"Haha, harus menggunakan sikap yang berbeda kepada orang yang berbeda. Aku mengerti maksudmu, tidak masalah. Ayo kita pergi!" Dela membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya.Saat Dela sudah keluar dari ruangan, Niar langsung mengeluh kepada sesama rekan kerjanya, "Sifat Penyiar Dela benar-benar sangat jelek, sulit sekali membereskan sebuah berita untuknya! Tidak peduli bagaimana aku membuatnya, dia selalu mengatakan tidak bagus. Elemen berita mana yang tidak aku pahami? Waktunya sangat akurat, tempat juga sangat rinci, sudah berapa wanita yang diperkosa oleh 'topi hitam', bagaimana penampilan mereka, lalu apa yang disukai dari maniak itu dari para korbannya, semua aku ingat dengan sangat jelas.""Benar, Penyiar Dela selalu mengambil tindakan yang besar. Haha, dia sangat hebat dalam menyiarkan dan wawancara, tidak ada yang bisa sehebat dia!" Orang yang berbicara adalah Jeni Lorens yang sama-sama masuk ke departemen berita bersama dengan Dela, hanya saja dia sampai sekarang dia masih m
"Karena kamu sudah membereskan semuanya untukku, aku semakin tidak bisa mengganggu pekerjaanmu lagi. Presdir Fredy, aku pergi dulu!" Dela mendorong dada Fredy dengan kuat, dia ingin kabur."Pergi?" Fredy mengunci tubuh Dela lalu menunduk dan mengecup bibir merah Dela dengan kuat, "Karena hal yang menggiurkan sudah datang sendiri, bagaimana mungkin aku lepaskan semudah itu?"Ekspresi jahatnya terlihat yakin harus mendapatkan Dela."Jangan Fredy, aku datang untuk melakukan wawancara. Kamu tidak bisa seperti seorang maniak gila, jangan lupa dengan status Presdirmu!" Dela menghindar dari ciuman Fredy lalu mengingatkannya.Tatapan mata Fredy yang hitam terus menatap pipi Dela yang bulat seperti bulan, tangannya yang besar memegang pinggang Dela yang ramping, "Memang benar Presdir tapi aku juga seorang pria, memiliki keinginan pada perempuan. Sekarang adalah waktu, tempat dan orang yang tepat, bagaimana mungkin aku melepaskanmu lagi, istriku!" Fredy menyebut ucapan istriku dengan begitu san
'Fredy!' teriak Dela dalam hati, matanya yang jernih terlihat sangat kesal."Sebenarnya wawancara aku dan Nona Dela tadi berjalan sangat lancar. Aku sangat menyukai pertanyaan yang dia ajukan, sangat berstruktur dan terarah!" ujar Fredy bersamaan dengan Dela, momentum saat Fredy berbicara kebetulan menutupi suara Dela.Dela menghela napas lega, pipinya yang seperti giok terlihat memerah karena merasa bersalah.Fredy menatap Dela dengan serius dan memberikan penilaian tinggi untuknya, "Hah, Dela memang pantas menjadi penyiar terbaik MBS. Dia benar-benar berbeda dari yang lain, tidak hanya sikap profesionalnya yang tinggi tapi keterampilan wawancaranya juga hebat!Fredy menambahkan lagi, "Aku ingin penyiar terbaik yang melakukan wawancara sepenuhnya, tidak boleh diganti dengan orang lain secara tiba-tiba!"Dela yang berdiri di samping terlihat pucat. Bagaimana dia bisa tidak mengerti dengan maksud dan tujuan Fredy setelah konflik yang sudah terjadi dua kali?Ekspresi pucat Dela perlahan
Cahaya bulan yang berada di luar jendela menyinari ruangan gelap seperti air yang mengalir sehingga membuat ruangan itu menjadi remang-remang juga ambigu, keterikatan penuh gairah pada seprai yang berantakan membentuk gambar bayangan gelombang di dinding. Napas kasar serta erangan lembut, suara benturan serta getaran adalah titik tertinggi yang mengangkat keindahan ruangan.Dela Amanda yang terlihat sangat menikmati di bawah tubuh pria berkulit gelap itu menggunakan cahaya bulan yang samar-samar untuk melirik wajah tampan yang sedang terjerat dengan begitu antusias pada tubuhnya."Presdir, lembut sedikit. Sangat sakit." Cahaya bulan yang lembut membuat wajahnya yang kecil juga halus terlihat centil."Kamu tidak suka? Seharusnya kamu sangat menyukainya, haha." Sebuah suara tawa rendah terdengar, Fredy Wijaya menyipitkan matanya lalu mengangkat tubuh Dela lebih tinggi, mendorong lebih kuat sebagai tanggapan untuk Dela.Fredy mengangkat kepalanya lalu menatap terpesona tubuh yang sempurn
