pernah mengalami kejadian yang begitu menyedihkan seperti dikejar oleh reporter sampai ke dalam kamar mandi, untung saja polisi sudah mengusir para reporter itu terlebih dulu."Blub blub." Gelembung udara terlihat di permukaan air karena Dela yang tid