Dahi pada wajah yang tampan itu langsung mengernyit, Fredy menatap bercak warna merah di atas ranjang itu sambil bertanya heran, "Beri tahu aku, apa itu?"Dela menarik napas dalam dengan sulit lalu menjawab setelah merasa tenang, "Seharusnya dengan pengalaman Presdir tentu saja sudah tahu apa ini, bukan?" Presdir yang memiliki banyak pengalaman bagaimana mungkin tidak tahu apa arti bercak darah di atas ranjang ini?Fredy tersenyum lalu menggeleng tidak percaya, "Jangan bilang kalau ini pertama kali untukmu? Aku tidak akan percaya!"Dela memalingkan wajahnya, "Tapi bukannya kenyataannya sudah terlihat di sini?""Dari mana asal benda ini?""Tentu saja ini adalah darahku!"Rasa jijik perlahan terlihat di tatapan mata Fredy, menggantikan rasa puas dan bahagia yang dia dapatkan pada tubuh Dela tadi. Fredy menahan satu kakinya di atas ranjang lalu menarik tangan Dela sekuat tenaga seperti seekor singa yang sedang marah.Dela yang duduk di sisi ranjang dengan mudah diangkat olehnya sampai be
"Huhu."Seluruh tubuh Dela beserta kepalanya dibenamkam ke dalam bak mandi. Tekanan kuat di kedua pundaknya membuat dia sulit bernapas di dalam air jadi dia hanya bisa melambaikan tangannya di udara secara brutal."Dela kenapa sebelumnya aku tidak menyadari kalau kamu begitu licik? Bisa-bisanya kamu memanggil polisi dan reporter kemari? Apakah kamu ingin mengumumkan ke seluruh dunia bahwa kamu sudah berhasil naik ke atas ranjangku lalu kelak memiliki hubungan denganku?" Fredy berteriak keras, tatapan dari sepasang matanya terlihat begitu mengerikan, emosinya seperti tidak bisa reda walaupun sudah merobek orang di dalam bak mandi ini."Sialan, ternyata plastik kecil berisi darah itu dipersiapkan agar reporter bisa memfotonya."Fredy tidak pernah mengalami kejadian yang begitu menyedihkan seperti dikejar oleh reporter sampai ke dalam kamar mandi, untung saja polisi sudah mengusir para reporter itu terlebih dulu."Blub blub." Gelembung udara terlihat di permukaan air karena Dela yang tid
Fredy saat ini mengedipkan mata berusaha untuk menekan gairah pada bawah perutnya yang bergejolak, dia lalu berkata dengan nada yang semakin dingin, "Kamu kira hanya dengan latar belakang seperti itu maka kamu berhak menggantikan Lily menikah denganku?"Fredy langsung berdiri tegak lalu berkata dengan kejam tanpa menunggu Dela menjawab, "Aku beri tahu kamu, aku bisa menerimamu di atas ranjang karena bagaimanapun juga postur tubuhmu bagus, bagian bawahmu juga kencang sehingga bisa membuatku puas, jangan memiliki harapan bodoh untuk menjadi istriku!"Ucapan Fredy ini membuat Dela merasa sangat malu juga terkejut, wajahnya terlihat pucat juga merah.Fredy berjalan keluar dari kamar mandi, lalu tidak sampai satu menit kemudian dia masuk lagi sambil membawa satu lembar cek, "Ini cek senilai 20 miliar untukmu, bahkan walau itu adalah kamu, juga sudah termasuk uang dalam jumlah besar! Aku tidak berharap kamu melakukan keributan lagi untuk masalah ini karena pada akhirnya reputasimu sendiri y
Plak!!!Sebuah tamparan keras di pipi Dela terdengar, pelayan yang baru saja berjalan masuk terkejut tapi dia dengan cerdiknya berpura-pura tidak melihat, meneruskan pekerjaannya membersihkan ruang tamu."Dengan siapa kamu sedang berbicara? Dasar tidak punya hati." Cindy menatap Dela selama beberapa detik dengan kejam, setelah itu dia baru berkata menghina, "Maksudmu sekarang aku yang menyuruhmu untuk pergi tidur dengan dia? Apakah kamu akan pergi mati kalau aku menyuruhmu? Bukankah ini semua karena kamu ingin menaikkan status dirimu? Sekarang malah berpura-pura pintar setelah mendapat keuntungan. Kalau bukan karena putriku Lily kabur tanpa jejak, jangan harap kamu bisa mendapat keuntungan ini!"Dela menahan rasa sakit di pipinya juga memaksakan dirinya untuk tidak menangis. Dia lalu dengan sengaja berkata sambil tersenyum, "Kalau kamu merasa rugi, cari saja putrimu itu kembali lalu biarkan dia menikah ke Keluarga Wijaya. Kebetulan sekali aku juga tidak ingin menikah ke sana!"Sepoton